Karakteristik Produsen Tempe Hasil Penelitian

4.2.1 Karakteristik Produsen Tempe

Karakteristik produsen tempe meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, lama berproduksi, jumlah tenaga kerja, jumlah produksi tempe setiap bulan, pernah mengikuti kursus mengolah tempe atau tidak, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan Pendidikan Pada Industri Pengolahan Tempe Yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012 Karakteristik Responden Jumlah Persen Jenis Kelamin Laki-laki 9 90 Perempuan 1 10 Umur Tahun ≤ 34 ≥ 34 4 6 40 60 Pendidikan terakhir SD SMP Sederajat SMA Sederajat Diploma Sarjana 3 2 4 1 30 20 40 10 Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, diketahui bahwa produsen tempe berjenis kelamin laki-laki sebanyak 90 dan sebanyak 10 berjenis kelamin perempuan. Umur produsen tempe yang berada dibawah 34 tahun berjumlah 4 orang 40 dan umur produsen tempe yang berada diatas 34 tahun berjumlah 6 orang 60. Tingkat pendidikan terakhir produsen tempe yang paling banyak adalah SMAsederajat yaitu 40 dan tingkat pendidikan tertinggi adalah tamat DiplomaSarjana yaitu sebanyak 10. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Distribusi Lama Berproduksi Industri Pengolahan Tempe Yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012 No Lama Berproduksi Tahun Jumlah Persentase 1. 2 1 10 2. 4 1 10 3. 6 1 10 4. 10 2 20 5. 11 1 10 6. 7. 8. 20 25 45 2 1 1 20 10 10 Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa industri pengolahan tempe yang paling lama berproduksi adalah 45 tahun dengan persentase 10 dan yang paling muda berproduksi adalah 2 tahun dengan persentase 10. Tabel 4.5 Distribusi Jumlah Tenaga Kerja Industri Pengolahan Tempe Yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012 No Tenaga Kerja orang Jumlah Persentase 1. 1 4 40 2. 2 2 20 3. 3 1 10 4. 5. 5 4 1 2 10 20 Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa jumlah tenaga kerja yang paling banyak adalah 5 orang dengan persentase 10 dan yang paling sedikit tenaga kerjanya adalah 1 orang dengan persentase 40 . Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6 Distribusi Jumlah Bahan Baku Industri Pengolahan Tempe Yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012 No Bahan Baku Kgbulan Jumlah Persentase 1. 300 1 10 2. 1500 1 10 3. 1650 1 10 4. 2100 2 20 5. 3000 2 20 6. 7. 8. 3600 6000 15000 1 1 1 10 10 10 Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diketahui bahwa jumlah bahan baku produksi tempe yang paling banyak adalah 15000 kgbulan dengan persentase 10 dan yang paling sedikit bahan baku produksinya adalah 300 kgbulan dengan persentase 10 . Tabel 4.7 Distribusi Pernah Tidak Produsen Tempe Mengikuti Kursus Pengolahan Makanan Tahun 2012 No Pernah Mengikuti Kursus Mengolah Makanan Jumlah Persentase 1 Ya 2 Tidak 10 100 Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada satupun industri pengolahan tempe 0 yang pernah mengikuti kursus mengolah makanan sebelum mereka memproduksi tempe. 4.2.2 Enam Prinsip Higiene Sanitasi Pada Industri Pengolahan Tempe Yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti terhadap 10 industri pengolahan tempe, diperoleh gambaran pelaksanaan 6 enam prinsip higiene sanitasi pengolahan tempe yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi. Universitas Sumatera Utara

