37 serta dari berbagai literatur berupa skripsi, tesis, laporan penelitian, jurnal yang
sesuai dengan topik pembahasan dari penelitian.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Data kualitatif dari observasi dan wawancara lapangan dengan pihak yang terkait. Identifikasi mengenai kegiatan pemasaran, terutama kegiatan distribusi
yang dilakukan oleh perusahaan, faktor-faktor yang menjadi pengaruh dalam pemilihan alternatif strategi yang tepat bagi perusahaan.
Data kuantitatif dilakukan untuk mengisi matrik banding berpasangan, dilakukan dengan wawancara ke pihak-pihak perusahaan yang berkompeten,
memberikan kuesioner, melakukan observasi ke daerah-daerah distribusi. Pemilihan responden dilakukan secara sengaja purposive dengan
mempertimbangkan faktor pemahaman dan pengetahuan mereka mengenai kegiatan distribusi perusahaan. Responden yang dipilih yaitu satu orang sales
Manager Area, Dua Orang Sales Area dan Outlet-Outlet Register PT Panamas
Aso Bogor. Pengisian kuesioner dilakukan oleh responden dipandu oleh penulis. Data tersebut kemudian diidentifikasi berdasarkan kegiatan pemasaran terutama
distribusi yang dilakukan.
4.4 Metode Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan Proses Hierarki Analitik PHA metode pengolahan data. Pengunaan PHA untuk dapat menjawab permasalahan ke dua
dari tujuan penelitian ini, untuk menjawab permasalahan pertama dengan cara deskriptif. Metode PHA pada dasarnya suatu teknik penyusunan masalah menjadi
38 sub-sub masalah. Hal ini di maksudkan agar dapat membuat suatu struktur
hierarki dari masalah menjadi lebih sederhana dengan disertai alternatif pemecahan masalah.
Kerangka kerja PHA diawali pembuatan hierarki dengan cara mengumpulkan data dan informasi. Struktur hierarki yang telah tersusun menjadi
dasar dalam pembuatan kuisioner. Kuisioner diberikan untuk mengetahui pembobotan setiap elemen pada seluruh tingkatan hierarki dengan memberikan
prioritas menurut relatif tingkat kepentingan pada matriks berpasangan. Tahap terakhir dari metode ini adalah uji konsistensi dalam menerapkan skala prioritas
terhadap elemen-elemen tersebut untuk mendapat hasil yang tepat. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan program komputer Expert
Choice 2000 .
1. Tahapan pengolahan data strategi saluran distribusi U Mild dengan mengunakan metode PHA yang terdiri dari delapan langkah, mendefinisikan
permasalahan dan merincikan pemecahan permasalahan strategi saluran distribusi U Mild yang diinginkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
langkah ini adalah penguasaan masalah secara mendalam, karena yang menjadi perhatian adalah pemilihan tujuan, kriteria dan elemen-elemen yang
menyusun struktur hierarki. Komponen-komponen sistem dapat diidentifikasi berdasarkan kemampuan pada analisis untuk menentukan unsur-unsur yang
dapat dilibatkan dalam suatu sruktur hierarki 2. Membuat struktur hierarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh.
Penyusunan hierarki ini berdasarkan keputusan yang akan diambil. Pada tingkat puncak hierarki hanya terdiri dari suatu elemen yang disebut dengan
39 fokus yaitu sasaran keseluruhan yang bersifat luas. Tingkat berikut di
bawahnya dapat terdiri dari beberapa elemen yang dibagi dalam kelompok homogen agar dapat dibandingkan dengan elemen-elemen yang berada pada
tingkat sebelumnya.
Gambar 4 Struktur Hierarki Analisis Pemilihan Alternatif Strategi Saluran Distribusi yang Tepat
Keterangan : F
: Analisis pemilihan strategi alternatif saluran distribusi U Mild DP
: Dasar Pemilihan KP
: Kendala pemilihan A
: Alternatif Strategi Saluran Distribusi
Tingkat banding yang pertama berisi tentang fokus, bertujuan untuk menentukan tujuan penyususan hierarki. Fokus dilakukan agar dalam proses
Tingkat 1: Fokus
Tingkat 2:
Dasar pemilihan
Tingkat 3: Faktor yang
mempengaruhi
Tingkat 4: Alternatif saluran
Analisis Pemilihan Saluran
DP 2 DP 3
KP 2 KP 3
KP 4
A 2
A 3
KP 1
DP 1
A 1
40 perbandingan elemen-elemen dapat sesuai dengan tujuan. Tingkat 2 berisi
tentang dasar pemilihan, elemen ini ditentukan sebagai elemen yang akan menjadi tolok ukur atas perbandingan elemen-elemen dibawahnya. Tingkat 3
berisi tentang faktor yang mempengaruhi, bertujuan sebagai elemen-elemen pertimbangan dalam elemen sebelumnya dan elemen dibawahnya. Tingkat 4
sebagai alternatif saluran dimaksudkan sebagai pilihan dari tujuan hieraki. 3. Menyusun Martiks Perbandingan Berpasangan
Matriks banding berpasangan adalah matriks yang membandingkan bobot unsur dalam suatu hierarki dengan unsur-unsur dalam hierarki di atasnya.
