Pengolahan dan Analisis Data

c KMO and Barlett Test Kesimpulan mengenai layak tidaknya analisis faktor dilakukan, baru sah secara statistik dengan menggunakan uji Kaiser-Meyer-Olkin KMO measure of adequacy dan Barlett Test of Spericity Simamora, 2003 Penghitungan KMO dilakukan dengan bantuan program SPSS. KMO uji yang nilainya berkisar antara 0 sampai 1 ini mempertanyakan kelayakan analisis faktor. Apabila nilai indeks tinggi berkisar antara 0,5 sampai 1,0, analisis faktor layak dilakukan. Sebaliknya, apabila nilai KMO di bawah 0,5 analisis faktor tidak layak dilakukan. Barlett test digunakan untuk menguji apakah betul variabel-variabel yang dilibatkan berkorelasi. Nilai Barlett Test didekati dengan nilai chi-square. Penghitungan Barlett Test dilakukan dengan bantuan program SPSS.

3.2.4. Pengolahan dan Analisis Data

Untuk membantu pengolahan dan analisis data, digunakan program komputer Microsoft Excel dan SPSS 11.5 for Windows. Adapun teknik analisis yang digunakan adalah: 1. Analisis Faktor Menurut Simamora 2003, untuk melakukan analisis faktor pertama-tama adalah mencari atau menentukan atribut apa yang ada dalam program pemasaran suatu perusahaan. Tahapan analisis faktor terdiri dari pengujian, ekstraksi, dan rotasi. Pengujian ini dilakukan menggunakan KMO and Barlett’s test of sphericity dan Anti Image. Hasil pengujian KMO menunjukkan bahwa variable dianggap layak untuk dianalisis jika angka KMO berada di atas 0.5 dengan signifikansi di bawah 0.05. tahap ekstraksi menggunakan analisis Communalities, Total Variance Explained , serta Component Matrix. Communalities menjelaskan seberapa besar hubungan suatu atribut dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Total Variance Explained menjelaskan jumlah faktor yang terbentuk dari hasil analisis dengan eigenvalue harus di atas 1. Component Matrix menjelaskan distribusi variabel pada faktor yang terbentuk. Nilai yang terdapat pada component matrix merupakan nilai loadings factor. Atribut dengan nilai loading faktor di bawah 0.55 tidak akan mengelompok pada suatu faktor disebabkan nilai korelasinya lemah, sehingga jika atribut tersebut cukup penting, maka dapat dibentuk faktor lain secara terpisah. Proses rotasi digunakan jika diperlukan, yaitu apabila terdapat kesulitan dalam menentukan posisi atribut dalam factor. Langkah-langkah pengolahan data selanjutnya menggunakan bantuan program komputer SPSS. Hasil yang didapatkan dari pengolahan data tersebut adalah pengelompokan sejumlah variabel yang dianalisis menjadi beberapa kelompok, yang diberi nama ”faktor”. Setelah melalui proses uji dan intepretasi maka diperoleh dimensi-dimensi yang mendasari adanya daya tarik suatu program pemasaran. 2. Model Sikap Multiatribut Fishbein Rumus model Fishbein sebagai berikut: n Ao = Σ bi ei i=1 dimana: Ao = sikap total individu terhadap objek tertentu bi = kekuatan keyakinan konsumen bahwa objek memiliki atribut i ei = evaluasi kepercayaan individu mengenai atribut i n = jumlah kriteria atribut yang relevan Selanjutnya, data yang dibutuhkan ditampung dalam lembar kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan pernyataan yang diberi skala menggunakan skala enam angka dengan skor 1 sampai 6 dengan keterangan skor: sangat tidak setuju sangat tidak penting, sampai sangat tidak setuju sangat tidak penting. 3. Important-Performance Matrix Matriks kepentingan-pelaksanaan menunjukkan atribut- atribut yang menjadi prioritas keputusan. Masing-masing perhitungaan atribut berasal dari tingkat kepentingan ei dan tingkat pelaksanaan keyakinan bi. Nilai ini kemudian diplotkan ke dalam matriks. Sumbu mendatar X diisi oleh skor tingkat pelaksanaan keyakinan dan sumbu tegak Y diisi oleh skor tingkat kepentingan. dimana: X = rata-rata total skor tingkat pelaksanaan keyakinaan Y = rata-rata total skor tingkat kepentingan bi = skor tingkat pelaksanaan keyakinaan ei = skor tingkat kepentingan n = jumlah atribut X = Σ bi n Y = Σ ei n

IV. PEMBAHASAN 4.1.