Strategi awal pengembangan industri produk komposit polipropilena- serat pelepah sawit

79 Aplikasi komposit polipropilena-serat pelepah sawit pada bagian interior otomotif, misalnya pada door trim, dashboard, alas sandaran punggung, sandaran kepala jok, package tray atau package shelves. Setiap komponen otomotif memerlukan persyaratan tertentu, di antaranya sifat keteguhan lentur, regangan maksimum, kekuatan menahan benturan, sifat penyerapan suara, atau stabilitas dimensi. Aplikasi produk komposit pada bagian tertentu dari otomotif harus disesuaikan dengan karakteristik yang ditunjukkan oleh produk komposit tersebut. 3. Inovasi proses produksi komposit PPserat OPF untuk efisiensi biaya produksi Titik kritis pada proses produksi komposit PPserat pelepah sawit terletak pada proses pengolahan pelepah sawit menjadi serat selulosa. Inovasi proses produksi bisa dilakukan dengan memilih jalur proses yang efisien atau penggunaan bahan kimia dan energi seminimal mungkin untuk mendapatkan serat selulosa pelepah sawit dengan karakteristik yang diinginkan untuk penguat dalam produk komposit, yaitu sifat mekanis yang kuat. 4. Manajemen pengadaan bahan baku pelepah sawit sejak pengambilan di kebun sampai pengolahan di pabrik Karakteristik serat pelepah sawit dipengaruhi oleh beberapa hal; diantaranya adalah umur ketika pelepah sawit dipangkas dari pohon sawit, lamanya penimbunan di tempat penyimpanan bahan baku sebelum diolah menjadi serat selulosa. Untuk meminimalkan keragaman sifat serat pelepah sawit, perlu dilakukan pengelolaan pada saat memangkas pelepah sawit dari pohon sawit. Pemangkasan pelepah sawit perlu dijadwalkan sehingga pelepah sawit dipangkas pada umur yang relatif sama. Penanganan pelepah sawit mulai dari pengambilan di kebun hingga siap untuk diolah menjadi serat selulosa, perlu diperhatikan. Pelapukan selama penyimpanan pelepah sawit sebetulnya membantu proses ekstraksi selulosa dari pelepah sawit. Namun kondisi pelapukan sedapat mungkin dikendalikan agar karakteristik serat pelepah sawit yang dihasilkan relatif seragam. Keempat strategi yang dikemukakan perlu dilakukan sebagai strategi awal pengembangan industri komposit PPserat pelepah sawit untuk diaplikasikan pada komponen otomotif. 80 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Diameter serat pelepah sawit lebih kecil dibandingkan diameter serat ampas akar wangi dan mempengaruhi sifat mekanis serat. Serat pelepah sawit menunjukkan keteguhan tarik 76,17 MPa lebih tinggi dibandingkan dengan serat ampas akar wangi 30,12 MPa. Modulus tarik serat pelepah sawit juga lebih tinggi 19,18 GPa dibandingkan dengan serat ampas akar wangi 4,88 GPa. Namun regangan maksimum serat pelepah sawit 0,64 lebih rendah dibandingkan serat ampas akar wangi 3,12. Hal tersebut menunjukkan bahwa serat pelepah sawit lebih kuat, kaku tapi getas dibandingkan dengan serat ampas akar wangi. Jumlah kandungan selulosa dalam serat pelepah sawit dan serat ampas akar wangi hampir sama yaitu sebesar 30,60 dan 30,33. Dengan jumlah kandungan selulosa yang hampir sama, serat pelepah sawit dan serat ampas akar wangi berpotensi dimanfaatkan sebagai penguat komposit. Kondisi