Kajian Penerapan Proses Sosial dalam Arsitektur (Studi Kasus : Starbucks Focal Point Medan)

(1)

KAJIAN PENERAPAN PROSES SOSIAL DALAM ARSITEKTUR (Study Kasus Starbucks Focal Point Medan)

SKRIPSI

OLEH :

DESTIA FARAHDINA 110406091

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KAJIAN PENERAPAN PROSES SOSIAL DALAM ARSITEKTUR (Studi Kasus : Starbucks Focal Point Medan)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

DESTIA FARAHDINA 110406091

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK


(3)

PERNYATAAN

KAJIAN PENERAPAN PROSES SOSIAL DALAM ARSITEKTUR (Studi Kasus : Starbucks Focal Point Medan)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2015 Penulis,


(4)

Judul Skripsi : Kajian Penerapan Proses Sosial dalam Arsitektur (Studi Kasus : Starbucks Focal Point Medan) Nama Mahasiswa : Destia Farahdina

Nomor Pokok : 110406091

Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

(Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil.Phd)

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,


(5)

Telah diuji pada Tanggal : 08 Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil.Phd

Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, M.T


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas berkat dan rahmat-Nya penelitian ini dapat terselesaikan ada waktunya. Tulisan ini merupakan skripsi perorangan yang merupakan syarat untuk mengakhiri studi dan memperoleh gelar Sarjana Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Alur Non-Profesi. Adapun judul yang diangkat dalam tulisan ini yaitu “Kajian Penerapan Proses Sosial dalam Arsitektur (Studi Kasus : Starbucks Focal Point Medan)”.

Penyelesaian tulisan ini tentunya juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sehingga penulis pada kesempatan ini layak kiranya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil.Phd selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, saran, dukungan serta meluangkan waktu dalam proses penulisan untuk menyusun skripsi ini. 2. Bapak Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, M.T dan Bapak Imam Faisal Pane,

S.T, M.T selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis terhadap skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc. selaku Dosen Koordinator skripsi T.A 2014/2015

4. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT selaku Ketua Program Studi Departemen Arsitektur dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA selaku Sekretaris Program


(7)

5. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

6. Kepada Starbucks Focal Point Medan yang telah memberikan izin survey dan memberikan data yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi ini 7. Terima Kasih kepada Allah SWT, Papa (Fauzi), Mama (Minda Rosmalena)

dan adik (Fariz Hidayatullah) yang tercinta, yang telah memberikan semangat, dukungan, doa, cinta, dan kasih sayang yang tiada hentinya kepada penulis.

8. Teman-teman seperjuangan Ivana Idris, Henny Handayani, Sucliany Suanto dan teman-teman sesama stambuk 2011 Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang sama-sama berjuang menyelesaikan studi serta seluruh rekan penulis yang sudah ikut membantu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak

Medan, Juli 2015 Penulis

Destia Farahdina 110406091


(8)

ABSTRAK

Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan mempunyai kebutuhan, baik material maupun spritual. Desain arsitektur dapat menjadi salah satu fasilitator terjadinya perilaku, namun juga bisa menjadi penghalang terjadinya perilaku. Kebiasaan mental dan sikap perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya. Coffee shop merupakan salah satu ruang publik yang dapat dipandang sebagai tempat untuk menjalin proses sosial sebagai masyarakat kota. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi terjadinya proses sosial yang ada pada desain Starbucks Focal Point Medan dengan menggunakan teori behavior setting. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa sebuah desain arsitektur memberikan pengaruh proses sosial pada seseorang. Hal ini dapat dilihat melalui proses sosial yang terjadi dipengaruhi oleh desain, layout dan furniture yang digunakan.

Kata Kunci : Behavior Setting, Coffee Shop, dan Proses Sosial

ABSTRACT

Humans as social beings in life have needs, both material and spiritual. The architectural design can be one of the facilitators of behavior, but it can also be a barrier occurrence of the behavior. Mental habits and attitudes of a person's behavior is influenced by the physical environment. Coffee shop is one public space that can be seen as a place to establish a social process as urban communities. This study aims to identify the social processes that exist in the design of Starbucks Focal Point field by using the theory of setting behavior. Results from this study showed that an architectural design influence on a person's social process. It can be seen through a social process that occurs is affected by the design, layout and furniture used.


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

1.5 Batasan Penelitian ... 3

1.6 Kerangka Berpikir ... 3

BAB II KAJIAN TEORI ... 4

2.1 Tinjauan Manusia ... 4

2.1.1 Kebutuhan Dasar Manusia ... 5

2.2 Ilmu Sosiologi ... 7

2.2.1 Pengertian Sosiologi ... 7

2.2.2 Pengertian Integrasi Sosial ... 7

2.2.3 Pengertian Pertisipasi Sosial ... 8

2.2.4 Pengertian Interaksi Sosial ... 9

2.2.5 Proses sosial ... 9

2.3 Arsitektur untuk Manusia ... 10

2.4 Arsitektur Dalam Paradigma Sosiologi ... 10

2.4.1 Paradigma Fakta Sosial ... 11

2.4.2 Paradigma Definisi Sosial ... 11

2.4.3 Paradigma Perilaku Sosial... 12

2.5 Perilaku Arsitektur ... 13

2.5.1 Ruang Personal (Personal Space)... 14

2.6 Hubungan Ilmu Sosial Dasar dengan Arsitektur ... 20


(10)

3.1 Jenis Penelitian ... 21

3.2 Variabel Penelitian ... 21

3.3 Sampel ... 24

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4.1. Data Primer ... 25

3.4.2. Data Sekunder ... 25

3.5 Lokasi penelitian ... 26

3.6 Metode Analisa Data ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Deskripsi Kawasan ... 28

4.2 Data Identitas Responden ... 30

4.3 Hubungan Starbucks Coffee Shop dengan Pengunjung ... 31

4.4 Pembagian Ruang Starbucks Focal Point ... 32

4.5 Hubungan Sirkulasi dengan Pengunjung ... 33

4.6 Area Pengunjung ... 33

4.7 Personal Space pada Starbucks Focal Point ... 36

4.7.1 Personal Space dalam Tatanan Ruang ... 38

4.8 Hubungan Interaksi Sosial dalam Starbucks Focal Point ... 40

4.8.1 Interaksi dalam Area Service ... 41

4.8.2 Interaksi dalam Area Belajar ... 43

4.8.3 Interaksi dalam Area Berkumpul ... 44

4.8.4 Interaksi dalam Smoking Area ... 46

4.8.5 Interaksi dalam Area Pasangan ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

6.1 Kesimpulan ... 49

6.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Kerangka Berpikir...3

Gambar 2.1 Diagram Hubungan keemapat disiplin ilmu...4

Gambar 2.2 Ruang Personal...15

Gambar 2.3 Ruang Sosiopetal...18

Gambar 2.4 Ruang Sosiofugal...19

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian...26

Gambar 4.1 Starbucks Focal Point...28

Gambar 4.2 Batasan Lokasi Penelitian...29

Gambar 4.3 Perabot Starbucks Focal Point...32

Gambar 4.4 Denah Pembagian Ruang...32

Gambar 4.5 Pola Sirkulasi...33

Gambar 4.6 Area Meja Besar...34

Gambar 4.7 Area Pasangan...35

Gambar 4.8 Smoking Area...35

Gambar 4.9 Layout Personal Space...36

Gambar 4.10 Jarak Personal Space...37

Gambar 4.11 Jarak Komunikasi Sosial...38

Gambar 4.12 Ruang Sosiopetal dan Sosiofugal...39

Gambar 4.13 Ruang Sosiopetal...39


(12)

Gambar 4.15 Coffee Talk dalam Starbucks Focal Point...42

Gambar 4.16 Interaksi di Area Belajar...43

Gambar 4.17 Pembagian Area Berkumpul...44

Gambar 4.18 Interaksi di Area Berkumpul Meja Kecil...45

Gambar 4.19 Interaksi di Area Berkumpul Meja Bundar...45

Gambar 4.20 Interaksi di Area Berkumpul Meja Panjang...46

Gambar 4.21 Interaksi di Smoking Area...47


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Zona Perlindungan...15

Tabel 3.1 Analisa teori untuk menetapkan variabel...22

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...30

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Umur...30

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Pekerjaan...31

Tabel 4.4 Kenyamanan dan Ketenangan Starbucks Focal Point Medan...31

Tabel 4.5 Posisi Duduk yang Digemari...34

Tabel 4.6 Kenyamanan Jarak Antar Kursi dan Meja...37

Tabel 4.7 Responden yang Mendapat Kenalan Baru...40

Tabel 4.8 Cara Mendapat Kenalan Baru...40


(14)

ABSTRAK

Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan mempunyai kebutuhan, baik material maupun spritual. Desain arsitektur dapat menjadi salah satu fasilitator terjadinya perilaku, namun juga bisa menjadi penghalang terjadinya perilaku. Kebiasaan mental dan sikap perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya. Coffee shop merupakan salah satu ruang publik yang dapat dipandang sebagai tempat untuk menjalin proses sosial sebagai masyarakat kota. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi terjadinya proses sosial yang ada pada desain Starbucks Focal Point Medan dengan menggunakan teori behavior setting. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa sebuah desain arsitektur memberikan pengaruh proses sosial pada seseorang. Hal ini dapat dilihat melalui proses sosial yang terjadi dipengaruhi oleh desain, layout dan furniture yang digunakan.