Matriks ini disusun sesuai dengan tujuan penelitian dan struktur hierarki analisa. Matriks ini dimulai dari puncak hierarki untuk fokus identifikasi
permasalahan sebagai dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan antara variabel yang terkait yang ada di bawahnya.
4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan peringkat matriks di langkah ketiga. Setelah matriks perbandingan
berpasangan antara elemen dibuat, dilakukan perbandingan berpasangan antara setiap elemen pada kolom ke-j dengan setiap elemen pada baris ke-i.
Dengan fokus X. Pembandingan berpasangan antara elemen tersebut dilakukan dengan pertanyaan: seberapa kuat elemen baris ke-i, didominasi
atau dipengaruhi, dipengaruhi, diuntungkan oleh fokus di puncak hierarki X, dibandingkan dengan kolom ke-j. untuk mengisi matriks banding
berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 10. Angka- angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibanding
dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat atau kriteria tertentu.
41 5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan satu sepanjang
diagonal utama, penentuan prioritas dan pengujian konsistensi. Angka satu sampai sembilan digunakan bila Fi lebih mendominasi atau mempengaruhi
sifat fokus puncak hierarki X dibandingkan dengan Fj. Sedangkan bila Fi kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X dibandingkan dengan
Fj, maka digunakan angka kebalikannya. Tabel 10 Nilai Skala Banding Berpasangan
Intensitas Pentingnya
Definisi Penjelasan 1
Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen penyumbang
sama pentingnya 3
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang
lain Pengalaman pertimbangan
sedikit menyokong suatu elemen
5 Elemen yang satu sangat penting
dari pada elemen yang penting Pengalaman dan
pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen
atas elemen lainya 7
Satu elemen jelas lebih penting dari pada elemen yang lainnya
Suatu elemen dengan kuat disokong dan dominannya
telah terlihat dalam praktek 9
Suatu elemen mutlak lebih penting dari pada elemen lainya.
Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang
lainya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi
yang mungkin menguatkan 2,3,6,8
Nilai-nilai antara diantara dua pertimbangan yang berdekatan
Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan
Kebalikan Jika untuk aktifitasi i, mendapat suatu angka bila dibandingkan
dengan aktifitas j, maka j memilki bila kebaikannya bila dibandingkan dengan i.
Sumber : Saaty, 1993
6. Melaksanakan langkah ketiga, empat, dan lima untuk semua tingkat dan gugus dalam hierarki tersebut. Pembanding dilanjutkan untuk semua elemen pada
setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hierarki, berkenaan dengan kriteria elemen diatasnya. 1. Mariks pembanding individu MPI dan 2.
42 Matriks pendapat gabungan MPG. MPI adalah matriks pembanding yang
dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan a
ij
yaitu elemen pada matriks pada baris ke-i, dan kolom ke-j. martiks pendapat
individu dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 11 Matriks Pendapat Individu No.
X g
1
G
2
g
3
g
4
1 g
11
a
11
A
12
a
13
a
14
2 g
12
a
21
A
22
a
23
a
24
3 g
13
a
31
A
23
a
33
a
34
4 g
14
a
n1
a
n2
a
n3
a
44
Sumber: Saaty, 1993
Matriks pendapat gabungan MPG adalah susunan matriks baru elemen baru yang elemen g
ij
berasal dari rata-rata geometric pendapat-pendapat individu yang risiko inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10 persen, dan setiap
elemen pada baris dan kolom sama dari satu MPI dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik. MPG dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Matriks Pendapat Gabungan No.
X A
1
A
2
A
3
A
4
1 A
11
g
11
G
12
g
13
g
14
2 A
12
g
21
G
22
g
23
g
24
3 A
13
g
31
G
23
g
33
g
34
4 A
14
g
n1
g
n2
g
n3
g
44
Sumber: Saaty, 1993
Rumus matematika yang dapat digunakan untuk memperoleh rata-rata geometri adalah :
m m
k
k aij
g
∏
=
=
1
43 Dimana:
g
ij
= elemen ke-i, kolom ke-j a
ij
k = elemen baris ke-i, kolom ke-j jadi MPI ke-k k
= indeks MPI dari individu ke-k yang memenuhi syarat m
= jumlah MPI yang memenuhi syarat 7. Mensistetis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas.