4.2.2.1 Pemilihan Bahan Baku

Hasil observasi peneliti terhadap 10 industri pengolahan tempe berdasarkan pemilihan bahan baku tempe disajikan ke dalam Tabel distribusi berikut : Tabel 4.8 Distribusi Berdasarkan Pemilihan Bahan Baku Pada Industri Pengolahan Tempe Yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012 No. Kriteria Penilaian Ya Tidak Jlh Jlh 1. Kacang kedelai yang digunakan dalam kondisi baik 10 100 2. 3. Kacang kedelai dalam keadaan segar dan tidak busuk. Kacang kedelai tidak pecah. 10 10 100 100 4. Kacang kedelai diperoleh dari tempat penjualan yang diawasi pemerintah 10 100 Berdasarkan tabel 4.8 diatas diperoleh bahwa kriteria penilaian dalam pemilihan bahan baku tempe yang memenuhi syarat kesehatan pada industri pengolahan tempe yang menjual hasil produksi di Pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012 diantaranya adalah semua industri pengolahan tempe 100 menggunakan kacang kedelai dalam kondisi baik, segartidak busuk, dan tidak pecah.

4.2.2.2 Penyimpanan Bahan Baku Tempe

Hasil observasi yang peneliti lakukan pada 10 industri pengolahan tempe berdasarkan penyimpanan bahan baku tempe disajikan dalam tabel distribusi berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.9 Distribusi Berdasarkan Tempat Penyimpanan Bahan Baku Industri Pengolahan Tempe Yang Menjual Hasil Produksi di pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012 No. Kriteria Penilaian Ya Tidak Jlh Jlh 1. Tempat penyimpanan bahan baku tempe kedelai dalam keadaan bersih 10 100 2. Tempat penyimpanan bahan baku tempe kedelai tertutup 5 50 5 50 3. Tempat penyimpanan bahan baku tempe kedelai tidak menjadi tempat bersarang serangga dan tikus 10 100 Berdasarkan Tabel 4.9 diatas, diketahui bahwa penilaian berdasarkan prinsip tempat penyimpanan bahan baku tempe yang memenuhi syarat adalah sebanyak 50 tempat penyimpanan bahan baku tempe dalam keadaan tertutup. Sedangkan kriteria tempat penyimpanan bahan baku yang tidak memenuhi syarat adalah sebanyak 100 tempat penyimpanan bahan baku tidak bersih, 50 tempat penyimpanan bahan baku tidak tertutup dan sebanyak 100 tempat penyimpanan bahan baku tempe menjadi tempat bersarang serangga dan tikus.

