6. Uji F Uji F digunakan untuk menguji model, maksudnya untuk mengukur
kemampuan variabel independen yaitu kepemimpinan transformasional dapat menjadi prediktor variabel dependen yaitu efikasi kolektif guru.
Hasil output dari Uji F dapat dilihat pada tabel 5.18
Tabel 5.18 Uji F
ANOVA
b
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
303.757 1
303.757 8.381
.005
a
Residual 2827.131
78 36.245
Total 3130.888
79
Sumber: Data primer, diolah 2015 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa nilai sig sebesar 0,005, jadi dapat
disimpulkan bahwa variabel kepemimpinan transformasional kepala dapat menjadi prediktor variabel efikasi kolektif
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru-guru terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah, tingkat efikasi guru-guru di
SMP Negeri 1 Tempel, SMP Negeri 2 Tempel, SMP Negeri 3 Tempel, SMP Negeri 4 Tempel dan SMP Muhamadiyah 1 Tempel, dan kontribusi
kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru. 1. Persepsi guru-guru terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah
dan tingkat efikasi guru. Untuk rumusan pertanyaan nomor 1 mengenai persepsi guru-guru terhadap
kepemimpinan transformasional kepala sekolah dapat dikatakan transformatif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karena dari kedelapan dimensi kepemimpinan transformasional bersifat transformatif semua. Dimensi dari kepemimpinan transformasional yang
memiliki nilai tertinggi yang bersifat transformatif adalah dimensi kedua yaitu membangun konsensus sekolah sebesar 85. Hal ini dapat diartikan bahwa
kepala sekolah yang berupaya mendorong supaya para guru dan staf dapat bersatu dan bekerjasama serta membantu mereka dalam bekerja sama untuk
mencapai tujuan. Selain dimensi kedua yang menurut persepsi guru mampu memberikan
pengaruh yang sangat baik bagi mereka, terdapat dimensi kedelapan yaitu menciptakan struktur kolaboratif yang menduduki urutan kedua dengan jumlah
sebesar 78,75. Hal ini dapat diartikan bahwa bagi guru perilaku kepala sekolah dimana dia memberikan kesempatan kepada para guru dan staf untuk ikut serta
dalam pengambilan keputusan yang terkait diri mereka mampu membuat guru merasa bahwa diri mereka sangat dibutuhkan dalam pengambilan sebuah
keputusan untuk kebaikan bersama. Selain dimensi kedelapan, masih terdapat dimensi yang menurut persepsi
guru bersifat transformatif adalah dimensi ketiga yaitu ekspektasi kinerja tinggi sebesar 76,25. Hal ini dapat diartikan bahwa kepala sekolah yang menunjukkan
ekspektasi yang tinggi terhadap guru dan karyawan mampu membuat guru bekerja secara inovatif, pekerja keras serta profesional.
Dimensi berikutnya yang bersifat transformatif adalah dimensi pertama atau visi bersama sebesar 73,75. Hal ini dapat diartikan bahwa kepala sekolah
berupaya untuk mengembangkan dan menyalurkan visi kepada guru maupun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karyawan serta mampu membuat mereka memahami dan terinspirasi untuk melakukan visi tersebut.
Dimensi berikutnya yang bersifat transformatif adalah dimensi keenam yaitu dimensi membangun stimulasi intelektual sekolah sebesar 67,5. Hal ini
dapat diartikan bahwa perilaku kepala sekolah mendorong staf dan guru untuk mencoba sesuatu yang baru serta mengajak guru dan staf untuk memikirkan
dan mempertimbangkan kembali asumsi-asumsi mengenai pekerjaa mereka dan apa yang dilakukan supaya asumsi itu bisa diwujudkan.
Dimensi berikutnya menurut persepsi guru transformatif adalah dimensi kelima yaitu dukungan sosial sebesar 60. Hal ini dapat diartikan bahwa
perilaku kepala sekolah mau mendengarkan ide dari para guru, memahami betul kemampuan dan ketertarikan mereka serta mencari tahu pemahaman para
guru terhadap suatu masalah serta memberikan pujian atas kerja keras yang baik.
Dimensi berikutnya menurut persepsi guru transformatif adalah dimensi ketujuh yaitu membangun kultur sekolah dengan jumlah sebesar 53,75. Hal ini
dapat dikatakan bahwa bagi para guru perilaku kepala sekolah untuk membangun nilai, keyakinan dan norma sekolah, serta menciptakan suasana
saling percaya dan perhatian satu dengan yang lain sangat penting dalam membina kerjasama antara kepala sekolah dengan guru untuk mencapai tujuan
yang ingin dicapai bersama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Selanjutnya yang terahkir adalah di menjadi model jadi kepala sekolah harus memberikan contoh yang baik supaya perilaku dan tindakannya bisa
menjadi contoh baik bagi para guru, karyawan dan siswa Hal ini bisa terjadi karena kepala sekolah mampu menerapkan jenis
kepemimpinan yang mampu membuat para guru percaya, termotivasi dan mau mengikuti apa yang dikatakan oleh kepala sekolah. Menurut Leithwood,
keberhasilan seorang kepala sekolah dalam menerapkan kepemimpinan transformasional adalah dengan menerapkan kedelapan dimensi diatas.
Menurut hasil diatas dimana kedelapan dimensi bersifat transformatif, maka dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah telah berhasil dalam menerapkan
kepemimpinan transformasional. Sedangkan dimensi dimana menurut persepsi guru paling berpengaruh adalah dimensi kedua yaitu membangun konsensus
sekolah sebesar 85 mengapa dimensi membangun konsensus sekolah paling tinggi karena dari seorang kepala sekolah yang mendorong agar para guru dan
staf dapat bersatu dan bekerja sama serta membantu mereka dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan. Jadi dorongan dan dukungan dari kepala
sekolah sangat dibutuhkan oleh guru-guru. Dan nilai terendah adalah menjadi model artinya perilaku atau tindakan kepala sekolah dimana tindakannya bisa
menjadi contoh bagi guru-guru dan karyawan. Jika tindakan kepala sekolah tidak baik atau tidak memberikan panutan yang baik kepada bawahan maka
bisa mengakibatkan kinerja guru-guru dan karyawan kurang baik juga. Untuk menjawab pertanyaan kedua menunjukkan bahwa tingkat efikasi
kolektif masuk dalam kategori sangat tinggi sebesar 21,25. Sedangkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tingkat efikasi guru tinggi sebesar 76,25 dan cukup tinggi sebesar 2,5. Hal ini dapat terjadi karena tingkat efikasi atau kepercayaan guru terhadap sesama
rekan kerja sangat bagus. Mereka saling percaya dan bergantung satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama. Dalam usaha yang melibatkan
sistem saling ketergantungan, anggota atau para guru saling bekerjasama untuk meraih tujuan kelompok atau mendapatkan hasil. Dalam penelitian ini, efikasi
kolektif guru pada lima SMP di Kecamatan Tempel sudah termasuk baik. Untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga maka dapat dilihat pada
tabel 5.16.
Tabel 5.16 Hasil Uji Hipotesis
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
62.900 6.233
10.092 .000
KT .094
.032 .311
2.895 .005
Sumber: Data primer, diolah 2015 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat kontribusi kepemimpinan
transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru sebesar 0,311 dengan signifikansi sebesar 0,005
α, artinya bahwa erdapat kontribusi positif antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif
guru. Kontribusi kepemimpinan transformasional kepala sekolah nilainya cukup kecil. Hal ini terjadi karena masih banyak variabel yang mempengaruhi
efikasi kolektif guru selain kepemimpinan transformasional yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
90
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan