Kontribusi gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru SMP di Kecamatan Tempel.

(1)

KONTRIBUSI GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP EFIKASI KOLEKTIF GURU SMP DI KECAMATAN

TEMPEL

April Liana Wulanningsih Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah; (2) mendeskripsikan tingkat efikasi kolektif guru SMP di Kecamatan Tempel; (3) menguji dan menganalisis seberapa besar kontribusi gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksplanatori yang dilaksanakan pada bulan Oktober – November 2015. Populasi penelitian ini adalah guru-guru SMP di Kecamatan Tempel sebanyak 100 orang. Sampel penelitian ini sebanyak 80 orang. Sampel diambil dengan teknik sampling insidental. Data dikumpulkan dengan mengunakan kuesioner. Variabel dependen penelitian ini adalah efikasi kolektif guru, sedangkan variabel independ penelitian ini adalah kepemimpinan transformasional kepala sekolah. Analisis data dilakukan dengan metode regresi linear sederhana.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) menurut persepsi guru kepemimpinan kepala sekolah masuk dalam kategori transformatif dan dimensi yang paling mendukung adalah membangun konsensus sekolah; (2) tingkat efikasi kolektif guru masuk dalam kategori tinggi; dan (3) ada kontribusi positif kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru (r = 0,311, sig 0,005 < 0,05). Uji F menunjukkan kepemimpinan transformasional kepala sekolah dapat menjadi prediktor efikasi kolektif guru ( F = 8,381, sig = 0,005 < 0,05) dan kemampuan kepemimpinan transformasional kepala sekolah menjadi prediktor efikasi kolektif guru = 9,7%.


(2)

LEADERSHIP STYLE TO COLLECTIVE EFFICACY OF JUNIOR HIGH SCHOOL TEACHERS IN TEMPEL DISTRICT

April Liana Wulanningsih Sanata Dharma University

2016

This research aims to: (1) describe principal’s transformational leadership style; (2) describe level collective efficacy of Junior High School teachers in Tempel District; (3) examine and analyze how well the contribution of principal’s transformational leadership style to the collective efficacy teachers.

This research is an explanatory descriptive research which was conducted from October to Nobember 2015. The population of this research were 100 teachers of Junionr High Schools in Tempel District. The samples of this research were 80 teachers Junior High School in Tempel district. Samples taken by applying incidental sampling techniques. Data were collected by questionnaires. The dependent variance for this research was collective efficacy teachers, whereas the independent variance for this research was principal’s transformational leadership. Data were analyzed by using simple regression analysis.

This result shows to that: (1) according to teachers’perceptions of principal’s leadership belongs to transformative category and dimension which supports most is to build the consensus of the school; (2) the level of teachers collective efficacy in high category; (3) there is positive contribution of pricipal’s transformational leadership to the teachers collective efficacy (r = 0,311 ; sig = 0,005 < 0,05). Test F shows that principal’s transformational leadership can be a teacher predictor collective efficacy (F = 8,381, sig = 0,005) and the ability of principal’s transformational leadership of school principal becomes teacher predictor collective efficacy = 9,7%.

Keywords: principal’s transformational leadership, headmaster, collective efficacy, teachers


(3)

i

KONTRIBUSI GAYA KEPEMIMPINAN

TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP

EFIKASI KOLEKTIF GURU SMP DI KECAMATAN TEMPEL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh:

April Liana Wulanningsih NIM: 111324037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ku persembahkan hasil karyaku ini untuk :

Tuhan Yesus dan Bunda Maria, yang selalu menuntun dan memberikan kasih yang berlimpah di dalam setiap langkah hidupku. Bapak dan ibu terkasih Paulus Suadi dan Sumini. Terimakasih atas bimbingan, kasih sayang, dukungan dan doanya selama ini. Mas, mbak dan adek ku Yunar Deni Yanto, Rusman Prasetyo, Agustin Wijayanti dan Fepta Setya Ningsih. Terimakasih atas doa dan dukungannya. Kekasihku Siswanto Athanasius Rerebain. Terimakasih atas semangatnya memotivasiku, mendukung, mendoakan, mendengarkan keluh kesahku dan selalu ada di setiap ku membutuhkan mu. Sahabat dan adek-adek Ripta, Deta, Mbak Anin, Deni, Yuli, Reres, Firma, Nita, Ranti, Ita, Gegen, Alex dan Nona. Terimakasih atas semangat, dukungan dan doanya. Terimakasih Pula untuk dosen pembimbing yang telah sabar membimbing saya selama menyelesaikan tugas akhir ini.


(7)

v

Terimakasih pula untuk almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma.


(8)

vi

MOTTO

P

a a a

a a a ”

“A a

a

a a a a

-rantingnya.

Barangsiapa tinggal didalam aku dan di dalam dia, dia berubah

banyak, sebab diluar aku kamu tidak dapat berbuat apa-

a a”

(Yohanes 15:5)


(9)

(10)

(11)

ix

ABSTRAK

KONTRIBUSI GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP EFIKASI KOLEKTIF GURU SMP DI KECAMATAN

TEMPEL

April Liana Wulanningsih Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah; (2) mendeskripsikan tingkat efikasi kolektif guru SMP di Kecamatan Tempel; (3) menguji dan menganalisis seberapa besar kontribusi gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksplanatori yang dilaksanakan pada bulan Oktober – November 2015. Populasi penelitian ini adalah guru-guru SMP di Kecamatan Tempel sebanyak 100 orang. Sampel penelitian ini sebanyak 80 orang. Sampel diambil dengan teknik sampling insidental. Data dikumpulkan dengan mengunakan kuesioner. Variabel dependen penelitian ini adalah efikasi kolektif guru, sedangkan variabel independ penelitian ini adalah kepemimpinan transformasional kepala sekolah. Analisis data dilakukan dengan metode regresi linear sederhana.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) menurut persepsi guru kepemimpinan kepala sekolah masuk dalam kategori transformatif dan dimensi yang paling mendukung adalah membangun konsensus sekolah; (2) tingkat efikasi kolektif guru masuk dalam kategori tinggi; dan (3) ada kontribusi positif kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru (r = 0,311, sig 0,005 < 0,05). Uji F menunjukkan kepemimpinan transformasional kepala sekolah dapat menjadi prediktor efikasi kolektif guru ( F = 8,381, sig = 0,005 < 0,05) dan kemampuan kepemimpinan transformasional kepala sekolah menjadi prediktor efikasi kolektif guru = 9,7%.

Kata kunci : kepemimpinan transformasional kepala sekolah, efikasi kolektif guru.


(12)

x ABSTRACT

THE CONTRIBUTION OF PRINCIPAL’S TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP STYLE TO COLLECTIVE EFFICACY OF JUNIOR HIGH

SCHOOL TEACHERS IN TEMPEL DISTRICT

April Liana Wulanningsih Sanata Dharma University

2016

This research aims to: (1) describe principal‟s transformational leadership style; (2) describe level collective efficacy of Junior High School teachers in Tempel District; (3) examine and analyze how well the contribution of principal‟s transformational leadership style to the collective efficacy teachers.

This research is an explanatory descriptive research which was conducted from October to Nobember 2015. The population of this research were 100 teachers of Junionr High Schools in Tempel District. The samples of this research were 80 teachers Junior High School in Tempel district. Samples taken by applying incidental sampling techniques. Data were collected by questionnaires. The dependent variance for this research was collective efficacy teachers, whereas the independent variance for this research was principal‟s transformational leadership. Data were analyzed by using simple regression analysis.

This result shows to that: (1) according to teachers‟ perceptions of principal‟s leadership belongs to transformative category and dimension which supports most is to build the consensus of the school; (2) the level of teachers collective efficacy in high category; (3) there is positive contribution of pricipal‟s transformational leadership to the teachers collective efficacy (r = 0,311 ; sig = 0,005 < 0,05). Test F shows that principal‟s transformational leadership can be a teacher predictor collective efficacy (F = 8,381, sig = 0,005) and the ability of principal‟s transformational leadership of school principal becomes teacher predictor collective efficacy = 9,7%.

Keywords: principal’s transformational leadership, headmaster, collective efficacy, teachers


(13)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas berkat dan penyertaan selama beberapa semester ini, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Kontribusi Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Efikasi Kolektif Guru SMP di Kecamatan Tempel.

Skipsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan akhir mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Univeritas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph. D sebgai Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta periode 2014-2018.

2. Bapak Rohandi, Ph. D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti M.Si., M.Ed selaku Kepala Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti M.Si., M.Ed selaku Dosen Pembimbing I yang telah sabar membimbing dan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi.

5. Bapak C. Teguh Dalyono, M.S Selaku Dosen Pembimbing II yang telah sabar membimbing dan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi.

6. Seluruh Bapak Ibu Dosen program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah membagi ilmunya selama proses perkuliahan.

7. Bapak Paulus Suadi dan Ibu Sumini yang telah sabar membimbing dan mendidik saya hingga saat ini, memberikan kasih sayang yang tulus, selalu memberikan dukungan di setiap apa yang saya lakukan dan terimakasih atas kerja keras bapak dan ibu untuk membiayai semua kebutuhan saya.


(14)

(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR SKEMA ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9


(16)

xiv

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepemimpinan ... 12

1. Pengertian Kepemimpinan ... 12

2. Dimensi Kepemimpinan Transformasional ... 16

B. Penelitian Terdahulu Kepemimpinan Transformasional ... 18

C. Efikasi Kolektif ... 19

1. Pengertian Efikasi Kolektif ... 19

2. Faktor-faktor Efikasi Kolektif ... 20

D. Penelitian Terdahulu Efikasi Kolektif ... 21

E. Dampak Positif Kepemimpinan Transformasional ... 23

F. Dampak Positif Efikasi Kolektif ... 23

G. Hubungan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap Efikasi Kolektif Guru ... 23

H. Kerangka Berfikir ... 24

I. Hipotesis ... 26

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 28

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 28

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 29

E. Operasionalisasi Variabel ... 29

1. Variabel Dependen ... 29

2. Variabel Independen ... 29

F. Data yang Diperlukan ... 33


(17)

xv

G. Teknik Pengumpulan Data ... 34

H. Pengujian Instrumen Penelitian ... 34

1. Validitas ... 34

2. Reliabilitas ... 40

I. Teknik Analisis Data ... 42

1. Analisis Deskritif ... 43

2. Teknik Pengujian Hipotesis ... 50

a. Uji Prasyarat ... 50

b. Uji Hipotesis ... 51

c. Regresi Linier Sederhana ... 52

BAB IV. GAMBARAN UMUM A. SMP Negeri 1 Tempel ... 55

B. SMP Negeri 2 Tempel ... 59

C. SMP Negeri 3 Tempel ... 62

D. SMP Negeri 4 Tempel ... 64

E. SMP Muhamadiyah 1 Tempel ... 69

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 72

1. Demografi Responden ... 72

a. Tingkat Pendidikan ... 73

b. Status Pekerjaan ... 74

c. Masa Kerja ... 74

d. Hasil deskripsi per variabel ... 75

2. Analisis Uji Prasyarat ... 80


(18)

xvi

b. Uji Homogenitas Varian ... 82

c. Uji Linierlitas ... 82

3. Uji Hipotesis ... 83

4. Uji R2 ... 84

5. Uji F ... 85

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 85

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90

B. Keterbatasan Penelitian ... 91

C. Saran ... 92

Daftar Pustaka ... 94 Lampiran


(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman II.1 Kepemimpinan Sebagai Suatu Proses Sistem ... 14 III.1 Data Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ... 33 III.2 Data Efikasi Kolektif Guru ... 33 III.3 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dimensi

Visi Bersama ... 36 III.4 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dimensi

Membangun Kultur Sekolah ... 36 III.5 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dimensi

Ekspektasi Kinerja yang Tinggi ... 37 III.6 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dimensi

Menjadi Model ... 37 III.7 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dimensi

Dukungan Individual ... 37 III.8 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dimensi

Memberi Stimulasi Intelektual ... 38 III.9 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dimensi

Membangun Kultur Sekolah ... 38 III.10 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dimensi

Menciptakan Struktur Kolaboratif ... 39 III.11 Uji Validitas Efikasi Kolektif Guru ... 39


(20)

xviii

III.12 Hasil Uji Reliabilitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

(Per Dimensi) ... 41

III.13 Hasil Uji Reliabilitas Efikasi Kolektif Guru ... 42

V.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 73

V.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan ... 74

V.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 74

V.4 Kategori Dimensi Visi Bersama ... 75

V.5 Kategori Dimensi Membangun Konsensus Sekolah ... 76

V.6 Kategori Dimensi Ekspektasi Kinerja Yang Tinggi ... 76

V.7 Kategori Dimensi Menjadi Model... 77

V.8 Kategori Dimensi Dukungan Individual ... 78

V.9 Kategori Dimensi Memberi Stimulasi Intelektual ... 78

V.10 Kategori Dimensi Membangun kultur sekolah ... 79

V.11 Kategori Dimensi Dimensi Menciptakan Struktur Kolaboratif ... 79

V.12 Kategori Efikasi Kolektif ... 80

V.13 Hasil Uji Normalitas ... 81

V.14 Uji Homogenitas Varians ... 82

V.15 Hasil Uji Linearitas ... 82

V.16 Hasil Uji Hipotesis ... 83

V.17 Uji R2 ... 84


(21)

xix

DAFTAR SKEMA

Skema Halaman

II.1 Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap


(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 96 Lampiran 2 Kisi-kisi Kepemimpinan Transformasional dan Efikasi Kolektif.. 101 Lampiran 3 Kuesioner ... 112 Lampiran 4 Data Guru ... 120 Lampiran 5 Uji Normalitas ... 128 Lampiran 6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 129 Lampiran 7 Uji Homogenitas Varians dan Uji Linearitas ... 146 Lampiran 8 Uji Regresi Linear Sederhana ... 147


(23)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan merupakan salah satu hal pokok yang dibutuhkan oleh masyarakat karena pendidikan diharapkan dapat menjadi batu pijakan untuk meningkatkan perekonomian suatu bangsa. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia menghambat munculnya orang-orang yang berkualitas. Pendidikan sendiri diharapkan mampu menghasilkan orang-orang yang berkualitas untuk membangun negara ini menuju negara yang lebih maju.

Namun, saat ini permasalahan pendidikan di Indonesia masih cukup banyak terjadi, antara lain biaya sekolah yang mahal, kurangnya tenaga pendidik, tidak meratanya pendidikan di daerah terpencil, fasilitas yang kurang memadai dan permasalahan tentang perubahan kurikulum dan mutu guru yang masih rendah. Di Kabupaten Sleman sendiri masih ada banyak permasalahan mengenai pendidikan.

Menurut Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dimuat di REPUBLIKA.CO.ID pada tanggal 29 Maret 2017 masih kekurangan guru bidang komputer dan guru bidang studi Bahasa Inggris untuk SMP dan SMA dan masih kekurangan guru kelas untuk guru sekolah dasar (SD). Daerah Istimewa Yogyakarta membutuhkan guru untuk mata pelajaran komputer di SMP dan SMA sebanyak 30 orang dan mata pelajaran Bahasa Inggris sebanyak 24 orang sedangkan kekurangan guru untuk kelas SD sebanyak 240 orang.


(24)

Kekurangan guru ini menjadi persoalan dilematis. Di satu sisi, sekolah tidak boleh mengangkat guru honorer, namun di sisi lain sekolah dituntut menyediakan tenaga pendidik untuk mampu memenuhi kebutuhan sekolah,yaitu dalam hal pengajaran di sekolah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pada saat ini masih banyak sekolah di daerah yang kekurangan guru pengajar di sekolahnya. Dari permasalahan pendidikan tersebut, dibentuklah suatu organisasi yang diharapkan dapat membantu dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di sekolah. Hal ini membuktikan bahwa organisasi begitu penting dalam kehidupan manusia.

Menurut Wahjosumidjo (2007: 60) ada beberapa definisi tentang organisasi, antara lain: organisasi adalah suatu kebersamaan dan interaksi serta saling ketergantungan individu-individu yang bekerja ke arah tujuan yang bersifat umum dan hubungan kerja samanya telah diatur sesuai dengan struktur yang telah ditentukan dan organisasi adalah kumpulan orang-orang yang sedang bekerja bersama melalui pembagian tenaga kerja untuk mencapai tujuan yang bersifat umum. Kekuatan suatu organisasai terletak pada kerja sama, bukan perbedaan untuk satu kepentingan atau kepuasaan individual, tetapi kerja sama itulah wujud keberadaan dari organisasi yang di dalamnya terdapat bermacam manusia (multicultural) di mana mereka membutuhkan hidup berkelompok, bermasyarakat, dan bergotong royong sesuai dengan tingkat kebudayaan dan peradaban manusia itu sendiri. Dengan adanya kerja sama yang teratur maka tujuan akan mudah dicapai, kebutuhan pun akan akan terpenuhi sehingga dapat melaksanakan pekerjaan berdaya guna dan menghasilkan guna.


(25)

Menurut Rivai (2013: 57), dalam menjalankan suatu organisasi kepercayaan sangat dibutuhkan untuk dapat mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan suatu organisasi, kepercayaan merupakan salah satu hal yang sangat berperan dan penting dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam organisasi.

Kepercayaan atau keyakinan diri secara bersama dalam melaksanakan suatu tugas dengan berhasil dirujuk sebagai efikasi kolektif dan aspek ini senantiasa terwujud dalam komunitas professional sekolah (Muijs & Harris, 2006).

Menurut Bandura (Jess, 2010: 219), efikasi kolektif adalah “keyakinan yang dimiliki manusia untuk mencapai hasil yang diinginkan”. Efikasi kolektif dalam suatu kelompok dalam hal ini adalah guru juga dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan serta keyakinan bahwa mereka mampu bekerjasama dengan baik dalam kelompok tersebut. Efikasi kolektif sendiri sangat penting dimiliki oleh organisasi, tidah hanya organisasi di bidang pendidikan namun juga dalam organisasi lainnya. Dikatakan penting dikarenakan efikasi kolektif sangat mendukung dalam keberhasilan suatu sekolah. Efikasi kolektif sendiri tidak memandang berapa jumlah orang dalam satu kelompok, yang terpenting adalah kepercayaan satu sama lain dalam melaksanakan tugas dalam kelompok tersebut secara keseluruhan, baik tugas dalam mendidik murid-murid maupun tugas administrasi dan lain-lain. Selain itu, efikasi kolektif seharusnya ada dalam diri masing-masing guru supaya dalam bekerja sama dengan guru yang lain dan kepala sekolah mampu melihat kemampuan komunitas dalam kelompok supaya dapat menyelesaikan tugasnya sebagai guru dengan baik.


(26)

Untuk mencapai hasil yang diinginkan atas dasar kepercayaan, kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting. Dikatakan sangat penting karena seorang pemimpin memiliki kendali dalam memutuskan suatu visi dan misi, mengajak, mempengaruhi mengumpulkan dan menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Rivai (2012: 3) kepemimpinan adalah suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi, oleh karenanya dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapain tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Dengan kata lain, kepemimpinan seorang pemimpin sangat dibutuhkan supaya mampu memotivasai dan membawa bawahannya untuk mengikutinya dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam suatu organisasi tidak akan pernah lepas dengan adanya kepemimpinan di dalam organisasi, karena kepemimpinan sangat diperlukan untuk meningkatkan, mengarahkan dan mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam organisasi tersebut.

