Tabel 3.10 Ketuntasan Minimal  KKM  Mata Pelajaran Ekonomi
No Nilai
Kriteria 1
≥ 70 Tuntas
2 70
Belum Tuntas Sumber : Data diolah, 2013
3.6.2 Analisis Structural Equation Modeling SEM
Menurut  Ghozali  2011:4  model  persamaan  struktural  merupakan gabungan  dari  analisis  faktor  dan  analisis  jalur  path  analysis  menjadi  satu
metode  statistik  komprehensif.  Analisis  ini  digunakan  untuk  mengestimasi  suatu seri atau deret hubungan dependensi secara simultan menjadi suatu variabel bebas
di  dalam  hubungan  dependensi  selanjutnya.  Dalam  penelitian  ini  terdiri  dari beberapa  persamaan  yang  meliputi  banyak  variabel  dimana  variabel  dari  satu
persamaan  dapat  menjadi  independen  pada  persamaan  lainnya,  maka  digunakan analisis persamaan struktural SEM.
Analisis  SEM  digunakan  untuk  mengetahui  hubungan  struktural  antar variabel  yang  diteliti.  Dalam  menganalisis  jalur  digunakan  path  model,  yaitu
model  dasar  yang  digunakan  untuk  menganalisis  jalur  path  analysis  untuk mengestimasi  kekuatan  dari  hubungan-hubungan  kausal  antara  suatu  atau
beberapa variabel path model dalam penelitian dari diagram jalur sebagai berikut:
Gambar 3.1 Diagram jalur
Sebelum  diagram  jalur  tersebut  diterjemahkan  ke  dalam  persamaan struktural  struktural  equation  modeling,  kesesuaian  model  dievaluasi  terlebih
dahulu dengan berbagai kriteria dalam SEM. Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam prosedur pengolahan data yang dianalisis dengan permodelan SEM adalah:
a.  Uji normalitas Asumsi  yang  paling  fundamental  dalam  analisis  multivariate  adalah
normalitas,  yang  merupakan  suatu  bentuk  distribusi  data  pada  suatu  variabel metrik tunggal dalam menghasilkan distribusi normal Hair, 1998 dalam Ghozali
dan  Fuad,  2008:36.  Suatu  distribusi  data  yang  tidak  membentuk  distribusi normal,  maka  data  tersebut  tidak  normal,  demikian  sebaliknya,  data  dikatakan
normal apabila data tersebut membentuk distribusi normal. Ghozali dan fuad 2008:36 mengemukakan bahwa normalitas dapat diuji
dengan  melihat  nilai  z  untuk  skewness  dan  kurtosisnya.  Nilai  z
skewness
dapat dihitung sebagai berikut :
Z
skewness
=
Kompetensi profesional
guru  X
1
Fasilitas belajar X
2
Motivasi belajar X
2
Hasil Belajar Y
Dimana  N  merupakan  ukuran  sampel.  Nilai  statistik  z  untuk  kurtosisnya  dapat dihitung dengan menggunakan formula berikut ini:
Z
kurtosis
=
Jika nilai  z, baik  z
kurtosis
maupun z
skewness
adalah signifikan  kurang daripada 0,05 pada  tingkat  5,  maka  dapat  dikatakan  bahwa  distribusi  data  adalah  tidak
normal. Sebaliknya, jika nilai z
kurtosis
maupun z
skewness
tidak signifikan lebih besar daripada 0,05, maka distribusi data adalah normal. Sehingga, dapat disimpulkan
bahwa untuk uji normalitas ini mengharapkan hasil yang tidak signifikan. Sedangkan  menurut  Ghozali  2011:226  Evaluasi  normalitas  dilakukan
dengan  kriteria  critical  ratio  skewness  value  sebesar ±  2.58  pada  tingkat
signifikansi 0.01. Data dapat disimpulkan mempunyai distribusi normal jika nilai critical ratio skewness value dibawah harga mutlak hasil output normalitas.
