Jenis-Jenis Mesin Penggilingan Gabah Penelitian Terdahulu yang Relevan

penyosoh tipe friksi, beras putih digunakan alat penyosoh tipe abrasif dan beras putih menggunakan alat penyosoh sistem pengkabutan. d. Proses Pengemasan Beras yang sudah digiling hendaknya tidak langsung dikemas, agar panas akibat penggilingan hilang. Untuk jenis kemasan sebaiknya memerhatikan berat isinya. Kemasan lebih dari 10 kg sebaiknya menggunakan karung plastik yang dijahit tutupnya. Pada kemasan 5 kg dapat menggunakan kantong plastik yang memiliki ketebalan 0,8 mm. Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis kemasan adalah kekuatan kemasan dan bahan kemasan sebaiknya tidak korosif, tidak mencemari produk beras dan kedap udara e. Proses Penyimpanan Yang perlu diperhatikan dari tempat penyimpanan beras adalah kondisi tempat penyimpanan yang aman dari tikus dan pencuri, bersih, bebas kontaminasi hama, terdapat sistem pengaturan sirkulasi udara, tidak terdapat kebocoran dan tidak lembab. Karung yang sudah berisi beras diletakkan di atas bantalan kayu, agar dapat menghindari kelembapan yang disebabkan oleh kontak langsung dengan lantai Departemen Pertanian, 2005.

2.7. Jenis-Jenis Mesin Penggilingan Gabah

Terdapat 3 jenis mesin penggilingan gabah, yaitu penggilingan gabah besar, penggilingan gabah kecil dan rice milling unit RMU. Penggilingan gabah besar merupakan penggilingan gabah dengan unit yang lengkap, yaitu mesin perontok, pembersih gabah, pembersih kulit, padi separator, pemutih, grader dan elevator dengan kapasitas produksi riil lebih dari 0,7 ton berasjam. Untuk penggilingan gabah kecil memiliki 2 unit mesin yang dipasang secara terpisah, yaitu pemecah kulit dan pemutih dengan kapasitas produksi riil antara 0,3 – 0,7 ton berasjam. Umumnya proses pemindahan beras dari pemecah kulit ke pemutih dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia. Sedangkan RMU terdiri dari 1 unit pemisah kulit yang telah menyatu dengan pemutih dan memiliki kapasitas produksi antara 0,3 – 0,7 ton berasjam Departemen Pertanian, 2005.

2.8. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Chaerunisa 2007 meneliti analisis kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah di desa Cikarawang, Kabupaten Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen operasional dan aspek finansial. Penelitian ini menggunakan pendekatan rencana usaha kolaboratif dengan Participatory Action Research PAR dan metode Participatory Rural Appraisal PRA. Berdasarkan analisis finansial diperoleh nilai dari beberapa parameter kelayakan proyek yang meliputi Net Present Value NPV Rp. 254.889.000,00 ; Internal Rate of Return IRR 40,8 ; Net Benefit Cost Ratio Net BC 8,54 ; Payback Periode PBP 0,8 tahun. Dari keseluruhan penilaian kriteria tersebut, terlihat bahwa pendirian usaha penggilingan gabah layak untuk didirikan. Dan dari analisis sensitivitas ditunjukkan NPV negatif pada saat harga input operasional naik 50 dan volume penjualan turun 66. Tahmid 2005 meneliti mengenai studi kelayakan pendirian industri gelatin tipe b berbasis tulang sapi di Indonesia. Tujuan dari penelitian untuk menentukan kelayakan investasi pendirian industri gelatin tipe b tersebut. Penentuan kelayakan ditentukan dengan pengkajian aspek-aspek kelayakan, yaitu aspek pasar pemasaran, ketersediaan bahan baku, teknis dan teknologis, manajemen dan organisasi, legalitas dan finansial. Pada aspek pemasaran digunakan teknik peramalan Double Exponential Smoothing dengan dua parameter Holt’s untuk memproyeksikan permintaan dan penawaran gelatin di masa mendatang, sedangkan untuk mengetahui ketersediaan bahan baku, dilakukan penelusuran ke beberapa pemasok. Pada aspek teknis dan teknologis digunakan metode perbandingan berpasangan untuk menentukan lokasi pabrik. Berdasarkan beberapa parameter kelayakan finansial proyek yang meliputi NPV Rp. 402.927.007.574,87, IRR 53,70, Net BC 4,06 dan PBP 2,91 tahun, pendirian pabrik gelati tipe b di Indonesia layak untuk dilaksanakan dan di sisi lain analisis sensitivitas juga menunjukkan bahwa ketika terjadi kenaikan harga bahan baku 121,10 dan ketika terjadi penurunan harga produk gelatin 43,45, industri ini sudah tidak layak, karena NPV proyek negatif. III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka