model elaboratif pada pengorganisasian isi pelajaran memberikan dampak pada prestasi siswa dan apakah penggunaan ICT dalam pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa?. Berdasarkan permasalahan tersebut, hasil dari penelitian Slameto adalah penggunaan model elaboratif yang berisi kegiatan
kooperatif dapat memberikan dampak pada prestasi siswa dan penggunaan ICT dalam pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
22,60. Hasil penelitian terdahulu dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas
siswa, dan hasil belajar siswa sehingga dapat memperkuat pemecahan masalah pembelajaran IPS siswa kelas V SD Gunungpati 01 melalui model mind mapping
berbantuan multimedia interaktif.
2.3 KERANGKA BERPIKIR
Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor dalam proses pembelajaran. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas
pembelajaran IPS di SD Gunungpati 01 adalah keterampilan guru. Suasana pembelajaran terasa monoton karena guru tidak mengembangkan materi
pembelajaran menggunakan variasi model dan media pembelajaran yang menarik minat siswa selama mengikuti pembelajaran. Guru menggunakan metode ceramah
dalam menjelaskan materi tanpa ada interaksi tanya jawab dengan siswa. Rendahnya keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran berakibat siswa
pasif dan bosan. Rutinitas mencatat secara konvensional dan mengerjakan soal latihan di buku teks tanpa mendapatkan tindak lanjut dari guru membuat motivasi
belajar menjadi rendah. Kondisi tersebut berdampak pada pencapaian hasil belajar siswa. Data hasil belajar menunjukkan siswa yang mendapatkan nilai di bawah
KKM sebesar 65 atau mengalami ketidaktuntasan belajar mencapai 15 siswa 67 dari 24 siswa. Sedangkan siswa yang tuntas belajar sebanyak 9 siswa
37 dengan rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 62. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah
menerapkan model mind mapping berbantuan multimedia interaktif yang diintegrasikan dengan pendekatan scientific. Model mind mapping mampu
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, karena siswa dituntut untuk mencatat kembali materi pelajaran yang telah dipelajari dengan kreativitasnya
dalam menggunakan warna sehingga mampu mempertajam daya ingat siswa terhadap materi pembelajaran. Penggunaan model mind mapping akan dibantu
dengan multimedia interaktif yang memiliki unsur audio maupun visual sehingga mampu memotivasi siswa untuk aktif berinteraksi selama proses pembelajaran.
Multimedia interaktif juga sangat cocok untuk menggambarkan peristiwa- peristiwa sejarah dalam materi IPS kelas V, karena siswa merasa ikut
menyaksikan peristiwa tersebut. Keunggulan model mind mapping dan multimedia interaktif menjadi pertimbangan peneliti untuk menyelesaikan
masalah rendahnya kualitas pembelajaran IPS di Kelas V SD Gunungpati 01. Langkah-langkah penerapan model mind mapping berbantuan multimedia
interaktif adalah: 1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kompetensi yang ingin dicapai.
2. Siswa memperhatikan tayangan melalui multimedia interaktif.
3. Siswa dan guru saling tanya jawab mengenai materi pelajaran. 4. Siswa membentuk kelompok 1 kelompok 4-5 orang.
5. Siswa membuat mind mapping secara berkelompok. 6. Kelompok menyajikan produk mind mapping di depan kelas.
7. Kelompok lain memberi penilaian. 8. Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi pembelajaran
Langkah pembelajaran tersebut menunjukkan guru telah menggunakan variasi dalam mengembangkan materi pembelajaran melalui penerapan model
mind mapping berbantuan multimedia interaktif yang diintegrasikan dengan pendekatan scientific. Multimedia interaktif dapat diakses sendiri oleh siswa
sehingga menumbuhkan antusiasme dalam mengikuti proses pembelajaran. Setelah siswa secara mandiri mendapatkan materi dari multimedia interaktif, guru
menjelaskan materi melalui proses tanya jawab dengan siswa. Siswa aktif dalam proses tanya jawab dan mengerjakan tugas kelompok mencatat kembali melalui
mind mapping. Keterlibatan siswa dalam menyelesaikan produk mind mapping mampu meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa di atas KKM SD
Gunungpati 01 yaitu 65. Oleh karena itu, tindakan dalam pembelajaran IPS sesuai langkah pembelajaran yang telah ditetapkan, diharapkan dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas V SD Gunungpati 01. Pelaksanaan penelitian ini didesain dalam 3 siklus, dengan tiap siklus
berlangsung 1 kali pertemuan. Apabila dalam 2 siklus pelaksanaannya sudah berhasil, maka pada siklus ketiga digunakan sebagai sarana untuk refleksi dan
evaluasi materi.
Berikut ini kerangka berpikir yang akan diterapkan oleh peneliti:
Kondisi awal
Pelaksanaan Tindakan
Penggunaan model mind mapping berbatuan multimedia
interaktif pada mata pelajaran IPS:
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kompetensi yang ingin dicapai.
2. Siswa memperhatikan tayangan melalui multimedia interaktif. 3. Siswa dan guru saling tanya jawab mengenai materi pelajaran.
4. Siswa membentuk kelompok 1 kelompok 4-5 orang. 5. Siswa membuat mind mapping secara berkelompok sambil
kembali mencari informasi dalam multimedia interaktif dan buku teks pelajaran.
6. Kelompok menyajikan produk mind mapping di depan kelas. 7. Kelompok lain memberi penilaian.
8. Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi pembelajaran
Kondisi akhir
1. Guru menggunakan variasi dalam mengembangkan materi pembelajaran
melalui model
mind mapping
berbantuan multimedia interaktif.
2. Guru menyajikan materi melalui multimedia interaktif yang diakses sendiri oleh siswa, setelah itu guru menjelaskan materi
melalui proses tanya jawab dengan siswa. 3. Guru memberi umpan dalam proses tanya jawab dengan siswa.
4. Guru mentindaklanjuti hasil kerja siswa. 5. Siswa aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran.
6. Siswa mencatat dengan cara mind mapping. 7. Siswa mengerjakan tes formatif sesuai dengan indikator
pembelajaran. 8. Hasil belajar siswa meningkat dengan pencapaian hasil belajar di
atas KKM SD Gunungpati 01 yaitu 65. Kualitas pembelajaran IPS masih rendah, ditandai dengan indikator
sebagai berikut: 1. Guru
1. Guru kurang bervariasi dalam mengembangkan materi pembelajaran dengan model dan media pembelajaran yang
menarik minat siswa mengikuti pembelajaran. 2. Guru menjelaskan materi dengan metode ceramah.
3. Guru tidak menumbuhkan budaya bertanya. 4. Guru tidak mentindaklanjuti hasil kerja siswa.
2. Siswa a. Siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran.
b. Siswa bosan dengan rutinitas mencatat secara konvensional. c. Siswa selalu mengerjakan soal latihan di buku teks.
3. Hasil Belajar Hasil belajar siswa rendah. Rata-rata nilai ulangan harian siswa
adalah 62, dengan ketuntasan belajar sebesar 9 siswa 37 dari 24 siswa mendapatkan nilai di atas KKM yaitu 65. Sedangkan 15 siswa
67 masih mendapatkan nilai di bawah KKM.
2.4 HIPOTESIS TINDAKAN