Peran Komunikasi Kelompok dan Minat Berolahraga (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Minat Berolahraga Pada Anggota Asosiasi BMX Indonesia Pengda Sumatera Utara di Taman Sri Deli Medan

(1)

PERAN KOMUNIKASI KELOMPOK DAN MINAT

BEROLAHRAGA

(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Minat Berolahraga Pada Anggota Asosiasi BMX Indonesia Pengda Sumatera

Utara di Taman Sri Deli Medan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi Diajukan Oleh:

Daniel Karo Sekali

100922011

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI EKSTENSI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Komunikasi Kelompok dan Minat Berolahraga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi kelompok terhadap minat berolaraga pada Asosiasi BMX Pengda Sumatera Utara, mengetahui tanggapan anggota terhadap Asosiasi BMX Pengda Sumatera Utara.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa besar hubungan tersebut dan tidak adanya hubungan antara komunikasi kelompok terhadap minat berolahraga pada anggota BMX Pengda Sumatera Utara di Taman Sri Deli Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota tetap yang masih aktif mengikuti kegiatan dan latihan selama tahun 2012. Oleh karena jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 89 orang menurut rumus penarikan sampel Taro Yamane.

Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui dua cara yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research). Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang, dan uji hipotesis yang menggunakan rumus Rank Spearman melalui aplikasi SPSS seri 13.0.

Berdasarkan hasil uji korelasi dengan tingkat signifikansi 5% diketahui bahwa pada nilai korelasi komunikasi kelompok dan minat berolahraga adalah 0.488 > 0,05. Artinya terdapat pengaruh antara Komunikasi Kelompok (X) dengan Minat Berolahraga (Y).

Selanjutnya untuk mengukur kekuatan derajat hubungan tersebut digunakaan nilai koefisien korelasi (Kriyantono 2006:168-169) yaitu > 0,40 - 0,70 yang artinya ada pengaruh yang cukup pasti.

Peran Komunikasi Kelompok Terhadap Minat Berolahraga Sepeda BMX di Taman Sri Deli Medan adalah sebesar 16%. Dengan demikian Peran Komunikasi Kelompok dan Minat Berolahraga di Asosiasi BMX Pengda Sumatera Utara memiliki pengaruh sebesar 16%, sisanya 84% disebabkan oleh faktor pengaruh lain diluar komunikasi kelompok. Secara sederhana, dapat diartikan bahwa minat berolahraga memiliki pengaruh sebesar 16% dari komunikasi kelompok.

Dari hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh anatara komunikasi kelompok dan minat berolahraga pada anggota Asosiasi BMX Pengda Sumatera Utara di Taman Sri Deli Medan.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat dan karuniaNya yang dianugerahkan kepada saya, sehingga mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Peran Komunikasi Kelompok dan Minat Berolahraga (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Minat Berolahraga Pada Anggota Asosiasi BMX Indonesia Pengda Sumatera Utara di Taman Sri Deli Medan.

Secara khusus saya menyampaikan rasa terima kasih serta kasih sayang yang berlimpah kepada Ayahanda B. Karo Sekali B.Sc dan Ibunda tercinta Dra. Magdalena Munthe, serta kakak saya Deviyanti Karo Sekali S.Sos yang telah mendoakan dan memberikan dukungan serta semangat kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU). Saya menyadari bahwa dalam penyusunan dan pelaksanaan skripsi ini, saya mendapat banyak bimbingan, bantuan, nasehat, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini tanpa ada bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih atas kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, MA selaku Ketua Jurusan Departement Ilmu Komunikasi FISIP USU.

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departement Ilmu Komunikasi FISIP USU.

4. Ibu Emilia Ramadhani, S.Sos.,M.A selaku Dosen Pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Nurbani, M.Si selaku Penasehat Akademik yang telah memberikan motivasi kepada peneliti agar terus semangat dan dengan segera menyelesaikan penelitian ini.


(4)

6. Seluruh Dosen khususnya Dosen-dosen Departement Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah membagikan ilmu yang begitu banyak kepada peneliti selama masa perkuliahan.

7. Kak Icut, Kak Maya dan Kak Ros yang banyak membantu saya dalam segala urusan perkuliahan dan dalam urusan penyelesaian skripsi ini, terima kasih banyak untuk bantuan dan informasinya.

8. Bang Bahrain S.H., M.Hum selaku Sekretaris BMX Pengda Sumatera Utara dan semua anggota BMX yang telah banyak membantu saya dalam memberikan Informasi serta dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini. 9. Kepada seluruh teman-teman Ekstensi Komunikasi 2010 terima kasih atas

hari-hari yang kita lalui selama perkuliahan.

10.Buat Kak Riska dan Kak Fio yang selalu setia dan meluangkan waktunya untuk membantu dan memberikan semangat buat saya.

11.Buat teman-teman saya khususnya Aprini, Hery, Dedy, Rotua, Hansend dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu saya dalam memberi semangat dan bantuan dalam mengerjakan skripsi ini.

12.Terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu saya selama penulisan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Saya menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kata sempurna, untuk itu dengan segala kerendahan hati saya berharap pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan skripsi ini serta memperdalam pengetahuan dan pengalaman saya. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan, Juli 2012


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Kerangka Teori ... 6

1.5.1 Komunikasi ... 7

1.5.2 Komunikasi Kelompok ... 7

1.5.3 Minat Berolahraga ... 9

1.6 Kerangka Konsep ... 12

1.7 Model Teoritis... 13

1.8 Variabel Operasional ... 13

1.9 Defenisi Operasional ... 14

1.10 Hipotesis ... 15

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Komunikasi ... 16

2.1.1 Pengertian Komunikasi ... 16

2.1.2 Proses Komunikasi ... 17

2.1.3 Unsur- Unsur Komunikasi ... 18

2.1.4 Fungsi Komunikasi ... 20

2.1.5 Tujuan Komunikasi ... 20

2.1.6 Ruang Lingkup Komunikasi ... 20

2.1.7 Teori S-O-R... 22

2.2 Komunikasi Kelompok... 23

2.2.1 Pengertian Komunikasi Kelompok ... 23

2.2.2 Bentuk- Bentuk Komunikasi Kelompok ... 25

2.2.3 Fungsi Komunikasi Kelompok ... 27

2.3 Minat Berolahraga... 30

2.3.1 Pengertian Minat ... 30

2.3.2 Ciri- Ciri Minat ... 30

2.3.3 Proses Timbulnya Minat ... 31

2.3.4 Struktur Terbentuknya MInat... 32


(6)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ... 35

3.2 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 35

3.3 Populasi dan Sampel ... 35

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.5 Teknik Analisis Data ... 37

3.6 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 38

3.6.1 Tahap Awal ... 38

3.6.2 Pengumpulan Data ... 38

3.7 Proses Pengolahan Data ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 40

4.1.1 Sejarah dan Perkembangan BMX ... 40

4.2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian……….42

4.3 Analisis Tabel Tunggal………...43

4.4 Analisis Tabel Silang………..56

4.5 Uji Hipotesa………....60

4.5 Pembahasan……….61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA……….69 LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Variabel Operasional ... 14

Tabel 4.2 Jenis Kelamin ... 43

Tabel 4.3 Usia ... 44

Tabel 4.3 Usia ... 44

Tabel 4.5 Pendidikan ... 45

Tabel 4.6 Lamanya Menjadi Anggota ... 46

Tabel 4.7 Pertukaran Pesan Verbal dan Non- Verbal ... 46

Tabel 4.8 Pertukaran Informasi Bermanfaat Meningkatkan Minat ... 47

Tabel 4.9 Seberapa Sering Berkomunikasi Dengan Anggota Lain ... 48

Tabel 4.10 Penentuan Waktu Pertukaran Pesan ... 48

Tabel 4.11 Keikutsertaan Dalam Kegiatan Kelompok ... 49

Tabel 4.12 Keikutsertaan Dalam Memberikan Ide- Ide Baru ... 49

Tabel 4.13 Komunikasi Kelompok Dapat Mencapai Tujuan ... 50

Tabel 4.14 Komunikasi Kelompok Termotivasi Mencapai Tujuan ... 51

Tabel 4.15 Komunikasi Kelompok Dapat Mengembangkan Potensi ... 51

Tabel 4.16 Komunikasi Kelompok Dapat Mengembangkan Pengetahuan ... 52

Tabel 4.17 Keikutsertaan Dalam Kelompok Mampu Meningkatkan Minat Berolahraga ... 53

Tabel 4.18 Keikutsertaan Dalam Kelompok Mampu Mengembangkan Kemampuan ... 53

Tabel 4.19 Kemampuan Anggota Mampu Memberikan Inspirasi ... 54

Tabel 4.20 Komunikasi Kelompok Membantu Mengembangkan Keterampilan ... 54

Tabel 4.21 Komunikasi Kelompok Mampu Mengingatkan Tentang Keterampilan Diri Sendiri ... 55

Tabel 4.22 Hubungan antara Intensitas berkomunikasi dengan sesama anggota terhadap Komunikasi kelompok yang dilakukan antar anggota dapat mencapai tujuan yang diinginkan ... 57 Tabel 4.23 Hubungan antara Pertukaran pesan verbal dan non-verbal


(8)

membantu mengembangkan keterampilan dalam diri Anda... 58 Tabel 4.24 Hubungan antara Memberi ide baru

terhadap Memberi inspirasi ... 59 Tabel 4.25 Hasil Uji Korelasi Spearman Menggunakan SPSS versi 13.0 ... 60


(9)

DAFTAR GAMBAR


(10)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Komunikasi Kelompok dan Minat Berolahraga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi kelompok terhadap minat berolaraga pada Asosiasi BMX Pengda Sumatera Utara, mengetahui tanggapan anggota terhadap Asosiasi BMX Pengda Sumatera Utara.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa besar hubungan tersebut dan tidak adanya hubungan antara komunikasi kelompok terhadap minat berolahraga pada anggota BMX Pengda Sumatera Utara di Taman Sri Deli Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota tetap yang masih aktif mengikuti kegiatan dan latihan selama tahun 2012. Oleh karena jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 89 orang menurut rumus penarikan sampel Taro Yamane.

Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui dua cara yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research). Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang, dan uji hipotesis yang menggunakan rumus Rank Spearman melalui aplikasi SPSS seri 13.0.

Berdasarkan hasil uji korelasi dengan tingkat signifikansi 5% diketahui bahwa pada nilai korelasi komunikasi kelompok dan minat berolahraga adalah 0.488 > 0,05. Artinya terdapat pengaruh antara Komunikasi Kelompok (X) dengan Minat Berolahraga (Y).

Selanjutnya untuk mengukur kekuatan derajat hubungan tersebut digunakaan nilai koefisien korelasi (Kriyantono 2006:168-169) yaitu > 0,40 - 0,70 yang artinya ada pengaruh yang cukup pasti.

Peran Komunikasi Kelompok Terhadap Minat Berolahraga Sepeda BMX di Taman Sri Deli Medan adalah sebesar 16%. Dengan demikian Peran Komunikasi Kelompok dan Minat Berolahraga di Asosiasi BMX Pengda Sumatera Utara memiliki pengaruh sebesar 16%, sisanya 84% disebabkan oleh faktor pengaruh lain diluar komunikasi kelompok. Secara sederhana, dapat diartikan bahwa minat berolahraga memiliki pengaruh sebesar 16% dari komunikasi kelompok.

Dari hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh anatara komunikasi kelompok dan minat berolahraga pada anggota Asosiasi BMX Pengda Sumatera Utara di Taman Sri Deli Medan.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia adalah makhluk sosial dengan struktur dan fungsi yang sangat sempurna bila dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia juga diciptakan sebagai makhluk multidimensional, memiliki akal pikiran dan kemampuan berinteraksi secara personal maupun sosial. Karena itu manusia disebut sebagai makhluk yang unik, yang memiliki kemampuan sosial sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena sifatnya ini, maka secara alamiah akan membentuk kelompok- kelompok yang akan berpengaruh dalam kehidupannya.

Sejak kelahirannnya di muka bumi, manusia telah memiliki kelompok pertama yang disebut kelompok formal- primer yaitu keluarga, dimana kelompok ini merupakan salah satu dari jenis kelompok- kelompok yang paling berkesan di setiap individu. Namun seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya individu pun mulai melepas hubungan- hubungan keluarga itu dan memasuki dunia luar untuk melalukan berbagai kegiatannya dan bertemu dengan manusia lain yang memiliki kesamaan tujuan, kepentingan, dan berbagai aspirasi lainnya (Bungin, 2006:47-48).

Di dalam kelompok, setiap anggota kelompok saling berinteraksi, berkomunikasi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan individu akan memilih kelompok yang memiliki nilai- nilai, minat dan tujuan yang sama dengan mereka sebelum memasuki suatu kelompok. Dengan demikian mereka bisa saling berbagi informasi, pengalaman dan pengetahuan dengan anggota lainnya.

Sebagai suatu kelompok, mereka memiliki tujuan yang ditetapkan bersama yang kemudian disebut sebagai tujuan kelompok. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya kerjasama yang baik diantara anggotanya. Disamping itu mereka juga telah menetapkan aturan- aturan atau norma- norma dan peran pada masing- masing anggotanya untuk memudahkan terwujudnya tujuan bersama tersebut.


(12)

Kelompok juga memiliki tujuan- tujuan yang diperjuangkan bersama, sehingga kehadiran setiap orang dalam kelompok diikuti dengan tujuan- tujuan pribadinya. Dengan demikian, kelompok memiliki dua tujuan utama, yaitu tujuan masing- masing pribadi dalam kelompok dan tujuan kelompok itu sendiri. Setiap tujuan individu harus sejalan dengan tujuan kelompok, sedangkan tujuan kelompok harus memberi kepastian kepada tercapainya tujuan- tujuan individu. Sebuah kelompok akan bertahan lama apabila dapat memberi kepastian bahwa tujuan individu dapat dicapai melalui kelompok, sebaliknya individu setiap saat dapat meninggalkan kelompok apabila ia menganggap kelompok tidak memberi kontribusi bagi tujuan pribadinya.

Kelompok juga memberikan identitas terhadap individu, melalui identitas ini setiap anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan satu dengan yang lain. Melalui identitas ini individu melakukan pertukaran fungsi dengan individu yang lain dalam kelompok. Pergaulan ini akhirnya menciptakan aturan- aturan yang harus ditaati oleh setiap individu dalam kelompok sebagai sebuah kepastian hak dan kewajiban mereka dalam kelompok. Aturan- aturan inilah bentuk lain dari karakter sebuah kelompok yang dapat dibedakan dengan kelompok lain dalam masyarakat.

Prinsip identitas dan tujuan dalam kelompok inilah yang juga diterapkan dalam Asosiasi BMX Indonesia (ABI) di Taman Sri Deli Medan. Pada saat sekarang ini, olahraga bersepeda sudah banyak diminati dan disukai olah banyak orang. Salah satu olagraga bersepeda yang bersifat menyehatkan tubuh, olahraga prestasi dan tergolong ekstrem di kalangan masyarakat awam adalah olahraga super cross BMX.

Olahraga sepeda BMX pada awalnya melewati perjalanan dari Gundaling- Tanah Karo menuju Medan, yang paling penting dari touring ini adalah bersepeda menuruni jalan dari Gundaling ke Medan. Seiring dengan berkembangnya kreatifitas dan tantangan maka orang- orang yang menggeluti olahraga bersepeda BMX mulai membuat sebuah komunitas/ organisasi dan alat bantu dalam latihan sepeda BMX, sehingga banyaklah yang tertarik untuk membuatnya dalam event- event dan pertandingan yang resmi di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.


(13)

Keberhasilan untuk meningkatkan derajat sehat dan kebugaran jasmani masyarakat dapat diperankan dan digerakkan oleh keberadaan organisasi ini, maka dibentuklah Asosiasi BMX Indonesia pada tanggal 28 Juli 1992 di Jakarta. Karena terus berkembang dan banyak diminati oleh masyarakat sehingga pengembangan olahraga sepeda BMX adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan keolahragaan nasional sehingga sehubungan dengan itu, dipandang perlu dibentuk Pengurus Daerah ASOSIASI BMX INDONESIA di setiap daerah dalam wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada tanggal 4 April 2010, Asosiasi BMX Indonesia melebarkan kembali sayapnya ke Sumatera Utara. Ini dilakukan untuk menghimpun dan meberdayakan organisasi dan potensi olahraga sepeda BMX yang ada di propinsi Sumatera Utara. Maka terbentuklah Asosiasi BMX Indonesia Pengda Sumatera Utara Periode 2010- 2015. Dalam penelitian ini, penulis mengambil penelitian di Asosiasi BMX Pengda Sumatera Utara di Taman Sri Deli Medan.

Dalam melaksanakan tugasnya, pengurus Asosiasi BMX Indonesia Pengda Sumatera Utara memperoleh pembinaan dari Gubernur Propinsi Sumatera Utara dan berkoordinasi dengan Pengurus Nasional Asosiasi BMX Indonesia. Dengan adanya dukungan dari pemerintah dan pengurus nasional maka dapat mengembangkan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, manajemen, organisasi, program, dan kegiatan olahraga sepeda BMX yang ada di propinsi dan seluruh kabupaten/ kota dalam wilayah propinsi Sumatera Utara.

Oleh karena itu, dengan adanya dukungan, naungan, dan motivasi dari pemerintah dan pengurus nasional di olahraga sepeda BMX ini diharapkan dapat lebih meningkatkan minat berolahraga di seluruh lapisan masyarakat dalam olahraga bersepeda khususnya sepeda jenis BMX ini.

Untuk dapat memahami pentingnya minat berolahraga yang ada dalam diri seseorang, secara sistematis terlebih dahulu perlu memahami permasalahan dan urgensinya. Selanjutnya memahami pengertian minat, minat berolahraga, dan penerapan praktiknya dalam kehidupan yang sesungguhnya. Jadi komunikasi kelompok dalam Asosiasi BMX Indonesia Pengda Sumatera Utara di Taman Sri Deli Medan dan pengaruhnya patut untuk diteliti, untuk melihat bagaimana


(14)

komunikasi dalam kelompok ini berhasil menggugah anggotanya dan masyarakat banyak.

Melalui peningkatan minat berolahraga sepeda BMX ini, dapat diketahui apakah suatu keklompok dalam memberi inspirasi bagi anggotanya dan masyarakat, serta diharapkan dapat memperluas wawasan tentang olahraga sepeda BMX yang banyak diminati masyarakat khususnya anak muda untuk memberikan pengaruh positif dalam kehidupan mereka yang sesungguhnya. Tak lepas dari semua masalah tersebut, penelitian ini bersifat korelasional. Peneliti ingin melihat bagaimanakah hubungan komunikasi dalam kelompok olahraga sepeda BMX dan minat berolahraga anggotanya.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Minat Berolahraga Pada Anggota Asosiasi BMX Pengda Sumatera Utara di Taman Sri Deli Medan.


(15)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Bagaimana pengaruh komunikasi kelompok terhadap minat berolahraga di kalangan anggota Asosiasi BMX Indonesia Pengda Sumatera Utara di Taman Sri Deli Medan”

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti menetapkan batasan masalah yang lebih jelas dan spesifik mengenai hal- hal yang diteliti.

