Pelaksanaan Pengawasan Melekat Unsur-Unsur Dalam Kepemimpinan

7. Formulir dan Alat Standar Kerja Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan pelaksanaan pengawasan melekat, hendaknya digunakan formulir dan alat standar kerja tertentu. Agar memperoleh kejelasan, formulir-formulir dan alat standar kerja perlu : a. Sederhana dan mudah dimengerti b. Mencakup unsur-unsur yang diperlukan c. Adanya keseragaman pola.

2.2.2.5 Pelaksanaan Pengawasan Melekat

Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No 462004 bahwa pelaksanaan pengawasan melekat diwujudkan melalui kegiatan pemantauan, pemeriksaan dan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan. Ketiga kegiatan tersebut dapat pula berbentuk kegiatan tatap muka, pertemuan berkala dan sebagainya. a. Pemantauan Merupakan rangkaian tindakan mengikuti pelaksanaan suatu kegiatan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya untuk mengetahui sedini mungkin kemungkinan terjadinya penyimpangan pelaksanaan pekerjaan dilihat dari kebijaksanaan maupun program yang telah ditetapkan. Pemantauan dilakukan melalui laporan pertanggungjawaban lisan dan atau tertulis yang dapat berlangsung sewaktu-waktu atau berkala. b. Pemeriksaan Merupakan rangkaian tindakan mencari dan mengumpulkan fakta yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Pemeriksaan dapat pula diikuti dengan melakukan kunjungan ke obyek-obyek pemeriksaan. Pemeriksaan erat sekali hubungannya dengan pembinaan personil. c. Penilaian Merupakan kegiatan berupa perbandingan antara hasilprestasi suatu kegiatan dengan standar rencana atau norma-norma yang telah ditentukan serta menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu rencana. Penilaian dilakukan berdasarkan hasil pemantauan atau pemeriksaan. Hasil penilaian menjadi pertimbangan untuk penentuan tindak lanjut yang tepat, disamping merupakan umpan balik bagi penyempurnaan rencana kegiatan di waktu yang akan datang.

