69
2. Kinerja Bank Syariah Mandiri Setelah Krisis Ekonomi Global 2008
Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan bank syariah mandiri yang dipublikasikan melalui websitenya, diketahui nilai rata-rata CAR, ROA, ROE,
NPF, BOPO, dan FDR terdapat dalam tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7 Nilai Rata-Rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO Dan FDR
Bank Syariah Mandiri Periode 2010-2012
Tahun CAR
ROA ROE
NPF BOPO
FDR 2010
11,75 2,19
60,38 1,07
73,65 84,48
2011 12,19
2,08 68,63
1,11 74,34
87,11 2012
13,63 2,22
67,9 1,22
71,18 91,94
Sumber: laporan keuangan bank syariah mandiri Selain itu, untuk memudahkan dalam mendeskripsikan variabel penelitian ini,
berdasarkan data rasio keuangan dari laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia tahun 2007-2009 maka dapat diketahui nilai minimum, maksimum, rata-rata mean,
dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:
70
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, FDR
Bank Syariah mandiri Setelah Krisis Ekonomi Global 2008
CAR ROA
ROE NPF
BOPO FDR
mean 12.52583 2.165000 65.63917 1.137500 73.06000 87.84750
median 14.46500 2.215000 66.79500 1.140000 73.11000 86.78000
maximum 14.59000 2.300000 74.43000 1.550000 76.44000 94.40000
minimum 10.60000 1.950000 53.10000 0.660000 70.11000 82.54000
std. dev 1.299654 0.106983 5.247781 0.273699 1.901564 3.979610
probability 0.653613 0.492722 0.305560 0.760513 0.847093 0.609506 Sumber: data eViews 7 yang telah diolah
a. Capital adequacy ratio CAR Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Selama periode 2009-2012 rasio CAR BSM
terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 sebesar 11,75, tahun 2011 sebesar 12,19 dan tahun 2012 sebesar 13,63. Nilai maximum CAR BSM sebesar 14,59
dan nilai minimum sebesar 10,60. Dalam hal ini nilai rasio CAR BSM sudah berada pada kondisi ideal yang ditetapkan oleh BI yang jika mengacu pada ketentuan bank
Indonesia tentang kewajiban penyediaan modal minimum KPMM bahwa standar terbaik atau minimum CAR adalah 8 maka BSM sudah berada pada kondisi ideal
karena memiliki nilai CAR diatas ketentuan standar BI. Nilai rata-rataCAR sebesar 12,53 dengan standar deviasi sebesar 1,30. Dalam hal ini data variabel CAR bisa
dikatakan baik karena nilai standar deviasi lebih kecil daripada nilai meannya. Berdasarkan PBI, nilai CAR BSM setelah krisis mempunyai skor sebesar 90.
71
b. Return on asset ROA Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Rasio ROA BSM selama periode 2010-2012
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 sebesar 2,19, tahun 2011 sebesar 2,08 dan tahun 2012 sebesar 2,22. Nilai maximum ROA sebesar 2,30 dan nilai minimum
sebesar 1,95. Hal ini bisa dikatakan bahwa nilai rasio ROA BSM sudah memenuhi kriteria ideal yang ditetapkan oleh BI yaitu 1,5. Sementara untuk melihat berapa
simpangan data pada rasio ROA dilihat dari standar deviasinya yaitu sebesar 0,10 dengan rata-rata mean ROA sebesar 2,16. Dalam hal ini data variabel ROA bisa
dikatakn baik karena nilai standar deviasinya lebih kecil daripada nilai meannya. Berdasarkan PBI, nilai ROA BSM setelah krisis mempunyai skor sebesar 100.
c. Return on equity ROE Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Pada periode 2010-2012 ROE BSM mengalami
fluktuasi. Pada tahun 2010 nilai ROE BSM sebesar 60,38, pada tahun 2011 naik sebesar 68,63, dan pada tahun 2012 turun sebesar 67,90. Dalam hal ini,
kemampuan BSM dalam mengehasilkan keuntungan paling besar adalah pada tahun 2011. Nilai maximum ROE BSM sebesar 74,43 dan nilai minimum sebesar
53,10. Nilai rata-rata mean sebesar 65,64 dan standar deviasi sebesar 5,25. Dalam hal ini data variabel ROE bisa dikatakan baik karena nilai standar deviasi yang
lebih kecil daripada nilai meannya.