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Komunikasi kelompok sebagai variabel bebas dalam penelitian ini

terbatas pada faktor- faktor yang mempengaruhi hubungan komunikaasi kelompok antara lain: interaksi, waktu, partisipasi dan tujuan.

b. Minat berolahraga sebagai variabel terikat dalam penelitian ini terbatas pada faktor- faktor antara lain mengembangkan kemampuan, mengembangkan keterampilan dan mengembangkan hobi.

c. Penelitian ini di khususkan kepada anggota ABI yang masih aktif dalam mengikuti latihan dan berbagi event kejuaraan tingkat lokal maupun nasional.

d. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012, dengan lama penelitian yang akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.

1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui hubungan komunikasi kelompok terhadap minat berolahraga di kalangan anggota Asosiasi BMX Indonesia Pengda Sumatera Utara di Taman Sri Deli Medan.

b. Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap Asosiasi BMX Indonesia Pengda Sumatera Utara di Taman Sri Deli Medan.


(16)

c. Untuk mengetahui sejauhmana hubungan komunikasi kelompok terhadap minat berolahraga di kalangan anggota Asosiasi BMX Indonesia Pengda Sumatera Utara di Taman Sri Deli Medan.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan peneliti tentang ilmu komunikasi dan komunikasi kelompok khususnya.

b. Secara akdemis, peneliti dapat memperkaya bahan referensi penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dan memberikan sumbangan pemikiran bagi para pembacanya.

c. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi setiap anggota kelompok untuk mengevaluasi peranannya di dalam kelompok sehingga dapat memperbaiki hubungan dengan anggota yang lain sekaligus meningkatkan minat berolahraga khususnya dalam bersepeda.

1.5. Kerangka Teori

Sebelum terjun ke lapangan atau melakukan pengumpulan data, peneliti diharapkan mampu menjawab permasalahan melalui suatu Kerangka Teori. Kerangka teori merupakan kajian tentang bagaimana hubungan teori dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi dalam perumusan masalah.

Wilbur Schramm menyatakan bahwa teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar yang tinggi, dan dari padanya proposisi bisa dihasilkan dan diuji secara ilmiah, dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi perilaku (Effendy, 2003:241).

Senada dengan yang dikatakan Emory- Cooper bahwa teori merupakan suatu kumpulan konsep, defenisi, proposisi, dan variable yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasikan sehingga dapat menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena tertentu (Umar, 2002:55).

Dalam penelitian ini, teori- teori yang dianggap relevan adalah teori komunikasi, teori komunikasi kelompok, dan minat berolahraga.


(17)

1.5.1 Komunikasi

Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin communication yang artinya membagi.

Sebuah defenisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia bahwa: “komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang- orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia, (2) melalui pertukaran informasi, (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu. (Cangara,2004:18).

Komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujauan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi jika didukung dengan adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur- unsur ini bisa juga disebut dengan komponen atau elemen komunikasi.

Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa terciptanya proses komunikasi, cukup didukung dengan tiga unsur, sementara ada yang mengatakan umpan balik dan lingkungan juga termasuk kedalam unsur yang disebutkan tadi.

1.5.2 Komunikasi Kelompok

Filsuf Belanda, Baruch Spinoza 300 tahun yang lalu menyatakan bahwa manusia adalah binatang sosial. Pernyataan ini diperkuat oleh psikologi modern yang menyebutkan bahwa orang lain mempunyai pengaruh yang sangat besar pada sikap kita, perilaku kita, dan bahkan persepsi kita (Severin, 2005:219).

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok memiliki hubungan yang intensif diantara mereka satu sama lainnya. Kelompok memiliki tujuan dan aturan yang dibuat sendiri dan merupakan kontribusi arus informasi diantara mereka sehingga


(18)

mampu menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk karateristik yang khas dan melekat pada kelompok itu.

Kelompok yang baik adalah kelompok yang dapat mengatur sirkulasi tatap muka yang intensif diantara anggota kelompok, serta tatap muka itu pula akan mengatur sirkulasi makna diantara mereka, sehingga mampu melahirkan sentimen- sentimen kelompok serta kerinduan diantara mereka (Bungin, 2006:264-265). Sedangkan kelompok yang baik menurut Marvin E. Shaw adalah kelompok yang dapat bermanfaat untuk suatu periode yang relatif panjang, memiliki tujuan, dan memiliki struktur interaksi (Sendjaja, 2005:111).

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok.

Ronald Adler dan George Rodman membagi kelompok dalam tiga tipe, yaitu kelompok belajar (learning group), kelompok pertumbuhan (growth group), dan kelompok pemecahan masalah (problem solving group). Kelompok Asosiasi BMX Indonesia Pengda Sumatera Utara di Taman Sri Deli Medan termasuk kelompok belajar dan kelompok pertumbuhan.

Salah satu bentuk komunikasi, yaitu komunikasi yang dapat di bagi menjadi dua yaitu small group dan large group. Komunikasi kelompok kecil ditujukan kepada kognisi komunikan dan prosesnya berlangsung secara dialogis, tidak linier (Effendy, 2003:76-77). Umpan balik dalam sebuah kelompok kecil kerap kali berlangsung cepat dan langsung. Dalam kelompok kecil, orang memiliki keterlibatan dan komitmen yang kuat. Kelompok kecil memungkinkan keterlibatan anggotanya secara verbal dan partisipasi yang sifatnya langsung.


(19)

Adler dan Rodman mengemukakan empat elemen komunikasi kelompok, yaitu:

1. Interaksi, interaksi dalam kelompok merupakan faktor yang penting karena melalui interaksi kita dapat melihat perbedaan antara kelompok dengan istilah coact. Sekumpulan dalam kelompok, bisa dinyatakan sebagai kelompok, apabila mereka bertukaran pesan.

2. Waktu, sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu yang panjang, karena berinteraksi dalam jangka waktu yang panjang maka komunikasi kelompok dapat berjalan.

3. Partisipasi, keikutsertaan anggota atau keterlibatan dalam interaksi. 4. Tujuan, yang mengandung pengertian keanggotaan dalam suatu

kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok dapat mencapai tujuan yang diinginkannya.

Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi- fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi- fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan pembuat keputusan, serta fungsi terapi. Semua fungsi ini dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, kelompok, dan para anggota kelompok itu sendiri (Sendjaja, 2005:268)

1.5.3 Minat Berolahraga

Untuk mencapai prestasi yang baik disamping kecerdasan juga minat, sebab tanpa adanya minat segala kegiatan akan dilakukan kurang efektif dan efesien. Dalam percakapan sehari-hari pengertian perhatian dikacaukan dengan minat dalam pelaksanaan perhatian seolah-olah kita menonjolkan fungsi pikiran, sedangkan dalam minat seolah-olah menonjolkan fungsi rasa, tetapi kenyataanya apa yang menarik minat menyebabkan pula kita kita berperhatian, dan apa yang menyebabkan perhatian kita tertarik minat pun menyertai kita.” (Dakir. 1971 : 81)

Hal senada juga dikemukakan oleh Sandjaja (2005) bahwa suatu aktivitas akan dilakukan atau tidak sangat tergantung sekali oleh minat seseorang terhadap aktivitas tersebut, disini nampak bahwa minat merupakan motivator yang kuat untuk melakukan suatu aktivitas. Meichati (Sandjaja, 2005) mengartikan minat


(20)

adalah perhatian yang kuat, intensif dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu aktivitas.

Minat menurut Tidjan (1976 :71) adalah gejala psikologis yang menunjukan pemusatan perhatian terhadap suatu objek sebab ada perasaan senang. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa minat itu sebagai pemusatan perhatian atau reaksi terhadap suatu objek seperti benda tertentu atau situasi tertentu yang didahului oleh perasaan senang terhadap objek tersebut.

Sedangkan menurut Drs. Dyimyati Mahmud (1982), sebab yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada orang situasi atau aktifitas tertentu dan bukan pada yang lain, atau minat sebagai akibat yaitu pengalaman efektif yang distimulasi oleh hadirnya seseorang atau sesuatu objek, atau karena berpartisipasi dalam suatu aktifitas.

Berdasarkan definisi tersebut dapatlah penulis kemukakan bahwa minat mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1. Minat adalah suatu gejala psikologis

2. Adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subjek karena tertarik.

3. Adanya perasaan senang terhadap objek yang menjadi sasaran

4. Adanya kemauan atau kecenderungan pada diri subjek untuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan.

Krapp, Hidi, dan Renninger (Pintrich dan Schunk, 1996) membagi definisi minat secara umum menjadi tiga, yaitu: minat pribadi, minat situasi dan minat dalam ciri psikologi.

a) Minat pribadi, diartikan sebagai karakteristik kepribadian seseorang yang relatif stabil, yang cendrung menetap pada diri seseorang. Minat pribadi biasanya dapat langsung membawa seseorang pada beberapa aktivitas atau topik yang spesifik. Minat pribadi dapat dilihat ketika seseorang menjadikan sebuah aktivitas atau topik sebagai pilihan untuk hal yang pasti, secara umum menyukai topik atau aktivitas tersebut, menimbulkan kesenangan pribadi serta topik atau aktivitas yang dijalani memiliki arti penting bagi seseorang tersebut.


(21)

b) Minat situasi merupakan minat yang sebagian besar dibangkitkan oleh konsisi lingkungan.

c) Minat dalam ciri psikologi merupakan interaksi dari minat pribadi seseorang dengan ciri-ciri minat lingkungan. Renninger menjelaskan bahwa minat pada definisi ini tidak hanya pada karena seseorang lebih menyukai sebuah aktivitas atau topik, tetapi karena aktivitas atau topik tersebut memiliki nilai yang tinggi dan mengetahui lebih banyak mengenai topik atau aktivitas tersebut

Dari beberapa definisi minat di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai minat, bahwa minat merupakan sebuah motivasi intrinsik sebagai kekuatan pembelajaran yang menjadi daya penggerak seseorang dalam melakukan aktivitas dengan penuh ketekunan dan cendrung menetap, dimana aktivitas tersebut merupakan proses pengalaman belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang, suka dan gembira.