Kata Kunci : Behavior Setting, Coffee Shop, dan Proses Sosial

ABSTRACT

Humans as social beings in life have needs, both material and spiritual. The architectural design can be one of the facilitators of behavior, but it can also be a barrier occurrence of the behavior. Mental habits and attitudes of a person's behavior is influenced by the physical environment. Coffee shop is one public space that can be seen as a place to establish a social process as urban communities. This study aims to identify the social processes that exist in the design of Starbucks Focal Point field by using the theory of setting behavior. Results from this study showed that an architectural design influence on a person's social process. It can be seen through a social process that occurs is affected by the design, layout and furniture used.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan mempunyai kebutuhan, baik material maupun spritual. Sebagai makhluk sosial menurut F.E Darling dalam Social Behavior and Survival (1952) manusia tidak pernah terlepas dari lingkungan yang membentuk kepribadian mereka karena lingkungan hidup merupakan sarana dimana manusia berada sekaligus menyediakan kemungkinan untuk dapat mengembangkan kebutuhan. Sadar ataupun tidak sadar bangunan yang di desain manusia mempengaruhi pola perilaku manusia yang hidup di dalam arsitektur dan lingkungan. Oleh karena itu antara manusia dengan lingkungan hidup terdapat hubungan yang saling mempengaruhi.

Kota Medan merupakan salah satu kota metropolitan yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan dan pembangunan kotanya, hal ini merupakan dampak dari berkembangnya Negara Indonesia. Desain arsitektur pun ikut andil dalam perkembangan dan pembangunan kota. Oleh karena itu hasil desain arsitektur dapat menjadi salah satu fasilitator terjadinya perilaku, namun juga bisa menjadi penghalang terjadinya perilaku.

W.F.E. et al Preiser dalam Design Intervention, Toward A More Humane Architecture (1991) menyatakan bahwa kebiasaan mental dan sikap perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya Seperti halnya pada masyarakat di Kota Medan yang umumnya lebih suka membawa diri ke ruang publik seperti


(16)

coffee shop. Coffee shop merupakan salah satu ruang publik yang dapat dipandang sebagai tempat untuk menjalin proses sosial sebagai masyarakat kota, seperti berkumpul dengan teman – teman, dan juga sebagai tempat untuk mendiskusikan berbagai hal mulai dari hal kecil seperti pelajaran hingga urusan bisnis.

Maka dari itu lokasi penelitian yang dipilih adalah Starbucks Coffee Shop yang berada di Medan Focal Point. Karena lokasi ini berdekatan dengan kawasan perumahan sehingga dilokasi ini memungkinkan terjadinya proses sosial.

1.2 Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang diatas, topik pembahasan ini cukup penting mengingat pentingnya proses sosial dalam sebuah coffee shop. Oleh karena itu perumusan masalah yang akan diteliti adalah :

a. Apakah proses sosial terjadi di Starbucks Focal Point Medan?

b. Bagaimanakah terjadinya proses sosial pada desain Starbucks focal Point Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan pada sub judul sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi terjadinya proses sosial yang ada pada desain Starbucks Focal Point Medan.

1.4 Manfaat Penelitian


(17)

1.5 Batasan Penelitian

Disebabkan oleh banyaknya bahasan tentang ilmu sosial, maka pada penelitian ini hanya mengkaji terjadinya proses sosial yang di fokuskan pada terbentuknya personal space, integrasi, partisipasi dan interaksi sosial di dalam Starbucks focal Point Medan

1.6 Kerangka Berpikir

Adapun kerangka berpikir dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:


(18)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Manusia

Manusia diciptakan dan dilahirkan di alam yang kita kenal ini seperti juga makhluk – makhluk lainnya, perbedaannya manusia dikaruniai akal dan fikiran untuk mengimbangi kondisi fisik manusia yang relatif lemah. (Sutedjo,1986)

Pengertian manusia secara mendalam telah dibahas oleh berbagai disiplin ilmu seperti Sosiologi, Antropologi, Psikologi dan Psikologi Sosial. Jika dituangkan ke dalam sebuah diagram, keempat ilmu ini saling berhubungan seperti berikut:

Sumber : Sutedjo, Arsitektur, Manusia, dan Pengamatannya (1986) Gambar 2.1 Diagram Hubungan keemapat disiplin ilmu


(19)

Sutedjo dalam arsitektur, manusia dan pengamatannya (1986) menyatakan bahwa arsitektur merupakan salah satu bentuk tindakan intervensi manusia terhadap lingkungan hidup, sehingga dengan demikian arsitektur juga memiliki relasi dengan keempat disiplin ilmu sosial yang dimaksud tadi.. Namun penelitian ini hanya membahas pada ilmu sosiologi.

2.1.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Abraham Maslow (Newmark & Thompson, 1977) membagi tingkatan atau hirarki kebutuhan manusia mulai dari tingkat kebutuhan yang paling mendasar hingga kebutuhan yang paling tinggi, yaitu:

a. Kebutuhan Fisiologis (physiological needs)

Merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar guna melanjutkan hidup, seperti kebutuhan akan udara untuk bernafas, kebutuhan akan makanan, istirahat, hubungan seksual, dan kestabilan suhu tubuh.

b. Kebutuhan Keamanan (security and safety needs)

Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, manusia akan cenderung menjaga kondisi dirinya baik secara fisik maupun psikologis. Istilah security ini diartikan sebagai predictability (dapat diperkirakan), yaitu seseorang dapat mengetahui adanya stabilitas dan kontinuitas dari apapun yang terjadi di sekitarnya, serta sadar akan keselamatan dirinya

c. Kebutuhan Sosial (social needs)

Termasuk rasa memiliki, menerima maupun rasa dicintai. Hal demikian terwujud melalui serangkaian interaksi sosial yang merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial. Interaksi sosial dapat terjadi antara orang


(20)

perorangan, antara kelompok – kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.

d. Kebutuhan Kepercayaan dan Harga Diri (self esteem or ego needs)

Setiap manusia mulai membutuhkan rasa positif terhadap dirinya sendiri setelah mereka berpartisipasi dalam kelompok sosial tertentu dan merasa aman di dalamnya. Termasuk juga kebutuhan rasa percaya diri, berpartisipasi, dan kemandirian.

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (self actualization needs)

Dalam diri setiap manusia telah terdapat potensi individu tertentu, namun jika keempat kebutuhan dasar manusia yang sebelumnya belum terpenuhi, maka seseorang tidak akan mendapat kesempatan untuk mengaktualisasikan diri dalam mengembangkan potensi yang telah dimilikinya itu.

Dari berbagai uraian diatas mengenai kebutuhan – kebutuhan manusia maka semakin jelaslah hal – hal apa yang dibutuhkan manusia pada umumnya. Hal ini berlaku pula pada arsitektur. Apabila rancangan tata lingkungan dapat menunjang kegiatan dari kebutuhan manusia, maka rancangan tersebut dapat dinilai berhasil.

Dalam penelitian ini, saya hanya akan mendalami kebutuhan tingkat ketiga, meskipun tidak tertutup kemungkinan akan sedikit menyinggung aspek – aspek pada tingkat kebutuhan lainnya.


(21)

2.2 Ilmu Sosiologi 2.2.1 Pengertian Sosiologi

Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi dalam bukunya berjudul Setangkai Bunga Sosiologi (1974) sosiologi sebagai ilmu masyarakat mempelajari tentang struktur sosial yakni keseluruhan jalinan sosial antara unsur – unsur sosial yang pokok, seperti kaidah-kaidah sosial, kelompok-kelompok lapisan-lapisan sosial. Sosiologi juga mempelajari proses sosial yaitu pengaruh timbal balik antara pel-bagai segi kehidupan bersama. Contoh hubungan timbal balik antara kehidupan agama dan kehidupan politik, hubungan timbal balik antara kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi.

2.2.2 Pengertian Integrasi Sosial

Banton dalam Sunarto (2000) mendefenisikan intergrasi sebagai suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan makna penting pada perbedaan ras tersebut.

Menurut William F. Ougburn dan Meyer Nimkoff (1940) syarat berhasilnya integrasi sosial adalah sebagai berikut.

1. Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil mengisi kebutuhan satu sama lain.

2. Telah dicapai konsensus bersama mengenai nilai-nilai dasar yang dijadikan acuan utama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3. Nilai-nilai dan norma-norma dasar tersebut telah hidup dan berkembang cukup lama dan konsisten, serta tidak berubah-ubah. Selain itu juga telah


(22)

dipahami, dihayati, dan diamalkan dengan pedoman yang sama oleh seluruh warga negara atau warga masyarakat.