72
d. Non performing financing NPF Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Rasio aktiva bermasalah BSM selama periode
2010-2012 mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 sebesar 1,07, pada tahun 2011 sebesar 1,11 dan tahun 2012 sebesar 1,22. Nilai maximum NPF sebesar 1,55
dan nilai minimum sebesar 0,66. Namun, jika mengacu pada ketentuan BI tentang standal ideal NPF, maka BSM belum memenuhi criteria ideal yang ditetapkan oleh BI
yaitu dibawah 5. Dengan nilai rata-rata sebesar 1,14 dan standar deviasi sebesar 0,27 dapat dikatakan bahwa data variabel NPF baik karena nilai standar deviasi
lebih kecil daripada nilai rata-ratanya. Berdasarkan PBI, nilai NPF BSM setelah krisis mempunyai skor sebesar 100.
e. Biaya operasional pendapatan operasional BOPO Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Tingkat efisiensi BSM periode 2010-2012
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 BOPO BSM sebesar 73,65, pada tahun 2011 sebesar 74,34 dan tahun 2012 sebesar 71,18. Nilai maximum BOPO BSM
sebesar 76,44 dan nilai minimum sebesar 70,11. Nilai BOPO BSM dikatakan baik karena nilainya lebih kecil jika dibandingkan dengan ketetuan BI tentang standar
BOPO yaitu dibawah atau sama dengan 92 ≤92. Dengan nilai rata-rata sebesar 73,06 dan standar deviasi sebesar 1,90 data variabel BOPO dapat dikatakan baik
karena nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai meannya. Berdasarkan PBI, nilai BOPO BSM setelah krisis mempunyai skor sebesar 100.
73
f. Financing to deposit ratio FDR Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Selama periode 2010-2012 terlihat bahwa FDR
BSM mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 sebesar 84,48, tahun 2011 sebesar 87,11 dan tahun 2012 sebesar 91,94. Nilai maximum FDR BSM sebesar 94,40
dan nilai minimum sebesar 82,54. . Namun, jika mengacu pada standar FDR yang ditetapkan oleh bank Indonesia yaitu antara 85 - 110, maka rasio FDR BSM
belum memenuhi criteria ideal yang ditetapkan oleh BI. Dengan nilai rata-rata sebesar 87,84 dan nilai standar deviasi sebesar 3,98 data variabel FDR BSM
dapat dikatakan baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil daripada nilai rata- ratanya. Berdasarkan PBI, nilai FDR BSM setelah krisis mempunyai skor sebesar
100.
74
D. Analisis Deskriptif Atau Comparing Means Variabel Penelitian Selama Krisis Keuangan Global 2008
Tabel 4.9 Descriptive statistics rasio keuangan bank syariah
selama krisis keuangan global 2008
Group Statistics
BSMbmi N
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean CAR
BSM 10
12.9070 .99465 .31454
BMI 10
11.1800 .68604 .21694
ROA BSM
10 1.5190
.59062 .18677
BMI 10
2.1280 .92292
.29185 ROE
BSM 10
23.1990 15.11688 4.78038
BMI 10
27.3130 11.52557 3.64470
NPF BSM
10 2.4220
.73168 .23138
BMI 10
5.0820 1.77230
.56045 BOPO
BSM 10
76.8780 3.22867 1.02099
BMI 10
83.1960 7.18823 2.27312
FDR BSM
10 88.7440 6.81836
2.15616 BMI
10 97.8960 6.66662
2.10817 Sumber: data SPPSS yang telah diolah
a. Capital adequacy ratio CAR Pada tabel 4.9 dapat terlihat bahwa bank syariah mandiri BSM mempunyai nilai
rata-rata mean rasio CAR sebesar 12,90 lebih besar dibandingkkan rasio CAR bank muamalat Indonesia BMI sebesar 11,18. Persentase CAR BSM
75
menggambarkan bahwa nilai CAR BSM lebih bagus dibandingkan dengan nilai CAR BMI. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas prmodalan BSM lebih bagus dari kualitas
permodalan BMI. Dilihat dari nilai CAR BMI yang menggambarkan bahwa modal bank lebih kecil dari nilai ATMRnya. Namun, jika mengacu pada ketentuan bank
Indonesia tentang kewajiban penyediaan modal minimum KPMM bahwa standar terbaik atau minimu CAR adalah 8 maka BSM dan BMI berada pada kondisi ideal
karena memiliki nilai CAR diatas ketentuan standar BI. b. Return on asset ROA
Dari tabel 4.9 dapat terlihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata mean 1,51 lebih kecil dibandingkan dengan rasio ROA BMI yaitu sebesar 2,12. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah keuntungan yang diperoleh BMI lebih besar bila dilihat dari segi penggunaan aktivanya. Sebaliknya, keuntungan yang diperoleh BSM lebih
kecil dikarenakan jumlah penggunaan aktiva lebih banyak. Hal ini berarti selama periode 2007-2009 BMI memiliki nilai ROA lebih baik dibandingkan ROA BSM
karena semakin tinggi nilai ROA maka akan semakin baik kualitas dan tingkat keuntungannya. Semakin tinggi nilai ROA mengidentifikasikan semakin baik kualitas
manajemen dalam mengelila aktiva untuk meningkatkan pendapatan keuntungan. Namun, jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia yang menyatakan bahwa
standar ideal ROA adalah sebesar 1,5 maka BSM dan BMI telah berada dalam kondisi ideal.
