secara keseluruhan. Sumber air baku bagi sistem penyediaan air bersih di Kabupaten Subang terdiri atas air sumur dalam dan mata air. Sistem penyediaan
air bersih yang ada di Kabupaten Subang dikelola oleh pemerintah daerah melalui Perusahaan Daerah Air Minum PDAM dengan menggunakan sistem
pendistribusian menggunakan pipa Anonymous, 2009
a
. Konsumen air bersih tidak hanya terbatas pada kawasan rumah tangga saja. Dewasa ini kawasan
industri dan instansi-instansi lain seperti perkantoran juga menjadi pelanggan PDAM.
Pelanggan air minum yang dikelola oleh PDAM Kabupaten Subang pada tahun 2008 mencapai 25.740 konsumen sedangkan pada tahun sebelumnya
jumlahnya hanya mencapai 24.443 konsumen. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 5,04 dibandingkan pada tahun sebelumnya. Sejak 5 tahun terakhir
hingga sekarang jumlahnya terus meningkat Anonymous, 2009
a
. Air sumber PDAM tersebut sangat penting untuk memenuhi kebutuhan
persediaan air sehari-hari bagi warga Kabupaten Subang termasuk nelayan dan di setiap pelabuhan perikanan. Kebutuhan tersebut banyak digunakan antara lain
untuk pembuatan es, perbekalan kapal, pencucian basket atau keranjang ikan dan pencucian lantai TPI.
2. Listrik
Pembangunan instalasi listrik di suatu wilayah pada saat ini merupakan suatu keharusan oleh pemerintah daerah, apalagi daerah tersebut merupakan
wilayah yang sedang berkembang. Pembangunan tersebut disamping ditujukan untuk mendukung pembangunan sosial juga diarahkan guna mendukung
peningkatan produktivitas sektor-sektor ekonomi, seperti industri, kontruksi, kelautan dan perikanan serta jasa.
Kabupaten Subang sebagai salah satu kabupaten yang sedang berkembang telah menggunakan daya listrik sebesar 81.551 KVA untuk mengaliri seluruh desa
di kabupaten ini 253 desa. Adapun jumlah gardu listrik sebanyak 3 buah gardu induk dan 909 gardu distribusi; sedangkan untuk penerangan jalan umum PJU di
Kabupaten Subang, sampai dengan akhir tahun 2008 terdapat 2.066 titik PJU, dengan jumlah desa kelurahan yang mendapat PJU sebanyak 140 desakelurahan
Anonymous, 2009
a
.
3. Komunikasi
Pada masa teknologi yang canggih seperti sekarang ini, sarana komunikasi yang cepat dan mudah sangat diperlukan oleh berbagai pihak. Adanya sarana
komunikasi telepon dan surat membuat proses komunikasi di Kabupaten Subang dapat terjalin dengan lancar. Sarana komunikasi banyak digunakan oleh pihak-
pihak instansikantor, industri, rumah tangga dan lain-lain. Terdapat 2 dua jenis sarana komunikasi di Kabupaten Subang, yaitu
telepon dan pos. Penggunaan telepon sebagai sarana komunikasi memudahkan penyampaian dan penerimaan informasi ke berbagai pihak dengan cepat. Telkom
sebagai perusahaan jasa telekomunikasi di Indonesia mengharuskan penggunanya untuk mendaftarkan diri terlebih dahulu. Setelah mendaftar di PT. Telkom maka
pengguna telepon otomatis akan tercatat sebagai pelanggan telepon di wilayah tersebut. Tercatat banyaknya jumlah pelanggan telepon PT. Telkom Pekalongan
tahun 2008 sebanyak 45.564 pelanggan Anonymous, 2009
a
.
4. Transportasi
Transportasi darat di daerah ini meliputi kendaraan umum dan kereta api. Menurut Anonymous, 2009
a
, Kabupaten Subang terdapat berbagai jenis kendaraan alternatif transportasi darat yang cukup banyak dimanfaatkan penduduk
Kabupaten Subang khususnya di wilayah pantura seperti bus, mini bus, angkot dan truk.
Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang umumnya paling penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Dengan semakin meningkatnya
kegiatan perekonomian, maka akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang.
Dengan adanya pembangunan jalan maka panjang jalan akan bertambah karena adanya proses pembukaan lahan dan pelebaran jalan. Selanjutnya, pembangunan
jalan akan semakin meningkatkan kegiatan ekonomi di suatu tempat karena menolong orang untuk pergi atau mengirim barang lebih cepat ke suatu tujuan.
Transportasi darat di Kabupaten Subang dijadikan sebagai transportasi utama, termasuk untuk aktivitas pendistribusian hasil tangkapan ke daerah-daerah
distribusi di daerah pemasaran. Biaya yang dibutuhkan melalui jalur darat lebih
rendah dari pada jalur lainnya, sehingga dapat lebih meningkatkan pendapatan bagi para pedagang mendistribusikan hasil tangkapan.
Panjang jalan di Kabupaten Subang pada tahun 2008 mencapai 1.054,50 km. Sepanjang 963,46 km jalan tersebut berada di bawah wewenang pemerintah
daerah kabupaten subang, telah diaspal dan dalam keadaan baik dan sedang. Sepanjang 50,72 km berada di bawah wewenang propinsi, telah di aspal namun
kondisinya dalam keadaan berkerikil, serta sisanya sepanjang 40,39 dalam keadaan rusak Anonymous, 2009
a
. Kondisi jalan yang tidak mendukung dapat memberikan pengaruh negatif
terhadap wilayah Kabupaten Subang. Efek negatif yang ditimbulkan dapat berupa terhambatnya pasokan hasil pertanian dan perikanan dari dan ke Kabupaten
Subang. Efek lainnya adalah jumlah orang yang akan menuju Subang ataupun sebaliknya akan berkurang.
Di wilayah Kabupaten Subang terdapat tujuh buah perhentianhalte kecil angkutan kereta api. Jumlah penumpang yang terangkut pada tahun 2008 tercatat
sebanyak 47.334 orang. Jumlah ini mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan jumlah penumpang pada tahun 2007 yaitu sebanyak 34.297 orang Anonymous,
2009
a
. Transportasi kereta api digunakan oleh penduduk Kabupaten Subang untuk
perjalanan ke kota lain di Pulau Jawa. Kabupaten Subang tidak memiliki transportasi udara karena belum ada prasarana lapangan udara atau bandara udara
untuk pesawat terbang, demikian pula untuk transportasi laut pelabuhan umum.
4.2 Keadaan Perikanan Tangkap di Kabupaten Subang
4.2.1 Jenis, produksi dan nilai produksi hasil tangkapan
Jenis - jenis hasil tangkapan yang didaratkan di Kabupaten Subang terdiri dari beragam jenis antara lain ikan ayam-ayam, banyar, bawal, cucut, cumi-cumi,
tembang, kakap merah, alu-alu, layang, lemuru, layaran, layur, manyung, pari, remang, selar, tongkol, tenggiri, tetengkek, teri, gendhut, belong, bloso, kapas-
kapas, kuniran, kurisi, lemadang, pepetek, dan udang Anonymous, 2009
b
.
Tahun 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009
Produksi 10
2
ton 136
141 145
148 180
176 178
180 181
42 Pertumbuhan
3,6 3,7
2,4 2,0
22,2 -2,3
1,1 0,9
0,7 -76,7
Rataan -4,24
Kisaran -76,7
– 22,2
Simpangan
40,9 Nilai
Produksi Rp 10
9
102,9 130 129,3
141,4 156,7
153,2 155,6
156,9 148,5 24
Pertumbuhan -37,6 26,4
-0,6 9,4
10,8 -2,3
1,6 0,9
-5,4 -83,8 Rataan
-8,06 Kisaran
-83,8 – 26,4
Simpangan
42, 4
Sumber : Anonymous, 2009
b
diolah kembali
Gambar 1 Grafik perkembangan produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Subang tahun 1998 – 2009
Sumber : Anonymous, 2009
b
diolah kembali
Tabel 6 Perkembangan dan pertumbuhan produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Subang tahun 2000-2009
Nilai Produksi
Rp 10
9
Produksi ton
33
Jenis Alat Tangkap 2000 2001 2002 2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 Rataan
Kisaran 1. Payang
J unit 47 50
50 50
53 52
68 104
101 52
P -
6,4 6
-1,9 30,8
52,9 -2,9
-48,5 10,6 -48,5
– 52,9
2.Dogol J unit
62 65
65 65
67 67
75 20
17 67
P -
4,8 3,1
11,9 -73,3
-15 294, 1
-8,6 -73,3 – 294,1
3. Pukat Pantai J unit
74 77
77 77
80 79
80 49
52 79
P -
4,1 3,9
-1,3 1,3
-38,8 6,1
51,9 3,3 -38,8
– 51,9
4. Jaring Insang Hanyut J unit
117 120 127
132 135
122 125
15 13
122 P
- 2,6
5,8 3,9
2,3 -9,6
2,5 -88 -13,3
838,4 -9,9 -88
– 838,4
5. Jaring Klitik J unit
135 140 140
142 170
142 170
177 138
142 P
- 3,7
0,0 1,4
19,7 -16,5
19,7 4,1
-22 2,9
1,4 -22 – 54,1
6. Gillnet J unit
165 165 165
172 174
165 175
147 127
165 P
- 4,2
1,2 -5,2
6,1 -16
-13,6 29,9
-2,2 -16 – 79,8
7. Lain-lain J unit
235 235 235
232 347
343 197
187 153
241 P
- 0,0
0,0 -1,3
49,6 -1,2
-42,6 -5,1
-18,2 57,5
21,6 -42,6 – 57,5
8. Jumlah unit 835
852 859
870 1026
970 890
699 601
870
34
Sumber: Anonymous, 2009
b
, data diolah kembali Keterangan: P= Pertumbuhan
J= Jumlah unit
Tabel 7 Perkembangan dan pertumbuhan jumlah alat tangkap di Kabupaten Subang periode tahun 2000-2009
Seluruh produksi hasil tangkapan tersebut didaratkan di TPI yang ada di seluruh pelabuhan perikanan Kabupaten Subang. Produksi perikanan tangkap
Kabupaten Subang pada tahun 2009 mencapai 42.000 ton. Hasil ini menurun dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 76,6. Perkembangan produksi hasil tangkapan
di kabupaten Subang mengalami fluktuasi selama periode tahun 1998 – 2009.
Selama periode tersebut rata-rata pertumbuhan produksi hasil tangkapan adalah - 4,24 per tahun atau pada kisaran -76,7
– 22,2. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan produksi hasil tangkapan di Kabupaten Subang. Penurunan
produksi yang signifikan terjadi pada tahun 2009 sebesar 76,7. Hal ini diduga terjadi karena adanya penurunan jumlah nelayan pada tahun yang sama.
Produksi hasil tangkapan Kabupaten Subang pada tahun 2009 memberikan nilai produksi sebesar Rp 24.000.000.000. Secara keseluruhan, selama periode
tahun 2000-2009 terjadi fluktuasi perkembangan jumlah produksi hasil tangkapan. Namun nilai produksi ini mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2009.
sebesar 83,8. Hal ini sesuai dengan penurunan produksi hasil tangkapan pada tahun yang sama di Kabupaten Subang.
