Faktor Penggunaan dan Pengelolaan Lahan CP Satuan Lahan Satuan lahan dapat digunakan untuk mempersempit atribut peta akibat proses Estimasi Erosi

70 source“ pilih “Tinggi” dimana field tinggi ini yaitu garis tinggi dalam kontur atau elevasi, dilanjutk an dengan mengklik “OK”. 7. Setelah mendapatkan TIN, maka langkah selanjutnya adalah membuat kelerengan “Derive slope”. Untuk membuat kelas lereng ini klik menu “Surface” kemudian klik “Derive Slope”, maka akan muncul kotak dialog “Output Grid Specification” dimana isi dalam kotak dialog ini adalah “Output Grid Extent : Same As kelerengan” dan “Output Grid Cell Size : 90” nilai ini adalah dalam 1 pixel adalah lebar dan panjangnya adalah 90 meter, kemudian “ENTER” 8. Tahapan selanjutny a adalah pilih menu “Analysis” kemudian “Reclassify” maka akan muncul kotak dialog “Reclassify Values” dan klik “Classify” yang dimaksudkan untuk membagi kelerengan menjadi 5 kelas berdasarkan nilai kemiringan lereng tabel 2.3.

3.8.4 Faktor Penggunaan dan Pengelolaan Lahan CP

Faktor CP ditentukan berdasarkan analisis data sekunder berupa peta digital tata guna lahan yang diperoleh dari BPDAS Wampu-Sei Ular. Dengan menggunakan bantuan perangkat sistem informasi geografis SIG Indeks penggunaan dan pengelolaan lahan CP diidentifikasi berdasarakan jenis penggunaan dan pengelolaan lahan untuk masing-masing daerah.

3.8.5 Satuan Lahan Satuan lahan dapat digunakan untuk mempersempit atribut peta akibat proses

tumpang susun. Satuan lahan merupakan satuan pemetaan dan pengamatan terkecil yang merupakan kesatuan lahan yang memiki faktor fisik yang sama, dalam arti erosi yang terjadi pada lahan dalam suatu unit lahan tersebut dianggap sama. Dalam hal ini UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 71 satuan lahan didasarkan pada sub DAS. Setiap lahan pada masing-masing sub DAS dianggap satu kesatuan. Pada Analasis tiap Sub DAS satuan lahan dibatasi berdasarkan perbedaan topografi, jenis penggunaan lahan tanah yang terdapat pada daerah penelitian. Pada tugas akhir ini, dasar pembuatan satuan lahan adalah sub DAS masing-masing. Peta tutupan lahan dibelah melalui proses geoprocessing menjadi tutupan lahan pada masing-masing sub DAS. Kode satuan lahan pada sub DAS masing-masing dapat dibuat terlebih dahulu sebelum ditumpangsusunkan dengan faktor-faktor penentu nilai erosi lainnya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses pengerjaan. Setelah itu barulah dimulai proses tumpang susun untuk masing-masing satuan lahan.

3.8.6 Estimasi Erosi

Setiap peta tematik yang ada yang akan mewakili parameter-parameter metode USLE Universal Soil Loss Equation kemudian ditumpangsusunkan overlay untuk menghasilkan suatu peta baru yang disebut peta erosi. Untuk membuat peta erosi ini pengolahan data spasial harus dilakukan dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis SIG memamfaatkan perangkat lunak ESRI Acrview Versi 3.3. Dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Sistem Informasi Geografis SIG ArcView dapat dilakukan proses tumpang susun overlay dengan mudah. Software tambahan extension Geoprocessing yang terintegrasi dalam Software ArcView sangat berperan dalam proses ini. Didalam extension ini terdapat beberapa fasilitas overlay dan fasilitas lainnya seperti; union, dissolve, merge, clip, intersect, asign data. Selain extension geoprocessing extension xtools juga dapat digunakan untuk proses tumpang susun ini. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 72 Proses tumpang susun dilakukan secara bertahap sesuai dengan satuan lahan masing-masing. Dimulai dari peta tata guna lahan yang ditumpangsusunkan dengan peta erodibilitas tanah. Kemudian hasilnya ditumpangsusunkan lagi dengan peta kelerengan. Peta keseluruhan hasil tumpang susun tersebut yang masih dalam bentuk satuan lahan yang dibatasi sub DAS kemudian disatukan kembali dengan proses “geoprocessing” dari perangkat Sistem Informasi Geografis SIG Arcview 3.3. Setelah selesai barulah kemudian menumpangsusunkannya dengan peta erosivitas hujan. Hasil tumpang susun akhir inilah yang disebut peta erosi. Langkah tumpang susun yang berulang akan menyatukan atribut tiap-tiap peta sehingga akan merepotkan dalam penyusuann data. Satuan lahan akan mempermudah hal ini dengan membagi peta DAS keseluruhan menjadi potongan sub DAS. Hasil erosi kemudian diklasifikasikan berdasarkan tabel berikut: Tabel 3.7 Penilaian Erosi Hasil Prediksi Metode USLE No Kelas Laju erosi tonhatahun 1 I 15 2 II 15 - 60 3 III 60 - 180 4 IV 180 - 480 5 V 480 Sumber: Rauf 2011

3.9 Penentuan Tingkat Bahaya Erosi TBE