4.2.2.3 Pengolahan Tempe

Hasil observasi berdasarkan pengolahan tempe termasuk tenaga penjamah makanan, cara pengolahan makanan dan tempat pengolahan makanan disajikan ke dalam Tabel berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10 Distribusi Berdasarkan Tenaga Penjamah Makanan Pada Industri Pengolahan Tempe Yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012 No Kriteria Penilaian Ya Tidak Jlh Jlh 1. 2. 4. 5. 6. 7. 8. Penjamah makanan tidak menderita penyakit mudah menular misal: batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut dan sejenisnya Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian Memakai celemek dan tutup kepala Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan. Menjamah makanan harus memakai Alatperlengkapan atau dengan alas tangan. Tidak merokok pada waktu melakukan pengolahan tempe Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan atau tanpa menutup hidung atau mulut. 10 2 7 10 100 20 70 100 8 10 10 10 3 80 100 100 10 30 Berdasarkan Tabel 4.10 diatas diketahui bahwa kriteria penilaian pengolahan makanan berdasarkan tenaga penjamah yang memenuhi syarat adalah semua industri pengolahan tempe 100 tenaga penjamah makanan tidak menderita penyakit mudah menular misal: batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut dan sejenisnya. Sebanyak 2 industri pengolahan tempe 20 tenaga penjamah makananpengolah tempe menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian. Dari hasil observasi 10 industri pengolahan tempe 100 tenaga penjamah makanan tidak batuk atau bersin dihadapan makanan atau tanpa menutup hidung atau mulut. Sedangkan untuk kriteria yang tidak memenuhi syarat adalah tidak ada satupun industri pengolahan tempe 100 yang menggunakan celemek dan tutup kepala dan tidak mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan, tidak memakai alatperlengkapan atau alas tangan. Dari hasil observasi ditemui 3 industri Universitas Sumatera Utara pengolah tempe 30 tenaga penjamah makanan merokok pada waktu melakukan pengolahan tempe. Tabel 4.11 Distribusi Berdasarkan Cara Pengolahan Pada Industri Pengolahan Tempe Yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012 No. Kriteria Penilaian Ya Tidak Jlh Jlh 1. 2. 3. 4. 5. Tidak terjadi kerusakan-kerusakan makanan sebagai akibat cara pengolahan yang salah. Tidak terjadi pengotoran atau kontaminasi makanan. Tidak menambahkan zat pewarna makanan pada waktu pengolahan tempe. Tidak menambahkan zat pewarna metanil yellow pada waktu pengolahan tempe. Memiliki pengetahuan tentang bahaya bahan tambahan makanan seperti zat pewarna. 10 10 8 10 8 100 100 80 100 80 2 2 20 20 Berdasarkan Tabel 4.11 diatas dapat diperoleh bahwa untuk kriteria penilaian pengolahan yang memenuhi syarat berdasarkan cara pengolahan tempe dari 10 industri pengolahan tempe yaitu semua industri pengolahan tempe 100 tidak terjadi pengotoran atau kontaminasi makanan, tidak terjadi kerusakan pada bahan baku tempe sebagai akibat cara pengolahan yang salah. Berdasarkan hasil observasi, semua industri pengolahan tempe 100 tidak menambahkan zat pewarna metanil yellow pada waktu pengolahan tempe, terdapat 8 industri pengolahan tempe 80 tidak menambahkan zat pewarna makanan pada waktu pengolahan tempe, dan 8 industri pengolahan tempe 80 memiliki pengetahuan tentang bahaya bahan tambahan makanan seperti zat pewarna pada makanan. Berdasarkan hasil observasi untuk kriteria yang tidak memenuhi syarat adalah masih terdapat 2 industri pengolahan tempe 20 yang masih menggunakan zat Universitas Sumatera Utara pewarna makanan pada waktu pengolahan tempe, 2 industri pengolahan tempe 20 tidak memiliki pengetahuan tentang bahaya bahan tambahan makanan seperti zat pewarna pada makanan. Tabel 4.12 Distribusi Berdasarkan Tempat Pengolahan Pada Industri Pengolahan Tempe Yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012 No. Kriteria Penilaian Ya Tidak Jlh Jlh 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9 10. 11. 12. Lantai dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak licin, tahan lama dan kedap air. Dinding kedap air dan mudah dibersihkan Langit-langit sebaiknya berwarna terang dan mudah dibersihkan Pintu dan jendela terhindar dari lalat dan serangga. Memiliki ventilasi yang cukup baik 10 dari luas lantai Ada persediaan air bersih yang cukup Tersedia tempat pembuangan sampah di dalam ruang pengolahan tempe Tersedia saluran pembuangan akhir limbah Tersedia tempat mencuci tangan dan peralatan Peralatan dicuci dahulu sebelum digunakan dalam setiap pengolahan Peralatan dikeringkan dengan alat pengeringlap yang bersih Peralatan disimpan dalam rak penyimpanan tertutupbebas pencemaran 3 6 6 8 4 8 2 5 8 30 60 60 80 40 80 20 50 80 7 4 4 2 6 2 10 8 5 2 10 10 70 40 40 20 60 20 100 80 50 20 100 100 Berdasarkan Tabel 4.12 diatas dapat diperoleh bahwa untuk kriteria penilaian pengolahan yang memenuhi syarat berdasarkan tempat pengolahan dari 10 industri pengolahan tempe yaitu 3 industri pengolahan tempe 30 memiliki lantai dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak licin, tahan lama dan kedap air, 60 industri pengolahan tempe memiliki dinding kedap air dan mudah dibersihkan, sebanyak 6 industri pengolahan tempe 60 langit-langitnya berwarna terang dan mudah Universitas Sumatera Utara dibersihkan. Dari hasil observasi diperoleh 8 80 industri pengolahan tempe memiliki pintu dan jendela terhindar lalat dan serangga, sebanyak 4 industri pengolahan tempe 40 memiliki ventilasi yang cukup baik 10 dari luas lantai, 8 industri pengolahan tempe 80 memiliki persediaan air bersih yang cukup untuk pengolahan tempe, tidak ada industri pengolahan tempe yang memiliki tempat pembuangan sampah di dalam ruang pengolahan tempe, 2 industri pengolahan tempe 20 memiliki saluran pembuangan akhir limbah. Dari hasil observasi juga diperoleh 5 industri pengolahan tempe 50 memiliki tempat mencuci tangan dan peralatan, 8 industri pengolahan tempe 80 setelah menggunakan peralatan dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan. Selain itu, berdasarkan hasil observasi diperoleh juga bahwa masih terdapat 7 industri pengolahan tempe 70 masih memiliki lantai dari bahan yang tidak mudah dibersihkan, licin, tidak tahan lama dan tidak kedap air, 40 industri pengolahan tempe tidak memiliki dinding kedap air dan tidak mudah untuk dibersihkan, sebanyak 4 industri pengolahan tempe 40 langit-langitnya tidak berwarna terang dan tidak mudah untuk dibersihkan. Dari hasil observasi diperoleh 2 20 industri pengolahan tempe memiliki pintu dan jendela yang dihinggapi lalat dan serangga, sebanyak 6 industri pengolahan tempe 60 tidak memiliki ventilasi yang cukup baik kurang 10 dari luas lantai, 2 industri pengolahan tempe 20 tidak memiliki persediaan air bersih yang cukup untuk pengolahan tempe, sebanyak 9 industri pengolahan tempe 90 tidak memiliki tempat pembuangan sampah di dalam ruang pengolahan tempe, 8 industri pengolahan tempe 80 tidak memiliki saluran pembuangan akhir limbah. Dari hasil observasi juga diperoleh 5 industri pengolahan tempe 50 tidak memiliki Universitas Sumatera Utara tempat mencuci tangan dan peralatan, 2 industri pengolahan tempe 20 tidak mencuci peralatan terlebih dahulu sebelum digunakan. Sebanyak 10 industri pengolahan tempe 100 setelah menggunakan peralatan tidak dikeringkan dengan alat pengeringlap yang bersih terlebih dahulu, serta peralatan peralatan tidak disimpan dalam rak penyimpanan tertutupbebas pencemaran.