4. Masing-masing individu dan kelompok sosial yang berbeda-beda mau dan mampu mengendalikan diri, dan saling menyesuaikan diri satu sama lain. 5. Selalu menempatkan persatuan dan kesatuan, serta kepentingan untuk

keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. 6. Masing-masing pihak merasa memajukan pergaulan yang komunikatif dan

akomodatif demi mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa

2.2.3 Pengertian Pertisipasi Sosial

Davis (1962) mengatakan “particapation is define as mental and emotional involvement of a person in a group situation which encourages him to contribute to group goals and share responsibility in them”. Maksudnya, partisipasi didefenisikan sebagai keterlibatan mental dan emosional seseorang individu dalam situasi kelompok tertentu yang mendorongnya untuk mendukung atau menunjang tercapainya tujuan-tujuan kelompok serta ikut bertanggung jawab terhadapnya.

Partisipasi sosial (social participatioan) menurut Davis (1962) adalah suatu dorongan mental dan emosional (seseorang atau kelompok) yang menggerakan mereka untuk bersama-sama mencapai tujuan dan bersama-sama bertanggung jawab.


(23)

2.2.4 Pengertian Interaksi Sosial

Dalam kehidupan bersama, antar individu satu dengan individu lainnya terjadi hubungan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui hubungan itu individu ingin menyampaikan maksud, tujuan, dan keinginannya masing-masing. Untuk mencapai keinginan tersebut biasanya diwujudkan dengan tindakan melalui hubungan timbal balik, hubungan inilah yang disebut dengan interaksi. Menurut Gillin & Gillin (1954:489) interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok.

2.2.5 Proses sosial

Respons seseorang terhadap lingkungannya bergantung pada bagaimana individu yang bersangkutan tersebut mempersepsikan lingkungannya. Aspek sosialnya adalah bagaimana manusia berbagi dan membagi ruang dengan sesamanya (Laurens,2004)

Manusia mempunyai kepribadian individu, tetapi manusia juga makhluk sosial, hidup dalam masyarakat dalam suatu kolektivitas. Dalam memenuhi kebutuhan sosialnya inilah manusia berperilaku sosial dalam lingkungannya yang dapat diamati dari:

1. Fenomena perilaku – lingkungan 2. Kelompok – kelompok pemakai 3. Tempat terjadinya aktivitas


(24)

Fenomena ini menunjuk pada pola – pola perilaku pribadi yang berkaitan dengan lingkungan fisik yang ada, terkait dengan perilaku interpersonal manusia atau perilaku sosial manusia tersebut (Laurens,2004)

2.3 Arsitektur untuk Manusia

Kebanyakan perancang menempatkan estetika pada urutan pertama dalam pertimbangan desainnya. Padahal, apabila ditelaah lebih jauh bagi si pengguna, belum tentu estetika ini menjadi urutan pertama kebutuhan yang harus dipenuhi. Karena itu, tidaklah mengherankan apabila suatu karya arsitek digunakan tidak sesuai dengan imajinasi arsitek.

Randy Hester dalam laurens (2004:8) seorang arsitek lanskap, mengatakan bahwa perancang umumnya lebih menekankan pentingnya activity setting (penataan aktivitas). Sementara itu, pemakaian lebih mempertimbangkan siapa saja orang yang memakai fasilitas itu, atau dengan siapa mereka akan bersosialisasi dalam penggunaan fasilitas itu. Jadi, terlihat disini adanya perbedaan prioritas pemenuhan kebutuhan dasar.

2.4 Arsitektur Dalam Paradigma Sosiologi

Arsitektur adalah ilmu yang mempelajari bentukan dalam suatu ruang. ada dua pengertian tentang ruang, yaitu ruang tak terbatas dan ruang terbatas. Semula ruang dipahami sebagai “posisi – hubungan” (Aristoteles), atau melalui “perletakan – container” (Plato dan Newton) yang mengabaikan unsur waktu. Kemudian unsur waktu ditambahkan sehingga ruang atau space merupakan


(25)

Dalam sosiologi, disebutkan oleh Ritzer (1989, disadur oleh Alimandan) ada tiga paradigma utama untuk dapat memahami terbentuknya interaksi sosial:

1. Paradigma Fakta Sosial 2. Paradigma Defenisi Sosial 3. Paradigma Perilaku Sosial

2.4.1 Paradigma Fakta Sosial

Durkheim (1895) mengatakan bahwa fakta sosial sebagai sesuatu yang terjadi dalam persoalan sosiologi. Fakta sosial dinyatakan sebagai sesuatu yang berbeda dengan dunia ide yang bersifat spekulatif dalam memahami gejala yang terjadi dalam masyarakat. Fakta sosial terdiri atas dua macam:

1. Dalam bentuk materia yang dapat diobservasi, misalnya norma hukum. 2. Dalam bentuk nonmateria, yaitu kenyataan yang bersifat intersubjektif yang hanya dapat muncul dalam kesadaran manusia, misalnya egoisme dan opini.

Melalui pendekatan paradigma fakta sosial akan tampak fenomena-fenomena dalam arsitektur. Arsitek dalam berkarya akan memperhatikan norma, nilai, atau prinsip yang bersifat makro maupun universal dan struktur sosial yang terdapat dalam masyarakat

2.4.2 Paradigma Definisi Sosial

Bagi paradigma definisi sosial, struktur sosial dan pranata sosial bukan objek pengamatan sosiologi, melainkan hanya akan membantu untuk dapat membentuk tindakan manusia yang penuh arti dan makna.


(26)

Perkembangan dari suatu hubungan sosial dapat pula diterangkan melalui tujuan-tujuan dari manusia yang melakukan hubungan sosial itu, saat orang dapat memberikan sebuah makna tertentu terhadap suatu tindakan dan tindakan itu diarahkan pada orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam arsitektur, pemahaman paradigma definisi sosial akan tampak pada makna atau simbol yang sengaja dirancang pada suatu karya arsitektur. (Hariyono,2007)

2.4.3 Paradigma Perilaku Sosial

Skinner, pelopor paradigma perilaku sosial memandang objek pengamatan kedua paradigma sebelumnya sebagai perspektif yang bersifat mistik, yang tidak dapat diterangkan secara rasional. Skinner mencoba menerjemahkan prinsip-prinsip psikologi aliran behaviorisme ke dalam sosiologi. Menurutnya objek studi sosiologi yang konkret dan realistis adalah perilaku manusia yang tampak dan kemungkinan perulangannya. (Hariyono,2007)

Secara singkat, pokok persoalan sosiologi adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan sosial maupun nonsosial yang menghasilkan akibat atau perubahan pada faktor lingkungan dan menimbulkan perubahan pada tingkah laku. Dalam paradigma perilaku sosial, terdapat hubungan fungsional antara tingkah laku dengan perubahan yang terjadi pada faktor lingkungan. (Hariyono,2007)


(27)

Suatu karya arsitektur sering ditentukan oleh faktor-faktor di luar dirinya, faktor ini merupakan stimulus yang terjadi diluar kehendak dan kontrol arsitek, sehingga suatu karya arsitektur tidak bebas direncanakan dan dirancang. Keterbatasan ini menghasilkan keteraturan tertentu bagi seorang arsitek untuk menyusun suatu ruang. dalam keterbatasan ini kadang-kadang arsitek tidakk mampu memberikan kepuasan sepenuhnya pada masyarakat pengguna,. Namun dengan kiat-kiat tertentu keterbatasan itu dapat diterima.

2.5 Perilaku Arsitektur

Kata perilaku menunjukkan manusia dalam aksinya, berkaitan dengan semua aktivitas manusia secara fisik; berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya. Di sisi lain, desain arsitektur akan menghasilkan suatu bentuk fisik yang bisa dilihat dan bisa dipegang. Karena itu, hasil desain arsitektur dapat menjadi salah satu fasilitator terjadinya perilaku, namun juga bisa menjadi penghalang terjadinya perilaku. Kebiasaan mental dan sikap perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya.

Setiap kali merancang, arsitek membuat perkiraan aktivitas dan atau perkiraan bagaimana manusia berperilaku, bagaimana manusia bergerak dalam lingkungannya. Kemudian arsitek memutuskan bagaimana lingkungan tersebut akan dapat melayani manusia pemakai sebaik mungkin. Yang harus dipertimbangkan tidak hanya melayani kebutuhan pemakai secara fungsional, rasional, ekonomi, dan dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna akan ekspresi emosionalnya termasuk bersosialisasi dengan sesama. (Laurens, 2004)


(28)

2.5.1 Ruang Personal (Personal Space)

Manusia mempersepsikan ruang di sekitarnya lengkap dengan isinya dan tidak berdiri sendiri. Jika isi ruang itu adalah manusia lain, orang langsung akan membuat jarak tertentu antara dirinya dan orang lain, dan jarak tersebut sangat ditentukan oleh kualitas hubungan antar orang yang bersangkutan.

Robert Sommer (1969) mendefenisikan ruang personal sebagai suatu area dengan batas maya yang mengelilingi diri seseorang dan orang lain tidak diperkenankan masuk ke dalamnya. Jadi, ruang personal itu seolah – olah merupakan sebuah balon atau tabung yang menyelubungi kita, membatasi jarak dengan orang laiin, dan tabung itu membesar atau mengecil bergantung dengan siapa kita sedang berhadapan. Atau dengan kata lain, luas atau sempitnya kapsul tersebut bergantung pada kadar dan sifat hubungan individu dengan individu lainnya.

