untuk dipecahkan, sehingga mereka merasa enggan dalam mencoba menyelesaikan permasalahan yang ada tersebut.
2 Keberhasilan pembelajaran berbasis masalah membutuhkan cukup waktu dalam mempersiapkan pembelajarannya.
3 Tanpa pemahaman terhadap tujuan apa yang akan dicapai dari pembelajaran yang akan dicapai, maka siswa tidak akan belajar
dengan baik apa yang akan siswa pelajari.
f. Manfaat Pembelajaran Berbasis Masalah:
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah problem-based learning PBL adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan
lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan bersangkut-paut bagi siswa, dan memungkinkan siswa
memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik nyata. Pemecahan masalah memegang peranan penting baik dalam pelajaran
sains maupun dalam banyak disiplin ilmu lainnya, terutama agar pembelajaran berjalan dengan fleksibel. Kalau seorang peserta didik
dihadapkan pada suatu masalah pada akhirnya bukan hanya sekedar memecahkan masalah, tetapi juga belajar sesuatu yang baru.
Manfaat lain dari pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan
memecahkan masalah. Dengan pembelajaran berbasis masalah ini siswa berusaha berpikir kritis dan mampu mengembangkan
kemampuan analisisnya serta menjadi pembelajar yang mandiri.
Pembelajaran berbasis masalah memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkret
tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks.
g. Penilaian Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Tugas-tugas penilaian untuk PBM tidak dapat semata-mata terdiri dari tes kertas dan pensil. Kebanyakan teknik asesmen dan evaluasi yang
digunakan untuk PBM adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh pebelajar sebagai hasil penyelidikanhasil kerja mereka. Seperti pada
model pembelajaran kontekstual lainnya, bentuk penilaian PBM terdiri dari penilaian kinerja dan portofolio. Berbeda dengan penilaian
tradisional paper dan pencil test. Penetapan kriteria penilaian tugas- tugas kinerja hasil karya harus dilakukan pada awal-awal
pembelajaran dan harus dapat dikerjakan oleh pebelajar. Kriteria penilaian itu harus didiskusikan terlebih dahulu bersama pebelajar di
kelas. Diskusi ini meliputi berapa hal yang harus mereka capai dan siapa yang akan menilai mereka pembelajar, pebelajar, atau ahli luar.
3. Efektivitas
Menurut Kartika Budi 2001, dalam Kristanti, 2004:18 efektivitas dalam proses pembelajaran didefinisikan sebagai suatu ukuran
keberhasilan penggunaan metode pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Indikator dapat dilihat dari ketepatan penggunaan strategi
pembelajaran, alat peraga, keterlibatan siswa, waktu dan hasil yang dicapai siswa.
Dalam penelitian ini istilah efektivitas pembelajaran dapat diartikan sebagai keberhasilan dalam proses pembelajaran dengan tujuan mencapai
tujuan pembelajaran yang telah disampaikan sebelumnya. Indikator dari efektivitas kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari
tercapainya indikator pembelajaran pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Pembelajaran dikatakan efektif jika siswa dapat memenuhi
indikator dalam materi tersebut.
4. Keaktifan siswa
Secara harfiah aktif berarti giat, sedangkan keaktifan berarti kegiatan atau kesibukan. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, 1988. Dalam kegiatan pembelajaran siswa haruslah bersikap aktif sesuai dengan peran siswa tersebut sebagai subjek
dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, keaktifan siswa merupakan faktor
utama serta dapat digunakan sebagai alat ukur sebuah pembelajaran yang dilakukan berhasil atau tidak. Menurut Kartika 2001:59 keaktifan siswa
dalam berkelompok adalah bertanya pada guru dan teman, menjawab pertanyaan teman, menyampaikan ide, mencatat hasil kerja kelompok, dan
menyampaikan hasil kerja kelompok. Dalam penelitian ini, peneliti