Makna olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan. Sedangkan dalam Webster’s New Collegiate Dictonary (1980) yaitu ikut serta dalam aktivitas fisik untuk mendapatkan kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga pertandingan (athletic games di Amerika Serikat) UNESCO mendefinisikan olahraga sebagai “setiap aktivitas fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan unsur-unsur alam, orang lain, ataupun diri sendiri”. Sedangkan Dewan Eropa merumuskan olahraga sebagai “aktivitas spontan, bebas dan dilaksanakan dalam waktu luang”. Definisi terakhir ini merupakan cikal bakal panji olahraga di dunia “Sport for All” dan di Indonesia tahun 1983, “memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat” (Rusli dan Sumardianto,2000: 6).

Menurut Cholik Mutohir olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi- potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/ pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.


(22)

Untuk penjelasan pengertian olahraga menurut Edward (1973) olahraga harus bergerak dari konsep bermain, games, dan sport. Ruang lingkup bermain mempunyai karakteristik antara lain; a. Terpisah dari rutinitas, b. Bebas, c. Tidak produktif, d. Menggunakan peraturan yang tidak baku. Ruang lingkup pada games mempunyai karakteristik; a. ada kompetisi, b. hasil ditentukan oleh keterampilan fisik, strategi, kesempatan. Sedangkan ruang lingkup sport; permainan yang dilembagakan.

Dari pengertian minat dan olahraga diatas, maka dengan ini peneliti menyimpulkan bahwa minat berolahraga adalah gejala psikologis yang menunjukan pemusatan perhatian terhadap kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/ pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia seutuhnya.

1.6. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep adalah sebagai hasil pemikiran yang rasional, merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai, dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995:40).

Agar konsep- konsep tersebut dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor unsur lain (Nawawi, 1995:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi kelompok.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas


(23)

(Nawawi, 1995:57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat berolahraga.

3. Variabel Antara (Z)

Variabel antara adalah sejumlah variabel yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadpa variabel bebas (Nawawi, 1995:58). Variabel antara berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dengan karakteristik responden.

1.7. Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigm yang mentransformasikan permasalahan- permasalahan terkait antara satu dengan yang lainnya. Variabel- variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut :

Gambar. 1.1 Model Teoritis

1.8 Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan, maka untuk lebih memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, perlu dibuat operasional variabel- variabel sebagai berikut:

Variabel Bebas (X)

Komunikasi

Kelompok

Variabel Terikat (Y)

Minat Berolahraga


(24)

TABEL 1.1

VARIABEL OPERASIONAL

Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Variabel Bebas (X)

Komunikasi Kelompok

a. Interaksi b. Waktu c. Partisipasi d. Tujuan 2. Variabel Terikat (Y)

Minat Berolahraga

a. Mengembangkan pengetahuan b. Mengembangkan keterampilan c. Mengembangkan kemampuan 3. Variabel Antara (Z)

Karakteristik Responden

a. usia

b. jenis kelamin c. pendidikan d. posisi

e. lamanya menjadi anggota

1.9. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46).

Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (Komunikasi Kelompok)

a. Interaksi : pertukaran pesan atau informasi antar anggota Asosiasi BMX Indonesia Pengda Sumatera Utara di Taman Sri Deli Medan.

b. Waktu : lamanya waktu yang dibutuhkan antar anggota dalam pertukaran pesan atau informasi untuk pengembangan diri setiap anggota.

c. Partisipasi : keikutsertaan atau keterlibatan setiap anggota dalam kegiatan pengembangan diri.


(25)

d. Tujuan : komunikasi kelompok yang dilakukan oleh Asosiasi BMX Indonesia Pengda Sumatera Utara di Taman Sri Deli Medan.

2. Variabel Terikat (Minat Berolahraga)

a. Mengembangkan pengetahuan : adanya dorongan dalam diri setiap anggota ABI untuk mengembangkan pengetahuannya melalui keikutsertaan atau keterlibatannya dalam komunikasi kelompok.

b. Mengembangkan keterampilan : adanya dorongan dalam diri setiap anggota ABI untuk mengembangkan keterampilannya melalui keikutsertaan atau keterlibatan dalam komunikasi kelompok.

c. Mengembangkan kemampuan : adanya dorongan dalam diri setiap anggota ABI untuk mengembangkan kemapuannya melalui keikutsertaan atau keterlibatan dalam komunikasi kelompok.

3. Variabel Antara ( Karakteristik Responden)

a. Usia: umur anggota yang menjadi responden.

b. Jenis Kelamin: jenis kelamin anggota yang menjadi responden. c. Pendidikan : pendidikan terakhir anggota yang menjadi responden. d. Prestasi: pencapaian prestasi anggota pada ABI

e. Keanggotaan: lamanya responden menjadi anggota ABI

1. 10. Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalakan karena merupakan instrument kerja dari teori (Singarimbun, 1995:43). Hipotesis adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi, 1995:44).

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: Tidak terdapat hubungan antara komunikasi kelompok dengan minat berolahraga pada anggota Asosiasi BMX Pengda Sumatera Utara di Taman Sri Deli Medan.

Ha: Terdapat hubungan antara komunikasi kelompok dengan minat berolahraga pada anggota Asosiasi BMX Pengda Sumatera Utara di Taman Sri Deli Medan.


(26)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2. 1 Komunikasi

Komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi setiap individu. Pada dasarnya manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya. Begitu pentingnya komunikasi dalam kehidupan kita sehari- hari dan merupakan kegiatan yang tidak terelakkan lagi. Lazimnya, komunikasi diartikan sebagai kegiatan interaksi dan bertukar pesan, namun berikut, namun berikut ini akan dijelaskan beberapa defenisi dari komunikasi.

2. 1.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau communication berasala dari bahasa latin, yaitu communicatus yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Kata sifat communis yang bermakana umum atau bersama- sama. Dengan demikian komunikasi menurut Lexicographer (ahli kamus bahasa), menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan.

Kesamaan bahasa yang digunakan dalam percakapan belum tentu menimbulkan sama makna. Dengan kata lain, mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa tersebut. Jelas bahwa percakapan dapat dikatakan komunikatif apabila kedua- duanya selain mengerti bahsa yang dipergunakan, juga mengerti dari bahan yang dipercakapkan (Effendy, 2003:9).

Berbicara tentang defenisi komunikasi, tidak ada defenisi yang benar ataupun salah. Seperti model dan teori, defenisi harus dilihat dari kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang didefenisikan dan mengevaluasinya. Berikut ini adalah beberapa defenisi komunikasi menurut para ahli (Mulyana, 2007: 62- 66):

1. Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1996:4) mendefenisikan komunikasi demikian: “A process by which a source transmits a message to a receiver through some channel.” (Komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran).

2. Berelson dan Steiner (1964), komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain- lain. Melalui penggunaan simbol- simbol seperti kata- kata, gambar- gambar, angka- angka, dan lainnya.


(27)

3. Gode (1959), komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.

4. Barnlund (1964), komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan- kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.

5. Harold D. Lasswell (1960), sebagaimana dikutip oleh Sendjaja (1999:7) cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut: Who says what in which channel to whom with what effect? (Siapa mangatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan efek bagaimana?)

Paradigma Lasswell ini menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur dasar:

a. Who (Siapa): komunikator, orang yang menyampaikan pesan

b. Says What (Mengatakan Apa): Pesan, pernyataan yang didukung oleh lambang, dapat berupa ide atau gagasan.

c. In Which Channel (Saluran): Media, sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.

d. To Whom (Kepada Siapa): Komunikan, orang yang menerima pesan.

e. With What Effect (Dampak): Efek, dampak sebagai pengaruh dari pesan atau dapat juga diartikan sebagai hasil dari proses komunikasi.

Dari defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian komunikasi adalah seni penyampaian informasi untuk mengubah serta membentuk perilaku komunikan ke pola, sikap pandangan dan pemahaman yang dikehendaki komunikator.

2. 1. 2 Proses Komunikasi

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan dari seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu- raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar “gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat dimengerti, diterima dan bahkan dilakukan oleh komunikan (Effendy, 2003:11).


(28)

Wilbur Schramm (Effendy, 2003:32-33) dalam karyanya “How Communication Works” mengatakan the conditions of success in communication diringkaskan sebagai berikut:

a. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud.

b. Pesan harus menggunakan tanda- tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama- sama dapat dimengerti.

c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan dan menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

d. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Komunikasi yang efektif adalah sejauhmana komunikator mampu berorientasi kepada komunikannya. Berorientasi maksudnya melihat dan memahami pesan yang disampaikan, terkait dengan bentuk pesan, makna pesan, cara penyajian pesan termasuk penentuan saluran yang ditentukan oleh komunikator.

2. 1. 3 Unsur- Unsur Komunikasi

Komunikasi dapat berjalan baik dan lancar jika pesan yang disampaikan seseorang yang didasari dengan tujyan tertentu dapat diterimanya dengan baik dan dimengerti. Suksesnya suatu komunikasi apabila dalam penyampaiannya menyertakan unsur- unsur berikut:

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok, misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau source, sender atau encoder.

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat ataupun propaganda. Sering disebut juga sebagai message, content atau informasi.


(29)

3. Media

Media yang dimaksud adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam- macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi, panca indra dianggap sebagai media komunikasi. Termasuk juga telepon, surat kabar, dan media masa lainnya. 4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.Penerima biasanya terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai bahkan negara. Sering juga disebut sebagai khalayak, sasaran, komunikan, atau audience . Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, maka akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.

5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini biasa terjadi pada pegetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

6. Tanggapan Balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor- faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi waktu (Cangara,2004:23- 27).

Aristoteles (Cangara, 2004:22) mengatakan bahwa suatu pesan akan terlaksana dengan baik dan hanya cukup dengan tiga unsur saja yaitu sumber, pesan dan penerima. Sedangkan Claude E. Shannon dan Warren Weaver


(30)

menyatakan bahwa proses komunikasi memerlukan unsur pengirim, transmitter, sinyal, penerima dan tujuan.