Semakin seseorang merasa akrab, semakin dekat pulalah jarak yang diperkenankannya. Ruang personal dapat diartikan sebagai suatu komponen jarak dalam relasi interperso-nal, Ia menjadi indikator dan sekaligus menjadi bagian integral dari perkembangan hubungan interpersonal. Apakah hubungan itu berkembang menuju keakraban atau sebaliknya.


(29)

Sumber : (https://vaniastridina.wordpress.com/2011/06/15/ruang-personal/)

Sumber : (https://vaniastridina.wordpress.com/2011/06/15/ruang-personal/) Gambar 2.2 Ruang Personal


(30)

2.5.1.1 Jarak Komunikasi

Edward Hall (1963) berpendapat bahwa ruang personal adalah suatu jarak berkomunikasi, dimana jarak antar individu adalah juga jarak berkomunikasi. Dalam pengendalian terhadap gangguan-gangguan yang ada, manusia mengatur jarak personalnya dengan pihak lain. Hall membagi jarak tersebut dalam empat jenis, yaitu :

a. Jarak intim: fase dekat (0.00 – 0.15 m) dan fase jauh (0.15 – 0.50 m) Jarak untuk merangkul kekasih, sahabat atau keluarga. Pada jarak ini tidak diperlukannya usaha keras seperti berteriak atau menggunakan gerak tubuh untuk berkomunikasi.

b. Jarak personal: fase dekat (0.50 – 0.75 m) dan fase jauh (0.75 – 1.20 m) Jarak untuk percakapan antara dua sahabat atau antara orang yang sudah saling akrab. Gerakan tangan diperlukan untuk berkomunikasi normal c. Jarak sosial: fase dekat (1.20 – 2.10 m) dan fase jauh (2.10 – 3.60 m)

Merupakan batas normal bagi individu dengan kegiatan serupa atau kelompok sosial yang sama. Fase jauh adalah hubungan yang bersifat formal seperti bisnis dan sebagainya. Pada kenyataannya, jarak ini merupakan patokan dasar dalam pembentukan ruang atau dalam perancangan ruang.

d. Jarak publik: fase dekat (3.60 – 7.50 m) dan fase jauh (> 7.50 m)


(31)

Gifford dan Price (1979) mengusulkan adanya dua jenis ruang personal, yaitu ruang personal alfa yang merupakan jarak objektif dan terukur diantara individu yang berinteraksi dan ruang personal beta sebagai suatu pengalaman subjektif dalam proses mengambil jarak. Ruang personal beta ini merupakan kepekaan seseorang terhadap jarak dalam bersosialisasi.

2.5.1.2 Faktor yang mempengaruhi besarnya ruang personal

Secara umum ada tiga cara mengukur ruang personal, yaitu melalui metoda simulasi; subjek diminta untuk membayangkan adanya orang yang mendekatinya dari berbagai posisi, kemudian menandai pada lembar simulasi jarak yang dianggap sudah menimbulkan rasa terganggu pada subjek yang bersangkutan

Cara kedua adalah metoda jarak henti menempatkan partisipasi pada beberapa posisi, kemudian mendekati subjek dan berhenti pada jarak yang dianggap mengganggunya. Cara ketiga adalah pengamatan alamiah di lapangan.

Berdasarkan penelitian tersebut, dapat terlihat bagaimana kualitas hubungan di antara mereka dan faktor yang mempengaruhi besarnya ruang personal, antara lain :

1. Faktor Personal, meliputi : jenis kelamin, umur, tipe kepribadian, dan latar belakang budaya.

2. Faktor Situasi Lingkungan. Faktor situasi ini dapat dikelompokkan dalam : situasi sosial, situasi fisik, kooperasi-kompetensi dan status


(32)

2.5.1.3 Ruang Personal dalam tatanan ruang

Meskipun ruang personal bukanlah penentu desain suatu tatanan ruang, pengetauan akan ruang personal dapat melengkapi informasi bagi desainer interior agar lebih peka terhadap kebutuhan para pemakai ruang.

1. Ruang Sosiopetal

Tatanan sosiopetal yang paling umum adalah meja makan, tempat anggota keluarga berkumpul mengelilingi meja dan saling berhadapan satu sama lain. Ruang rapat dengan tatanan perabotnya akan menentukan posisi pimpinan rapat. Pemakaian meja bundar akan semakin memperkuat pembentukan ruang sosiopetal.


(33)

2. Ruang Sosiofugal

Ruang sosiofugal adalah tatanan yang mampu mengurangi interaksi sosial. Tatanan ini kerap kali ditemukan pada ruang tunggu dan meja bar.

Tatanan yang baik bergantung pada interaksi sosial yang diharapkan terjadi di lingkungan tersebut. Meskipun tatanan tempat duduk sudah dibuat saling berhadapan, namun tidak akan selalu terjadi percakapan (Gifford, 1981).

Ada faktor lain seperti kepribadian seseorang yang juga akan mempengaruhi proses sosialisasi. Seperti halnya yang dikemukaan Eastman dan

Gambar 2.4 Ruang Sosiofugal Sumber : www.fotopurwoko.com


(34)

Harper (1971) pada penelitiannya di perpustakaan. Apabila sebuah kursi telah ditempati maka orang cenderung menghindari pemakaian kursi di dalam radius 2.00 m. Orang cenderung memilih kursi pada meja yang belum terisi, mereka menghindari posisi duduk yang saling berdampingan.

Interaksi juga dipengaruhi oleh kedekatan atau jarak seperti pada pengelompokan ruang atau masa bangunan, penataan ruang kantor yang terbuka. Interaksi dapat dihidupkan melalui penataan ruang sosiopetal, terutama pada penggunaan ruang yang sangat intensif, seperti penempatan kamar mandi bersama pada sebuah asrama.

2.6 Hubungan Ilmu Sosial Dasar dengan Arsitektur

Arsitektur memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku sosial,budaya, dan lingkungan hidup. Peran arsitektur sangat besar terhadap perubahan baik itu perubahan secara positif juga perubahan secara negatif. Kehidupan sosial budaya di perkotaan yang sangat tinggi dapat mempengaruhi sebuah design. Arsitektur diharapkan dapat berperan dalam menyelesaikan masalah-masalah seperti kepadatan kependudukan, tata ruang perkotaan yang tidak lain untuk mensejahterakan manusia dan mahkluk hidup lainnya.

Dengan bangunan-bangunan manusia bisa memakainya untuk menjalankan aktifitasnya sehari-hari, menciptakan bangunan yang senyaman mungkin untuk kehidupan manusia, yang mempengaruhi kehidupan sosial tersebut. Dan juga bisa menanggulangi kesenjangan sosial. Seperti kehidupan


(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuan, penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif eksploratif. Penelitiain deskriptif ialah sebuah metode yang berusaha mendeskripsikan, menginterprestasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang sedang berlangsung (Sukmadinata,2006)

Penelitian eksploratif adalah penelitian yang digunakam untuk mengumpulkan data-data awal tentang sesuatu (Irawan,2007). Penelitian deskriptif eksploratif bertujuan untuk menggambarkan keadaan suatu fenomena, dalam penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan apa adanya suatu variabel, gejala atau keadaan (Arikunto,2002)

3.2 Variabel Penelitian

Pada setiap penelitian pasti ditemukan banyak variabel yang ikut berperan dalam jalannya penelitian, namun tidak semua variabel perlu untuk dilibatkan. Oleh karena itu peneliti harus dapat mengidentifikasi variabel mana saja yang menjadi pokok permasalahan sesuai pada literatur yang dicantumkan pada BAB II.


(36)

Tabel 3.1 Analisa teori untuk menetapkan variabel

Penulis, Judul, Tahun Variabel Sub Variabel

Sommer, Personal space: The Behavioral Basic of Design, 1969

Personal Space Personal space adalah

suatu area dengan suatu batas tak terlihat di sekitar badan manusia dimana orang lain (diluar manusia tersebut) tidak boleh memasukinya Laurens, Arsitektur dan

Perilaku Manusia, 2004

Ruang Personal Ruang personal itu seolah – olah merupakan sebuah

tabung yang

menyelubungi kita,

membatasi jarak dengan orang lain.

Ruang personal dalam desain arsitektur

1. Ruang sosiopetal 2. Ruang Sosiofugal

Proses Sosial Sosialnya adalah

bagaimana manusia

berbagi dan membagi ruang dengan sesamanya


(37)

daerah disekitar individu dimana jika dimasuki orang lain, menyebabkan ia merasa batasnya dilanggar, merasa tidak senang, dan kadang – kadang menarik diri.

Banton (dalam

Sunarto,2000)

Integrasi Sosial Suatu pola hubungan

yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak

memberikan makna

penting pada perbedaan ras tersebut.

Davis dalam Ndraha (1987)

Partisipasi sosial (social participatioan)

Suatu dorongan mental dan emosional (seseorang atau kelompok) yang

menggerakan mereka

untuk bersama-sama

mencapai tujuan dan bersama-sama

bertanggung jawab. Gillin & Gillin Interaksi Sosial Hubungan sosial yang


(38)

(1954:489) dinamis, menyangkut

hubungan antara

individu, antara

kelompok maupun antara

individu dengan

kelompok. Ritzer (1989, disadur

oleh Alimandan)

Paradigma Interaksi Sosial

1. Paradigma fakta

sosial

2. Paradigma definisi sosial

3. Paradigma perilaku sosial

(Sumber : Hasil olah Data 2015)

3.3 Sampel

Sampel dalam penelitian ini dipilih melalui metode purpossive sampling, yang dimaksud dengan purpossive sampling adalah metode pengambilan sampel yang disengaja atau ditentukan dikarenakan sampel tersebut memenuhi kriteria tertentu yang sebelumnya telah ditentukan (Sinulingga, 2011).

Pada penelitian ini sampel yang dipilih adalah Pengunjung Starbucks Focal point Medan. Karena dengan maraknya pertumbuhan coffee shop di kota


(39)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan mencari data secara langsung pada daerah penelitian. Dalam hal ini data yang diperoleh secara langsung dari daerah penelitian adalah data tentang proses sosial yang sesuai dengan tampilan Starbucks Focal Point Medan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi literatur.

3.4.1. Data Primer 3.4.1.1 Observasi

Observasi dilakukan melalui pengamatan proses sosial yang langsung pada kawasan penelitian sesuai dengan lembar pengamatan dan wawancara kepada pengunjung dalam bentuk kuisioner. Narasumber dianggap mengetahui dan memahami informasi yang terkait dengan penelitian . Hal ini bertujuan untuk memperoleh data baik secara lisan ataupun tulisan.

3.4.1.2 Dokumentasi

Survey visual dilakukan untuk mengambil gambar dengan menggunakan media kamera. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan data mengenai keadaan fisik dan terjadinya proses sosial yang ada di Starbucks Focal Point Medan.

3.4.2. Data Sekunder

Pada penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sekunder untuk melengkapi data primer.


(40)

3.4.2.1 Studi literatur

Pendataan sekunder dilakukan dengan cara studi literatur yang terkait dan terintegrasi, menjadi sebuah rangkuman kajian. Dalam penelitian ini data sekunder yang dapat digunakan, buku dan tulisan ilmiah yang berkaitan dengan judul seperti buku ataupun jurnal yang berbicara tentang perilaku sosial arsitektur.

3.4.2.2 Studi penelitian sejenis

Dilakukan dengan cara mencari penelitian-penelitian dengan judul serupa untuk dibandingkan dan dijadikan acuan dalam penelitian.

3.5 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian berada di Starbucks Coffee Shop yang terletak di salah satu mall di Kota medan yaitu Focal Point Medan, Sumatera Utara.

3.6 Metode Analisa Data

Setelah data primer dan data sekunder yang diperlukan terkumpul, Data dikelompokkan dan disaring mana data yang tidak lengkap atau tidak perlu.

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian Sumber : Dokumentasi Pribadi


(41)

pada sampel untuk mendapatkan gambaran secara mendalam mengenai proses sosial yang terjadi di pada Starbucks Focal Point Medan.

Dari hasil analisa data peneliti sesuai dengan observasi dan dokumentasi maka dapat dilihat terjadi proses sosial sesuai dengan desain Starbucks Focal Point Medan dan apakah desain Starbucks Focal Point Medan dapat mempengaruhi terjadinya proses sosial? Dengan menggunakan kuisioner.


(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kawasan

Lokasi kawasan penelitian di Starbucks coffee shop yang berada di salah satu mall di Kota Medan yaitu Focal Point Medan. Focal Point terletak di Jalan Gagak Hitam (Ringroad) Medan.


(43)

Pada bagian timur Focal Point bersebelahan dengan Jalan Gagak Hitam, pada bagian selatan Focal Point bersebelahan dengan Home Centra, pada bagian barat Focal Point bersebalahan dengan Kompek Tasbih 2 dan pada bagian utara Focal Point bersebelahan dengan Mc Donald. Starbucks Coffee berada Focal Point lantai 1, dekat dengan pintu masuk utama. Focal Point dibuka pada akhir 2013 dan Starbucks Coffeenya dibuka pada pertengahan 2014.

Taman Setia Budi Indah 2

Home centra Focal Point Medan McDonald

Jalan Gagak Hitam

Gambar 4.2 Batasan Lokasi Penelitian Sumber : Data Pribadi


(44)

4.2 Data Identitas Responden

Dalam penelitian ini jumlah respondennya adalah 25 orang yaitu pengunjung Starbucks Focal Point Medan. Berdasarkan jenis kelamin terdapat sebanyak 16 responden (64%) berjenis kelamin laki-laki dan 9 responden (36%) berjenis kelamin perempuan. (Tabel 4.1)

No. Jenis Kelamin Jumlah Presentase

1. Laki-laki 16 64%

2. Perempuan 9 34%

Total 25 100%

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden berdasarkan umur, yaitu responden yang berumur 10-15 tahun sebanyak 0 responden (0%) 16-20 tahun sebanyak 4 responden (16%), 21-25 tahun sebanyak 19 responden (76%), 26-30 tahun sebanyak 2 responden (8%), 31-35 tahun sebanyak 0 responden (0%) dan >36 tahun sebanyak 0 responden (0%). (Tabel 4.2)

No. Umur Jumlah Presentase

1. 10-15 Tahun 0 0%

2 16-20 Tahun 4 16%

3 21-25 Tahun 19 76%

4 26-30 Tahun 2 8%

5 31-35 Tahun 0 0%

6 >36 Tahun 0 0%

Total 25 100%

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Umur

Responden berdasarkan pekerjaan, yaitu responden yang bekerja sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak 17 responden (68%), wiraswasta sebanyak 4


(45)

No. Pekerjaan Jumlah Presentasi

1 Pelajar/Mahasiswa 17 68%

2 Wiraswasta 4 16%

3 PNS 2 8%

4 Pegawai Swasta 2 8%

5 Ibu Rumah Tangga 0 0%

Total 25 100%

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Pekerjaan 4.3 Hubungan Starbucks Coffee Shop dengan Pengunjung

Starbucks Coffee Shop merupakan salah satu Coffee shop yang menjual kenyamanan dan ketenangan didalam suatu desain arsitektur, hal ini didasarkan pada hasil wawancara dimana hampir semua pengunjung datang karena merasa nyaman dengan desain Starbucks Focal Point, seperti yang terlihat pada tabel 4.4. Kenyamanan itu sendiri mendatangkan pengunjung dari berbagai kalangan mulai dari pelajar/mahasiswa hingga pebisnis..

No. Kenyamanan dan Ketenangan Jumlah Presentasi

1. Ya 25 100%

2. Tidak 0 0%

Total 25 100%

Tabel 4.4 Kenyamanan dan Ketenangan Starbucks Focal Point Medan Kenyamanan itu sendiri didukung oleh layout dan perabot yang digunakan Starbucks Focal Point. Selain itu kopi yang ditawarkan memiliki ciri khas tersendiri, dan disetiap hari rabu diadakannya coffee talk yang dijelaskan oleh barista (Pelayan) Starbucks. Di Starbucks sebagian pengunjung dapat melakukan diskusi atau rapat, hal ini dikarenakan meja yang digunakan mendukung. Selain itu warna yang digunakan didominasi warna hangat yang membuat pengunjung merasa nyaman dan tenang.


(46)

4.4 Pembagian Ruang Starbucks Focal Point

Ruang pengunjung pada Starbucks Focal Point dibagi menjadi 4 area, yaitu area belajar/diskusi/rapat, area Hangout, area pasangan, dan smoking area. Dari pintu masuk pengunjung dapat melihat keseluruhan area toko.

Gambar 4.3 Perabot Starbucks Focal Point Sumber : Dokumentasi Pribadi

Keterangan : : Smoking Area : Area Pasangan : Area Berkumpul : Area Service : Area Belajar


(47)

4.5 Hubungan Sirkulasi dengan Pengunjung

Pola sirkulasi pada Starbucks dipengaruhi oleh sistem pelayanannya. Dimana pelayanan pada Starbucks Coffee shop menggunakan sistem self service. Sehingga kebanyakan dari pengunjung mencari posisi duduk/ teritori sebelum memesan makanan dan minuman.

4.6 Area Pengunjung

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan diketahui bahwa pengunjung Starbucks Coffee dari kalangan pelajar sehingga banyak memilih tempat yang memiliki penerangan yang baik, seperti terlihat pada tabel 4.5 area meja besar menjadi tempat duduk yang digemari.

No. Posisi duduk Jumlah Presentasi

1. Smoking Area 4 16%

2. Area Pasangan 2 8%

Gambar 4.5 Pola Sirkulasi Sumber : Data Pribadi


(48)

3. Area Berkumpul 3 12%

4. Area Belajar 16 64%

Total 25 100%

Tabel 4.5 Posisi Duduk yang Digemari

Area meja besar menunjukkan adanya penekanan ruang. Dimana area tersebut merupakan satu – satunya area yang dapat menyatukan beberapa pengunjung didalam satu area. Area ini juga memiliki penerangan lampu yang lebih baik dibandingkan area lainnya. Sehingga area ini digemari oleh kalangan mahasiswa yang ingin berdiskusi dengan teman dan kerabatnya.