76
c. Return on equity ROE Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata mean rasio
ROE sebesar 23,20 pembulatan dua decimal lebih kecil dibandingkan dengan rasio ROE BMI sebesar 27,31. Persentase ROE BMI menunjukka bahwa
kemampuan BMI dalam menghasilkan laba dari modal sendiri lebih besar dibandingkan dengan kemampuan BSM dalam menghasilkan laba. Hal ini berarti
selama periode 2007-2009 BSM memiliki tingkat kemungkinan bank bermasalah lebih besar dibandingkan dengan BMI. Dalam hal ini, kenaikan harga saham lebih
besar dihasilkan oleh BMI. d. Non performing financing NPF
Berdasarkan tabel 4.9 terlihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata mean rasio NPF sebesar 2,42. Lebih kecil dibandingkan dengan rasio NPF BMI yaitu sebesar
5,08. Persentase BMI menunjukkan bahwa bank tersebut memiliki total pembiayaan bermasalah lebih besar daripada nilai total pembiayaan bank, sedangkan
BSM memiliki nilai total pembiayaan lebih besar dibandingkan dengan total pembiayaan bermasalah. Hal ini berarti selama periode 2007-2009 BSM memiliki
nilai rasio NPF lebih baik dibandingkan dengan BMI, karena semakin rendah nilai NPF maka akan semakin baik kualitas aktiva suatu bank. namun, jika mengacu pada
ketentuan bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif KAP bahwa standar terbaik NPF adalah dibawah 5 5 maka BSM sudah berada pada kondisi ideal
sedangkan BMI belum berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai rasio NPF lebih besar dari nilai ideal yang ditentukan bank Indonesia.
77
e. Beban operasional pendapatan operasional BOPO Berdasarkan tabel 4.9 BSM mempunyai nilai rata-rata mean sebesar
76,88pembulatan dua decimal lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata mean BMI yaitu sebesar 83,20 pembulatan dua decimal. Persentase BOPO BSM
menunjukkan bahwa pendapatan operasionalnya lebih besar daripada biaya operasionalnya begitu sebaliknya dengan BMI mempunyai nilai biaya operasional
lebih besar daripada pendapatan operasionalnya. Hal ini menunjukkan selama periode 2007-2009 BSM memiliki BOPO lebih baik dibandingkan dengan BMI, karena
semakin rendah nilai BOPO maka akan semakin baik kualitas dan tingkat efisiensinya. Namun, jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia yang menyatakan
bahwa standar ideal BOPO adalah dibawah atau sama dengan 92 ≤92, maka BSM dan BMI sudah berada pada kondisi ideal.
f. Financing to deposit ratio FDR Berdasarkan tabel 4.9 diatas, maka dapat diketahui bahwa BSM mempunyai nilai
rata-rata mean rasio FDR sebesar 88,74 lebih kecil dibandingkan dengan rasio FDR BMI yaitu sebesar 97,90 pembulatan dua decimal. Persentase FDR
mengidentifikasikan tingkat kemampuan bank syariah dalam mengembalikan kewajiban-kewajibannya tanpa terjadi penangguhan. Hal ini berarti selama periode
2007-2009 BMI memiliki FDR lebih baik dibandingkan dengan BSM, karena semakin besar nilai FDR maka akan semakin baik kualitas dan tingkat likuiditasnya.
Namun, jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia yang menyatakan standar ideal
78
FDR antara 85-110 maka BSM dan BMI sudah berada pada kondisi ideal yang ditentukan oleh bank Indonesia.
