Macam-macam Pelayanan Proses Pembelajaran

kegiatan yang bersifat tidak berwujud, dan diberikan dari pihak sekolah kepada pihak peserta didik dengan menggunakan fasilitas yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan harapan dari peserta didik untuk meningkatkan kemapuan yang dimiliki dengan menggunakan kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan kokurikuler. Kegiatan- kegiatan tersebut pada intinya adalah bertujuan untuk meningkatkan potensi yang dimiliki peserta didik, hanya saja terdapat perbedaan pada aspek antara lain 1 sifat kegiatan; 2 waktu pelaksanaan; 3 sasaran dan tujuan program; 4 teknis pelaksanaan dan; 5 evaluasi dan kriteria keberhasilan. Bila dilihat dari sifat kegiatan, kegitan intrakurikuler merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh setiap peserta didik. Kegiatan intrakurikuler bersifat mengikat. Program kurikuler berisi berbagai kemampuan dasar dan kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik di suatu tingkat sekolah lembaga pendidikan. Oleh karenanya maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh pencapaian peserta didik pada tujuan kegiatan kurikuler ini. Kegiatan kokurikuler adalah kegiatan yang sangat erat sekali dan menunjang serta membantu kegiatan intrakurikuler biasanya dilaksanakan di luar jadwal intrakurikuler dengan maksud agar peserta didik lebih memahami dan memperdalam materi yang ada di intrakurikuler, biasanya kegiatan ini berupa penugasan atau pekerjaan rumah ataupun tindakan lainnya yang berhubungan dengan materi intrakurikuler yang harus diselesaikan oleh peserta didik. Sehingga kegiatan ini memiliki sifat yang wajib untuk diikuti oleh peserta didik. Sebaliknya, kegiatan ektrakurikuler lebih bersifat sebagai kegiatan penunjang untuk mencapai program kegiatan kurikuler serta untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih luas. Sebagai kegiatan penunjang, maka kegiatan ekstrakurikuler sifatnya lebih luwes dan tidak terlalu mengikat. Keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler yang diprogramkan lebih bergantung pada bakat, minat, dan kebutuhan peserta didik itu sendiri. Apabila ditinjau dari waktu pelaksanaan, Kegiatan intrakurikuler memiliki waktu pasti dan tetap, dilaksanakan sekolah secara terus- menerus setiap hari sesuai dengan kalender akademik. Untuk kegiatan kokurikuler dilakukan di luar jadwal kegiatan proses belajar mengajar. Sedangkan waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler sangat bergantung pada sekolah yang bersangkutan, lebih bersifat fleksibel dan dinamis. Dilihat dari unsur sasaran dan tujuan, sebagai kegiatan inti persekolahan yang wajib diikuti oleh seluruh peserta didik. Kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler berhubungan dengan kegiatan untuk menumbuhkan kemampuan akademik peserta didik, sementara kegiatan ekstrakurikuler lebih menumbuhkan pengembangan aspek-aspek lain seperti pengembangan minat, bakat, kepribadian, dan kemampuan sebagai makhluk sosial, juga tentu saja sebagai pembantu pencapaian tujuan kegiatan kurikuler. Demikian pula pada teknis pelaksanaan, terdapat perbedaan pada kegiatan-kegiatan tersebut. Teknis pelaksanaan kegiatan intrakurikuler, sebagai kegiatan inti persekolahan, sangatlah ketat dan teratur, dengan struktur program yang pasti sesuai kalender akademik, kegiatan kurikuler berada di bawah tanggung jawab guru bidang studi atau guru kelas. Walaupun kegiatan kokurikuler memiliki kesamaan tanggung jawab yaitu di bawah guru bidang studi, tetapi kegiatan kokurikuler tidak masuk dalam struktur program yang pasti sesuai kalender akademik. Sementara itu kegiatan ekstrakurikuler, penanggung jawabnya dapat guru kelas, guru bidang studi yang mungkin lebih bersifat kerjasama, sesuai dengan keahlian para guru tersebut untuk bidang-bidang tertentu. Bahkan tak jarang sekolah mempekerjakan tenaga dari luar untuk melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler, di mana tenaga luar tersebut memiliki keahlian-keahlian khusus yang diprogramkan pada kegiatan ekstrakurikuler. Perbedaan yang terakhir ada pada evaluasi dan kriteria keberhasilan, pada aspek ini, kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler memiliki kesamaan. Keberhasilan kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler ditentukan oleh keberhasilan peserta didik dalam menguasai kompetensi yang sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan oleh sekolah, untuk melihat keberhasilan kegiatan tersebut dan cara mengevaluasinya ditentukan dengan menggunakan tes. Pada kegiatan ekstrakurikuler, kriteria keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan keikutsertaan dalam kegiatan itu. Analisis dan evaluasi keberhasilan dilakukan secara kualitatif.

B. Kepuasan Terhadap Pelayanan Pembelajaran 1. Pengertian Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan sudah menjadi tujuan dari adanya pelayanan dan konsep yang sentral dari manajemen pemasaran, terutama dalam konteks organisasi profit. Tak jauh halnya dengan organisasi profit, organisasi non-profit seperti sekolahpun memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan agar pelanggan merasa puas. kendati demikian, kepuasan pelanggan memiliki kontribusi yang krusial pada sejumlah aspek, seperti meningkatkan loyalitas pelanggan, meningkatkan reputasi sekolah dan menarik minat masyrarakat. Agar kepuasan pelanggan dapat diraih, maka harus dipahami terlebih dahulu makna dari kepuasan pelanggan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kepuasan mempunyai kata dasar “puas” yang berarti merasa senang lega, gembira, kenyang, dsb karena sudah terpenuhi hasrat hatinya, sedangkan kata kepuasan itu sendiri memiliki arti perihal yang bersifat puas; kesenangan; kelegaan dsb. 16 Maknanya rasa puas seseorang akan timbul ketika suatu hasratnya terpenuhi. Richard L. Oliver menyatakan kepuasan pelanggan adalah “perasaan senang atau kecewa yang didapatkan seseorang dari membandingkan antara kinerja atau hasil produk yang dipersepsikan dengan ekspektasinya”. 17 perasaan kecewa akan muncul ketika harapan peserta didik tidak sesuai dengan kenyataan yang diterimanya. Menurut Newstrom Davis kepuasan juga diartikan sebagai perasaan senang atau tidak senang yang relatif. 18 Reaksi yang berbeda akan ditunjukkan oleh pelanggan ketika telah menggunakan pelayanan jasa, tergantung pada kebutuhan dan harapan. Perasaan senang akan muncul apabila kebutuhan dan harapannya telah terpenuhi, atau bahkan sebaliknya, akan menimbulkan perasaan tidak senang ketika harapan dan kebutuhannya tidak terpenuhi. Kepuasan pelanggan menurut Richard F. Gerson adalah persepsi pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampaui. 19 Pelanggan sebagai penikmat jasa, akan memberikan penilaiannya terhadap pelayanan yang dirasakan ketika harapannya telah terpenuhi. Day sebagaimana dikutip oleh Fandy Tjiptono mengemukakan kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya atau norma kinerja lainnya dan kinerja aktual produk yang disarankan setelah pemakaian. 20 Peserta didik akan merespon harapannya terhadap pelayanan dan kinerja dari proses pelayanan yang menimbulkan tingkat kepuasan. Engel, et al. yang dikutip oleh Fandy Tjiptono juga mendefinisikan tentang kepuasan pelanggan sebagai evaluasi purnabeli 16 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. cit, Cet Ke- III, h. 902 17 Zulkarnain, Ilmu Menjual, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, h. 121 18 Popi Sopiatin, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Peserta didik Bogor: Graha Indonesia, 2010, h 32 19 Richard F. Gerson, Mengukur Kepuasan Pelanggan, Jakarta: PPM, 2001, h. 3 20 Fandy Tjiptono, Total Quality Management, Yogyakarta: Andi Offset, 1998, h. 102 di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil outcome tidak memenuhi harapan. 21 Rasa puas atau tidak puas akan muncul ketika pelanggan atau peserta didik mengevaluasi pelayanan setelah membeli pelayanan tersebut apakah memuaskan harapan atau tidak. Philip Kotler, kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya. 22 Kepuasan peserta didik ada pada harapannya, harapan peserta didik terhadap pelayanan sekolah yang terpenuhi akan berdampak pada munculnya rasa senang atau puas, dan sebaliknya bila harapan peserta didik terhadap pelayanan proses pembelajaran di sekolah tidak terpenuhi maka yang muncul adalah rasa kecewa. Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan merupakan perasaan senang atau tidak senang yang timbul ketika pelanggan telah menggunakan produk atau jasa tertentu dan akan berbanding lurus dengan pengorbanan yang dilakukan. Kepuasan pelanggan merupakan orientasi dari organisasi yang bergerak di bidang jasa, sama halnya seperti sekolah yang produknya berbentuk jasa. Bila berbicara sekolah, pelanggan yang dibicarakan adalah peserta didik. Peserta didik merupakan pelanggan yang merasakan langsung bagaimana pelayanan yang diberikan oleh pihak sekolah. Menurut ketentuan umum Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan 21 Ibid 22 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Jakarta: PT Prenhallindo, 1980, h. 36 tertentu. 