Kepemimpinan juga sangat dibutuhkan dalam organisasi yang ada di sekolah, karena sekolah juga memerlukan seseorang yang dapat memimpin sekolah untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah. Menurut Wahjosumidjo (2007: 136), sekolah sebagai organisasi, di mana menjadi tempat untuk mengajar dan belajar serta tempat untuk menerima dan memberi pelajaran, terdapat orang atau sekelompok orang yang melakukan hubungan


(27)

kerja sama, yaitu kepala sekolah, kelompok guru dan tenaga fungsional yang lain, kelompok tenaga administrasi, kelompok siswa atau peserta didik dan kelompok orang tua siswa. Dalam hal ini seorang kepala sekolah sangat diperlukan dalam mengorganisasikan kelompok-kelompok yang bekerja sama.

Menurut Wahjosumidjo (2007: 84), kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan. Siapa pun yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui prosedur serta persyaratan-persyaratan tertentu, seperti latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat dan integritas.

Pada kenyataannya pada saat ini masih banyak kepala sekolah yang bersikap diktator dan hanya mementingkan kepentingan pribadi dan lupa akan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah. Saat ini masih banyak sekolah di mana kepala sekolahnya bersikap seperti itu. Seharusnya sebagai seorang kepala ia harus bisa memberikan contoh yang positif bahkan bisa menjadikan dirinya sendiri sebagai sosok figur yang patut untuk dipatuhi dan dicontoh. Bahkan bisa memotivasi guru-guru yang lain untuk bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah.

Dalam kepemimpinan, telah dikembangkan salah satu pendekatan terbaru dan paling popular, yaitu kepemimpinan transformasional. Menurut Burns (Northouse, 2013: 176), kepemimpinan transformasional merupakan proses di mana orang terlibat dengan orang lain, dan menciptakan hubungan yang meningkatkan motivasi dan moralitas dalam diri pemimpin dan pengikut.


(28)

Pemimpin tipe ini sangat peduli terhadap kemampuan, motivasi dan kebutuhan serta mau membantu pengikutnya untuk mencapai kemampuan terbaik.

Dalam kepemimpinan transformasional seorang pemimpin benar-benar sangat memperhatikan kinerja bawahannya (guru dan staf) untuk mencapai kemampuan terbaik dan mencapai hasil yang lebih dari yang diharapkan. Selain itu, jenis kepemimpinan ini mendukung pengikut ketika mencoba pendekatan baru dan mengembangkan cara inovatif untuk menghadapi masalah organisasi. Hal itu mendorong karyawan untuk memikirkan hal-hal secara mandiri dan terlibat dalam pengambilan keputusan yang hati-hati (Northhouse, 2013: 182). Menurut pandangan (Leithwood, 1994) dimensi yang digunakan untuk menentukan perilaku kepemimpinan transformasional meliputi: (1) mengembangkan visi bersam bagi sekolah; (2) membangun konsensus tentang tujuan prioritas sekolah, (3) menciptakan ekspektasi kinerja yang tinggi; (4) menjadi panutan atau model; (5) memberi support atau dukungan; (6) menyediakan stimulasi intelektual; (7) membangun kultur sekolah dan (8) membangun kultur kolaboratif.

Kepala sekolah diharapkan mampu menerapkan kepemimpinan transformasional untuk memimpin sekolah dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Kepemimpinan transformasional mencakup bentuk pengaruh luar biasa yang menggerakkan pengikut untuk mencapai lebih dari apa yang biasanya diharapkan dari mereka. Kepemimpinan transformasional mensyaratkan bahwa seorang pemimpin hendaknya mampu memotivasi diri


(29)

sendiri dan bawahannya serta mampu membuat bawahannya berprestasi lebih dari yang diharapkan.

Kepemimpinan transformasional kepala sekolah sangat penting untuk menumbuhkan efikasi kolektif guru, Efikasi kolektif dalam diri masing-masing guru akan mampu menunjang keberhasilan dalam kelompok guna mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh terhadap efikasi kolektif guru, hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdulah yang meneliti mengenai pengaruh kepemimpinan Pentadbir sekolah terhadap pembelajaran pelajar: peranan efikasi kolektif guru sebagai mediator merumuskan bahwa:

“kepemimpinan pengajaran memberikan pengaruh yang lebih kuat terhadap pembelajaran pelajar berbanding kepemimpinan transformasi”.

Lalu selanjutnya didapatkan juga hasil bahwa “kepemimpinan transformasi juga didapati mempunyai pengaruh yang lebih tinggi terhadap efikasi kolektif guru berbanding kepemimpinan pengajar”.

Selanjutnya Abdulah juga mendapati hasil bahwa “efikasi kolektif guru bertindak sebagai mediator separa terhadap hubungan antara kepemimpinan transformasi dengan pembelajaran pelajar dan mediator penuh terhadap hubungan antara kepemimpinan pengajaran dengan pembelajaran pelajar”.

Kesimpulan dari penelitian Abdulah menyatakan bahwa “ terdapat pengaruh amalan kepemimpinan pengajaran kepemimpinan transformasi dan efikasi kolektif guru terhadap pembelajaran pelajar. Selain itu, kepemimpinan


(30)

transformasi dan kepemimpinan pengajaran memberikan kesan positif terhadap efikasi kolektif guru”.

Kepemimpinan transformasional dituntut untuk mampu memotivasi diri kepala sekolah itu sendiri dengan bawahannya serta mampu membuat bawahannya berprestasi lebih dari yang diharapkan. Kepemimpinan transformasional dalam diri kepala sekolah sangat penting untuk menumbuhkan efikasi kolektif guru itu sendiri. Dengan adanya efikasi kolektif dalam diri masing-masing guru akan mampu menunjang keberhasilan dalam kelompok dalam mencapai tujuan yang diinginkan bersama.

Penelitian mengenai dampak positif kepemimpinan transformasional perlu untuk diteliti lebih lanjut pada konteks yang berbeda guna mendapatkan hasil yang semakin konklusif. Seorang pemimpin mempunyai peran dalam memimpin, memotivasi dan mendorong para guru dan staf yang ada di sekolah untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai bersama melalui delapan dimensi yang telah diungkapkan oleh Leithwood di mana dimensi ini bisa menjadi pegangan seorang pemimpin dalam menerapkan kepemimpinan transformasional serta dapat mengembangkan efikasi kolektif guru. Melihat begitu pentingnya kepemimpinan transformasional dalam mengembangkan efikasi guru, maka peneliti ingin menguji apakah ada hubungan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan efikasi kolektif guru SMP DI Kecamatan Tempel antara lain: SMP N 1 Tempel, SMP N 2 Tempel, SMP N 3 Tempel, SMP N 4 Tempel dan SMP Muhamadiyah 1 Tempel.


(31)

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah menurut persepsi guru ?

2. Bagaimanakah tingkat efikasi kolektif guru SMP di Kecamatan Tempel ? 3. Seberapa besar, jika ada, kontribusi kepemimpinan transformasional kepala

sekolah terhadap efikasi kolektif guru? C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah menurut persepsi guru.

2. Untuk mendiskripsikan tingkat efikasi kolektif guru SMP di Kecamatan Tempel.

3. Untuk menguji dan menganalisis seberapa besar kontribusi kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif.

D.Manfaat Penelitian 1. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi kepala sekolah untuk mengevaluasi gaya kepemimpinan yang diterapkan apakah sudah sesuai dengan harapan dan keinginan para guru dalam memimpin serta membuat guru percaya dan termotivasi dalam melakukan tugas-tugasnya dalam kelompok, khususnya dalam mengembangkan efikasi kolektif guru.


(32)

2. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan bagi mahasiswa atau pihak lain yang membutuhkan, khususnya mengenai kontribusi kepemimpinan transformasional dengan efikasi kolektif guru.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang berguna untuk penulis serta mampu menjadikan bekal untuk kedepannya jika penulis bekerja sebagai seorang kepala sekolah. Selain itu peneliti mampu menerapkan gaya kepemimpinan transformasional dan dapat menumbuhkan efikasi kolektif dari para guru untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai bersama.

4. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan evaluasi dalam melakukan penelitian selanjutnya, khususnya mengenai kontribusi gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan efikasi kolektif guru. E.Definisi Operasional

Untuk memberikan penjelasan yang lebih jelas dan untuk menghindari kesalah pahaman pembaca, peneliti menyebutkan definisi dari setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan ini akan membantu pembaca dalam memahami isi atau teori pada penelitian ini.

1. Kepemimpinan Transformasional

Menurut Burns (Northouse, 2013: 176) kepemimpinan transformasional adalah proses dimana orang terlibat dengan orang lain, dan menciptakan


(33)

hubungan yang meningkatkan motivasi dan moralitas dalam diri pemimpin dan pengikut. Indikator untuk menentukan perilaku kepemimpinan kepala sekolah menurut Leithwood (1994) sebagai berikut:

a. Mengembangakan visi bersama bagi sekolah

b. Membangun konsensus tentang tujuan prioritas sekolah c. Menciptakan ekspektasi kinerja yang tinggi

d. Menjadi panutan atau model e. Memberi support atau dukungan f. Menyediakan stimulasi intelektual g. Membangun kultur sekolah h. Membangun kultur Kolaboratif 2. Efikasi Kolektif

Efikasi kolektif adalah kepercayaan atau keyakinan yang dimiliki guru-guru bahwa usaha mereka bersama akan membawa suatu pencapaian kelompok. Efikasi kolektif dalam suatu kelompok (guru) juga dipengaruhi oleh ketrampilan dan pengetahuan bahwa mereka mampu bekerja sama dengan baik dalam kelompok. Jadi untuk mencapai suatu tujuan dalam kelompok mereka harus berusaha bersama-sama untuk mencapai apa tujuan yang ingin mereka capai dalam suatu organisasi dan dalam hal ini adalah organisasi sekolah. Indikatornya adalah analisis terhadap tugas guru dan assesmen terhadap kompetensi guru.