4.2.2.4 Pengemasan Tempe

Hasil observasi yang peneliti telah lakukan pada sepuluh industri pengolahan tempe yang menjual hasil produksi di pasar sei sikambing Kota Medan tahun 2012 berdasarkan proses pengemasan tempe disajikan dalam bentuk tabel distribusi berikut: Tabel 4.13 Distribusi Berdasarkan Proses Pengemasan Pada Industri Pengolahan Tempe Yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Sei Si Kambing Kota Medan Tahun 2012 No. Kriteria Penilaian Ya Tidak Jlh Jlh 1. Peralatanpembungkus untuk pengemasan dalam keadaan bersih. 5 50 5 50 2. Tangan pengemas tidak kontak langsung dengan tempe. 10 100 Berdasarkan Tabel 4.15 diatas dapat diperoleh bahwa untuk kriteria penilaian pengolahan yang memenuhi syarat berdasarkan pengemasan tempe dari 10 industri pengolahan tempe yaitu 5 industri pengolahan tempe 50 menjaga dan menggunakan peralatan pembungkus untuk pengemasan tempe dalam keadaan bersih. Selain itu, berdasarkan hasil observasi diperoleh juga kriteria pengolahan yang tidak memenuhi syarat yaitu 10 industri pengolahan tempe 100 tangan pengemas Universitas Sumatera Utara kontak langsung dengan tempe, 5 industri pengolahan tempe 50 tidak menjaga dan menggunakan peralatan pembungkus untuk pengemasan tempe dalam keadaan tidak bersih.