2.1.4 Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi (Effendy,2003:8), yaitu: 1. Menyampaikan informasi (to inform)

2. Mendidik (to educate) 3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi (to influence)

2.1.5 Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi (Effendy,2003:8), yaitu: 1. Perubahan sikap (attitude change)

2. Perubahan pendapat (opinion change) 3. Perubahan perilaku (behavior change) 4. Perubahan sosial (social change)

2.1.6 Ruang Lingkup Komunikasi

Adapun ruang lingkup komunikasi adalah (Effendy, 2003:7-9): 1. Berdasarkan bentuk komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut: a. Komunikasi Personal (personal communication)

1. Komunikasi intrapersonal (intrapersonal communication) 2. Komunikasi antarpersonal (interpersonal communication) b. Komunikasi Kelompok (group communication)

1. Komunikasi kelompok kecil (small group communication) - ceramah (lecture)

- diskusi panel (panel discussion) - forum

- seminar - curah saran

- dan lain sebagainya

2. Komunikasi kelompok besar (large group communication) - retorika

- public speaking - kampanye

c. Komunikasi Organisasi (organization communication) d. Komunikasi Massa (mass communication)

1. Komunikasi Massa Elektronik (electronic mass communication) - pers


(31)

- radio - film - televisi -telepon

- dan lain sebagainya

2. Komunikasi Massa Cetak (printed mass communication) - surat kabar

- pamflet - spanduk - poster

- dan lain sebagainya

2. Berdasarkan Sifat Komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut: a. Tatap muka (face to face)

b. Bermedia (mediated) c. Verbal (verbal) - lisan (oral)

- tulisan/ cetak (written/ printed) d. Non Verbal (non- verbal)

- isyarat badaniah (gertural) - bergambar (pictorial)

3. Berdasarkan Teknik Komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut: a. Jurnalistik (jourmalism)

- jurnalistik cetak (printed journalism)

- jurmalistik elektronik (electronic journalism) - jurnalistik radio (radio journalism)

- jurnalistik televise (television journalism) b. Hubungan Masyarakat (public relations) c. Periklanan (advertising)

d. Pameran (exhibition) e. Publisitas (publicity)

f. Perang Urat Saraf (psychological warfare) g. Propaganda

h. Penerangan

4. Berdasarkan Metode Komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut: a. Komunikasi Informatif (informative communication)

b. Komunikasi Persuasif (persuasive communication) c. Hubungan Manusiawi (human relations)

d. Komunikasi Instruktif/ Koersif (instructive/ coercive communications) 5. Berdasarkan Model Komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Komunikasi Satu Tahap (one step flow communication) b. Komunikasi Dua Tahap (two step flow communication) c. Komunikasi Multi Tahap (multi step flow communication)


(32)

6. Berdasarkan Bidang Komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut: a. Komunikasi Sosial (social communication)

b. Komunikasi manajemen/ organisasi (management/ organizational communication)

c. Komunikasi Perusahaan (business communication) d. Komunikasi Politik (political communication)

e. Komunikasi Internasional (international communication) f. Komunikasi Antarbudaya (intercultural communication) g. Komunikasi Pembangunan (development communication) h. Komunikasi Lingkungan (environment communication) i. Komunikasi Tradisional (traditional communication) 2.1.7 Teori S-O-R

Penelitian ini, didukung oleh teori S-O-R (stimulus- organism- response). Yang beranggapan bahwa organism menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus pula. Jadi, efek yang ditimbulkan oleh reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Adapun unsur model ini, adalah sebagai berikut:

a. Pesan (stimulus, S)

b. Komunikan (organism, O) c. Efek (response, R)

Menurut Effendy (Effendy, 2003:255), perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu itu sendiri. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Dan proses berikutnya adalah si komunikan mengerti dan kemampuan komunikan inilah yang akan melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolah dan menerimanya, maka akan terbentuk sikap terhadap sesuatu yang diperkenalkan, yang dalam hal ini adalah minat berolahraga.

Dapat dikaitkan pula dengan penelitian ini, yakni mengenai komunikasi kelompok terhadap minat berolahraga. Maka dapat ditentukan bahwa:

S (pesan) : Komunikasi Kelompok ABI SUMUT O (komunikan) : Anggota ABI SUMUT


(33)

Perubahan yang terjadi pada individu, sangat bergantung pada proses yang terjadi pada individu itu sendiri. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak.

Maka setelah terjadinya proses- proses yang ada dalam diri komunikan, maka perubahan yang terjadi adalah:

1. Perubahan Kognitif, pada perubahan ini pesan ditujukan kepada komunikan bertujuan hanya untuk mengubah pikiran komunikan.

2. Perubahan Afektif, yang mana dalam hal ini adapaun tujuan komunikator bukan hanya untuk diketahui oleh komunikan, melainkan diharapkan aadanya timbul suatu bentuk perasaan tertentu.

3. Perubahan Behavioral, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.

Dan pada penelitian ini, peneliti terbatas hanya meneliti pada perubahan Behavioral, dimana dalam diri anggota timbul minat berolahraga melalui komunikasi kelompok yang diadakan oleh pengurus maupun senior.

2.2 Komunikasi Kelompok

2.2.1 Pengertian Komunikasi Kelompok

Komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan keseharian kita. Sejak kita lahir, kita mulai bergabung dengan kelompok primer yang dekat yaitu keluarga. Kemudian seiring dengan perkembangan usia dan kemampuan intelektual kita masuk dan terlibat dalam pekerjaan dan kelompok sekunder lainnya yan sesuai dengan minat dan ketertarikan kita. Ringkasnya, kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita, karena melalui kelompok, memungkinkan kita dapat berbagi informasi, pengalaman dan pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya.

Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human Communication, A Revisian of Approaching Speech/ Communication, member batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud dan tujuan yang dikehendaki seperti barbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karateristik pribadi anggota lainnya dengan akurat (the face-to- face interaction of three or more individuals, for a recognized purpose such as


(34)

information sharing, self maintenance, or problem solving, such that the member are able to recall personal characteristics of the members accuratelly).

Ada empat elemen yang tercakup dalam defenisi diatas, yaitu:

1. interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud dan tujuan yang dikehendaki dan kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karaterisrik pribadi anggota lainnya.

2. Terminologi tatap muka mengandung makna bahwa setiap anggota kelompok lainnya dan juga harus dapat mengatur umpan balik secara verbal maupun non verbal dari setiap anggotanya.

3. Maksud dan tujuan yang dikehendaki sebagai elemen ketiga dari defenisi diatas, bermakna bahwa maksud dan tujuan tersebut akan memberikan beberapa tipe identitas kelompok. Jika tujuan tersebut adalah berbagi informasi, maka kommunikasi dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan pengetahuan. Sementara kelompok yang memiliki tujuan pemeliharaan diri, biasanya memusatkan perhatiannnya pada anggota kelompok atau struktur dari kelompok itu sendiri. Dan apabila tujuan kelompok adalah upaya pemecahan masalah, maka kelompok tersebut biasanya melibatkan beberapa tipe pembuatan keputusan untuk mengurangi kesulitan- kesulitan yang dihadapi. 4. Elemen terakhir adalah kemampuan anggota kelompok untuk menumbuhkan

karateristik personal anggota lainnya secara akurat. Ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan dengan satu sama lain dan maksud atau tujuan kelompok telah terdefenisikan dengan jelas, disamping ini identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil dan permanen. (Sendjaja, 2005:33-34)

Batasan lain mengenai komunikasi kelompok dikemukankan oleh Ronald Adler dan George Rodman dalam bukunya: Understanding Human Communication. Merka mengatakan bahwa kelompok merupakan sekumpulan kecil orang yang saling berinteraksi, biasanya tatap muka dalam waktu yang lama guna mencapai tujuan tertentu.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu


(35)

sama lainnnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini biasanya keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah rapat untuk mengambil suatu keputusan.

2.2.2 Bentuk – bentuk Komunikasi Kelompok a. Komunikasi Kelompok Kecil

Komunikasi kelompok kecil (small group communication) adalah komunikasi yang:

- ditujukan kepada kognisi komunikan - prosesnya berlangsung secara dialogis

Dalam komunikasi kelompok kecil komunikator menunjukkan pesannya kepada benak atau pikiran komunikan, misalnya kuliah, ceramah, diskusi, seminar, rapat dan lain- lain. Dalam situasi komunikasi seperti itu logika berperan penting. Komunikan akan menilai logis tidaknya uraian komunikator. Ciri yang kedua dari komunikasi kelompok kecil adalah bahwa prosesnya berlangsung secara dialogis, tidak linier, melainkan sirkular. Umpan balik terjadi secara verbal. Komunikan dapat menaggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika tidak dimengerti, dapat menyanggah bila tidak setuju dan sebagainya.

Dalam kehidupan sehari- hari begitu banyak jenis komunikasi kelompok kecil, antara lain seperti rapat, kuliah, ceramah, diskusi panel, forum, symposium, seminar, konfrensi, kongres, briefing, penataran, lokakarya daln lain- lain.

Di Indonesia sering dijumpai kesalahan dalam memberikan istilah mengenai suatu pertemuan tertentu, misalnya “panel diskusi” mestinya “diskusi panel”. Contoh lainnya adalah “seminar sehari”, padahal kenyataannya bukan seminar, melainkan symposium. Seminar tidak mungkin satu hari, sebab dalam seminar masalah yang dibahas untuk menghasilkan kesimpulan, harus ada siding pleno dan siding komisi. Seminar adalah pertemuan ilmiah, dimana para pesertanya adlaah undangan yang diminta menyumbangkan pemikirannya. Oleh karena itu, peserta seminar diberi biaya akomodasi, transportasi, konsumsi disamping uang siding, bukannya harus membayar seperti yang biasa terjadi dalam seminar sehari tadi.