Ada dua tahap didalam melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas yaitu; pengolahan Horizontal dan pengolahan vertical. Kedua jenis pengolahan
tersebut dapat dilakukan untuk MPI dan MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan MPG diolah secara horizontal, dimana MPI dan MPG harus
memenuhi syarat Rasio Inkosistensi. a Pengolahan Horizontal, meliputi penentuan Vektor Eigen, Vektor
prioritas, Uji konsistensi, revisi MPI dan MPG yang memiliki rasio inkosistensi tinggi.
• Vektor Eigen VE
i
dengan rumus: VEi =
... 3
, 2
, 1
, :
1
n j
i k
aij
n n
k
=
∏
=
a
ij
k = elemen baris ke-i, kolom ke-j dari MPI atau MPG ke-k
∏
= n
k 1
= perkalian dari elemen k= 1 sampai k = n n
= jumlah elemen pada setiap tingkat • Vektor Prioritas VP
i
dengan rumus VP
i
=
∑
= n
i
VEi VEi
1
Dengan prioritasVp = VP
i
untuk i = 1,2,3…n
44 • Vektor Antara VA = a
ij
x VP Dengan VA=VA
i
Nilai Eigen VB = VP
VA Dengan
VB=VB
i
• Perhitungan Nilai Eigen Maksimum λ
Maks
dengan rumus: λ
Maks
= n
1
∑
= n
i
VBi
1
• Perhitungan Indeks Inkonsistensi CI dengan Rumus: CI =
1 −
− N
n maks
λ
• Perhitungan Rasio Indeks CR dengan Rumus: CR =
RI CI
RI= Indeks acak Random Indeks yang dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory
Saaty, 1993 dari matriks berorde 1 sampai dengan 15 yang menggunakan sampel berukuran 100.
Tabel 13 Nilai random Konsistensi Indeks RI Matriks Berordo 1 Sampai 15 Orde n
RI Orde n
RI Orde n
RI 1 0.00 6 1.24 11 1.51
2 0.00 7 1.32 12 1.48 3 0.58 8 1.41 13 1.56
4 0.90 9 1.45 14 1.57 5 1.12 10 1.49 15 1.49
Sumber: Saaty 1993 Nilai rasio inkonsistensi CR yang lebih kecil atau sama dengan 0.1
merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini karena CR merupakan tolak ukur bagi
konsistensi atau tidaknya suatu hasil perbandingan berpasangan dalam matriks pendapat Saaty, 1993
45 b Pengolahan vertikal, yaitu menyusun prioritas pengaruh pada setiap elemen
pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama. Apabila CV
ij
didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh setiap elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran utama, maka:
CV
ij
=
∑
CH
ij
t, i-1 x VW
t
i-1 Untuk
i = 1,2,3,…p j = 1,2,3,…r
t = 1,2,3,…s Dimana :
CV
ij
t,i-1 = nilai prioritas pengaruh elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat diatasnya i-1, yang diperoleh dari hasil pengolahan
horizontal. VW
t
i-1 = nilai prioritas pengaruh elemen ke-i terhadap elemen ke i-1 Terhadap sasaran utama yang diperoleh dari hasil perhitungan
Horizontal. P
= jumlah tingkat hierarki keputusan r
= jumlah elemen yang ada pada tingkat ke i-1 s
= jumlah elemen yang ada pada tingkat ke i-j 8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hierarki
Langkah ini dilakukan dengan mengkali setiap indeks konsitensi dengan prioritas-prioritas kriteria yang bersangkutan dalam menjumlahkan hasil
kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Untuk
46 memperoleh hasil yang baik. Rasio inkonsistensi harus bernilai kurang dari
atau sama dengan 10 persen. Pada tahap pengolahan rasio inkonsistensi selebihnya dikerjakan dengan mengunakan software expert choice 2000, untuk
membantu mempermudah penulis untuk melakukan pengolahan data. Jika rasio inkonsistensi mempunyai lebih dari 10 persen, maka informasi harus
ditinjau kembali dan diperbaiki, antara lain dengan mengunakan pertanyaan ketika melakukan pengisian ulang kuesioner dan mengarahkan responden
mengisi kuesioner.
47
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah perusahan