optimum proses pulping soda serat OPF adalah pada suhu 176 C, selama 2 jam 46 menit dan alkali aktif sebesar 44,78. Pada kondisi ini dapat diperoleh pulp soda OPF dengan kadar selulosa, kadar lignin dan kristanilitas, masing-masing sebesar 71,50, 6,05 dan 59,83. Kondisi optimum proses pulping soda serat dVR adalah dengan suhu 170 C, selama 3 jam 35 menit dan alkali aktif 35,95. Pada kondisi ini dapat diperoleh pulp soda dVR dengan kadar selulosa, kadar lignin dan kristalinitas, masing-masing sebesar 57,22, 5,10 dan 49,76. Diameter serat OPF semakin kecil setelah proses pulping, pemutihan dan pemurnian. Dengan kondisi proses yang sama, tingkat kerusakan struktur serat dVR lebih tinggi dibandingkan dengan serat OPF. Proses pulping menggunakan NaOH pada konsentrasi 5,60 untuk OPF dan 4,49 untuk dVR dapat mempertahankan alomorf selulosa I. Selulosa yang diekstrak dari serat OPF merupakan selulosa I  dengan ukuran kristalit 9,23 nm dan kristalinitas 57,20, sedangkan selulosa yang diekstrak dari serat dVR merupakan selulosa I  dengan ukuran kristalit 8,28 nm dan kristalinitas 58,98. Tahapan proses pulping, pemutihan dan pemurnian serat OPF dan dVR telah berhasil menghilangkan lignin yang dibuktikan dengan tidak munculnya puncak serapan lignin pada spektra FTIR. Sifat mekanis komposit PPOPF lebih baik dibandingkan dengan komposit PPdVR. Pada komposit PPOPF, keteguhan lentur komposit dipengaruhi oleh bentuk pulp, sedangkan keteguhan tarik komposit dipengaruhi oleh jenis pulp. Komposit PP dengan pengisi pulp terputihkan-padat OPF menunjukkan peningkatan keteguhan lentur, modulus elastisitas lentur, keteguhan tarik dan modulus elastisitas tarik sebesar 22,95; 28,95; 9,28 dan 56,53 lebih tinggi dibandingkan PP. Fibrilasi selulosa selama 3 menit pada kecepatan 16.000 rpm, menghasilkan selulosa terfibrilasi yang dapat meningkatkan keteguhan tarik, modulus tarik dan regangan maksimum komposit PPPLAselulosa OPF sebesar 45,54, 10,53 dan 126 lebih tinggi dibandingkan dengan komposit PPPLA. Fibrilasi selulosa OPF pada kecepatan 16.000 rpm selama 12 menit menghasilkan selulosa dengan 81 diameter yang lebih kecil namun terpotong dibandingkan fibrilasi dengan kecepatan yang sama selama 3 menit, sehingga menurunkan keteguhan tarik dan modulus tarik komposit. Fibrilasi pulp terputihkan pelepah sawit menggunakan high speed blender pada kecepatan 16.000 rpm selama 12 menit lebih efektif dibandingkan dengan fibrilasi selulosa OPF pada kecepatan dan waktu yang sama, karena menghasilkan komposit PPPLApulp terputihkan terfibrilasi dengan keteguhan tarik, modulus tarik dan regangan maksimum yang lebih tinggi dibandingkan dengan komposit PPPLAselulosa terfibrilasi. Namun penggunaan matriks gabungan PP dan PLA memerlukan bahan penggandeng coupling agent karena antara PP dan PLA saling tidak mencampur immicible. Industrialisasi komposit polimer-serat pelepah sawit berpotensi untuk dilakukan karena didukung oleh potensi ketersediaan serat alam dan polipropilena, namun perlu diintegrasikan dengan pabrik pengolahan kelapa sawit dan menjalin kerjasama dengan mitra industri otomotif yang siap menggunakan produk komposit yang dihasilkan.