(36)

b. Komunikasi Kelompok Besar

Sebagai kebalikan dari komunikasi kelompok kecil, komunikasi kelompok besar (large group communication) adalah komunikasi yang:

- ditujukan kepada afeksi komunikan - prosenya berlangsung secara linier

Pesan yang disampaikan oleh komunikator dalam situasi komunikasi kelompok besar ditujukan kepada afeksi komunikan, kepada hatinya atau kepada perasaannya. Contoh untuk komunikasi kelompok besar adalah misalnya rapat raksasa di lapangan. Jika komunikasi kelompok kecil umumnya bersifat homogeny (antara lain sekelompok orang yang sama jenis kelaminnya, sama pendidikannya, atau sama satu status sosialnya), maka komunikan pada komunikasi kelompok besar umumnya bersifat heterogen, mereka terdiri dari individu- individu yang beraneka ragam dalam jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, agama dan lain sebagainya.

Mereka yang heterogen dalam jumlah yang relatif sangat banyak dan berada dalam suatu tempat seperti disebuah lapangan, dalam psikologi disebut massa, yang dipelajari oleh psikologi massa. Dalam situasi seperti itu, khalayak yang diterpa suatu pesan komunikasi, menanggapainya lebih banyak dengan perasaaan daripada pikiran. Logika tidak berjalan. Mereka tidak sempat berfikir logis tidaknya pesan komunikator yang disampaikan kepada mereka. Oleh karena pikiran didominasi olehperasaan, maka dalam situasi kelompok besar terjadi apa yang dinamakan “contagion mentale” yang berarti wabah mental. Seperti halnya dengan wabah yang cepat menjalar, maka dalam situasi komunikasi seperti itu jika satu orang menyatakan sesuatu akan segera diikuti oleh anggota kelompok lainnya secara serentak dan serempak.

Komunikator yang muncul dalam situasi kelompok besar yang menghadapi massa rakyat dinamakan orator atau retor, yang mahir memukau khalayak. Ia menyampaikan pesannya dengan suara keras dan lantang, nadanya bergelombang, tidak monoton, dan kata- katanya bombastis. Khalayak tidak diajak berfikir logis, melainkan diajak berperasaan gairah. Seperti halnya dengan pidato Hitler di Studium Neurenberg semasa Perang Dunia II, dalam situasi


(37)

komunikasi seperti itu terjadi apa yang disebut “infectious exaltation” atau penjalaran semangat yang bernyala- nyala, sejenis histeris atau hipnotis secara kolektif yang mempengaruhi pikiran dan tindakan.

Proses komunikasi kelompok besar bersifat linear, satu arah dari titik yang satu ke titik yang lain, dari komunikator kepada komunikan. Tidak seperti kelompok kecil yang seperti telah diterangkan tadi berlangsung secara sirkular, dialogis, dan bertanya jawab. Dalam pidato dilapangan, kecil kemungkinannya terjadi dialog antara orator dengan salah seorang dari khalayak massa. Maka dengan itu, komunikasi kelompok di Asosiasi BMX Pengda Sumatera Utara di Taman Sri Deli Medan, sebagai salah satu komunikasi kelompok besar karena sifatnya yang heterogen dan bersifat linear.

2.2.3 Fungsi Komunikasi Kelompok

Kita mendapati bermacam- macam kelompok di masyarakat. Artinya, ada faktor- faktor lain yang mendorong terjadinya komunikasi kelompok. Alasan atau motivasi seseorang masuk dalam kelompok dapat bervariasi, antara lain:

a. Seseorang masuk dalam kelompok pada umumnya ingin mencapai tujuan yang secara individu tidak dapat atau sulit dicapai.

b. Kelompok dapat memberikan, baik kebutuhan fisiologis (walaupun tidak langsung) maupun kebutuhan psikologis.

c. Kelompok dapat mendorong pengembangan konsep diri dan mengembangkan harga diri seseorang.

d. Kelompok dapat pula memberikan pengetahuan dan informasi. e. Kelompok dapat memberikan keuntungan ekonomis.

Oleh karena itu, dalam masyarakat kita dapat menjumpai adanya berbagai macam kelompok yang berbeda satu sama lain. Dengan tujuan yang berbeda, mereka masuk dalam kelompok yang berbeda pula (Walgito, 2008:13-15).

Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi- fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi- fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah, pembuatan keputusan dan fungsi terapi. Semua fungsi ini dimanfaatkan untuk kepentingan


(38)

masyarakat, kelompok dan para anggota kelompok itu sendiri. Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok dapat memelihara dan memantapkan hubungan sosial diantara para anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan aktifitas yang informal, santai dan menghibur. Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan. Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhan- kebutuhan dari para anggota kelompok, kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Namun demikian, fungsi pendidikan dalam kelompok akan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak, bergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah informasi baru yang didistribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok serta frekuensi interaksi diantara para anggota kelompok. Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelompok membawa pengetahuan baru yang berguna bagi kelompoknya. Tanpa pengetahuan baru yang disumbangkan masing- masing anggota, mustahil fungsi edukasi ini akan tercapai.

Dalam fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasikan anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha- usaha persuasif dalam suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya. Misalnya, jika usaha- usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai- nilai yang berlaku dalam kelompok, maka justru orang yang berusaha mempersuasi tersebut akan menciptakan suatu konflik, dengan demikian malah membahayakan kedudukannya dalam kelompok.

Fungsi kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan- kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan- keputusan. Pemecahan masalah berkaitan dengan penemuan alternative atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya, sedangkan pembuat keputusan berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahan masalah menghasilakan materi atau bahkan untuk pembuat keputusan.

Terapi adalah fungsi kelima dari kelompok. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki


(39)

tujuan. Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan sosialnya. Tentunya, individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai tujuan.

Anggota kelompok memiliki pengaruh yang sama, satu sama lain untuk menjadikan orang yang bersama- sam itu sebuah kelompok, setiap anggota harus terbuka terhadap pengaruh bersama setiap orang dalam kelompok itu harus ikut serta dalam kegiatan untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Semangat timbal- balik ini meruakan hal yang penting bagi integritas suatu kelompok kecil. Perilaku setiap anggota ditentukan dan menetukan perilaku orang lain. Kehadiran seseorang dalam sebuah kelompok dapat berpengaruh sangat penting terhadap perilaku dan pemikiran anggota lain dan keseluruhan proses dalam kelompok tersebut. Beberapa orang memberikan kontribusi gagasan dan mengajukan pertanyaan- pertanyaan, beberapa orang lainnya menjaga kelompok tetap terpusat pada tugas.

Seorang anggota dapat memberikan kontribusi pada kelompoknya dengan menghentikan ketegangan, berurusan dengan konflik, berpegang pada jadwal, atau bertindak sebagai penyimapan catatan. Seorang pemimpin adalah seorang yang mempengaruhi kelompok, tetapi tindakan kepemimpinannya membantu para anggota mencapai tujuan mereka yang sangat diperlukan bagi kesejahteraan kelompok. Setiap anggota dapat dan harus mempengaruhi anggota- anggota lain dan keputusan kelompok. Suatu faktor yang kritis dari partisipasi kelompok adalah bahwa setiap anggota harus bersikap terbuka dan mampu mengesampingkan ambisi pribadi dan menghindarkan perilaku lain yang dapat merusak kelompok dan hasil akhir tujuannya.


(40)

2.3 Minat Berolahraga 2.3.1 Pengertian Minat

Minat adalah kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan suatu kegiatan tertentu diantara sejumlah kegiatan lain yang berbeda (Sapariah dkk,1982:10). Minat dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu gairah, keinginan. (W.J.S.Purwadarminta,1976:225). Minat merupakan kecenderungan afektif seseorang untuk membuat pilihan aktivitas, kondisi-kondisi individual dapat merubah minat seseorang. Sehingga dapat dikatakan minat itu tidak stabil sifatnya (Muhaimin,1994:4) dan minat adalah kecenderungan seseorang untuk memilih dan melakukan suatu kegiatan tertentu diantara sejumlah kegiatan lain yang tersedia (Whiterington,1991:135).

2.3.2 Ciri-ciri Minat

Menurut pendapat dari Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1998:156) ada beberapa ciri-ciri minat yang dapat didefinisikan, antara lain: (1) cara mengikuti aktivitas olahraga; (2) serius tidaknya dalam mengikuti aktifitas olahraga. Orang yang berminat melakukan aktifitas olahraga seperti olahraga bersepeda, bola voli, sepak bola, bulu tangkis, bola basket dan olahraga lainnya tidak akan mengenal lelah dan dapat menikmati kegiatan tersebut, bahkan dengan sendirinya ia berlatih sendiri tanpa ada yang membimbing. Orang yang berminat terhadap olahraga bersepeda misalnya ia akanmemiliki harapan atau cita-cita dari kegiatan tadi dalam konteks dengan cara melakukannya secara sungguh-sungguh dengan saling mendukung seperti: orang tua, teman, dan orang yang ada disekitarnya.

Selain itu sarana dan prasarana sangatlah penting dalam mendukung minat tersebut. Dorongan yang ada pada diri individu, menggambarkan perlunya perlakuan yang luas, sehingga ciri-ciri terlihat lebih terinci dan jelas sesuai dengan faktor usia. Oleh karena itu ciri-ciri dan minat anak akan menjadi pedoman penyelenggara program aktifitas olahraga dan yang arahnya akan lebih dikategorikan kepada hasil latihan berupa: psikomotor, afektif, kognitif,dan


(41)

domain yang lain. Dengan adanya penggunaan pedoman maka pandangan dan pengembangan program akan sesuai dengan ketepatan masa berlatih dalam melakukan aktifitas olahraga. Kemudian diharapkan akan muncul dalam pikiran, bahwa pada umumnya memiliki ragam tentang pengertian sehat secara rohani dan sehat secara jasmani yang perlu diperhatikan.