4.2.2 Unit penangkapan 1. Alat tangkap
Alat tangkap yang digunakan oleh para nelayan Kabupaten Subang sangat beragam jenisnya. Mulai dari alat tangkap payang, dogol, pukat pantai, gillnet
jaring insang hanyut, jaring insang tetap, jaring klitik, dan lain-lain pancing tangan, pengumpul kerang, dan alat tangkap lainnya. Alat tangkap dominan di
Kabupaten ini meliputi jenis jaring klitik, jaring insang tetap, dan payang. Perkembangan jumlah alat tangkap di Kabupaten Subang periode 1999 sampai
2008 disajikan pada Tabel 7. Grafik perkembangan ketiga jenis alat tangkap dominan tersebut dapat diihat pada Gambar 2.
Jumlah alat tangkap yang digunakan nelayan Kabupaten Subang pada tahun 2009 adalah sebanyak 807 unit. Persentase jenis alat tangkap yang dominan
digunakan nelayan selama tahun 2009 berturut-turut adalah gillnet 19, jaring klitik 16,3, dan jaring insang hanyut 14. Jumlah alat tangkap pada tahun 2009
mengalami peningkatan sebesar 44,8 dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2008
tercatat sebanyak 601 alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan di Kabupaten Subang.
Sumber: Anonymous, 2009
b
diolah kembali
Gambar 2 Grafik perkembangan alat tangkap dominan di Kabupaten Subang periode tahun 2000-2009
Perkembangan jumlah alat tangkap dominan yang digunakan di Kabupaten Subang selama periode tahun 2000
– 2009 cukup berfluktuatif terutama pada jenis jaring insang hanyut Gambar 2. Penurunan pertumbuhan jumlah alat tangkap ini
terjadi sejak tahun 2006 hingga 2008, selanjutnya meningkat pada tahun 2009. Kondisi ini diduga terjadi karena pihak statistik DKP Kabupaten Subang
menggolongkan alat tangkap jaring klitik ini sebagai kumpulan dari berbagai alat tangkap yang menggunakan jaring.
Secara keseluruhan, jumlah masing-masing ketiga jenis alat tangkap dominan tersebut mengalami penurunan pada tahun 2008; masing-masing sebesar
-13,3, -22,0, dan -13,6. Hal ini sesuai dengan terjadinya penurunan jumlah produksi hasil tangkapan namun bertolak belakang terhadap peningkatan jumlah
armada PMT pada tahun yang sama Tabel 6 dan 10. Hal ini diduga PMT yang bertambah tersebut merupakan PMT yang bertipe pengangkut atau carrier,
sehingga walaupun jumlah PMT tersebut bertambah tetapi tidak diikuti oleh peningkatan jumlah alat tangkap dan hasil tangkapan yang didaratkan.
2. Armada
Armada penangkapan di Kabupaten Subang digunakan selain untuk menangkap ikan di laut juga membawa hasil tangkapan carrier. Armada
penangkapan tersebut diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu perahu tanpa motor PTM, perahu motor tempel PMT dan kapal motor KM. Armada KM
umumnya menggunakan bahan bakar solar namun pada beberapa pelabuhan para nelayan sudah terbiasa menggunakan bahan bakar jenis minyak tanah yang
dicampur oli Anonymous, 2009
b
. Pada Tabel 8 dan Gambar 3 terlihat bahwa jumlah perahu dan kapal di
Kabupaten Subang pada tahun 2009 adalah sebanyak 798 unit. Jumlah perahu motor tempel adalah yang paling mendominasi yaitu 708 unit 88,7 kemudian
diikuti oleh kapal motor sebanyak 60 unit 7,52 dan perahu tanpa motor sebanyak 30 unit 3,76. Perkembangan jumlah kapal di Kabupaten Subang
mengalami peningkatan selama sembilan tahun terakhir periode tahun 2000 hingga 2009.