5.2 Saran

Selulosa terfibrilasi menunjukkan kemampuan meningkatkan performa mekanis komposit polimer, namun perlu didukung oleh pemilihan matriks polimer yang mampu mempertahankan dispersi selulosa terfibrilasi dan sesuai dengan polipropilena. Selain faktor aspek rasio serat, faktor kesesuaian antara pengisi selulosa dan matriks PLAPP mempengaruhi performa mekanis komposit. Karena itu pada penelitian selanjutnya, perlu dilakukan modifikasi terhadap selulosa atau pulp sebelum digunakan dalam komposit PLAPP untuk mendapatkan performa mekanis komposit yang lebih baik. Perlu dilakukan kajian kelayakan pendirian pabrik komposit polimer-serat kelapa sawit yang lebih komprehensif, diantaranya meliputi kelayakan finansial dan kelayakan teknis. Selain itu juga perlu kajian mengenai strategi pengembangan industri komposit polipropilena-serat alam yang lebih menyeluruh. 82 DAFTAR PUSTAKA [PT Tri Polyta Indonesia]. 2014. Catatan 2: Pengetahuan Dasar Polipropilena. [Internet]. [diunduh 2014 Nov 25]. Tersedia pada: http:www.tripolyta.comUserFiles200912140808370.BukuSaku-Catatan2- Pengetahuan20Dasar20Polipropilena.pdf. Abdul-Khalil HPS, Siti-Alwani M, Mohd-Omar A. 2006. Chemical composition, anatomy, lignin distribution and cell wall structure of Malaysian plant waste fibers. BioResources 12: 220-232. Abdul-Khalil HPS, Poh BT, Issam AM, Jawaid M. 2010. Recycled polypropylene –oil palm biomass: The effect on mechanical and physical properties. Journal of Reinforced Plastics and Composites 298:1117-1130. Abidi N, Cabrales L, Haigler CH. 2014. Changes in the cell wall and cellulose content of developing cotton fibers investigated by FTIR spectroscopy. Carbohydrate Polymers, 100: 9-16. doi:10.1016j.carbpol.2013.01.074. Al-Hanief MM, Al-Mushawwir-W H, Mahfud. 2013. Ekstraksi Minyak Atsiri dari Akar Wangi Menggunakan Metode Steam - Hydro distillation dan Hydro distilation dengan Pemanas Microwave. Jurnal Teknik Pomits 22: F219- F223. Alonso-Simón A, García-Angulo P, Mélida H, Encina A, Álvarez JM, Acebes JL. 2011. The use of FTIR spectroscopy to monitor modifications in plant cell wall architecture caused by cellulose biosynthesis inhibitors. Plant Signaling Behavior, 6 8: 1104-1110. doi:10.4161psb.6.8.15793. Anapanurak W, Atiwannapat P, Karuhapatana B. 2007. Kraft pulping from vetiver grass. Proceeding of the 33th Congress on Science and Technology of Thailand ; 2007 Oct 18-20; Walailak University, Nakorn Si Thammarat, Thailand. Andra SS, Datta R, Sarkar D, Saminathan SKM, Mullens CP, Bach SBH. 2009. Analysis of phytochelatin complexes in the lead tolerant vetiver grass Vetiveria zizanioides L. using liquid chromatography and mass spectrometry. Environmental Pollution , 157: 2173 –2183. doi:10.1016j.envpol.2009.02.014 Andrady AL, Neal MA. 2009. Applications and societal benefits of plastics. Philosophical Transactions of the Royal Society B, 364: 1977-1984. doi:10.1098rstb.2008.0304. [ASTM]. American Society for Testing Materials. 2004. ASTM D638-03: Standard test method for tensile properties of plastics. USA. [ASTM]. American Society for Testing Materials. 2003. ASTM D790-03: Standard test method for flexural properties of unreinforced and reinforced plastics and electrical insulating materials. USA. Bengtsson M, Baillif ML, Oksman K. 2007. Extrusion and mechanical properties of highly filled cellulose fibre –polypropylene composites. Composites: Part A, 38: 1922-1931. doi:10.1016j.compositesa.2007.03.004. Bhuiyan MDNI, Chowdhury JU, Begum J. 2008. Essential oil in roots of Vetiveria Zizanioides L. Nash ex small from Bangladesh. Bangladesh J. Bot, 37 2: 213-215. doi:10.3329bjb.v37i2.1736. Tersedia pada: http:www.banglajol.infoindex.phpBJBarticleview17361646.