4.2.2.5 Penyimpanan Tempe

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti telah lakukan pada sepuluh industri pengolahan tempe yang menjual hasil produksi di pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012 berdasarkan prinsip penyimpanan makanan jadi disajikan dalam bentuk tabel distribusi berikut : Tabel 4.14 Distribusi Berdasarkan Tempat Penyimpanan Makanan Jadi Pada Industri Pengolahan Tempe Yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012 No. Kriteria Penilaian Ya Tidak Jlh Jlh 1. Tersedia tempat khusus untuk menyimpan tempe yang sudah jadi 9 90 1 10 2. 3. Tempat penyimpanan tempe yang sudah jadi dalam keadaan bersih Tempat penyimpanan tempe yang sudah jadi jauh dari sumber pencemaran 5 10 50 100 5 50 Berdasarkan Tabel 4.13 diatas dapat diperoleh bahwa untuk kriteria penilaian pengolahan yang memenuhi syarat berdasarkan tempat penyimpanan tempe dari 10 industri pengolahan tempe yaitu 9 industri pengolahan tempe 90 memiliki tempat khusus untuk menyimpan tempe yang sudah jadi. Berdasarkan hasil observasi 5 industri pengolahan tempe 50 memiliki tempat penyimpanan tempe yang sudah jadi dalam keadaan bersih, semua industri pengolahan tempe 100 memiliki tempat penyimpanan tempe yang sudah jadi jauh dari sumber pencemaran. Universitas Sumatera Utara Selain itu diperoleh bahwa masih terdapat 5 industri pengolahan tempe 50 memiliki tempat penyimpanan tempe yang sudah jadi tidak bersih dan 1 industri 10 tidak mempunyai tempat khusus untuk menyimpan tempe yang sudah jadi.

4.2.2.6 Pengangkutan Tempe

Hasil observasi yang peneliti telah lakukan terhadap sepuluh industri pengolahan tempe yang menjual hasil produksi di pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012 berdasarkan tempat pengangkutan tempe disajikan ke dalam bentuk tabel distribusi berikut : Tabel 4.15 Distribusi Berdasarkan Tempat Pengangkutan Pada Industri Pengolahan Tempe Yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012 No. Kriteria Penilaian Ya Tidak Jlh Jlh 1. Tersedianya tempat khusus untuk mengangkut tempe 9 90 1 10 2. Tempe diangkut dalam keadaan tertutup 10 100 3. 4. Tempat tempe yang diangkut dalam keadaan bersih Pengangkutan tempe tidak melewati daerah kotor 10 100 10 100 Berdasarkan Tabel 4.14 diatas dapat diperoleh bahwa untuk kriteria penilaian pengolahan yang memenuhi syarat berdasarkan pengangkutan tempe dari 10 industri pengolahan tempe yaitu 9 industri pengolahan tempe 90 memiliki tempat khusus untuk pengangkutan tempe yang sudah jadi. Selain itu, berdasarkan hasil observasi diperoleh juga 10 industri pengolahan tempe 100 mengangkut tempe dalam keadaan tidak tertutup. Universitas Sumatera Utara 4.2.3 Hasil Penilaian Observasi Pada Setiap Industri Pengolahan Tempe Yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012 Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan pada 10 industri pengolahan tempe yang menjual hasil produksi di pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.16 Hasil Penilaian Observasi Pada Setiap Industri Pengolahan Tempe Yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012 Kode Sampel Pemilihan Bahan Baku Penyimpanan Bahan Baku Pengolahan Tempe Pengemasan Tempe Penyimpanan Tempe Pengangkutan Tempe A MS TMS TMS TMS MS TMS B MS TMS TMS TMS TMS TMS C MS TMS TMS TMS TMS TMS D MS TMS TMS TMS TMS TMS E MS TMS TMS TMS MS TMS F MS TMS TMS TMS TMS TMS G MS TMS TMS TMS MS TMS H MS TMS TMS TMS MS TMS I MS TMS TMS TMS TMS TMS J MS TMS TMS TMS MS TMS Keterangan : MS : Memenuhi syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat Berdasarkan tabel 4.16, higiene sanitasi pemilihan bahan baku pada 10 industri pengolahan tempe secara keseluruhan memenuhi syarat. Dimana bahan baku dalam kondisi baik segar dan tidak busuk. Kedelai yang digunakan tidak pecah dan diperoleh dari tempat penjualan yang di awasi pemerintah. Penyimpanan bahan baku pada 10 industri pengolahan tempe belum memenuhi syarat, dimana tempat penyimpanan Universitas Sumatera Utara tersebut dalam keadaan tidak bersih, tempat penyimpanan bahan baku tidak tertutup dan menjadi tempat bersarang serangga dan tikus. Higiene sanitasi pengolahan pada 10 industri tempe belum memenuhi syarat, dimana tenaga penjamah makanan belum melaksanakan sepenuhnya kriteria higine sanitasi. Begitu juga cara pengolahan dan tempat pengolahan tempe. Tetapi untuk tempat penyimpanan tempe ada 5 industri pengolahan tempe yang sudah memenuhi syarat yaitu industri pengolahan tempe A,E,G,H, dan J. Pengemasan tempe pada 10 industri pengolahan tempe belum memenuhi syarat karena tangan pengemas kontak langsung dengan tempe dan pembungkusnya dalam keadaan tidak bersih dan dilatakkan di lantai begitu saja. Pengangkutan tempe pada 10 industri pengolahan tempe belum memenuhi syarat karena tempe yang diangkut tidak tertutup dan dalam keadaan tidak bersih. 4.2.4 Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow Pada Industri Pengolahan Tempe Yang Dijual di Pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012.

