Penalaran Bangun Ruang Sisi Datar Balok dan Kubus Peluang

Tabel 2.1. Indikator Kemampuan Representasi Matematis No. Representasi Bentuk-Bentuk Operasional 1. Representasi Visual a. Diagram tabel, atau grafik 1 Menyajikan kembali data atau informasi dari suatu representasi ke representasi diagram, grafik, atau tabel 2 Menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah b. Gambar 1 Membuat gambar pola-pola geometri 2 Membuat gambar untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaiannya 2. Persamaan atau ekspresi matematis 1 Membuat persamaan atau model matematika dari representasi lain yang diberikan 2 Membuat konjektur dari suatu pola bilangan 3 Menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis 3. Kata-kata atau teks tertulis 1 Membuat situasi masalah berdasarkan data atau representasi yang diberikan 2 Menuliskan interpretasi dari suatu representasi 3 Menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah matematika dengan kata-kata 4 Menyusun cerita yang sesuai dengan suatu representasi yang disajikan 5 Menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa representasi matematis siswa adalah penyajian ide matematis yang ditampilkan siswa untuk menemukan solusi dari masalah yang dihadapinya.

G. Penalaran

Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tertentu. Suatu penarikan kesimpulan dianggap sahih valid kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, di mana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih” Suriasumantri, 1985: 46. Penalaran ialah suatu proses kognitif dalam menilai hubungan di antara premis-premis yang akhirnya menuju pada penarikan kesimpulan tertentu Suharnan, 2005:161.Penalaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar: penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran yang menghasilkan kesimpulan lebih luas daripada premis-premisnya disebut penalaran induktif. Penalaran yang menghasilkan kesimpulan yang tidak lebih luas daripada premis-premisnya disebut penalaran deduktif.

H. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel SPLDV

Sistem persamaan dua variabel atau SPLDV merupakan hubungan antara dua persamaan linear dua variabel PLDV. Penyelesaiaan SPLDV dapat dilakuakan dengan tiga metode. Berikut merupakan penjelasan tentang pengertian SPLDV dan penyelesaiaanya. 1. Pengertian sistem persamaan dua variabel SPLDV. Misalkan, dua bentuk persamaan linear dua variabel PLDV, yaitu dan . Karena variabel dan dari dua bentuk PLDV sama, maka terdapat hubungan pada kedua PLDV tersebut. Hubungan itu dinamakan sistem. Oleh karena sistem tersebut terdapat di dalam PLDV, maka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sistem tersebut dinamakan sistem persamaan linear dua variabel SPLDV Marsigit, 2009:78. Bentuk umum SPLDV adalah + = + = dengan , , , , , merupakan bilangan real. 2. Penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel Terdapat tiga metode untuk mencari himpunan penyelesaian suatu SPLDV. Ketiga metode tersebut adalah metode grafik, metode substitusi, dan metode eliminasi. a. Metode grafik Metode ini menggunakan grafik untuk menentukan himpunan penyelesaian dari SPLDV. Berikut ini adalah langkah-langkah untuk menyelesaikan SPLDV dengan menggunakan metode grafik. 1 Menggambar seluruh grafik PLDV yang terdapat pada SPLDV tersebut pada koordinat cartesius yang sama. 2 Menentukan titik potong grafik-grafik PLDV tersebut 3 Titik potong tersebut merupakan penyelesaian SPLDV yang dicari. Langkah terpenting pada metode grafik adalah menentukan titik potong antara garis-garis pada SPLDV dan kedua sumbu koordinat. Titik potong tersebut dicari dengan cara membuat tabel. Setelah itu, barulah dicari titik potong kedua grafik PLDV yang juga merupakan penyelesaian dari SPLDV tersebut. Contoh: Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan + = 5 dan − = 1 , untuk , ∈ dengan menggunakan metode grafik. Penyelesaian: + = 5 5 5 , 0,5 5,0 − = 1 1 -1 , 0,5 5,0 Berdasarkan hasil di atas, grafik dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 2.1 Grafik Penyelesaian Koordinat titik potong kedua grafik tersebut adalah 3, 2. Dengan demikian, himpunan penyelesaian dari sistem persamaan + = 5dan − = 1, untuk , ∈ adalah {3, 2}. b. Metode substitusi Metode substitusi menggunakan prinsip-prinsip aljabar dan tidak memerlukan gambar. Substitusi berarti penggantian. Maknanya, salah satu variabel diganti dengan variabel yang lain untuk mendapatkan PLSV. Misalnya, diberikan SPLDV berikut. + = + = Langkah-langkah menyelesaikan SPLDV tersebut dengan menggunakan metode substitusi adalah sebagai berikut. 1 Perhatikan persamaan + = . Jika ≠ 0 , maka nyatakanlah dalam . Diperoleh = − . 2 Substitusikan y pada persamaan kedua, diperoleh PLSV yang berbentuk + − = . 3 PLSV tersebut diselesaikan untuk mendapatkan nilai . 4 Nilai yang diperoleh disubstitusikan pada persamaan = − untuk mendapatkan nilai . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI c. Metode eliminasi Eliminasi berarti penghapusan. Dengan demikian, cara menyelesaikan SPLDV dengan metode eliminasi adalah penghapusan salah satu variabel dari PLDV tersebut. Misalnya, diberikan SPLDV berikut. + = + = Langkah-langkah menyelesaikan SPLDV tersebut dengan menggunakan metode eliminasi adalah sebagai berikut. 1 Melakukan eliminasi variabel . + = + = × × ⇒ + = ⇒ + = − = − ⇒ = − − 2 Melakukan eliminasi varibael . + = + = × × ⇒ + = ⇒ + = − = − ⇒ = − − Untuk mempersingkat perhitungan, dapat menggabungkan antara metode eliminasi dan metode substitusi. Mula-mula, mencari nilai salah satu variabel dengan menggabungkan metode eliminasi. Kemudian, gunakan nilai variabel yang telah dicari tersebut untuk mendapatkan nilai variabel yang lain dengan menggunakan metode substitusi. Metode ini dinamakan metode campuran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

I. Bangun Datar Persegi dan Persegi Panjang

1. PersegiPanjang Persegi panjang adalah bangun datar yang mempunyai empat rusuk. Rusuk-rusuknya yang saling berhadapan sama panjang. Persegi panjang mempunyai empat titik sudut dan masing-masing sudutnya adalah siku-siku.Persegi panjang mempunyai 2 pasang rusuk yang sama panjang, rusuk yang lebih panjang sebut panjang, dan yang lebih pendek disebut lebar Marsigit, 2009: 220. Beberapa sifat yang dimiliki oleh persegi panjang anatar lain sebagai berikut. a Sisi yang berhadapan pada suatu persegi panjang sama panjang dan sejajar. b Sudut-sudut pada persegi panjang merupakan sudut siku- siku. c Diagonal-diagonal pada persegi panjang sama panjang. d Diagonal-diagonal pada persegi panjang saling membagi dua sama panjang. Gambar 2.2. Persegi Panjang Keliling persegi panjang adalah = 2 + Luas L persegi panjang tersebut adalah = × 2. Persegi Persegi adalah suatu bangun datar yang ke empat sisinya sama panjang Marsigit, 2009: 222. Sifat-sifat persegi sebagai berikut. a Semua sisi persegi sama panjang b Diagonal-diagonal persegi membagi sudut-sudut persegi menjadi dua sama besar, dan c Diagonal-diagonal persegi saling berpotongan tegak lurus membentuk sudut siku-siku. Gambar 2.3. Persegi Keliling persegi adalah = 4 Luas L persegi tersebut adalah = =

J. Bangun Ruang Sisi Datar Balok dan Kubus

Untuk menyatakan ukuran besar suatu bangun ruang digunakan volume. Volume suatu bangun ruang ditentukan dengan membandingkan besar bangun ruang tersebut terhadap satuan pokok volume, misalnya 1 cm 3 . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. Balok Gambar 2.4. Balok Balok pada gambar 2.3 berukuran = , = , = . Rumus volume V balok tersebut, yaitu = × × = . Oleh karena × merupakan luas alas, maka volume balok dapat juga dinyatakan sebagai berikut. Volume balok = luas alas × tinggi 2. Kubus Gambar 2.5. Kubus Kubus merupakan balok khusu, yaitu balok yang mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tinggi yang sama. Kubus pada gambar 2.4 berukuran = , = , = . Rumus volume V balok tersebut, yaitu = = . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

K. Peluang

Peluang dapat didefinisikan sebagai sebuah cara yang dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya sebuah peristiwaTampomas, 2006:141. Beberapa istilah yang sering digunakan, seperti:

1. Ruang sampelmerupakan himpunan dari semua hasil percobaan

yang mungkin terjadi. 2. Titik sampel merupakan anggota yang ada di dalam ruang sampel 3. Kejadian merupakan himpunan bagian dari ruang sampel. Frekuensi merupakan perbandingan antara banyaknya percobaan yang dilakukan dengan banyaknya kejadian yang diamati. Frekuensi dapat diketahui dengan menggunakan rumus:

L. Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

Pengaruh metode pictorial riddle terhadap kemampuan representasi matematis siswa pada materi bangun segiempat di Sekolah Menengah Pertama Muslim Asia Afrika

1 18 214

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA MATERI SISTEM PERSAMAAN ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP MUHAMMADIYAH 4 SAMBI T

0 6 12

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP MU

0 2 15

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI DAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP.

2 9 47

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS IS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN SISWA.

0 0 18

REPRESENTASI EKSTERNAL SISWA MTS DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN.

7 8 106

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA MATERI PROGRAM LINIER BERDASARKAN GAYA BELAJAR SISWA

0 0 14

ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA SMP BERKEMAMPUAN TINGGI Nandya Paramitha

0 1 12

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA

0 0 8

ANALISIS BERPIKIR PSEUDO DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DI SMP NEGERI 2 BANYUMAS

0 0 17