Sumber : Anonymous, 2009
b
; 2010
b
Gambar 3 Grafik perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Subang periode tahun 2000-2009
Jumlah perahu tanpa motor selama periode tahun 2000 hingga 2009 mengalami fluktuasi. Terjadi penurunan kuantitas dari tahun 2002 hingga tahun
2007 dan kembali meningkat pada tahun berikutnya. Pada periode 2000-2009 untuk armada PMT, walaupun rata-rata peningkatan pertumbuhan per tahun tidak
terlalu besar, tetapi jumlah unit per tahun adalah besar. Rata-rata pertumbuhannya
meningkat 3,7 per tahun kisaran -3,7 – 19,8 per tahun, jumlah unitnya
pada kisaran 501-608 unit per tahun. Peningkatan pertumbuhan terbesar dapat terlihat pada kapal motor sebesar
rata-rata 186 per tahun atau pada kisaran 0 – 186 per tahun, akan tetapi
jumlah unitnya sangat sedikit dibandingkan dengan armada PMT yaitu pada kisaran 4 - 60 unit.
Tabel 8 Perkembangan dan pertumbuhan jumlah kapal di Kabupaten Subang periode tahun 2000-2009
Tahun
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007 2008 2009
1. PTM unit
40 38
40 34
30 28
23 23
25 30
P -
-5,0 5,3
-15,0
-11,8
-6,7 -17,9
0,0 8,7
20,0 R
-2,48 K
-17,9 – 20,0
2. PMT unit
520 501
600 625
645 651
671 671
680 708
P -
-3,7 19,8
4,2 3,2
0,9 3,1
0,0 1,3
4,1 R
3,66 K
-3,7 – 19,8
3. KM unit
4 5
5 5
5 5
13 15
21 60
P -
25,0 0,0
0,0 0,0
0,0 160,0 15,4 40,0 186,0
R 47,34
K 0,0
– 186,0 Jumlah
Armada unit
564 544
645 664
680 684
707 709
726 798
P -
-3,5 18,6
2,9 2,4
0,6 3,4
0,3 2,4
9,9 R
3,64 K
-3,5 – 18,6
s 292,7
Keterangan : R : Persentase pertumbuhan
PTM: Perahu Tanpa Motor P : Persentase pertumbuhan
PMT: Perahu Motor Tempel K : Kisaran persentase pertumbuhan
KM : Kapal Motor
s : Simpangan
Sumber : Anonymous, 2009
b
; 2010
b
diolah kembali
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang diketahui bahwa peningkatan armada KM merupakan salah
satu upaya DKP Kabupaten Subang dalam menaikkan rangking kelas pelabuhan perikanannya. Jumlah PMT juga mengalami peningkatan, namun rata-rata
pertumbuhannya tidak terlalu besar yaitu rata-rata hanya sebesar 3,7 per tahun. Berdasarkan Tabel 7 dan 8, di Kabupaten Subang pada tahun 2008 terdapat 601
unit alat tangkap dan 726 unit perahu dan kapal. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat sejumlah 125 unit 17,2 perahu dan atau kapal yang tidak
mengoperasikan alat tangkap ikan. Diduga sebagian perahu atau kapal tersebut digunakan hanya untuk pengangkutan ikan saja atau pengangkutan lainnya.
4.2.3 Nelayan
Kelompok nelayan umumnya dikenal ada dua yaitu pemilik dan buruh. Nelayan pemilik biasa disebut juragan adalah orang yang memiliki armada
penangkapan ikan dan tidak selalu ikut dalam operasi penangkapan ikan sedangkan nelayan buruh adalah orang yang aktif melakukan pekerjaan sebagai
pekerja dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan yang terdapat di Kabupaten Subang sebenarnya juga dapat dikategorikan menjadi juragan dan nelayan buruh.