23 Peserta didik merupakan subjek pendidikan yang ingin meningkatkan kemampuan yang dimiliki melalui proses pendidikan yang ditempuh melalui pendidikan formal, informal atau non-formal dengan tingkatan mulai dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi. Peserta didik merupakan suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional Oemar Hamalik, Kurikulum dan pembelajaran. 24 Peserta didik akan mendapatkan proses pembelajaran di sekolah untuk peningkatan kualitasnya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Uraian di atas memiliki makna bahwa kepuasan peserta didik adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh peserta didik, baik sikap positif maupun sikap negatif atas adanya kesesuaian antara harapan mereka terhadap pelayanan proses pembelajaran yang diterimanya. Jika pelayanan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peserta didik, maka peserta didik akan puas dan merasa senang, begitu juga sebaliknya, jika pelayanan proses pembelajaran tidak sesuai dengan harapan peserta didik, maka peserta didik akan merasa tidak puas dan kecewa. Banyak hal yang dapat menimbulkan ketidakpuasan peserta didik, diantaranya yaitu ketidaksuaian antara harapan peserta didik tentang pelayanan pembelajaran yang diberikan oleh sekolah dengan kenyataan yang dialami; pelayanan pendidikan yang tidak memuaskan; personil sekolah yang kurang menyenangkan; suasana dan kondisi fisik bangunan yang kurang mendukung; serta lingkungan sekolah yang kurang menunjang untuk proses pembelajaran; ekstrakulikuler sekolah yang kurang menarik minat peserta didik; hingga pada rendahnya prestasi yang diraih oleh peserta didik 23 Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011, h. 5 24 Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, Bandung: Alfabeta, 2011, h. 3 Kotler sebagaimana dikutip oleh Rambat Lupiyoadi mengemukakan bahwa ada 4 pendekatan yang dapat meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan, yaitu: a. Memperkecil kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara pihak manajemen dan pelanggan. b. Perusahaan harus mampu membangun komitmen bersama untuk menciptakan visi di dalam perbaikan proses pelayanan. c. Memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk menyampaikan keluhan. d. Mengembangkan dan menerapkan accountable, proactive, dan partnership marketing sesuai dengan situasi pemasaran 25 Kepuasan peserta didik sangat tergantung pada persepsi dan harapan mereka terhadap pelayanan sekolah yang dipengaruhi oleh kebutuhan akan pendidikan dan keinginan untuk dapat berprestasi dan meningkatkan kemampuan serta melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi agar hidup yang lebih baik. Persepsi pesrta didik yang akan menimbulkan kepuasan terhadap sekolah terdiri dari 8 aspek, yaitu: guru, kinerja sekolah, aktifitas peserta didik, kedisiplinan peserta didik, peluang membuat keputusan, bangunan sekolah, komunikasi, dan teman-teman sekolah 26 . Perencanaan yang baik hingga pada evaluasi yang baik pula, sangat dibutuhkan untuk menimbulkan kepuasan peserta didik apabila hal-hal sekolah berorientasi terhadap kepuasan peserta didik.

2. Harapan Pelanggan

Harapan menurut kamus besar bahasa Indonesia KBBI berasal dari kata harap yang artinya mohon; minta; hendaklah, sedangkan harapan itu sendiri mempunyai arti sesuatu yang diharapkan atau keinginan supaya menjadi kenyataan 27 . Jadi harapan peserta didik adalah sesuatu yang diinginkan peserta didik supaya menjadi nyata. 25 Rambat Lupiyoadi – A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Jakarta: Salemba Empat, 2009, h. 192 26 Popi Sopiatin, op. cit., h. 34 27 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. cit, Cet Ke- III, h. 388