b.  Outliers Outliers  adalah  kondisi  observasi  dari  suatu  data  yang  memiliki
karakteristik  unik  terlihat  sangat  berbeda  jauh  dari  observasi-observasi  lainnya dan  muncul  dalam  bentuk  nilai  ekstrim,  baik  untuk  sebuah  variabel  tunggal
ataupun variabel-variabel kombinasi Hair et al, 1998 dalam Ghozali 2011:227. Deteksi  terhadap  multivariate  outliers  dilakukan  dengan  memperhatikan  nilai
mahalonabis  distance.  Kriteria  yang  digunakan  adalah  berdasarkan  nilai  Chi- squares  pada  derajat  kebebasan  degree  of  freedom  34  yaitu  jumlah  variabel
indikator  pada  tingkat  signifikansi  p  0.001.  Nilai  Mahalobis  distance χ
2
34, 0.001  =  66.25.  Hal  ini  berarti  semua  kasus  yang  mempunyai  mahalonobis
distance yang lebih besar dari 66.25 adalah multivariate outliers.
c.  Evaluasi Multikolinearitas Multikolinearitas  dapat  dilihat  melalui  determinan  matrix  kovarians.
Nilai  determinan  yang  sangat  kecil  menunjukkan  indikasi  terdapat  masalah multikolinearitas atau singularitas, sehingga data itu tidak dapat digunakan untuk
penelitian Tabachnick dan Fidell, 1998 dalam Ghozali 2011:230. Langkah  selanjutnya  adalah  mengevaluasi  kesesuaian  model.  Dalam
analisis SEM digunakan beberapa uji statistik untuk menguji hipotesis dari model yang  dikembangkan.  Menurut  Ghozali  dan  Fuad  2008:31-34,  uji  statistik  yang
umumnya digunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian model dalam penelitian ini adalah:
a.  X
2
- chi square statistik Alat  uji  statistik  ini  digunakan  untuk  menguji  adanya  perbedaan  antara
matriks  kovarian  populasi  dan  matriks  kovarian  sampel.  Model  yang  diuji akan  dipandang  baik  atau  memuaskan  apabila  nilai  chi  squarenya  untuk  p
0,05. b.  GFI Goodness of fit indeks
Rentang nilai GFI berkisar antara 0 poor fit sampai dengan 1,0 perfect fit. Nilai  yang mendekati 1 dalam indeks ini menunjukkan kesesuaian  yang
baik. Nilai GFI diharapkan  0,90 Diamontopaulus dan Siguaw, 2000 c.  Adjusted Goodness of Fit Index AGFI
Model  fit  dalam  penenlitian  apabil a  memiliki  nilai  AGFI  ≥  0,90
Diamontopaulus dan Siguaw,2000.
d.  CFI Comparative Fit Indeks Besaran  indeks  ini  adalah  pada  rentang  nilai  sebesar  0
–  1,  dimana semakin  mendekati  1,  mengidentifikasikan  tingkat  fit  yang  paling  tinggi-  a
very good fit. e.  RMSE The Root Mean Square error of Approximation
Indeks  ini  diperlukan  untuk  mengkompensasi  nilai  chi  square  pada ukuran sampel yang besar. Nilai RMSE yang ≤ 0,08 merupakan indeks untuk
diterimanya model. f.
Expected cross validation index Expected  cross  validation  index  ECVI  digunkanan  untuk  menilai
kecenderungan  bahwa  model,  pada  sampel  tunggal,  cross  validates  dapat divalidasi  silang  pada  ukuran  sampel  dan  populasi  yang  sama  Brown  dan
Cudeck, 1989 dalam Ghozali dan Fuad 2008, 32. Nilai ECVI   ECVI yang diperoleh  pada  saturated  model  dan  independence  model,  mengindikasikan
bahwa model adalah fit. g.