4.2.4.1 Uji Kualitatif

Berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium, dari 10 sampel masing-masing tempe, diperoleh bahwa tidak ada satupun 0 sampel yang mengandung zat pewarna Metanil Yellow. Hasil pemeriksaan zat pewarna Metanil Yellow yang peneliti lakukan terhadap 10 sampel untuk masing-masing tempe di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di Medan, disajikan dalam tabel 4.17 berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.17 Hasil Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow Pada Industri Pengolahan Tempe Yang Menjual Hasil Produksinya di Pasar Sei Sikambing Kota Medan. No. Kode Sampel Ket 1. A Metanil Yellow - 2. B Metanil Yellow - 3. C Metanil Yellow - 4. D Metanil Yellow - 5. E Metanil Yellow - 6. F Metanil Yellow - 7. G Metanil Yellow - 8. H Metanil Yellow - 9. I Metanil Yellow - 10. J Metanil Yellow - Berdasarkan hasil pemeriksaan zat pewarna Metanil Yellow yang dilakukan peneliti pada 10 sampel tempe pada Industri Pengolahan Tempe yang menjual hasil produksi di Pasar Sei Sikambing Kota Medan tahun 2012, diperoleh bahwa tidak ada satupun sampel yang diuji yang memiliki kandungan zat pewarna Metanil Yellow. Universitas Sumatera Utara BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Produsen Tempe

Dokumen yang terkait

Higiene Sanitasi Pengolahan dan Analisa Boraks pada Bubur Ayam yang Dijual di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

30 178 152

Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Analisa Kandungan Zat Pewarna Merah Pada Makanan Kipang Pulut Di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011

0 77 97

ANALISIS PENERAPAN HIGIENE SANITASI INDUSTRI MI BASAH “X’ DAN PEMERIKSAAN ZAT PEWARNA METHANIL YELLOW SECARA KUALITATIF

1 18 107

Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow pada Mie Aceh yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Sigli Provinsi Aceh Tahun 2015

6 99 184

Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow pada Mie Aceh yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Sigli Provinsi Aceh Tahun 2015

0 0 19

Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow pada Mie Aceh yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Sigli Provinsi Aceh Tahun 2015

0 0 2

Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow pada Mie Aceh yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Sigli Provinsi Aceh Tahun 2015

0 0 7

Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow pada Mie Aceh yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Sigli Provinsi Aceh Tahun 2015

0 1 46

Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow pada Mie Aceh yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Sigli Provinsi Aceh Tahun 2015

1 1 4

Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow pada Mie Aceh yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Sigli Provinsi Aceh Tahun 2015

0 0 49