(34)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A.Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan proses dimana seseorang dapat mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai suatu tujuan. Kepemimpinan bisa terjadi didalam kelompok kecil maupun kelompok besar. Banyak orang yang beranggapan bahwa seorang pemimpin adalah seseorang yang mampu memngarahkan sekelompok individu untuk mencapai apa tujuan yang ingin dicapai dan mempunyai rasa disiplin yang tinggi terhadap pekerjaanya. Setiap organisasi diharapkan memiliki seorang pemimpin yang yang disiplin dalam bekerja dan bisa dijadikan panutan oleh pengikutnya untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan oleh suatu organisasi tersebut. Beberapa definisi kepemimpinan menurut para ahli, antara lain:

a. Kepemimpinan menurut Wirawan (2013: 7) adalah proses dimana seorang pemimpin menciptakan suatu visi dan melakukan interaksi dengan pengikutnya untuk mencapai visi yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut.

b. Definisi kepemimpinan menurut Northouse (2013: 6) mengatakan bahwa kempemimpinan adalah dimana seorang individu dapat mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama.

Sedangkan menurut Rivai, Bachtiar dan amar (2013: 3) mengatakan bahwa “kepemimpinan adalah suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk


(35)

memengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi, sehingga dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi”.

Dari definisi yang sudah disaimpaikan oleh ketiga ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan sangatlah penting di gunakan dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Seorang pemimpin sangatlah penting dalam mempengaruhi para anggotanya dalam mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai.

Wirawan (2013: 7) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses pemimpin menciptakan visi dan melakukan interaksi saling mempengaruhi dengan para pengikutnya untuk merealisasi visi, antara lain:

a. Proses. Kepemimpinan merupakan suatu proses, yang artinya bahwa kepemimpinan memerlukan waktu, bukan sesuatu yang terjadi seketika. Dimana suatu proses interaksi antara pemimpin dan pengikut memerlukan waktu yang tidak sebentar.Tabel 2.1 melukiskan proses kepemimpinan. b. Pemimpin. Inti daripada kepemimpinan adalah pemimpin yang memimpin


(36)

Tabel 2. 1 Kepemimpinan Sebagai Suatu Proses Sistem Masukan Proses Keluaran 1. Pemimpin

2. Pengikut 3. Visi, Misi 4. Budaya Organisasi 5. Kekuasaan 6. Sumber-sumber 7. Lingkungan Internal dan Eksternal altar kepemimpinan

1. Interaksi sosial antara pemimpin dan para pengikut

2. Pemimpin dan pengikut saling mempengaruhi 3. Pemimpin

memberdayakan para pengikutnya

4. Proses Terjadinya perubahan 5. Upaya merealisasi

visi 6. Memanajemeni Konflik 7. Memanajemeni kinerja 1. Pengikut terpengaruh atau tidak terpengaruh 2. Terjadi perubahan

atau tidak terjadi perubahan 3. Visi tercapai atau

tidak tercapai 4. Kehidupan anggota

sosial lebih baik atau buruk

Sumber: Wirawan,2013

1) Intellectual stimulation (stimulasi intelektual). Bass mengatakan, seorang pemimpin menstimulasi para pengikut supaya kreatif dan inovatif. Pemimpin juga mendorong para pengikutnya supaya mereka menggunakan imajinasi mereka untuk melakukan sesuatu yang dapat diterima oleh sistem sosial.

2) Inspirational motivation (motivasi inspirasional). Pemimpin menciptakan gambaran yang jelas mengenai keadaan masa yang akan dating (visi) yang secara optimis mampu dicapai dan seorang pemimpin mampu mendorong para pengikut untuk mengikatkan diri kepada visi tersebut.

3) Idealized influence (pengaruh teridealisasi). Bass mengatakan, seorang pemimpin pemimpin harus mampu bertindak sebagai panutan (role model) bagi para pengikutnya. Seorang pemimpin harus mempunyai keteguhan hati, kemantapan dalam mencapai tujuan, mengambil tanggung jawab


(37)

sepenuhnya serta memberikan penghargaan kepada para pengikut yang berprestasi

a. Ciri-ciri Kepemimpinan Transformasional

1) Mengidentifikasi dirinya sebagai agen perubahan (pembaruan) 2) Memiliki sifat pemberani

3) Mempercayai orang lain

4) Bertindak atas dasar sistem nilai (bukan atas dasar kepentingan individu, atau atas dasar kepentingan dan desakan kroninya) 5) Meningkatkan kemampuannya secara terus menerus;

6) Memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang rumit, tidak jelas, dan tidak menentu

7) Memiliki visi kedepan b. Leithwood, 1994

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan Transformasional

Menurut (Northouse, 2013:181-183) terdapat empat faktor yang mempengaruhi kepemimpinan transformasional, yaitu:

1) Faktor pertama yaitu karisma atau pengaruh ideal. Yang artinya adalah seorang pemimpin yang bertindak sebagai seorang teladan bagi para pengikutnya. Hal yang utama dari karisma atau pengaruh ideal adalah seorang pemimpin yang memiliki moral dan standar yang tinggi untuk membuat orang lain mengikuti visi yang telah mereka sampaikan.

2) Faktor kedua adalah motivasi yang menginspirasi. Yang artinya adalah seorang pemimpin yang mengkomunikasikan atau menyampaikan harapan


(38)

yang tinggi kepada para pengikut, lalu menginspirasi mereka lewat motivasi agar para pengikut menjadi setia kepadanya.

3) Faktor ketiga adalah rangsangan intelektual. Yang artinya adalah seorang pemimpin yang merangsang para pengikut supaya bersikap inovatif dan kreatif, serta merangsang keyakinan dan nilai mereka sendiri.

4) Faktor keempat adalah pertimbangan yang diadopsi. Yang artinya adalah seorang pemimpin memberikan iklim kerja yang mendukung bagi para pengikut. Seorang pemimpin mendengarkan apa yang dibutuhkan oleh pengikut dan seorang pemimpin bertindak sebagai pelatih dan penasehat serta membantu pengikut untuk mewujudkan apa yang diingikannya.

2. Dimensi Kepemimpinan Transformasional

Terkait dengan indikator kepemimpinan transformasional beberapa ahli mendeskripsikannya secara berbeda. Dimensi yang digunakan Leithwood(1994), untuk menentukan perilaku kepemimpinan transformasional menurut Leithwood dalam jurnal ( Leithwood, Vol 30, number 4, 507) sebagai berikut:

a. Mengembangakan visi bersama bagi sekolah

Kepala sekolah yang berupaya untuk mengembangkan dan menyalurkan visi kepada orang lain serta membuat mereka memahami dan terinspirasi untuk melakukan visi tersebut .


(39)

b. Membangun konsensus tentang tujuan prioritas sekolah

Kepala sekolah yang berupaya mendorong supaya para guru dan staf dapat bersatu dan bekerja sama serta membantu mereka dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan.

c. Menciptakan ekspektasi kinerja yang tinggi

Kepala sekolah yang menunjukkan ekspektasi yang tinggi terhadap guru dan karyawan supaya mampu bekerja secara inovatif, pekerja keras serta profesional.

d. Menjadi panutan atau model

Kepala sekolah dimana perilaku dan tindakannya bisa menjadi contoh bagi para guru dan karyawan.

e. Memberi support atau dukungan

Perilaku kepala sekolah yang mau mendengarkan ide dari para guru, memahami betul kemampuan dan ketertarikan mereka serta mencari tahu pemahaman para guru terhadap suatu masalah serta memberikan pujian atas kerja keras yang baik.

f. Menyediakan stimulasi intelektual

Perilaku kepala sekolah mendorong staf dan guru untuk mencoba sesuatu yang baru serta mengajak guru dan staf untuk memikirkan dan mempertimbangkan kembali asumsi-asumsi mengenai pekerjaan mereka dan apa yang akan dilakukan supaya asumsi itu bisa diwujudkan.


(40)

g. Membangun kultur sekolah

Perilaku kepala sekolah yang berusaha untuk membangun nilai, keyakinan dan norma sekolah, serta menciptakan suasana saling percaya dan perhatian satu dengan yang lain.

h. Membangun kultur Kolaboratif

Perilaku kepala sekolah dimana dia memberikan kesempatan kepada para guru dan staf untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan isu-isu mengenai diri mereka.

B. Penelitian terdahulu Kepemimpinan Transformasional

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tukiman dengan judul implementasi kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah di SD Kanisius Sengkan Kabupaten Sleman, dapat disimpulkan.

1. Kepala sekolah SD Kanisius Sengkan memiliki nilai-nilai luhur yang diyakini dan diperjuangkan untuk membangun sekolah, yaitu keyakinan, keterbukaan, kedisiplinan, kesabaran, kejujuran dan kenyamanan.

2. Kepala sekolah SD Kanisius Sengkan membangun rasa saling percaya di antara para guru dan karyawan dengan cara memberikan teladan melalui cara hidupnya dengan memberikan kebebasan dan kesempatan dalam berpendapat.

3. Kepala sekolah SD Kanisius Sengkan membangun motivasi dalam diri para guru dan karyawan dengan cara menumbuhkan motivasi dalam diri sendiri.


(41)

4. Kepala sekolah SD Kanisius Sengkan menggali ide-ide kreatif dan inovatif untuk memecahkan masalah yang dihadapi sekolah dengan cara memberikan kebebasan kepada para guru dan karyawan untuk berkreasi. Jadi, jika kepemimpinan transformasional diterapkan dengan baik dan benar akan mempengaruhi banyak aspek-aspek yang lain. Seperti penelitian diatas didapatkan hasil bahwa kepemimpinan transformasional dapat menimbulkan aspek-aspek lain seperti rasa kedisiplinan, kejujuran, kesabaran. Selain itu, menciptakan ide-ide kreatif yang dimiliki karyawan dan kebebasan dalam berpendapat.