2.2.2.6 Indikator Keberhasilan Pengawasan Melekat

Situmorang dan Juhir 1994:150-151 menyebutkan bahwa salah satu keberhasilan suatu organisasi pemerintah dalam mencapai tujuan banyak ditentukan oleh keberhasilan program pengawasan melekat. Keberhasilan program pengawasan melekat itu sendiri dapat dilihat di berbagai macam indikator sebagai berikut : 1. Indikator meningkatnya prestasi dan pencapaian sasaran pelaksanaan tugas-tugas antara lain : a. Berkurangnya tunggakan kerja b. Rencana yang disusun dapat menggambarkan adanya sasaran yang jelas dan dapat diukur, terlihat keterkaitan antara rencana dengan program anggaran c. Tugas dapat selesai sesuai dengan rencana baik dilihat dari aspek fisik maupun biaya d. Tercapainya sasaran tugas seperti delapan sukses pembangunan di daerah e. Berkurangnya kerja lembur 2. Indikator berkurangnya penyalahgunaan wewenang antara lain : a. Berkurangnya tuntutan masyarkat terhadap pemerintah b. Terpenuhinya hak-hak pegawai negeri dan masyarakat sesuai dengan apa yang menjadi haknya, misalnya gaji pegawai negeri yang diterima oleh yang bersangkutan tepat dan waktu dan jumlahnya 3. Indikator berkurangnya kebocoran, pemborosan dan pungutan liar, antara lain : a. Kualitas dan kuantitas kasus-kasus penyimpangan, penyelewengan, kebocoran, pemborosan dapat dikurangi b. Berkurangnya tingkat kesalahan dalam pelaksanaan tugas 4. Indikator cepatnya penyelesaian perijinan dan peningkatan pelayanan masyarakat, antara lain : a. Tidak ada lagi berdesaknya antrian di loket pelayanan b. Ketepatan waktu dalam pemberian perijinan dan pelayanan c. Berkurangnya tunggakan kerja d. Pelayanan makin baik prestasinya, hal ini ditandai oleh berkurangnya pengaduan dan keluhan masyarakat 5. Indikator cepatnya pengurusan kepegawaian antara lain : a. Berkurangnya keluhan pegawai dalam kenaikan pangkat dan pensiun b. Berkurangnya keterlambatan pengangkatan calon pegawai menjadi pegawai. Sedangkan menurut Adi 1992 : 49 dalam buku Pedoman Pengawasan Melekat mengatakan bahwa keberhasilan program pengawasan melekat dapat dilihat dari berbagai macam tolok ukur sebagai berikut : 1. meningkatnya disiplin, prestasi dan pencapaian sasaran pelaksanaan tugas, antara lain : a. Tingkat kehadiran meningkat. b. Berkurangnya tunggakan kerja. c. Rencana yang disusun dapat menggambarkan adanya sasaran yang jelas dan dapat diukur, terlihat kaitan antara rencana dengan program dan anggaran. d. Tugas dapat selesai sesuai dengan rencana, baik dilihat dari aspek fisik maupun biaya. e. Tercapainya sasaran tugas. f. Berkurangnya kerja lembur. g. Disiplin aparatur meningkat. 2. berkurangnya penyalahgunaan wewenang, antara lain : a. Berkurangnya tuntutan masyarakat terhadap Pemerintah. b. Terpenuhinya hak-hak pegawai negeri dan masyarakat sesuai dengan apa yang menjadi haknya, misalnya gaji pegawai negeri yang diterima oleh yang bersangkutan tepat waktu dan jumlahnya. 3. berkurangnya kebocoran, pemborosan dan pungutan liar, antara lain: a. Berkurangnya kualitas dan kuantitas kasus-kasus penyimpangan dan penyelewengan. b. Berkurangnya tingkat kesalahan dalam pelaksanaan tugas. 4. cepatnya penyelesaian perijinan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat, antara lain : a. Ketepatan waktu dalam pemberian perijinan dan pelayanan. b. Berkurangnya tunggakan kerja. c. Pelayanan makin baik prestasinya, hal ini ditandai dengan berkurangnya pengaduan dan keluhan masyarakat. 5. cepatnya pengurusan kepegawaian, antara lain : a. berkurangnya keluhan pegawai dalam kenaikan pangkat, pensiun dan mutasi kepegawaian lainnya. b. Berkurangnya keterlambatan pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil menjadi Pegawai Negeri Sipil. c. Berkurangnya keterlambatan pengambilan sumpah Calon Pegawai Negeri Sipil setelah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. 6. berkurangnya temuan-temuan pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat : a. Berkurangnya temuan pengawasan fungsional. b. Berkurangnya pengaduan atau keluhan dari masyarakat. 2.2.3 Kepemimpinan 2.2.3.1 Definisi Kepemimpinan Menurut Rivai 2004:2-3 dalam bukunya ā€¯kepemimpinan dan perilaku organisasiā€¯ menyatakan bahwa definisi kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, memperoleh dukungan dan kerja sama dari orang-orang di luar kelompok atau organisasi. Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarelasukacita. Ada beberapa faktor yang dapat menggerakkan orang, yaitu karena ancaman, penghargaan, otoritas dan bujukan. Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Tiga implikasi penting yang terkandung dalam hal ini yaitu: 1 kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik bawahan maupun pengikut, 2 kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya, 3 adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya. Oleh karena itu, kepemimpinan itu pada hakekatnya adalah: a. Proses mempengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. b. Seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama. c. Kemampuan untuk mempengaruhi, memberi inspirasi dan mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan. d. Melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut dan situasi tertentu. e. Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Sumber pengaruh dapat secara formal atau informal. Pengaruh formal ada bila seorang pemimpin memiliki posisi manajerial di dalam sebuah organisasi. Sedangkan sumber pengaruh tidak formal muncul di luar struktur organisasi formal. Dengan demikian pengaruh pemimpin sangat ditentukan oleh statusnya, yaitu sebagai pimpinan formal atau pimpinan informal yang masing- masing dapat dibedakan dalam hal: 1 Pimpinan formal lembaga,eksekutif,legislatif dan yudikatif, artinya seseorang yang ditunjuk sebagai pemimpin, atas dasar keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi dengan segala hak dan kewajiban yang melekat berkaitan dengan posisinya. 2 Pimpinan informal tokoh masyarakat, pemuka agama, adat, guru, bisnis, dan lain-lain, artinya seseorang yang ditunjuk memimpin secara tidak formal, karena memiliki kualitas unggul, Menurut Rivai 2004:2-6 konsep kepemimpinan erat sekali hubungannya dengan kekuasaan pemimpin dalam memperoleh alat untuk mempengaruhi prilaku para pengikutnya. Pada dasarnya kemampuan untuk mempengaruhi orang atau suatu kelompok untuk mencapai tujuan tersebut ada unsur kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan oleh pihak lainnya.

2.2.3.2 Unsur-Unsur Dalam Kepemimpinan

Menurut Nawawi 1993:15 unsur-unsur kepemimpinan adalah: 1. Adanya seseorang yang berfungsi memimpin yang disebut pemimpin. 2. Adanya orang lain yang dipimpin. 3. Adanya kegiatan menggerakkan orang lain yang dilakukan dengan mempengaruhi dan menggerakkan perasaan, pikiran dan tingkah lakunya. 4. Adanya tujuan yang hendak dicapai, baik yang dirumuskan secara sistematis maupun secara seketika. 5. Berlangsung berupa proses kelompokorganisasi, baik besar dengan banyak maupun kecil dengan sedikit orang-orang yang dipimpin. Menurut Kartono 1993:138 kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan suatu faktor yang menentukan atas berhasil tidaknya suatu organisasi, sebab kepemimpinan yang menunjukkan suatu pengelolaan organisasi itu berhasil dilaksanakan dengan hasil yang sempurna atau sukses. Ini berarti bahwa pemimpin itu berhasil dalam 3 hal yaitu: a. Mampu mengantisipasi perubahan yang tiba-tiba dalam proses pengelolaan organisasi. b. Berhasil mengoreksi kelemahan-kelemahan yang ada. c. Sanggup membawa organisasi kepada sasaran jangka waktu yang telah ditetapkan. Dengan demikian pemimpin tersebut ada bila terdapat kelompok atau satu organisasi. Maka keberadaan pemimpinnya itu selalu ada ditengah-tengah kelompoknya anak buah, bawahan,rakyat dan dirasakan keberadaannya oleh anggotanya.

2.2.3.3 Syarat Kepemimpinan