Akaike’s information criterion AIC dan CAIC AIC  dan  CAIC  digunakan  untuk  menilai  mengenai  masalah  parsimony
dalam  penilaian  model  fit.  AIC  dan  CAIC  digunakan  dalam  perbandingan dari dua atau lebih model, dimana nilai  AIC dan  CAIC  AIC model stured
dan independence berarti memiliki model fit yang lebih baik Hu dan Bentler, 1995.
h.  Fit index Normed  Fit  Index  NFI  berkisar  antara  0
–  1  dan  diturunkan  dari perbandingan  antara  model  yang  dihipotesiskan  dan  independence  model.
Suatu model dikatakan fit apabila memiliki nilai NFI 0,90  Bentler, 1992.
Sedangkan  Non-Normed  Fit  Index  NNFI,  digunakan  untuk  mengatasi masalah yang timbul akibat kompleksitas model, nilainya  0,90. Incrimental
Fit  Index  IFI  digunakan  untuk  mengatasi  masalah  parsimony  pada  ukuran sampel,  dimana  hal  tersebut  berhubungan  dengan  NFI.  Batas  cut-of  IFI
adalah  0,90  Byrne,1998.  Sedangkan  nilai  Relative  Fit  Index  RFI, digunakan untuk mengukur fit dimana nilainya 0
– 1. Apabila  semua  uji  statistika  seperti  di  atas  semuanya  terpenuhi,  maka
hipotesis  nihil  atau  tidak  ditolak  signifikan.  Bila  demikian  dikatakan  tidak  ada perbedaan  antara  model  toritis  dibandingkan  dengan  data  empiri.  Artinya  model
teoritis  sesuai  fit  dengan  data  empiri.  Selanjutnya  melakukan  interpretasi  bila model  yang  dihasilkan  sudah  cukup  baik.  Interpretasi  dilakukan  terhadap  model
struktural  menggunakan  matrik  kovarians  dan  interpretasi  terhadap  analisis  jalur menggunakan matrik korelasi. Khusus untuk interpretasi pada analisis jalur  yang
dilihat antara lain: efek langsung, efek tak langsung, dan efek total. Efek  langsung  mencakup  hubungan  antar  variabel  bebas  dan  variabel
terikat.  Efek  tak  lagsung  mencakup  hubungan  antara  variabel  eksogen  dan variabel terikat indirect effect of KSI on ETA.
76
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Analisis deskriptif
Analisis  deskriptif  merupakan  analisis  yang  digunakan  untuk mendeskripsikan variabel kompetensi profesional guru X
1
, fasilitas belajar X
2
, motivasi  belajar  X
3
,  dan  hasil  belajar  ekonomi  siswa  kelas  X  SMA  Negeri  1 Sulang  Kabupaten  Rembang  Y  agar  lebih  mudah  dipahami.  Responden  atau
sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang berjumlah 128 siswa dari total populasi sebanyak 204 siswa terbagi dalam 6 kelas yakni kelas X-1, X-2, X-
3, X-4, X-5, dan X-6. Perhitungan sampel menggunakan rumus solvin dan metode pengambilan  sampel  yang  digunakan  adalah  probability  sampling  atau  simple
random sampling. Berikut penjelasan masing-masing indikator setiap variabel:
4.1.1.1 Deskriptif variabel hasil belajar ekonomi
Berdasarkan perhitungan analisis deskriptif, hasil belajar ekonomi siswa kelas  X  SMA  Negeri  1  Sulang  tahun  ajaran  20122013  dapat  dilihat  pada  Tabel
berikut:
Tabel 4.1 Hasil Belajar Ekonomi Angka
Huruf Frekuensi
Kriteria
85 - 100 A
6 4.7
Sangat Baik 70
– 84 B
47 36.7
Baik 55 - 69
C 57
44.5 Cukup
40 – 54
D 16
12.5 Kurang
≤ 39 E
2 1.6
Sangat Kurang Jumlah
128 100
Sumber : Data diolah, 2013