C. Efikasi Kolektif

1. Pengertian Efikasi Kolektif

Menurut Bandura (Feist, 2010: 219), efikasi kolektif adalah “keyakinan yang dimiliki manusia untuk mencapai hasil yang diinginkan”. Dengan perkataan lain, efikasi kolektif adalah kepercayaan orang-orang bahwa usaha mereka bersama akan membawa suatu pencapaian kelompok.

Sedangkan untuk efikasi diri (self eficacy) Bandura (1997: 478) menjelaskan kepercayaan dari efikasi personal tidak dideteksi dari luasnya sistem sosial pada fungsi anggota. Dalam efikasi individu, mereka mempertimbangkan sifat kuat individu dalam proses kelompok yang mampu meningkatkan usaha kelompok. Sebaliknya, dalam menilai efikasi kelompok secara keseluruhan, anggota secara pasti mempertimbangkan sebaik apa kerja teman kelompok dalam melaksanakan perannya masing-masing.


(42)

Salah satu penelitian awal yang dikelola oleh Bandura (Madzlan, Johari, Zain:2008) yang menemukan bahwa efikasi kolektif memiliki hubungan yang positif dengan pencapaian tingkat sekolah. Bandura (1997) mendefinisikan efikasi kolektif sebagai kepercayaan yang dibagi dalam kelompok tentang kemampuan bersama untuk mengkoordinasikan dan melaksanakan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Sementara menurut Goddard dkk (Madzlan, Johari, Zain:2008) mendefinisikan bahwa efikasi kolektif guru sebagai konstruk yang mengukur kepercayaan guru tentang kemampuan dan usaha kolektif (sekelompok guru atau sekolah) untuk mempengaruhi pencapaian murid. Definisi ini merupakan kepercayaan bahwa usaha guru dalam organisasi akan berdampak positif terhadap pencapaian murid.

Menurut Bandura (1997) efikasi kolektif bukanlah mencerminkan kekuatan kelompok yang besar dari segi ukurannya. Dalam organisasi, efikasi kolektif mencerminkan kepercayaan anggota terkait kemampuan pelaksanaan suatu sistem sosial secara menyeluruh. Dalam kelompok, anggota-anggota yang berbeda latar belakang dengan tantangan yang juga berbeda untuk mencapai tujuan bersama. Hubungan yang lemah antar anggota dapat mempengaruhi peran kelompok. Anggota yang berefikasi tinggi dalam sebuah kelompok cenderung lemah dalam melaksanakan tugas jika ada antara mereka tidak memberikan kontribusi yang seharusnya. Kepercayaan yang tinggi suatu kelompok terhadap kemampuan kolektif menjadi pertanda terhadap keberhasilan.


(43)

2. Menurut Bandura (1997: 79-115) faktor-faktor efikasi meliputi:

a. Pengalaman menguasai suatu kompetensi (enactive mastery experiences) b. Pengalaman melihat konsekuensi yang terjadi pada orang lain (vicarious

experiences)

c. Persuasi verbal (verbal persuasion) d. Kondisi fisiologis dan afektif

e. Khasiat guru dan kolektif secara signifikan dipengaruhi oleh kolaborasi dari staf ketika mereka menggembangkan keyakinan mereka dan sistem sosial dalam sekolah

f. Pengetahuan luas. Yusof&Osman (2010) D.Penelitian terdahulu Efikasi Kolektif

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Ifahzuleha yang meneliti mengenai hubungan antara efikasi guru dengan metakognisi dalam kalangan guru-guru sekolah rendah pedalaman satu di beberapa buah daerah di sabah merumuskan bahwa:

Hasil kajian menunjukan efikasi guru berada pada tahap min = 6,97 yaitu pada tahap yang tinggi. Menurut Tschannen-Moran & Johnson(2011) efikasi guru dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang dapat mempengaruhi tahap efikasi guru adalah pengalaman guru, penguasaan lisan, rangsangan psikologis dan pengalaman menguasai. Pihak sekolah juga dapat membantu meningkatkan efikasi dengan memberi anugerah kepada guru-guru yang menunjukkan prestasi kerja yang baik. Tumpuan kajian yang seterusnya adalah untuk mengkaji sejauhmana tahap metakognisi dalam kalangan


(44)

guru-guru sekolah pedalaman. Hasil kajian mendapati tahap metakognisi adalah pada tahap min = 4,08 yaitu pada tahap yang tinggi. Pihak sekolah juga dapat membantu meningkatkan efikasi dengan memberi anugerah kepada guru-guru yang menunjukkan prestasi kerja yang baik. Metakognisi adalah salah satu faktor yang menyumbang kualitas seorang guru. Banyak kajian mendapati individu yang mempunyai metakognisi ynag tinggi mampu menyelesaikan masalah dengan lebih cepat dan tepat (Swanson, 1990; Artzt and Armour-Thomas, 1992; Kuiper, 2002). Sebagai seorang guru kemahiran penyelesaian masalah yang mantap amat diperlukan.

Untuk hubungan antara tahap efikasi guru dengan metakognisi. Hasil daripada analisis korelasi pearson menunjukan terdapat hubungan yang positif antara kedua variabel tersebut (r=.677, p<0,01)

Hubungan yang signifikan antara tahap efikasi guru dengan metakognisi menggambarkan bahwa motivasi guru berkait rapat dengan kebolehan guru merancang dan melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Guru-guru maupun pihak sekolah hendaklah menitik beratkan hal ini. Sebagai contoh pihak sekolah perlu untuk memikirkan program-program yang dapat meningkatkan efikasi guru. Selain itu juga guru-guru perlu dilatih agar dapat memaksimumkan kemahiran metakognisi mereka.

Kesimpulan dari penelitian Ifahzuleha menyatakan “hubungan yang signifikan antara tahap efikasi guru dengan metakognisi bahwa motivasi guru mempengaruhi kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang baik.


(45)

E.Dampak Positif Kepemimpinan Transformasional

1. Kepemimpinan transformasional dalam manajemen konflik dengan pendekatan kecerdasaan emosional sangat cocok bagi kepala sekolah pada satuan pendidikan dasar.

2. Semakin positif persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah maka akan semakin tinggi pula komitmen afektif terhadap organisasi yang ditunjukan para guru.

F. Dampak Positif Efikasi Kolektif

1. Seorang guru yang berefikasi tinggi mempunyai kebolehan untuk membawa perubahan yang lebih maju.

2. Seorang guru yang memiliki tahapan efikasi diri yang tinggi akan mampu menyampaikan materi pelajaran dengan baik dan berkesan.

G.Hubungan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dengan Efikasi kolektif Guru

Kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh terhadap efikasi kolektif guru, hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdulah yang meneliti mengenai pengaruh kepemimpinan Pentadbir sekolah terhadap pembelajaran pelajar: peranan efikasi kolektif guru sebagai mediator merumuskan bahwa:

“kepemimpinan pengajaran memberikan pengaruh yang lebih kuat terhadap pembelajaran pelajar berbanding kepemimpinan transformasi”.


(46)

Lalu selanjutnya didapatkan juga hasil bahwa “kepemimpinan transformasi juga didapati mempunyai pengaruh yang lebih tinggi terhadap efikasi kolektif guru berbanding kepemimpinan pengajar”.

Selanjutnya Abdulah juga mendapati hasil bahwa “efikasi kolektif guru bertindak sebagai mediator separa terhadap hubungan antara kepemimpinan transformasi dengan pembelajaran pelajar dan mediator penuh terhadap hubungan antara kepemimpinan pengajaran dengan pembelajaran pelajar”.

Kesimpulan dari penelitian Abdulah menyatakan bahwa “ terdapat pengaruh amalan kepemimpinan pengajaran kepemimpinan transformasi dan efikasi kolektif guru terhadap pembelajaran pelajar. Selain itu, kepemimpinan transformasi dan kepemimpinan pengajaran memberikan kesan positif terhadap efikasi kolektif guru”.

H. Kerangka Berifikir

Pemimpin adalah seseorang yang dipercaya mampu mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Dalam mencapai tujuan tersebut dibutuhkan dukungan atau kepercayaan dari bawahan.

Bawahan yang bisa mendukung kinerja kepala sekolah juga harus memiliki kualitas yang baik pula seperti guru-guru yang berijasah atau lulusan strata satu berdasarkan tingkat pendidikannya (Janawi, 2011). Status pekerjaan guru-guru juga dapat mempengaruhi kualitas atau hasil kinerja dari guru-guru tersebut dalam bekerja baik dalam hal cara berpikir dan bekerja sendiri maupun dalam kelompok. Hal ini dikarenakan guru yang memiliki status PNS dianggap


(47)

memiliki kesetian, kejujuran, prestasi kerja, loyalitas, dedikasi dan partisipasi (Supardi, 2013).

Ketika situasi dan kondisi lingkungan selalu berubah maka dituntut adanya pemimpin yang selalu fleksibel yaitu adaptif dan proaktif. Kepemimpinan transformasional memberi konstribusi yang lebih dekat antara pemimpin dan pengikut. Pemimpin membantu bawahan untuk melihat kepentingan organisasi lebih penting dibanding kepentingan mereka sendiri. Dalam tipe kepemimpinan ini, pemimpin dituntut mampu mengembangkan kepercayaan diri, keefektifan diri, dan harga diri bawahan, sehingga dia mempunyai pengaruh kuat terhadap identifikasi dan motivasi bawahan dalam mencapai tujuan. Kepercayaan dari bawahan ditumbuhkan melalui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah.

Menurut Leithwood (1994) ada delapan dimensi yang digunakan untuk menentukan perilaku kepemimpinan transformasional meliputi:

(1) Mengembangkan visi bersama; (2) Membangun konsensus tentang tujuan dan prioritas sekolah; (3) Menciptakan ekspetasi; (4) Menjadi panutan; (5) Memberi dukungan atau support; (6) Menyediakan stimulasi intelektual; (7) Membangun kultur sekolah; (8) Membangun struktur kolaboratif.

Kepemimpinan transformasional tidak hanya mampu mempengaruhi orang lain tetapi juga mampu membangkitkan kepercayaan diri para bawahan untuk menyelesaikan tujuan-tujuan organisasi.

Untuk mencapai tujuan organisasi, tidak hanya kepemimpinan kepala sekolah yang dibutuhkan, namun juga dibutuhkan dukungan dan kepercayaan


(48)

dari bawahan. Dukungan dan kepercayaan inilah yang akan mampu mencapai tujuan sesuai apa yang di inginkan suatu organisasi.

Efikasi kolektif sebagai kepercayaan yang dibagi dalam kelompok tentang kemampuan bersama untuk mengkoordinasikan dan melaksanakan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang ditetapkan. efikasi kolektif bukanlah mencerminkan kekuatan kelompok yang besar dari segi ukurannya. Dalam organisasi, efikasi kolektif mencerminkan kepercayaan anggota terkait kemampuan pelaksanaan suatu sistem sosial secara menyeluruh. Dalam kelompok, anggota-anggota yang berbeda latar belakang dengan tantangan yang juga berbeda untuk mencapai tujuan bersama.

I. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

H1 : Ada Kontribusi Gaya Kepemimpina Transformasional Kepala Sekolah dengan Efikasi Kolektif Guru

Dari uraian tersebut, akan diperjelas melalui variabel kontribusi gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan efikasi kolektif guru pada tabel 2.2.


(49)

Tabel 2.2

Bagan Kontribusi Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Efikasi Kolektif Guru

Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Menggunakan dimensi menurut (Leithwood, 1994), yaitu: a. Visi bersama

b. Membangun konsensus sekolah

c. Ekspektasi kinerja yang tinggi d. Menjadi model

e. Dukungan Individual

f. Memberi stimulasi intelektual g. Membangun kultur sekolah h. Menciptakan kultur

Kolaboratif

Efikasi Kolektif Guru

Analisis terhadap tugas guru

Assesmen terhadap


(50)

28

BAB III

METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode regresi linear sederhana. Penelitian ini juga dapat dikategorikan dalam jenis penelitian eksplanatori yang dimana jenis penelitian ini menguji hipotesis atau teori yang menjelaskan mengapa suatu fenomena terjadi. Deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan efikasi kolektif guru. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan apakah terdapat asosiasi antara dua variabel atau lebih serta seberapa jauh pengaruh yang ada di antara variabel yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di lima sekolah menengah pertama atau SMP yang berada di Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman, yaitu SMP Negeri 1 Tempel, SMPN 2 Tempel, SMPN 3 Tempel, SMPN 4 Tempel, SMP Muhamadiyah 1 Tempel. Waktu penelitian yaitu akhir bulan Oktober sampai November.

C.Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah guru-guru yang berada di lima sekolah menengah pertama atau SMP yang ada di Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman, yaitu SMP Negeri 1 Tempel, SMP Negeri 2 Tempel, SMP Negeri 3 Tempel, SMP Negeri 4 Tempel dan SMP Muhamadiyah 1 Tempel.


(51)

Obyek dalam penelitian ini adalah kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan efikasi kolektif guru.

D.Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru yang berada di lima sekolah pertama atau SMP yang ada di Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman, yaitu SMP Negeri 1 Tempel, SMP Negeri 2 Tempel, 3 SMP Negeri 4 Tempel dan SMP Muhamadiyah 1 Tempel.

2. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah 80 guru dari kelima sekolah menengah pertama atau SMP yang ada di Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman yaitu SMP Negeri 1 Tempel, SMP Negeri 2 Tempel, 3 SMP Negeri 4 Tempel dan SMP Muhamadiyah 1 Tempel.

3. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling insidental.

E.Operasionalisasi Variabel

Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel, yaitu satu variabel dependen (efikasi kolektif guru) dan satu variabel independen (kepemimpinan transformasional kepala sekolah). 1. Variabel Dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah efikasi kolektif guru.


(52)

2. Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi dependen. Dalam hal ini, variabel independen adalah kepemimpinan transformasional kepala sekolah.

Definisi operasional dan indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional merupakan hubungan pemimpin dan bawahan dimana seseorang pemimpin dapat memotivasi dan mengarahkan anggotannya kearah tujuan yang ingin dicapai. Indikator variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah mencakup delapan dimensi berikut (Leithwood, 1994):

1) Mengembangakan visi bersama bagi sekolah

Kepala sekolah yang berupaya untuk mengembangkan dan menyalurkan visi kepada orang lain serta membuat mereka memahami dan terinspirasi untuk melakukan visi tersebut .

2) Membangun konsensus tentang tujuan prioritas sekolah

Kepala sekolah yang berupaya mendorong supaya para guru dan staf dapat bersatu dan bekerja sama serta membantu mereka dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan.

3) Menciptakan ekspektasi kinerja yang tinggi

Kepala sekolah yang menunjukkan ekspektasi yang tinggi terhadap guru dan karyawan supaya mampu bekerja secara inovatif, pekerja keras serta profesional.


(53)

4) Menjadi panutan atau model

Kepala sekolah dimana perilaku dan tindakannya bisa menjadi contoh bagi para guru dan karyawan.

5) Memberi support atau dukungan

Perilaku kepala sekolah yang mau mendengarkan ide dari para guru, memahami betul kemampuan dan ketertarikan mereka serta mencari tahu pemahaman para guru terhadap suatu masalah serta memberikan pujian atas kerja keras yang baik.

6) Menyediakan stimulasi intelektual

Perilaku kepala sekolah mendorong staf dan guru untuk mencoba sesuatu yang baru serta mengajak guru dan staf untuk memikirkan dan mempertimbangkan kembali asumsi-asumsi mengenai pekerjaan mereka dan apa yang akan dilakukan supaya asumsi itu bisa diwujudkan.

7) Membangun kultur sekolah

Perilaku kepala sekolah yang berusaha untuk membangun nilai, keyakinan dan norma sekolah, serta menciptakan suasana saling percaya dan perhatian satu dengan yang lain.

8) Membangun kultur kolaboratif

Perilaku kepala sekolah dimana dia memberikan kesempatan kepada para guru dan staf untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan isu-isu mengenai diri mereka.

Pengukuran kepemimpinan transformasional dilakukan dengan mengunakan 50 item pertanyaan dengan skala Likert dengan pilihan dan skor yang terdiri: :


(54)

(1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) ragu-ragu, (4) setuju, dan (5) sangat setuju

b. Efikasi Kolektif

Efikasi kolektif guru adalah kepercayaan guru tentang kemampuan kelompok (rekan-rekan guru yang lain) untuk mempengaruhi pencapaian hasil tertentu atau murid. Terdapat dua indikator untuk mengukur efikasi kolektif guru, yaitu:

1) Analisis terhadap tugas guru

Guru menilai apa saja yang akan mereka gunakan supaya sukses ketika mengajar, mengetahui kendala dan cara mengatasinya. Para guru percaya bahwa mereka mampu memotivasi para siswa, menyiapkan apa yang diperlukan siswa, memiliki kemampuan untuk mengatasi siswa yang bermasalah serta memiliki sikap tidak pantang menyerah ketika siswa tidak mau belajar.

2) Assesmen terhadap kompetensi guru

Para guru di sekolah percaya diri bahwa mereka dapat memotivasi murid-muridnya, guru disekolah memiliki apa yang diperlukan agar siswa belajar dan guru sungguh percaya bahwa setiap anak mampu belajar. Selain itu guru di sekolah mempunyai keyakinan bahwa dirinya mampu membuat siswanya belajar, memiliki kemampuan dalam menciptakan proses belajar mengajar yang bermakna bagi siswa, menyiapkan bahan dan perlengkapan untuk kegiatan belajar mengajar serta menyiapkan metode mengajar yang mampu menjangkau semua siswa secara rata.


(55)

Pengukuran efikasi kolektif guru dilakukan dengan menggunakan 21 item pertanyaan dengan skala Likert dengan lima pilihan dan skor yang terdiri: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) ragu-ragu, (4) setuju, dan (5) sangat setuju

F. Data yang yang di perlukan 1. Data Primer

Data primer yaitu data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli ( tidak melalui sumber perantara) dan data dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan penelitian yang sesuai dengan keinginan peneliti.

a. Data kepemimpinan transformasional kepala sekolah dikumpulkan menggunakan delapan indikator yang dikembangkan oleh Leithwood (1994). Delapan indikator menurut Leithwood dapat dilihat dalam tabel 3.1 data kepemimpinan kepala sekolah.

Tabel 3.1 Data Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Variabel Dimensi

Kepemimpinan Transformasional

1. Visi bersama

2. Membangun konsensus sekolah 3. Ekspektasi kinerja yang tinggi 4. Menjadi model

5. Dukungan individual

6. Memberi stimulasi intelektual 7. Membangun kultur sekolah 8. Menciptakan struktur kolaboratif b. Data efikasi kolektif dikumpulkan menggunakan dua indikator yang

dikembangkan oleh Bandura (1997). Dua indikator menurut Bandura (1997) dapat dilihat dalam tabel 3.2 data efikasi kolektif guru.

Tabel 3.2 Data Efikasi Kolektif Guru

Variabel Dimensi

Efikasi Kolektif Analisis terhadap tugas guru


(56)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh data sesuai dengan data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan tertulis kepada responden dan cara menjawab juga dengan tertulis. Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang pengembangan profesionalitas guru dan efikasi kolektif guru. Adapun kisi-kisi kuesioner yang di adaptasi dari instrumen penelitian Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed.,.Kuesioner ini berisi delapan dimensi dari kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan efikasi kolektif dengan dua indikator untuk lebih jelasnya akan dilampirkan data kisi-kisi kepemimpinan transformasional dan efikasi kolektif.