2.3.3 Proses Timbulnya Minat

Minat dapat berhubungan dengan daya gerak yang mendorong individu menghadapi atau berurusan dengan orang, keinginan atau bisa juga pengalaman yang diransang oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain minat dapat menjadi penyebab kegiatan atau partisipasi individu melakukan suatu kegiatan. Arah pikiran individu barulah berpengaruh jika minat individu itu sendiri dengan situasi yang individu temukan sendiri.

Tingkah laku manusia dipengaruhi oleh pengalaman dan kesadaran yang bersifat tanggapan atau jawaban sehingga memungkinkan berubahnya hubungan antara gagasan dan proses pemikiran ketika hal ini dialami dan diekspresikan. Sifat pengalaman yang dinamis pada suatu saat akan melahirkan suatu pemikiran yang mantap dan kuat.

Walaupun demikian, dasar perubahan pemikiran dan pandangan berdasarkan kondisi lingkungan yang ada adalah karena pengaruh minat yang melahirkan pengalaman yang nantinya akan mengarahkan pola jiwa individu. Individu tak menyadari kenyataan bahwa demikian menonjol dan kuatnya selektif yang digerakkan oleh minat dan perasaan individu.

Minat timbul karena adanya kebutuhan dan keinginan yang berkenaan dengan dirinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Crow & Crow (1984) dalam situs

Proses terbentuknya minat sering pula diikuti oleh berkurangnya atau memudarnya minat individu. Kenyataan demikian sering kali dialami oleh individu, dan selama objek tersebut berhubungan dengan dirinya maka kedudukan

menjabarkan bahwa minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memperhatikan seseorang, suatu kegiatan atau suatu yang dapat member pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri.


(42)

minat akan tetap bertahan dan berlangsung selama objek yang menjadi perhatiannya bermakna bagi dirinya.

2.3.4 Struktur Terbentuknya Minat

Menurut Kars Wohl (1974:37) dikutip oleh Heri Suhartono dan Cahya Heriawan (2010:19) menggambarkan mengenai terbentuknya minat yang terdiri dari beberapa komponen. Komponen tersebut dibagi lagi menjadi bagian- bagian terkecil sehingga memiliki urutan secara hirarki, komponen yang satu dengan yang lainnya berhubungan secara bertahap. Komponen- komponen tersebut memiliki sub komponen masing- masing. Secara keseluruhan komponen dan sub komponen tersebutmerupakan suatu struktur terbentuknya minat.

Adapun komponen dan sub komponen terbentuknya minat adalah sebagai berikut:

1. Receiving (penerimaan atau perhatian) a. Awareness (kesadaran)

b. Willingness to receive (tertarik atau keinginan untuk menerima)

c. Controlled or selected attention (control atau memberikan perhatian secara selektif)

2. Responding (penanggapan)

a. Aquinsence in responding (menanggapi terdorong oleh saran) b. Willingness to respond (tertarik untuk menanggapi)

c. Satisfaction in respond (menaggapi dengan penuh perasaan yang bergairah) 3. Valuing (Penilaian)

a. Acceptance of value (menerima nilai)

b. Preference for a value (tertarik untuk menanggapi) c. Commitment (komitmen)

4. Organizating (pengornasisasian)

a. Conceptualization of value (mengandung nilai) b. Organization of value (mengembangkan nilai)

5. Characterization by value complex (karateristik pandangan hidup) a. Generalized set (penyambung)

b. Charateristic (karateristik)

Yang menimbulkan minat individu pada suatu objek diawali dengan adanya perhatian atau penerimaan (receiving). Dalam penerimaan ini adanya rasa kesadaran (awareness), yang selanjutnya timbul keinginan untuk menerima (willingness to receive). Kemudian perhatian pada objek yang akan menjadi minatnya dikontrol secara selektif (controlled selected attention), selanjutnya


(43)

adanya penanggapan responding individu tersebut pada objek yang menjadi perhatiannya.

Ada tiga tahapan dalam menanggapi, yang pertama adanya tanggapan karena terdorong oleh saran, permintaan atau suruhan (statisfaction in

responding). Setelah itu baru adanya penilaina (valuing) pada objek yang menjadi minatnya. Pada penelitian ini, diawali dengan adanya penerimaan suatu nilai (acceptance of value), hingga akhirnya timbul kesukaan terhadap nilai (preference of value) pada objek yang menjadi minatnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat digambarkan bahwa struktur terbentuknya minat pada individu terhadap suatu objek disebabkan karena adanya komponen penerimaan, penanggapan atau penilaian. Minat tersebut dimulai dari tahapan adanya kesadaran sehingga akhirnya kesukaan terhadap suatu nilai pada objek yang menjadi minatnya.

2.3.5 Berolahraga

Arti berolahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak hanya secara jasmani tetapi juga rohani, dan bertujuan untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Dalam aktivitas olahraga tentu ada aspek positif dan negatifnya. Aspek positifnya , yaitu 1) Mampu menggerakkan aktivitas sosial, ekonomi, dan politik: adanya interaksi antar manusia (individu dan kelompok), adanya kegiatan jasa, adanya penyerapan tenaga kerja. 2) Mampu mengangkat harga diri pelaku olahraga/ atlet/ pelatih/ pembina/ organisasi/ daerah dan bangsa, kesejahteraan pembina olahraga, dan martabat bangsa di dunia internasional.

Sedang aspek negatifnya, antara lain seperti masih adanya kecenderungan dari banyak atlet dalam mengikuti suatu pertandingan menggunakan segala cara dalam upaya memenangkan pertandingan/ perlombaan, misalnya tidak fair play, tidak disiplin, memanipulasi, melanggar ketentuan (peraturan pertandingan/perlombaan), dan pemakaian doping. Berolahraga adalah sebuah kata dalam bahasa inggris yang berarti olahraga. Sedang sportif yang merupakan kata sifat yang berarti jujur dan ksatria atau gagah. Kata sportivitas yang sebagai kata benda mempunyai arti orang yang melakukan olahraga tersebut (harus)


(44)

memiliki kejujuran dan sikap ksatria dalam bertindak dan berprilaku saat berolahraga, seperti disiplin, mengikuti ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan atau yang telah disepakati bersama, terutama saat mengikuti suatu pertandingan atau perlombaan olahraga.

Makna berolahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan. Sedangkan dalam Webster’s New Collegiate Dictonary (1980) yaitu ikut serta dalam aktivitas fisik untuk mendapatkan kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga pertandingan. Menurut Cholik Mutohir berolahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.

Untuk penjelasan pengertian olahraga menurut Edward (1973) berolahraga harus bergerak dari konsep bermain, games, dan sport. Ruang lingkup bermain mempunyai karakteristik antara lain; a. Terpisah dari rutinitas, b. Bebas, c. Tidak produktif, d. Menggunakan peraturan yang tidak baku. Ruang lingkup pada games mempunyai karakteristik; a. ada kompetisi, b. hasil ditentukan oleh keterampilan fisik, strategi, kesempatan. Sedangkan ruang lingkup sport; permainan yang dilembagakan.

Sesuai dengan pengertian diatas maka dapat kesimpulan bahwa minat berolahraga adalah fungsi kejiwaan atau sambutan yang sadar untuk tertarik terhadap suatu objek mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/ pertandingan untuk mencapai tujuan yang diminati dalam hal ini olah raga terutama bersepeda.


(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yaitu metode yang bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain (Rakhmat, 1993:27). Metode korelasional digunakan untuk meneliti hubungan diantara variabel- variabel.

3.2 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekretariat Asosiasi BMX Indonesia Pengda Sumatera Utara Jalan Mahkamah No.82 C Medan dan tempat latihan di Taman Sri Deli Medan. Adapun penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2012. Peneliti merasa tertarik melakukan penelitian di Asosiasi BMX Indonesia Pengda Sumatera utara karena adanya Komunikasi Kelompok yang stabil dan rutin dilakukan setiap malam hari khususnya malam minggu mulai dari pukul 20.00 s/d 22.00. Komunikasi kelompok untuk memotivasi para anggota dalam bentuk sharing dan latihan bersama.

3.3 Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek dalam penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalan penelitian ini adalah keseluruhan anggota dari Asosiasi BMX Indonesia Pengda Sumatera Utara sampai tahun 2012 yang berjumlah 800 orang.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Untuk pengambilan jumlah sampel, maka dapat menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%, yakni sebagai berikut:


(46)

�= � ��2+ 1 Keterangan:

n = jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = nilai presisi yang ditetapkan

Berdasarkan data yang ada, maka peneliti ini memerlukan sampel sebanyak:

= 800

800 (0,1)2+ 1 �= 800

8 + 1 �= 800

9 n= 88,8888 n = 89 orang

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Dilakukan dengan cara studi terhadap literature serta berbagai sumber bacaan yang dianggap relevan dan mendukung penelitian. Studi kepustakaan ini dapat dilakukan melalui buku- buku, jurnal, dan internet yang berkaitan dengan masalah penelitian.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Pengumpulan data dilapangan ang meliputi kegiatan survey di lokasi penelitian. Dalam hal ini, penelitian lapangan dilakukan melalui:


(47)

a. Kuesioner, yaitu usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden (Nawawi, 1991:117).

b. Wawancara, alat pengumpulan data yang berbentuk sejumlah pertanyaan lisan yang diajukan oleh pengumpul data sebagai pencari informasi (Nawawi, 1995:98).

c. Observasi yaitu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala- gejala yang tampak pada objek penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini kemudian akan dianalisis dengan menggunakan 3 tahap analisis, yaitu:

1. Analisis Tabel Tunggal

Merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan membagi- bagikan variabel penelitian kedalam kategori- kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari kolom, sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995:273).

2. Analisis Tabel Silang

Merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel yang lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif (Singarimbun, 1995:273).