E. Analisis deskriptif atau comparing means variabel penelitian setelah krisis keuangan global 2008
Tabel 4.10 Descriptive Statistics Rasio Keuangan Bank Syariah
Setelah Krisis Keuangan Global 2008
Group Statistics
BSMbmi N
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
CAR BSM
12 12.5258
1.29965 .37518
BMI 12
12.1508 1.23428
.35631 ROA
BSM 12
2.1650 .10698
.03088 BMI
12 1.4325
.25751 .07434
ROE BSM
12 65.6392
5.24778 1.51490
BMI 12
22.6517 5.22393
1.50802 NPF
BSM 12
1.1375 .27370
.07901 BMI
12 3.7975
1.37200 .39606
BOPO BSM
12 73.0600
1.90156 .54893
BMI 12
87.1500 4.34291
1.25369 FDR
BSM 12
87.8475 3.97961
1.14881 BMI
12 95.8517
5.26083 1.51867
Sumber: data SPSS yang telah diolah
79
a. Capital adequacy ratio CAR Pada tabel 4.10 dapat terlihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata mean
rasio CAR sebesar 12,53. Lebih besar dibandingkan rasio CAR BMI sebesar 12,15. Persentase CAR BSM menggambarkan bahwa nilai CAR BSM lebih bagus
dibandingkan dengan nilai CAR BMI. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas permodalan BSM lebih bagus dari kualitas permodalan BMI. Dilihat dari nilai CAR
BMI yang menggambarkan bahwa modal bank lebih kecil dari nilai ATMRnya. Namun, jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia tentang kewajiban penyediaan
modal minimum KPMM bahwa standar terbaik atau minimum CAR adalah 8, maka BSM dan BMI sudah berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai CAR
diatas ketentuan standar BI. b. Return on asset ROA
Dapat terlihat dari tabel 4.10 bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata mean 2,16 lebih besar dibandingkan dengan rasio ROA BMI yaitu sebesar 1,43. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah keuntungan yang diperoleh BSM lebih besar bila dilihat dari segi penggunaan aktiva. Sebaliknya keuntungan yang diperoleh BMI lebih kecil
dikarenakan penggunaan aktiva yang lebih banyak. Hal ini berarti selama periode 2010-2012 BSM memiliki nilai ROA yang lebih baik dibandingkan ROA BMI,
karena semakin tinggi nilai ROA mengidentifikasikan semakin baik kualiatas manajemen dalam mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan keuntungan.
Namun, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan standar ideal ROA adalah
80
sebesar 1,5 maka BSM sudah memenuhi criteria ideal yang ditentuan dan BMI belum berada pada kondisi ideal karena nilai ROA yang lebih kecil dari 1,5.
c. Return on equity ROE Pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata mean
rasio ROE sebesar 65,64 pembulatan dua decimal lebih besar dibandingkan dengan rasio ROE BMI sebesar 22,65. Persentase ROE BSM menunjukkan bahwa
kemampuan BSM dalam menghasilkan laba dari modal sendiri lebih besar dibandingkan dengan kemampuan BMI dalam menghasilkan laba. Hal ini berarti
selam periode 2010-2012 BMI mempunyai tingkat kemungkinan bank bermasalah lebih besar dibandingkan dengan BSM.
d. Non performing financing NPF Pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata mean
rasio NPF sebesar 1,14 pembulatan dua decimal lebih kecil dibandingkan dengan rasio NPF BMI sebesar 3,80 pembulatan dua decimal. Persentase BMI
menunjukkan bahwa bank tersebut memiliki total pembiayaan bermasalah lebih besar daripada nilai total pembiayaan bank, sedangkan BSM memiliki nilai total
pembiayaan lebih besar dibandingkan pembiayaan bermasalah. Hal ini menunjukkan berarti bahwa selama periode 2010-2012 BSM memilik nilai rasio NPF yang lebih
baik dibandingkan BMI, karena semakin rendah nilai NPF maka akan semakin baik kualitas aktiva suatu bank. namun, jika mengacu pada ketentuan BI tentang kualitas
aktiva produktif KAP bahwa standar terbaik NPF adalah dibawah 5 5 maka BSM dan BMI sudah berada pada kondisi ideal.
81
e. Biaya operasional pendapatan operasional BOPO Terlihat dari tabel 4.10 bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata mean sebesar
73,06 lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata mean BMI yaitu sebesar 87,15. Persentase BOPO BSM menunjukkan bahwa pendapatan operasionalnya lebih besar
daripada biaya operasioanlnya begitu sebaliknya dengan BMI yang mempunyai nilai biaya operasional lebih besar daripada pendapatan operasionalnya. Hal ini
menunjukkan selama periode 2010-2012 BSM memiliki BOPO lebih baik dibandingkan dengan BMI, karena semakin rendah nilai BOPO maka akan semakin
baik kualitas dan tingkat efisiensinya. Namun, jaka mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar ideal BOPO adalah dibawah 92 ≤92 maka BSM dan
BMI sudah berada pada kondisi ideal. f. Financing to deposit ratio FDR
Berdasarkan tabel 4.10 diatas, maka dapat diketahui bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata mean FDR sebesar 87,85 pembulatan dua decimal lebih kecil
dibandingkan dengan rasio FDR BMI yaitu 95,85. Persentase FDR mengidentifikasikan tingkat kemampuan bank dalam mengembalikan kewajibannya
tanpa terjadi penangguhan. Hal ini berarti bahwa selama periode 2010-2012 BMI memiliki FDR lebih baik dibandingkan dengan BSM, karena semakin besar nilai
FDR maka akan semakin baik kualitas dan tingkat likuiditasnya. Namun, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan standar ideal FDR antara 85-110
maka BSM dan BMI sudah berada pada kondisi ideal yang ditentukan bank
Indonesia.
82
F. Pengujian Hipotesis Selama Krisis Ekonomi Global 2008