H.Pengujian Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini uji instrumen yang dilakukan adalah uji validitas dan realibilitas untuk instrumen yang mengukur kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan efikasi kolektif guru.

1. Validitas

Validitas berkaitan erat antara kesesuaian konsep dengan indikator yang digunakan untuk mengukur suatu variabel penelitian. Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid , tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Validitas


(57)

berasal dari kata validty yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2011).

Pengujian terhadap validitas menggunakan alat ukur validitas isi untuk menentukan sejauh mana isi alat pengukur mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep.

Untuk mengukur validitas isi menggunakan SPSS versi 16 atau bisa menggunakan rumus sebagai berikut (Arikunta, 1997: 146):

rxy

= N∑XY –(∑X) (∑Y)

–(∑ )〉 Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antar skor item dan skor total X = skor masing-masing item tes

Y = skor total seluruh item tes N = jumlah item pertanyaan

Untuk mengetahui valid atau tidak masing-masing item pertanyaan, maka kriteria statistik sebagai berikut:

rxy dikonsultasikan dengan rtabel. Dengan taraf signifikansi 5%, jika harga rxy yang diperoleh dari perhitungan lebih besar dari rtabel maka butir pada item yang dimaksud adalah valid, tapi jika hasil perhitungan lebih kecil dari rtabel maka item yang dimaksudkan tidak valid. Butir pertanyaan yang tidak valid tidak digunakan dalam pengumpulan data.

Pelaksanaan perhitungan uji validitas pada penelitian ini penulis menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for


(58)

Windows versi 16. Jumlah kuesioner yang disebar pada responden sebanyak 100 namun kuesioner yang kembali 80 jadi jumlah populasi dalam uji Validitas ini N=80, dengan df= N-2 (df= 80-2=78) dengan taraf signifikansi atau derajat keyakinan (α)=5% atau 0,05, sehingga didapatkan hasil r tabel sebesar 0,219. Dikatakan valid apabila r hitung ≥ 0,219.

Uji validitas dilakukan terhadap item-item pernyataan variabel kepemipinan transformasional kepala sekolah. Hasil uji validitas adalah sebagai berikut : a. Hasil Pengujian Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Tabel 3.3 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi Visi Bersama

Butir No Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

1 .784** 0,219 Valid

14 .778** 0,219 Valid

24 .772** 0,219 Valid

37 .699** 0,219 Valid

44 .534** 0,219 Valid

Sumber: data primer, diolah 2015

Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pernyataan dari dimensi visi bersama menunjukkan bahwa ke 5 pernyataan adalah valid. Dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ 0,219.

Tabel 3.4 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi Membangun Kultur Sekolah

Butir No Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

11 .610** 0,219 Valid

33 .681** 0,219 Valid

49 .568** 0,219 Valid

Sumber : data primer, diolah 2015

Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pernyataan dari dimensi membangun konsensus sekolah menunjukkan bahwa ke 3 pernyataan adalah valid. Dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ 0,219.


(59)

Tabel 3.5 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi Ekspektasi Kinerja yang Tinggi

Butir No Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

9 .588** 0,219 Valid

26 .743** 0,219 Valid

30 .551** 0,219 Valid

47 .753** 0,219 Valid

Sumber : data primer, diolah 2015

Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pernyataan dari dimensi ekspektasi kinerja yang tinggi menunjukkan bahwa ke 4 pernyataan adalah valid. Dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ 0,219.

Tabel 3.6 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi Menjadi Model

Butir No Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

4 .776** 0,219 Valid

10 .490** 0,219 Valid

12 .834** 0,219 Valid

13 .592** 0,219 Valid

20 .874** 0,219 Valid

21 .750** 0,219 Valid

27 .741** 0,219 Valid

45 .662** 0,219 Valid

50 .543** 0,219 Valid

Sumber : data primer, diolah 2015

Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pernyataan dari dimensi menjadi model menunjukkan bahwa ke 9 pernyataan adalah valid. Dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ 0,219.

Tabel 3.7 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi Dukungan Individual

Butir No Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

5 .685** 0,219 Valid

16 .789** 0,219 Valid

22 .701** 0,219 Valid

28 .806** 0,219 Valid


(60)

42 .695** 0,219 Valid

43 .671** 0,219 Valid

Sumber : data primer, diolah 2015

Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pernyataan dari dimensi dukungan individual menunjukkan bahwa ke 7 pernyataan adalah valid. Dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ 0,219.

Tabel 3.8 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi Memberi Stimulasi Intelektual

Butir No Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

2 .744** 0,219 Valid

6 .837** 0,219 Valid

17 .711** 0,219 Valid

25 .733** 0,219 Valid

29 .835** 0,219 Valid

31 .675** 0,219 Valid

34 .588** 0,219 Valid

Sumber : data primer, diolah 2015

Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pernyataan dari dimensi memberi stimulasi intelektual menunjukkan bahwa ke 7 pernyataan adalah valid. Dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ 0,219.

Tabel 3.9 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi Membangun Kultur Sekolah

Butir No Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

7 .816** 0,219 Valid

19 .794** 0,219 Valid

35 .468** 0,219 Valid

38 .758** 0,219 Valid

39 .898** 0,219 Valid

40 .898** 0,219 Valid

46 .760** 0,219 Valid

48 .898** 0,219 Valid


(61)

Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pernyataan dari dimensi membangun kultur sekolah menunjukkan bahwa ke 8 pernyataan adalah valid. Dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ 0,219.

Tabel 3.10 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi Menciptakan Struktur Kolaboratif

Butir No Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

3 .811** 0,219 Valid

8 .734** 0,219 Valid

15 .632** 0,219 Valid

18 .678** 0,219 Valid

23 .539** 0,219 Valid

36 .811** 0,219 Valid

41 .260* 0,219 Valid

Sumber : data primer, diolah 2015

Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pernyataan dari dimensi membangun kultur sekolah menunjukkan bahwa ke 7 pernyataan adalah valid. Dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ 0,219.

b. Hasil Uji Validitas Efikasi Kolektif

Dari hasil data kedelapan dimensi di atas, dapat disimpulkan bahwa dari 50 pernyataan kuesioner adalah valid.

Uji validitas dilakukan juga terhadap 80 responden item-item pernyataan variabel efikasi kolektif guru. Sebelumnya uji validitas dilakukan pada 21 pertanyaan tetapi ada satu (1) yang tidak valid. Hasil uji validitas adalah sebagai berikut :

Tabel 3.11 Uji Validitas Efikasi Kolektif Guru Butir No Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

1 .648** 0,219 valid

2 .832** 0,219 valid

3 .788** 0,219 valid

4 .471** 0,219 valid


(62)

6 .080 0,219 tidak valid

7 .698** 0,219 valid

8 .648** 0,219 valid

9 -.333** 0,219 valid

10 .788** 0,219 valid

11 .832** 0,219 valid

12 .788** 0,219 valid

13 .365** 0,219 valid

14 .625** 0,219 valid

15 .832** 0,219 valid

16 .468** 0,219 valid

17 .257* 0,219 valid

18 .365** 0,219 valid

19 -.832** 0,219 valid

20 .832** 0,219 valid

21 .832** 0,219 valid

Sumber: data primer, diolah 2015

Dari tabel dilihat di atas terlihat bahwa seluruh item pernyataan efikasi kolektif guru menunjukkan bahwa ke 20 pernyataan adalah valid dan 1 pernyataan tidak valid . Pengambilan kesimpulan ini dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel dengan r hitung. Dengan jumlah data (n) sebanyak 80 responden dan derajat keyakinan () = 5% atau 0,05, maka diperoleh r tabel sebesar 0,219 (Sugiyono, 2007). Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa tidak keseluruhan nilai r hitung menunjukkan angka yang lebih besar dari nilai r tabel (r hitung > 0,219). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa 20 butir pernyataan efikasi kolektif guru adalah valid. 2. Reliabilitas

Reliabilitas mengacu pada hasil pengukuran yang menunjukkan kemampuan instrumen untuk dipercaya. Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan eror dalam pengambilan sampel


(63)

(sampling error) yang mengacu kepada inkoneksistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompo individu yang berbeda. Untuk memudahkan perhitungan dalam mencari reliabilitas instrumen penelitian, maka peneliti menggunakan program SPSS 16. Untuk menguji reliabilitas butir kuesioner dalam penelitian ini digunakan teknik koefisien Alpha dengan rumus (Arikunto, 1998: 193) sebagai berikut.

rii =

1

k

k

2 2 1 t b  

 Keterangan:

rii = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑σb2 = Jumlah varians butir

σt2 = Varians total

Uji reabilitas pada variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan efikasi kolektif guru menggunakan taraf signifikan 5 %. Pengujian reliabilitas dikerjakan dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for Windows versi 16. Hasil pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 3.12 Hasil Uji Reabilitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (Per Dimensi)

Dimensi Nilai Alpha

Cronbach

Keterangan

Visi bersama 0,779 Reliabel

Membangun konsensus sekolah

0,706 Reliabel

Ekspektasi kinerja yang tinggi


(64)

Menjadi model 0,771 Reliabel

Dukungan individual 0,772 Reliabel

Memberi stimulasi intelektual

0,779 Reliabel

Membangun kultur sekolah

0,788 Reliabel

Menciptakan kultur kolaboratif

0,739 Reliabel

Sumber:Data primer, diolah 2015

Tabel 3.13Hasil Uji Reliabilitas Efikasi Kolektif Guru

Variabel Nilai Alpha

Cronbach

Keterangan

Efikasi kolektif guru 0,742 Reliabel

Sumber: data primer, diolah 2015

Untuk pengujian reliabilitas kepemimpinan transformasional kepala sekolah dihitung per dimensi diperoleh Alpha Cronbach untuk dimensi pertama sebesar 0,779, dimensi kedua 0,706, dimensi ketiga 0,758, dimensi keempat 0,771, dimensi kelima 0,772, dimensi keenam 0,779, dimensi ketujuh 0,788, dan dimensi kedelapan 0,739. Sedangkan pengujian reabilitas efikasi kolektif guru diperoleh Alpha Cronbach sebesar 0,742. Hasil Alpha Cronbach untuk variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan variabel efikasi kolektif guru diatas menunjukkan bahwa baik kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan efikasi kolektif guru Alpha Cronbach > 0,60 maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel dinyatakan reliabel.

I. Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisis data pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis sebagai berikut:


(65)

1. Analisis deskriptif

a. Analisis data deskriptif dalam penelitian ini meliputi masa kerja, tingkat pendidikan serta status pekerjaan.

b. Deskripsi variabel penelitian

Deskripsi variabel menggambarkan tanggapan responden mengenai kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan efikasi kolektif guru SMP di Kecamatan Tempel.

Untuk pengkategorian variabel pada penelitian ini menggunakan rumus :

Data hasil penelitian kemudian dikategorikan ke dalam lima kelompok kepemimpinan transformasional kepala sekolah dinilai sangat transformatif, transformatif, cukup transformatif, tidak transformatif dan sangat tidak transformatif. Sedangkan efikasi kolektif guru dinilai dengan sangat tinggi, tinggi, cukup tinggi, tidak tinggi dan sangat tidak tinggi. Hasil kategorisasi adalah sebagai berikut :

1) Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Dalam mengkategorikan kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan cara mencari nilai tertinggi dan terendah per dimensi. Penilaian responden atas kepemimpinan kepala sekolah yang mampu mengembangkan visi bersama bagi sekolah, membangun konsensus tentang tujuan prioritas sekolah, menciptakan ekspektasi kinerja yang tinggi, menjadi panutan atau model, memberi support atau dukungan, menyediakan stimulasi intelektual,


(66)

membangun kultur sekolah dan membangun kultur kolaboratif dapat dilihat dibawah ini:

a) Dimensi Visi Bersama

Hasil analisis deskriptif dimensi yang pertama, yaitu visi bersama dimensi visi bersama dinilai penting bagi sekolah dalam pencapaian tujuan sekolah. (1)Mencari nilai tertinggi dan terendah

Karena terdapat 5 item pertanyaan dengan Skala Likert 5 pilihan maka diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah sebagai berikut:

Nilai tertinggi = 5 item x 5 = 25 Nilai terendah = 5 x 1 = 5 (2)Mencari nilai interval kelas

= 4

Maka diperoleh nilai interval kelas dimensi visi bersama adalah 4. b) Dimensi Membangun Konsensus Sekolah

Hasil analisis deskriptif dimensi yang membangun konsensus sekolah, diperoleh dengan cara:


(67)

(1)Mencari nilai tertinggi dan terendah

Karena terdapat 3 item pertanyaan dengan Skala Likert 5 pilihan maka diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah sebagai berikut:

Nilai tertinggi = 3 item x 5 = 15 Nilai terendah = 3 x 1 = 3 (2)Mencari nilai interval kelas

= 2

Maka diperoleh nilai interval kelas dimensi membangun konsensus sekolah adalah 2.

c) Dimensi Ekspektasi Kinerja yang Tinggi

Hasil analisis deskriptif dimensi yang ketiga, yaitu ekspektasi kinerja yang tinggi diperoleh dengan cara:

(1)Mencari nilai tertinggi dan terendah

Karena terdapat 4 item pertanyaan dengan Skala Likert 5 pilihan maka diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah sebagai berikut:

Nilai tertinggi = 4 item x 5 = 20 Nilai terendah = 4 x 1 = 4


(68)

(2)Mencari nilai interval kelas

= 3

Maka diperoleh nilai interval kelas dimensi ekspektasi kinerja yang tinggi adalah 3.

d) Dimensi Menjadi Model

Hasil analisis deskriptif dimensi yang keempat, yaitu menjadi model diperoleh dengan cara:

(1)Mencari nilai tertinggi dan terendah

Karena terdapat 9 item pertanyaan dengan Skala Likert 5 pilihan maka diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah sebagai berikut:

Nilai tertinggi = 9 item x 5 = 45 Nilai terendah = 9 x 1 = 9 (2)Mencari nilai interval kelas


(69)

Maka diperoleh nilai interval kelas dimensi menjadi model adalah 7. e) Dimensi Dukungan Sosial

Hasil analisis deskriptif dimensi yang kelima, yaitu dukungan sosial diperoleh dengan cara:

(1) Mencari nilai tertinggi dan terendah

Karena terdapat 7 item pertanyaan dengan Skala Likert 5 pilihan maka diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah sebagai berikut:

Nilai tertinggi = 7 item x 5 = 35 Nilai terendah = 7 x 1 = 7 (2) Mencari nilai interval kelas

= 6

Maka diperoleh nilai interval kelas dimensi dukungan sosial adalah 6. f) Dimensi Memberi Stimulasi Intelektual

Hasil analisis deskriptif dimensi yang keenam, yaitu memberi stimulasi intelektual diperoleh dengan cara:

(1) Mencari nilai tertinggi dan terendah

Karena terdapat 7 item pertanyaan dengan Skala Likert 5 pilihan maka diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah sebagai berikut:


(70)

Nilai terendah = 7 x 1 = 7 (2) Mencari nilai interval kelas

= 6

Maka diperoleh nilai interval kelas dimensi dukungan sosial adalah 6. g) Dimensi Membangun Kultur Sekolah

Hasil analisis deskriptif dimensi yang ketujuh, yaitu membangun kultur sekolah diperoleh dengan cara:

(1)Mencari nilai tertinggi dan terendah

Karena terdapat 7 item pertanyaan dengan Skala Likert 5 pilihan maka diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah sebagai berikut:

Nilai tertinggi = 8 item x 5 = 40 Nilai terendah = 8 x 1 = 8 (2)Mencari nilai interval kelas


(1)

LAMPIRAN RELIABILITAS KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

1.

Dimensi Visi Bersama

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 80 100.0

Excludeda 0 .0

Total 80 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.779 6

2.

Dimensi Membangun Konsensus Sekolah

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 80 100.0

Excludeda 0 .0

Total 80 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.706 4

3.

Dimensi Ekspektasi Kinerja yang Tinggi

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 80 100.0

Excludeda 0 .0

Total 80 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.758 5

4.

Dimensi Menjadi Model


(2)

N %

Cases Valid 80 100.0

Excludeda 0 .0

Total 80 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.771 10

5.

Dimensi Dukungan Individual

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 80 100.0

Excludeda 0 .0

Total 80 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.772 8

6.

Dimensi Memberi Stimulasi Intelektual

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 80 100.0

Excludeda 0 .0

Total 80 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.779 8

7.

Dimensi Membangun Kultur Sekolah

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 80 100.0


(3)

Total 80 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.788 9

8.

Dimensi Menciptakan Struktur Kolaboratif

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 80 100.0

Excludeda 0 .0

Total 80 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(4)

LAMPIRAN RELIABILITAS EFIKASI KOLEKTIF

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 80 100.0

Excludeda 0 .0

Total 80 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(5)

HASIL UJI HOMOGENITAS VARIANS

Test of Homogeneity of Variances

TOTALEKG

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.961 16 41 .513

HASIL UJI LINEARITAS

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

EfikasiKolektifGuru * KepemimpinanTran sformasional

Between Groups (Combined) 2069.332 38 54.456 2.103 .010 Linearity

303.757 1 303.75 7

11.73 2 .001 Deviation

from Linearity

1765.575 37 47.718 1.843 .029

Within Groups 1061.556 41 25.892

Total 3130.888 79

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

EfikasiKolektifGuru * KepemimpinanTransformasi onal


(6)

UJI REGRESI LINEAR SEDERHANA

HASIL UJI HIPOTESIS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 62.900 6.233 10.092 .000

KT .094 .032 .311 2.895 .005

a. Dependent Variable: EKG

UJI R

2

Model Summary

Model R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics R Square

Change F

Change df1 df2

Sig. F Change

1 .311a .097 .085 6.02040 .097 8.381 1 78 .005

a. Predictors: (Constant), KT

UJI F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 303.757 1 303.757 8.381 .005a

Residual 2827.131 78 36.245

Total 3130.888 79

a. Predictors: (Constant), KT b. Dependent Variable: EKG


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PERSEPSI GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN EFIKASI DIRI Hubungan antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Kepala sekolah dan Efikasi Diri dengan Kinerja Guru.

0 3 22

HUBUNGAN PERSEPSI GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN EFIKASI DIRI Hubungan antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Kepala sekolah dan Efikasi Diri dengan Kinerja Guru.

0 2 20

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI, DAN KETERAMPILAN GURU Kontribusi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, Dan Ketrampilan Guru Terhadap Kinerja Guru SD Di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan

0 1 14

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI, DAN KETERAMPILAN GURU Kontribusi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, Dan Ketrampilan Guru Terhadap Kinerja Guru SD Di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan

0 1 16

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN EFIKASI KOLEKTIF DENGAN HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN EFIKASI KOLEKTIF DENGAN KINERJA PERANGKAT KERJA DAERAH KABUPATEN BLORA.

2 3 18

KONTRIBUSI IKLIM KOMUNIKASI, KESEJAHTERAAN, DAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU Kontribusi Iklim Komunikasi,Kesejahteraan, dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali

0 2 22

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI Hubungan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru.

0 0 16

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN JOMBANG BANTEN.

0 0 74

Kontribusi gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru SMP Negeri Kecamatan Negara Batin.

1 2 202

Kontribusi gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru SMA di Magelang tahun 2015.

0 1 207