Namun data statistik perikanan DKP Kabupaten Subang tahun 2005-2009 Tabel 9 tidak memisahkan antara jumlah nelayan juragan dan nelayan buruh. Pada
umumnya jumlah nelayan juragan pada suatu daerah akan cenderung lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah nelayan buruh. Mayoritas nelayan yang terdata
di Kabupaten Subang berdasarkan data statistik DKP Provinsi Jawa Barat tahun 2009 merupakan nelayan buruh dengan jumlah 2.885 orang sedangkan nelayan
pemilik berjumlah 698 orang Anonymous, 2009
b
. Tabel 9 Perkembangan dan pertumbuhan jumlah nelayan di Kabupaten Subang
Tahun 2005 -2009 Tahun
Nelayan Orang P
2005 4.483
- 2006
4.528 1,0
2007 4.582
1,1 2008
4.604 0,4
2009 3.583
-22,1 Rata-rata
- 0,83
Kisaran
- 0,8
– 1,1 Simpangan
54,5
Sumber : Anonymous, 2009
b
; Anonymous 2010
b
Jumlah nelayan Kabupaten Subang yang tersaji pada Tabel 7 hanya selama periode enam tahun. Hal ini disebabkan karena data jumlah nelayan pada tahun
– tahun sebelumnya yang dimiliki oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Subang telah hilang. Jumlah nelayan di Kabupaten Subang pada tahun 2009 terdapat sebanyak 3.583 nelayan, jumlah tersebut menurun 22,13 dibanding
tahun 2008 sebesar 4.604 nelayan Anonymous, 2009
b
. Selama periode 2005-2009, perkembangan jumlah nelayan memperlihatkan
trend peningkatan positif; semenjak tahun 2005 namun terjadi penurunan pada tahun 2009. Hal ini diduga disebabkan oleh semakin banyaknya nelayan Subang
yang memilih untuk berkarir di profesi lain. Berdasarkan wawancara dengan kepala bagian penangkapan DKP Kabupaten Subang biayamodal melaut yang
semakin besar dan jumlah hasil tangkapan yang tak menentu turut membuat sejumlah nelayan beralih ke profesi lain. Dampak yang terjadi akibat menurunnya
jumlah nelayan terlihat juga pada Grafik 4 yaitu menurunnya jumlah dan nilai produksi hasil tangkapan nelayan pada tahun yang sama.
Sumber : Anonymous, 2009
b
; Anonymous 2010
b
4.2.4 Daerah penangkapan ikan
Salah satu faktor penentu keberhasilan operasi penangkapan ikan adalah penentuan daerah penangkapan DPI. Dalam penentuan DPI oleh para nelayan
Indonesia biasanya masih berdasarkan pengalaman nelayan yang melakukan trip- Gambar 4 Grafik perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Subang periode
tahun 2005-2009
trip penangkapan sebelumnya yang memberikan banyak hasil tangkapan. Kemampuan seperti ini oleh nelayan di negara maju sudah sejak lama dilengkapi
dengan teknologi seperti fish finder, GPS, dan informasi daerah penangkapan seperti peta-peta daerah penangkapan ikan yang lebih akurat.
Berdasarkan data Statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang pada tahun 2009, sebagian besar nelayan di Kabupaten Subang melakukan operasi
penangkapan ikan di daerah-daerah penangkapan ikan di perairan utara Jawa seperti perairan Blanakan, Muara Ciasem, Singabuntu Karawang, Cilamaya
sampai dengan wilayah Eretan Anynomus 2009
b
. Namun demikian tidak semua alat tangkap yang digunakan nelayan
Kabupaten Subang mencapai DPI yang disebutkan diatas. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 7 diketahui bahwa terdapat alat tangkap yang hanya
digunakan di sekitar wilayah pantai seperti alat tangkap pukat pantai dan alat pengumpul kerang misalnya. Hal ini tentu menguntungkan dari sisi biaya, yang
tidak pernah mengeluarkan biaya pembelian BBM karena DPI yang tidak terlalu jauh dari fishing base. Selain itu juga biaya untuk mengawetkan hasil tangkapan
tidak terlalu banyak mengingat waktu pengoperasian yang relatif pendek. Daerah penangkapan ikan DPI yang cukup jauh dari fishing base dan lama
trip operasi penangkapan dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap kualitas hasil tangkapan yang didaratkan di pangkalan pendaratan ikan. Selain itu,
efek negatif lainnya yang ditimbulkan adalah berupa biaya yang lebih besar untuk melakukan operasi penangkapan. Lokasi DPI nelayan Kabupaten Subang yang
relatif dekat dengan wilayah Kabupaten Subang membuat nelayan dapat meminimalis dua efek negatif yang telah disebutkan di atas.
4.2.5 Prasarana Perikanan Tangkap
Kabupaten Subang memiliki tujuh unit pelabuhan perikanan, dua diantaranya bertipe pelabuhan perikanan pantai PPP dan lima unit lainnya
bertipe pangkalan pendaratan ikan PPI. Keseluruhan unit pelabuhan perikanan tersebut berada di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Blanakan, Legunkulon, dan
Pusakanagara. Lokasi ketujuh pelabuhan perikanan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 10. Berdasarkan klasifikasinya sebagian besar pelabuhan
perikanan telah mempunyai berbagai fasilitas yang terdiri atas: TPI, listrik, dan air
tawar serta dermaga, taludturap, depot es, SPDN, breakwater, bengkel, rumah nelayan, dan pujasera. Fasilitas yang belum sama sekali dibangun terdiri atas
docking , slipway, bangsal olahan, laboratorium pengujian mutu. Beberapa fasilitas
yang belum tersedia tersebut, pada dasarnya dibutuhkan oleh setiap pelabuhan perikanan namun mengingat pelabuhan perikanan yang ada di Kabupaten Subang
masih tergolong PPI tipe D maka keberadaan fasilitas tersebut bukan yang menjadi utama ketika PPI tersebut didirikan. Namun dalam perkembangan ke
depannya keberadaan fasilitas tersebut akan sangat dibutuhkan mengingat pelabuhan perikanan yang ada di Kabupaten Subang memiliki potensi untuk
berkembang menjadi pelabuhan perikanan bertipe C maupun B. Tabel 10 Lokasi pelabuhan perikanan dan KUD di Kabupaten Subang
Nama PPI dan PPP Lokasi
KUD 1.
PPI Rawameneng Ds. Rawameneng Kec. Blanakan
Karya Baru 2.
PPI Patimban Ds. Patimban Kec. Pusakanegara
Misaya Guna 3.
PPI Mayangan Ds. Mayangan Kec. Legonkulon
Saluyu Mulya 4.
PPP Muara Ciasem Ds. Ciasem Kec. Blanakan
Mina Bahari 5.
PPP Blanakan Ds. Blanakan Kec. Blanakan
Inti Fajar Sidik 6.
PPI Cilamaya Girang Ds. Cilamaya Girang Kec. Blanakan Mina Jaya Laksana 7.
PPI Cirewang Ds. Pangarengan Kec. Legonkulon
Sinar Agung
Sumber : Anonymous, 2009
b
Tempat pelelangan ikan di Kabupaten Subang pada umumnya memiliki fasilitas ruang sortir, ruang lelang, ruang packing, dan ruang kantor. Secara umum
Koperasi Unit Desa KUD TPI tersebut mempunyai distribusi dan pemasaran ikan laut hasil tangkapan yang sama, yaitu nelayan menjual ikan ke konsumen
atau bakul melalui KUD secara lelang. KUD bertindak sebagai juru tawar, juru karcis, kasir dan keamanan. Berdasarkan jasanya tersebut, maka KUD melakukan
potongan atau retribusi untuk potongan pajak penjualan. Dari kegiatan ini diperoleh penghasilan baik untuk KUD maupun untuk Kabupaten Subang. Lokasi
ketujuh PPI tersebut di Kabupaten Subang digambarkan pada peta di Gambar 6.
Rio, 2010 Sumber: Bakosurtanal, 2010
43 Gambar 5 Peta Lokasi Seluruh Pelabuhan Perikanan di Kabupaten Subang Tahun 2010
5. KONDISI KEPELABUHANAN PERIKANAN DI KABUPATEN SUBANG