Gambar 4.6 Area Meja Besar Sumber : Dokumentasi Pribadi


(49)

Pengunjung dari kategori pasangan lebih memilih untuk duduk di area yang tidak dekat dengan meja besar. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pengunjung dari kategori pasangan tidak terlalu menyukai duduk di area meja besar karena mereka merasa kurang nyaman jika terlihat orang. Pengunjung dari kategori pasangan membutuhkan area yang lebih intim dan privasi.

Sebagian dari pengunjung yang merokok banyak memilih tempat di dalam ruangan. Namun disaat mereka ingin merokok mereka berpindah tempat ke smoking area. Kebanyakan pengunjung tetap meninggalkan barang barangnya di dalam ruangan. Pada smoking area hanya terdapat 5 meja. 2 diantaranya menggunakan sofa dan sisanya menggunakan kursi taman.

Gambar 4.8 Smoking Area Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.7 Area Pasangan Sumber : Dokumentasi Pribadi


(50)

4.7 Personal Space pada Starbucks Focal Point

Robert Sommer (1969) mendefenisikan ruang personal sebagai suatu area dengan batas maya yang mengelilingi diri seseorang dan orang lain tidak diperkenankan masuk ke dalamnya.

Jarak personal space hanya berkisar 0.60-1.00m atau sebesar jarak kursi pada gambar 4.9 dan 4.10. Dengan demikian pada Starbucks Focal Point Medan mendesain menggunakan jarak personal yang tepat. Dengan memperhatikan jarak personal ini kita dapat melihat kedekatan interaksi antar personal yang terjadi di Starbucks.

Keterangan :


(51)

Dalam mendesain area publik biasanya menggunakan jarak komunikasi jarak sosial. Jarak ini merupakan patokan dasar dalam pembentukan ruang atau dalam perancangan ruang dengan fase dekat (1.20 – 2.10 m) dan fase jauh (2.10 – 3.60 m). Seperti terlihat pada tabel 4.6 terdapat 23 responden yang merasa nyaman dengan jarak antar kursi namun terdapat 2 orang yang merasa tidak nyaman.

No. Kenyamanan Jarak Jumlah Presentase

1. Ya 23 92%

2. Tidak 2 8%

Total 25 100%

Tabel 4.6 Kenyamanan Jarak Antar Kursi dan Meja

Dapat dilihat pada gambar 4.11 susunan bangku dan meja ditata tidak sesuai dengan ketentuan jarak sosial. Namun koridor/lorong tetap menggunakan jarak sosial fase dekat yang berkisar antara 1.20 – 2.10 m. Jarak antar meja satu dengan yang lainnya saling berdekatan satu sama lain berkisar 0.60 – 1.00 m. Dengan demikian, memungkinkan terjadinya interaksi sosial antar pengunjung.

Gambar 4.10 Jarak Personal Space Sumber : Data Pribadi


(52)

4.7.1 Personal Space dalam Tatanan Ruang

Tatanan ruang pada personal space terbagi dua yaitu ruang sosiopetal (terjadinya Interaksi) dan ruang sosiofugal (mengurangi interaksi). Dapat kita lihat pada jarak sosial pada subbab sebelumnya umumnya tatanan ruang Starbucks Focal Point adalah ruang sosiopetal yang mampu melakukan interaksi, namun secara keseluruhan tatanan dapat dikatakan sebagai ruang sosiofugal. Hanya ada dua area yang dapat selalu dikatakan sebagai ruang sosiopetal karena di area tersebut terdapat beberapa kelompok sosial yang menyatu pada suatu area.

Keterangan :

: Personal Space : Jarak Sosial

Gambar 4.11 Jarak Komunikasi Sosial Sumber : Data Pribadi


(53)

Seperti terlihat pada gambar 4.13 area belajar dan sebagian area berkumpul dikatakan sebagai ruang sosiopetal atau ruang terjadinya interaksi karena diarea ini terdapat beberapa kelompok yang berbeda berada dalam satu area yang sama.

Gambar 4.12 Ruang Sosiopetal dan Sosiofugal Sumber : Data Pribadi

Keterangan :

: Ruang Sosiopetal : Ruang Sosiofugal

Gambar 4.13 Ruang Sosiopetal Sumber : Data Pribadi


(54)

4.8 Hubungan Interaksi Sosial dalam Starbucks Focal Point

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Interaksi sosial dapat terjadi dimana pun baik secara langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan hasil wawancara pada pengunjung Starbucks Focal Point seperti terlihat pada tabel 4.7 terdapat 11 responden yang mendapat kenalan baru dan 9 responden yang tidak dapat kenalan baru.

No. Mendapatkan Kenalan Baru Jumlah Presentase

1. Ya 11 44%

2 Tidak 9 56%

Total 25 100%

Tabel 4.7 Responden yang Mendapat Kenalan Baru

Sebagian besar interaksi hanya terjadi pada lingkup kelompok pertemanannya saja, namun ada beberapa pengunjung yang bertemu kenalan baru melalui temannya dan terjadinya frekuensi pertemuan di satu area yang sama. (Tabel 4.8)

No. Cara Mendapat kenalan Baru Jumlah Presentase

1. Dikenalkan oleh teman 7 63,63%

2. Sering berjumpa ketika mengunjungi Starbucks 3 27,27%

3. Jarak posisi duduk yang berdekatan 1 9,09%

Total 11 100%


(55)

Pada umumnya pengunjung yang saling mengenal atau baru mengenal bertukar pikiran tentang perkuliahan, bisnis dan hanya sekedar bercanda gurau, dll, seperti yang terlihat pada tabel 4.9.

No.

Materi Pembahasan Jumlah Presentase

1. Bertukar pikiran tentang kuliah 13 52%

2. Bisnis 2 8%

3. Bercanda Gurau 9 36%

4. Dll 1 4%

Total 25 100%

Tabel 4.9 Materi Pembahasan yang Dibicarakan 4.8.1 Interaksi dalam Area Service

Interaksi yang terjadi di area service biasanya hanya berlaku bagi para pengunjung dan barista-nya saja. Seperti terlihat pada gambar 4.14 beberapa pengunjung memesan makan dan minuman pada baristanya.

Gambar 4.14 Interaksi di Area Service Sumber : Data Pribadi


(56)

Dari hasil wawancara diketahui bahwa barista Starbucks Focal Point tergolong ramah terhadap pengunjung sehingga mereka sering melakukan interaksi selagi menunggu makanan dan minuman yang dipesan. Selain itu para barista Starbucks Focal Point mau mendatangi pelanggan untuk melakukan interaksi. Umumnya mereka datang kepada pengunjung setia Starbucks Focal Point.

Starbucks pun menyediakan service seperti Coffee talk yang dilakukan setiap hari rabu. Barista memberi pengarahan bagaimana kopi yang baik dan cara meminum kopi yang baik. Dengan demikian terdapat hubungan interaksi pengunjung dengan barista. Berawal dari coffee talk banyak pengunjung yang merasa akrab dengan baristanya sehingga mereka sering melakukan interaksi diluar jam coffee talk. Keakraban yang terjalin menjadikan interaksi yang baik. Dapat terlihat ketika barista istirahat (break) dia bergabung diantara pengunjung dan bercerita layaknya seorang yang sudah saling mengenal satu sama lainnya.


(57)

4.8.2 Interaksi dalam Area Belajar

Pengunjung Starbucks Focal Point umumnya adalah seorang pelajar dan mahasiswa. Starbucks Focal Point menyediakan meja besar yang sesuai dengan keperluan pelajar yaitu berdiskusi dan mengerjakan tugas. Beberapa kelompok pertemanan menyatu dalam satu kawasan, sehingga sering terjadi interaksi antar kelompok namun tidak melupakan batas teritori (kekuasaan) kelompok tersebut.

Beberapa pengunjung yang rutin mengunjungi Starbucks saling mengenal satu sama lain dikarenakan gelombang jarak sosial antar kelompok saling berdekatan. Keakraban yang terjadi didalamnya muncul karena mereka sering berada di satu kawasan yang sama yaitu area belajar. Sehingga di area belajar ini terjalin interaksi yang baik antar pengunjung.

Gambar 4.16 Interaksi di Area Belajar Sumber : Data Pribadi


(58)

4.8.3 Interaksi dalam Area Berkumpul

Area Berkumpul ini terbagi atas 3 model meja; meja bundar, meja kecil dan meja panjang. Berdasarkan wawancara dan pengamatan pada meja bundar dan meja kecil kebanyakan pengunjung tidak memperdulikan kelompok lain yang berada disekitar mereka. Namun pada meja panjang para pengunjung banyak melakukan interaksi karena mereka hanya dibatasi oleh meja panjang yang jaraknya cukup dekat. Sehingga para pengunjung terkadang melakukan interaksi secara langsung ataupun tidak dengan orang/kelompok lainnya.

Gambar 4.17 Pembagian Area Berkumpul

: Meja Kecil : Meja Bundar : Meja Panjang


(59)

Seperti yang terlihat pada gambar 4.18 terdapat sekelompok orang yang berada di meja kecil, mereka berinteraksi tanpa memperdulikan kelompok pertemanan yang lainnya.

Pada meja bulat ini tidak jauh beda seperti pada meja kecil, sekelompok pertemanan melakukan interaksi tanpa memperdulikan sekitarnya.

Gambar 4.18 Interaksi di Area Berkumpul Meja Kecil Sumber : Data Pribadi

Gambar 4.19 Interaksi di Area Berkumpul Meja Bundar Sumber : Data Pribadi


(60)

Pada meja panjang ini terlihat sedikit berbeda dengan meja kecil dan meja bundar. Di area ini terkadang ada beberapa kelompok pertemanan yang melakukan interaksi sosial, seperti yang terlihat pada gambar 4.20 dapat kita lihat sekelompok warga asing saling berbaur dengan warga indonesia, sehingga di area ini dapat juga dikatakan sebagai ruang sosiopetal.

4.8.4 Interaksi dalam Smoking Area

Pengunjung Starbucks yang merokok memiliki area tersendiri agar tidak menggangu pengunjung yang tidak merokok. Dari hasil wawancara dan pengamatan beberapa pengunjung Starbucks yang merokok memilih tempat di dalam ruangan, namun ketika ingin merokok, mereka menuju smoking area. Sehingga smoking area ini jarang terjadi interaksi antar pengunjung. Beberapa pengunjung dari kelompok pertemanan yang berbeda menyatu di smoking area. Keadaan seperti itu terjadi karena mereka sudah saling mengenal ketika berada di

Gambar 4.20 Interaksi di Area Berkumpul Meja Panjang Sumber : Data Pribadi


(61)

sedang istirahat (break) terkadang berbaur dengan pengunjung setia starbucks focal Point di smoking area ini.

4.8.5 Interaksi dalam Area Pasangan

Pengunjung dari kategori pasangan lebih memilih untuk duduk di area yang tidak langsung terlihat dari berbagai sisi. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pengunjung yang menempati tempat ini membutuhkan area lebih

Gambar 4.21 Interaksi di Smoking Area Sumber : Data Pribadi


(62)

privasi, sehingga interaksi yang terjalin hanya sebatas kelompok pertemanannya saja tanpa memperdulikan pengunjung lainnya.

Gambar 4.22 Interaksi di Area Pasangan Sumber : Data Pribadi


(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

 Pada desain Starbucks focal point terdapat dua jarak komunikasi, yang pertama personal space untuk personal dan yang kedua untuk jarak sosial. Desain Starbucks dapat mendukung untuk jarak komunikasi personal yang berkisar 0.60-1.20 namun tidak untuk jarak sosial. Jarak yang dihasilkan dari desain tidak dapat mencerminkan jarak sosial karena kurang dari 1.20-2.10. Hanya Koridor yang menggunakan jarak sosial yang baik dan benar.  Starbucks Focal Point secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai ruang

sosiofugal karena tidak adanya interaksi antar kelompok satu dengan kelompok lainnya. Namun jika dilihat antar kelompok/meja Starbucks Focal Point dapat dikatakan sebagai ruang sosiopetal. Hanya ada dua area yang dapat selalu dikatakan ruang sosiopental yaitu area belajar dan area hangout (meja panjang) karena di area ini terdapat beberapa kelompok yang dapat bersatu dalam satu meja dan melakukan interaksi.

 Interaksi yang terjadi di Starbucks Focal Point umumnya terjadi karena banyaknya frekuensi pertemunya satu kelompok dengan kelompok lainnya. Biasanya terjadi di area belajar dan area hangout. Sedangkan di smoking area terjadi karena pertemuan antar pengunjung di area dalam Starbucks. Sehingga secara keseluruhan Starbucks Focal point ini dapat dikatakan sebagai ruang berinterkasi dengan kelompok pertemanannya saja tanpa memperdulikan kelompok pertemanan yang lainnya.


(64)

6.2 Saran

Saran untuk owner/pengusaha:

 Apabila ingin membuka/mengembangkan outlet atau coffee shop agar memperhatikan jarak komunikasi sosial yang baik sehingga apabila terjadi anomali (tidak saling mengenal) tidak saling menggangu antar kelompok pengunjung.

 Apabila ingin membuka/mengembangkan outlet atau coffee shop agar lebih selektif dalam menentukan desain dan layout meja dan kursi sehingga jika terjalin interaksi di dalam coffee shop, pengunjung merasa nyaman dan tidak terganggu dengan keadaan tersebut.

Saran untuk pembaca:

 Agar ketika kita berkunjung ke suatu tempat, kita dapat lebih peka terhadap lingkungan sekitar sehingga kita merasa nyaman dan tidak terjadinya anomali antar pengunjung.

 Agar ketika kita ke suatu tempat, kita dapat melakukan interaksi yang lebih baik sehingga keakraban dapat terjadi disekitar kita dan tingkat kejahatan dapat sedikit diminimalisir


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Anita Juarni; Gustya Fendy; Erawati Lucy Rahayu; Sukma Mega Dwi. Kajian Terhadap Ruang Publik Sebagai sarana Interaksi Warga di Kampung Muararajeun Lama, Bandung. Teknik arsitektur Itenas, Juli 2012 Vol.1, No.1.

Ching, Francis D.K. 2008. Arsitektur; bentuk, ruang dan Tatanan. Trans. Hanggan Situmorang. Erlangga, Jakarta

Gifford, R.. 1987. op.cit. Hlm. 105

Hall, Edward. 1959. The Silent Language. Garden City. New York: Doubleday

Hall, Edward. 1963. The Hidden Dimension. Garden City. New York: Doubleday

Haryadi., B.Setiawan. 2010. Arsitektur, Lingkungan dan Perilaku, Gadjah Mada university Press

Haryono, Paulus. 2007. Sosiologi Kota untuk arsitek, Bumi Aksara, Jakarta

Hidjaz Taufan.2007. Desain Interior Pengunjung di Ruang Publik, Institut Teknologi Nasional, Bandung

Khoironi, Fidagta. 2010. Ekspresi Keberagaman Komunitas Warung Kopi (Analisa Profil Komunitas Warung Kopi Blandongan di Yogyakarta), UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Laurens, Joyce Marcella. 2001. Studi Perilaku Lingkungan. Percetakan Universitas Kristen Petra. Surabaya


(66)

Laurens, Joyce Marcella. 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia, Grasindo, Jakarta.

Preiser W.F.E. et al (Eds). 1991. Design Intervention, Toward A More Humane Architecture. New York

Sommer, Robert. 1969. Personal Space; The Behavioral Basis of Design. Englewood Cliffs. New York; Prentice-Hall

Sutedjo, Suwono B. 1986. Arsitektur, Manusia, dan Pengamatannya, Djambatan, Jakarta.

Wirawan, Sarlito. 1992. Psikologi Lingkungan. Rasindo, Jakarta.

Zeisel, John.1984. Inquiry by Design: Tools for Enviroment-Behavior Research. Cambridge University Press, Cambridge


(67)

LAMPIRAN

Responden yang terhormat,

Kuesioner ini bertujuan untuk megetahui interaksi yang terjadi di Starbucks Focal Point. Peneliti sangat mengharapkan kerjasama dari Bapak/Ibu untuk mengisi atau menjawab setiap pertanyaan yang diajukan di dalam kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya. Atas perhatian dan kerjasamanya, peneliti mengucapkan terima kasih.

Tanggal Pengisian : ……../……../………. tgl/bln/thn No. Responden : ……….. (diisi oleh peneliti)

IDENTITAS RESPONDEN *wajib diisi semua Jenis Kelamin : Pria / Wanita

Suku/Etnis : ……….

Pekerjaan : Pelajar / Mahasiswa Pegawai swasta Wiraswasta Ibu rumah tangga PNS

Lainnya, sebutkan...

Usia : 10 – 15 Tahun 31 – 35 Tahun 16 – 20 Tahun > 36 Tahun

20 – 25 Tahun 26 – 30 Tahun

1. Apakah Anda pernah berkunjung Starbucks Focal Point Medan?

฀ Ya

฀ Tidak

2. Apakah Anda merasa nyaman dan tenang berada di Starbucks Focal Point Medan?

฀ Ya,

alasannya... ฀ Tidak,

alasannya... 3. Mengapa Anda mengunjungi Starbucks Focal Point Medan?

฀ Bertemu dengan Teman ฀ Mengerjakan tugas

฀ Lainnya, sebutkan………

4. Pendapat Anda tentang Starbucks Focal Point Medan? DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN - 2015


(68)

฀ Menarik ฀ Cukup menarik ฀ Kurang menarik ฀ Tidak menarik

5. Pada waktu kapan Anda mengunjungi Starbucks Focal Point Medan? ฀ Hari libur (Minggu)

฀ Hari kerja (Senin-Sabtu) ฀ Libur Hari Besar

6. Berapa jumlah orang yang bersama Anda mengunjungi Starbucks Focal Point Medan? ฀ 1 orang

฀ 2 orang

฀ 3-10 orang ฀ >10 orang

7. Frekuensi kunjungan: ฀ Baru sekali

฀ Jarang (1 kali dalam sebulan) ฀ Cukup sering ( 2-6 dalam sebulan) ฀ Sering ( rutin setiap minggu) ฀ Sering sekali ( hampir setiap hari)

8. Berapa lama biasanya Anda berada di Starbucks Focal Point Medan? ฀ 1-3 jam

฀ 4-6 jam ฀ 6-12 jam ฀ Sehari

9. Apa yang membuat anda mengunjungi Starbucks Focal Point Medan? *hanya pilih satu ฀ Jenis kopi yang ditawarkan

฀ Desain dan tampilan Starbucks ฀ Keramahan pelayan (barista)

฀ Lokasi yang stategis

฀ Tempat yang nyaman untuk berinteraksi dengan teman

฀ Lainnya, sebutkan……….


(69)

฀ Setiap mengunjungi Starbucks Focal Point 12. Bagaimana cara anda mendapatkan kenalan baru?

฀ Dikenalkan oleh teman

฀ Sering berjumpa ketika mengunjungi Starbucks ฀ Jarak posisi duduk yang berdekatan

13. Pembahasan materi apa yang anda bicarakan? ฀ Bertukar pikiran tentang kuliah ฀ Bisnis

฀ Bercanda gurau ฀ Dll...

Perhatikan gambar dibawah ini untuk menjawab pertanyaan no 14-

14. Dimanakah posisi duduk yang anda sukai? ฀ Smoking area

฀ Area pasangan ฀ Area berkumpul ฀ Area belajar

15. Mengapa anda memilih posisi duduk di area tersebut?

... 16. Apakah anda nyaman dengan susunan meja dan kursi?

฀ Ya

฀ Tidak

17. Apakah anda merasa nyaman dengan jarak antar kursi yang ditawarkan?

฀ Ya

฀ Tidak

18. Apakah menurut anda layout susunan meja dan kursi dapat dikatakan baik?

฀ Ya

Keterangan : : Smoking Area : Area Pasangan : Area Berkumpul : Area Service : Area Belajar


(1)

6.2

Saran

Saran untuk owner/pengusaha:

Apabila ingin membuka/mengembangkan

outlet

atau

coffee shop

agar

memperhatikan jarak komunikasi sosial yang baik sehingga apabila terjadi

anomali (tidak saling mengenal) tidak saling menggangu antar kelompok

pengunjung.

Apabila ingin membuka/mengembangkan

outlet

atau

coffee shop

agar

lebih selektif dalam menentukan desain dan layout meja dan kursi

sehingga jika terjalin interaksi di dalam

coffee shop,

pengunjung merasa

nyaman dan tidak terganggu dengan keadaan tersebut.

Saran untuk pembaca:

Agar ketika kita berkunjung ke suatu tempat, kita dapat lebih peka

terhadap lingkungan sekitar sehingga kita merasa nyaman dan tidak

terjadinya anomali antar pengunjung.

Agar ketika kita ke suatu tempat, kita dapat melakukan interaksi yang

lebih baik sehingga keakraban dapat terjadi disekitar kita dan tingkat

kejahatan dapat sedikit diminimalisir


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anita Juarni; Gustya Fendy; Erawati Lucy Rahayu; Sukma Mega Dwi. Kajian

Terhadap Ruang Publik Sebagai sarana Interaksi Warga di Kampung

Muararajeun Lama, Bandung.

Teknik arsitektur Itenas

, Juli 2012 Vol.1, No.1.

Ching, Francis D.K. 2008.

Arsitektur; bentuk, ruang dan Tatanan.

Trans.

Hanggan Situmorang. Erlangga, Jakarta

Gifford, R.. 1987.

op.cit.

Hlm. 105

Hall, Edward. 1959.

The Silent Language.

Garden City. New York: Doubleday

Hall, Edward. 1963.

The Hidden Dimension.

Garden City. New York: Doubleday

Haryadi., B.Setiawan. 2010.

Arsitektur, Lingkungan dan Perilaku,

Gadjah Mada

university Press

Haryono, Paulus. 2007.

Sosiologi Kota untuk arsitek,

Bumi Aksara, Jakarta

Hidjaz Taufan.2007.

Desain Interior Pengunjung di Ruang Publik,

Institut

Teknologi Nasional, Bandung

Khoironi, Fidagta. 2010.

Ekspresi Keberagaman Komunitas Warung Kopi

(Analisa Profil Komunitas Warung Kopi Blandongan di Yogyakarta),

UIN

Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Laurens, Joyce Marcella. 2001.

Studi Perilaku Lingkungan.

Percetakan

Universitas Kristen Petra. Surabaya


(3)

Laurens, Joyce Marcella. 2004.

Arsitektur dan Perilaku Manusia,

Grasindo,

Jakarta.

Preiser W.F.E. et al (Eds). 1991.

Design Intervention, Toward A More Humane

Architecture.

New York

Sommer, Robert. 1969.

Personal Space; The Behavioral Basis of Design.

Englewood Cliffs. New York; Prentice-Hall

Sutedjo, Suwono B. 1986.

Arsitektur, Manusia, dan Pengamatannya,

Djambatan,

Jakarta.

Wirawan, Sarlito. 1992.

Psikologi Lingkungan.

Rasindo, Jakarta.

Zeisel, John.1984.

Inquiry by Design: Tools for Enviroment-Behavior Research.


(4)

LAMPIRAN

Responden yang terhormat,

Kuesioner ini bertujuan untuk megetahui interaksi yang terjadi di Starbucks Focal Point. Peneliti sangat mengharapkan kerjasama dari Bapak/Ibu untuk mengisi atau menjawab setiap pertanyaan yang diajukan di dalam kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya. Atas perhatian dan kerjasamanya, peneliti mengucapkan terima kasih.

Tanggal Pengisian : ……../……../………. tgl/bln/thn No. Responden : ……….. (diisi oleh peneliti)

IDENTITAS RESPONDEN *wajib diisi semua Jenis Kelamin : Pria / Wanita

Suku/Etnis : ……….

Pekerjaan : Pelajar / Mahasiswa Pegawai swasta Wiraswasta Ibu rumah tangga PNS

Lainnya, sebutkan...

Usia : 10 – 15 Tahun 31 – 35 Tahun 16 – 20 Tahun > 36 Tahun

20 – 25 Tahun 26 – 30 Tahun

1. Apakah Anda pernah berkunjung Starbucks Focal Point Medan?

฀ Ya

฀ Tidak

2. Apakah Anda merasa nyaman dan tenang berada di Starbucks Focal Point Medan?

฀ Ya,

alasannya... ฀ Tidak,

alasannya... 3. Mengapa Anda mengunjungi Starbucks Focal Point Medan?

฀ Bertemu dengan Teman ฀ Mengerjakan tugas

฀ Lainnya, sebutkan………

4. Pendapat Anda tentang Starbucks Focal Point Medan? ฀ Sangat menarik

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN - 2015


(5)

฀ Menarik ฀ Cukup menarik ฀ Kurang menarik ฀ Tidak menarik

5. Pada waktu kapan Anda mengunjungi Starbucks Focal Point Medan? ฀ Hari libur (Minggu)

฀ Hari kerja (Senin-Sabtu) ฀ Libur Hari Besar

6. Berapa jumlah orang yang bersama Anda mengunjungi Starbucks Focal Point Medan? ฀ 1 orang

฀ 2 orang

฀ 3-10 orang ฀ >10 orang

7. Frekuensi kunjungan: ฀ Baru sekali

฀ Jarang (1 kali dalam sebulan) ฀ Cukup sering ( 2-6 dalam sebulan) ฀ Sering ( rutin setiap minggu) ฀ Sering sekali ( hampir setiap hari)

8. Berapa lama biasanya Anda berada di Starbucks Focal Point Medan? ฀ 1-3 jam

฀ 4-6 jam ฀ 6-12 jam ฀ Sehari

9. Apa yang membuat anda mengunjungi Starbucks Focal Point Medan? *hanya pilih satu

฀ Jenis kopi yang ditawarkan ฀ Desain dan tampilan Starbucks ฀ Keramahan pelayan (barista)

฀ Lokasi yang stategis

฀ Tempat yang nyaman untuk berinteraksi dengan teman ฀ Lainnya, sebutkan……….

10. Selama anda berada di Starbucks Focal Point Medan, apakah anda mendapatkan kenalan baru?

฀ Ya

฀ Tidak

11. Seberapa sering frekuensi anda bertemu dengan kenalan baru? ฀ Baru sekali


(6)

฀ Setiap mengunjungi Starbucks Focal Point 12. Bagaimana cara anda mendapatkan kenalan baru?

฀ Dikenalkan oleh teman

฀ Sering berjumpa ketika mengunjungi Starbucks ฀ Jarak posisi duduk yang berdekatan

13. Pembahasan materi apa yang anda bicarakan? ฀ Bertukar pikiran tentang kuliah ฀ Bisnis

฀ Bercanda gurau ฀ Dll...

Perhatikan gambar dibawah ini untuk menjawab pertanyaan no 14-

14. Dimanakah posisi duduk yang anda sukai? ฀ Smoking area

฀ Area pasangan ฀ Area berkumpul ฀ Area belajar

15. Mengapa anda memilih posisi duduk di area tersebut?

... 16. Apakah anda nyaman dengan susunan meja dan kursi?

฀ Ya

฀ Tidak

17. Apakah anda merasa nyaman dengan jarak antar kursi yang ditawarkan?

฀ Ya

฀ Tidak

18. Apakah menurut anda layout susunan meja dan kursi dapat dikatakan baik?

฀ Ya

Tidak

Keterangan : : Smoking Area : Area Pasangan : Area Berkumpul : Area Service : Area Belajar