3. Uji Hipotesis

Merupakan pengujian data statistik untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk mengkaji hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan, maka peneliti menggunakan rumus korelasi Spearman’s Rho Rank- Order Correlations, yang bersumber dari aplikasi SPSS for windows 13.0. Dimana Sperman Rho Koefisien adalah metode untuk menganalisis data dan untuk melihat hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala ordinal.


(48)

Selanjutnya, untuk mengukur kekuatan derajat hubungan, digunakan nilai koefisien korelasi sebagai berikut:

< 0,20 : hubungan rendah sekali atau lemah sekali 0,20 – 0,39 : hubungan rendah tapi pasti

0,40 – 0,70 : hubungan yang cukup pasti 0,71 – 0,90 : hubungan yang tinggi

> 0,90 : hubungan yang sangat tinggi

Kemudian tahap selanjutnya adalah mencari besarnya kekuatan pengaruh antara variabel X terhadap Y, yaitu dengan rumus: Kp = (Rs)² x 100% (Rakhmat, 2005:30)

3.6 Pelaksanaan Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti akan melalui beberapa tahapan proses pengumpulan data, yaitu:

3.6.1 Tahap Awal

Pada tahap awal, peneliti terlebih dahulu harus meminta surat izin penelitian kepada bagian pendidikan FISIP USU untuk mengadakan kegiatan penelitian di kantor Asosiasi BMX Pengda Sumatera Utara di Medan. Surat izin ini kemudian ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Asosiasi BMX Pengda Sumatera Utara untuk memperoleh data- data yang diperlukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian.

3.6.2 Pengumpulan Data

Bagian ini merupakan bagian dari penelitian yang dilakukan mengenai “Komunikasi Kelompok dan Minat Berolahraga”, dimana keseluruhan populasi yang berjumlah 800 orang dan yang dijadikan sampel adalah sebanyak 89 orang.

Pengumpulan data dimulai dengan penyebaran kuisoner dimulai sejak tanggal 14 Mei s/d 20 Mei 2012. Jumlah kuisoner yang disebarkan adalah sebanyak 89 buah. Kuisoner ini dibagikan kepada sebagian anggota Asosiasi BMX Indonesia Pengda Sumatera Utara di Taman Sri Deli Medan.

Pada saat pengisian kuisoner, peneliti akan membimbing para responden agar dapat mengisi data- data yang ada dengan baik dan benar.


(49)

3.7 Proses Pengolahan Data

Setelah nantinya peneliti berhasil mengumpulkan data dari 89 orangyang dijadikan responden, maka peneliti akan memulai pengolahan data. Adapun tahapan pengolahan data yang akan peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

1. Penomoran Kuesioner: proses ini dengan memberikan nomor 01-89 dalam kotak nomor responden yang tersedia di kanan atas kuesioner.

2. Editing: pada tahap ini peneliti melakukan perbaikan atau pembenahaan dari jawaban responden yang meragukan untuk menghindari terjadinya kesalahan pengisian data dalam kotak kode yang disediakan.

3. Coding: proses pemindahaan jawaban responden ke dalam kotak-kotak kode yang telah disediakan pada lembar kuesioner dalam bentuk angka (skor)

4. Inventarisasi: data mentah yang diperoleh dimasukkan kedalam lembar FC (Foltron Cobol) sehingga membentuk kesatuan.

5. Tabulasi data: pada tahap ini data kuesioner penelitian dimasukkan kedalam tabulasi deskriptif frekuensi, tabulasi deskriptif tabel silang (crosstab), persentase, dan selanjutnya dianalisa kecenderungan jawaban sebagai jawaban mayoritas yang menunjukkan keadaan umumnya dengan menggunakan piranti lunak SPSS versi 13.0.


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah dan Perkembangan BMX

BMX dimulai pada awal tahun 1970-an ketika anak- anak Amerika mulai balap sepeda di trek kotoran di Southern California, menggambar inspirasi dan motorcross dan superstars of the time. Ukuran arena yang ada diperkecil sehingga sesuai dengan tenaga manusia untuk menjadikan alam sepeda pilihan, karena mereka dengan mudah disesuiakan dengan penanganan dan kinerja tenaga yang lebih baik. BMX merupakan fenomena dipertengan tahun 1970-an sehingga beberapa puluh tahun trek/ sirkuit dibangun di Californiadan membuat para produsen berusaha untuk merancang sepeda khusus untuk olahraga BMX. Hingga akhirnya BMX diperkenalkan ke khalayak ramai khususnya di California hingga mewabah ke negara- negara lain termasuk Indonesia.

BMX kemudian masuk menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan di arena Pekan Olaraga Nasional (PON VI) Kalimantan Timur serta menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan di Olympiade Beijing 2008. Hal ini menunjukkan bahwa keseriusan dalam olahraga BMX ini tidak lagi menjadi alasan untuk kita memandang sebelah mata terhadap olahraga sepeda BMX. Melihat kondisi yang ada, maka Asosiasi BMX Indonesia Pengda Sumatera Utara yang merupakan wadah BMX dengan tujuan untuk membina dan mengembangkan dengan seriusa olahraga BMX dengan mengirimkan atlit- atlit BMX Pengda Sumatera Utara untuk berlaga di Kejuaraan Indonesia Open Extreme Sport Championship (IOXC) pada Oktober 2011 yang lalu.

Asosiasi BMX Sumatera Utara sebenarnya sudah berdiri sejak tahun 2009 tetapi pengukuhannya dari Pengurus Nasional Asosiasi BMX Indonesia dikeluarkan dan disahkan pada tanggal 20 Januari 2010. Olahraga sepeda BMX ini dinaungi lagi oleh FORMI (Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia) yang diketuai oleh Drs. Sujamrat Amro MM sehingga olahraga sepeda BMX ini bukan hanya sebagai bagian untuk dijadikan pertandingan saja tetapi juga untuk


(51)

mengajak masyarakat secara luas untuk menumbuh kembangkan kembali sepeda sebagai sarana untuk menuju hidup sehat dan terciptanya go green.

Adapun susunan pengurus AsosiasiBMX Pengda Sumatera Utara Periode tahun 2009- 2014 adalah sebagai berikut:

A. PEMBINA

1. GUBERNUR SUMATERA UTARA 2. KONI SUMATERA UTARA

3. KADISPORA SUMATERA UTARA

B. PENASEHAT

1. KETUA KOMISI E DPRD SUMATERA UTARA 2. FORMI SUMATERA UTARA

3. PENGPROV ISSI SUMATERA UTARA 4. JIM HENDRALIM

C. PENGURUS

1. KETUA : RENO HENDRA MANURUNG

2. SEKRETARIS JENDRAL : BAHRAIN, SH, M.H

3. SEKRETARIS : RAHMAT HIDAYAT

4. BENDAHARA : FADALLAH ANSARI

5. HUMAS : HUSAINI AZHAR PANE, S.E

D. BIDANG- BIDANG

1. BID. BMX FREESTYLE : DWI ANDIKA 2. BID. BMX SUPERCROSS : SULAIMAN

3. BID. PERALATAN : EDI SUPANTO

4. BID. LITBANG : ARIFIN

5. BID. IT : EMPHIE

6. BID PERLOMBAAN : IRWANSYAH


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

BIODATA

Nama : Daniel Karo Sekali

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 28 Desember 2012

Agama : Kristen Protestan

NIM : 100922011

Departemen : Ilmu Komunikasi

Alamat : Jl. Sembada GG. Perkenalan No.1B Psr.V Pd.

Bulan

Pendidikan :

TK. FAJAR MEDAN (1993- 1994)

SD. ST. ANTONIUS MEDAN (1994- 2000) SLTP. P. CAHAYA MEDAN (2000- 2003)

SMU KRISTEN IMMANUEL MEDAN (2003- 2006)

AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI MEDAN (2006- 2009) ILMU KOMUNIKASI FISIP USU (2010- 2012)

Orang Tua :

AYAH : B. KARO SEKALI B.Sc

IBU : Dra. M. MUNTHE

Anak ke : Dua dari dua bersaudara

Nama Saudara : Deviyanti Karo Sekali S.Sos


Dokumen yang terkait

Peran Komunikasi Kelompok dan Minat Berolahraga (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Minat Berolahraga Pada Anggota Asosiasi BMX Indonesia Pengda Sumatera Utara di Taman Sri Deli Medan

0 68 104

Komunikasi Kelompok Kecil Dan Motivasi Kerja (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Motivasi kerja Karyawan PT Tupperware Indonesia Cabang Medan Maimun)

2 70 103

Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Sikap Anak (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Kelompok oleh Lembaga Obor Sahabat terhadap Sikap Anak di Daerah Pembuangan Sampah Akhir Simpang Kongsi Medan)

0 28 102

Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Aktualisasi Diri (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Aktualisasi Diri pada Mahasiswa UKM Sepak Bola Universitas Sumatera Utara)

6 58 123

Komunikasi Kelompok Dan Motivasi Pengembangan Diri (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Motivasi Pengembangan Diri pada Member MLM CNI di PO DC-369 Kota Pematang Siantar)

5 141 126

Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Motivasi Kerja Karyawan PT Oriflame Medan

14 127 155

Komunikasi Dalam Kelompok Indigo Di Kota Jakarta (Studi Etnografi Komunikasi Tentang Komunikasi Dalam Kelompok Indigo)

3 20 102

Komunikasi Kelompok Kecil Dan Motivasi Kerja (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Motivasi kerja Karyawan PT Tupperware Indonesia Cabang Medan Maimun)

0 1 11

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi Kelompok II.1.1 Pengertian Komunikasi Kelompok - Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Aktualisasi Diri (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Aktualisasi Diri pada Mahasiswa UKM Sepak Bola

0 1 45

Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Aktualisasi Diri (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Aktualisasi Diri pada Mahasiswa UKM Sepak Bola Universitas Sumatera Utara)

0 0 12