mampu berfungsi sebagai pemberi arah, pendorong dan sekaligus pengendali bagi fitrah jasmani, rohani dan nafs; yang pada akhirnya akan melahirkan
kecenderungan untuk berperilaku positif. Sedangkan menurut Sudarsono 2008: 120 mengatakan bahwa anak-anak remaja yang melakukan kejahatan sebagian
besar disebabkan karena meraka lalai menunaikan perintah-perintah agama antara lain tidak mengikuti acara kebaktian, tidak mengikuti acara missa, tidak
menjalankan puasa dan tidak mengerjakan sholat. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja disebabkan
oleh dua faktor, yaitu : 1. Faktor internal meliputi identitas, kontrol diri, proses keluarga, fitrah iman
yang belum berkembang sempurna dan agama. 2. Faktor eksternal meliputi pengawasan yang kurang dari orang tua keluarga
maupun guru, kurangnya sarana penyaluran waktu senggang, pendidikan yang kurang dan komunitaslingkungan.
2.2.3 Ciri-Ciri Pokok Kenakalan Remaja
Menurut Gunarsa dan Gunarsa 1989: 19 beberapa ciri-ciri pokok dari kenakalan remaja yaitu :
1. Kenakalan tersebut mempunyai tujuan yang a-sosial yakni dengan perbuatan atau tingkah laku tersebut ia bertentangan dengan nilai atau norma sosial yang
ada di lingkungan hidupnya. 2. Kenakalan remaja merupakan kenakalan yang dilakukan oleh mereka yang
berumur antara 13-17 tahun dan belum menikah.
3. Kenakalan remaja dapat dilakukan oleh seorang remaja dan dapat dilakukan bersama-sama dalam sekelompok remaja.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pokok dari kenakalan remaja yaitu perbuatan tersebut bersifat melanggar hukum, bertentangan dengan
nilai atau norma dan dilakukan oleh seorang remaja maupun dilakukan bersama- sama oleh sekelompok remaja.
2.2.4 Jenis-Jenis Kenakalan Remaja
Jensen dalam Sarwono 2010: 256 membagi kenakalan menjadi empat
jenis, yaitu :
1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, misalnya:
perkelahian, menyakiti teman seperti melakukan penganiayaan dan lain-lain.
2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi, misalnya: perusakan, pencurian,
pemerasan, menggunakan iuran sekolah SPP dan lain-lain.
3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain, misalnya: menikmati karya pornografi, penyalahgunaan obat dan hubungan
seks bebas.
4. Kenakalan yang melawan status, misalnya: mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara datang terlambat ke sekolah, membolos, tidak memakai
atribut sekolah dengan lengkap, berpakaian tidak sesuai dengan aturan sekolah, berperilaku tidak sopan dengan orang tua dan guru, mencontek,
keluyuran setelah pulang sekolah dan pada malam hari tanpa tujuan yang jelas, berbohong, menggunakan kendaraan bermotor tanpa memiliki surat ijin
mengemudi SIM, mengingkari status orang tua dengan cara kaburminggat
dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya.
Kenakalan remaja dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar sesuai kaitannya dengan norma hukum Mulyono 1993: 22-24:
1. Kenakalan yang bersifat amoral dan anti sosial yang tidak diatur oleh undang- undang sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hukum,
seperti membolos, berbohong atau memutar balikkan kenyataan dengan tujuan menipu diri, berpakaian tidak pantas, memiliki dan membawa benda yang
membahayakan orang lain, meminum-minuman keras, menggunakan bahasa yang tidak sopan dan tidak senonoh, kabur dari rumah, keluyuran atau pergi
sampai larut malam, dan bergaul dengan teman yang dapat menimbulkan pengaruh negatif.
2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaiannya sesuai dengan undang-undang dan hukum, seperti berjudi, mencuri, menjambret,
merampok, merampas dengan atau tanpa kekerasan, menggelapkan barang, penipuan dan pemalsuan, memiliki dan membawa senjata tajam yang dapat
membahayakan orang lain, pengguran kandungan, percobaan atau terlibat pembunuhan dan penganiyaan.
Sunarwiyati dalam Purwandari 2011: 31 membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan :
4. Kenakalan biasa seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit.
5. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin.
6. Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pergaulan bebas, pemerkosaan dan lain-lain.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bentuk kenakalan remaja dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Kenakalan ringanbiasa, dimana kenakalan ini bersifat amoral dan anti sosial, yaitu kenakalan yang melanggar aturan-aturan yang ada di sekitar lingkungan
tempat individu berada, misalnya lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga. Kenakalan ini tidak diatur oleh undang-undang dan tidak dapat
dikategorikan sebagai pelanggaran hukum, seperti membolos, suka keluyuran, suka berkelahi, membawa benda yang tidak ada kaitannya dengan KBM,
berpakaian tidak sopan, berkata tidak sopan dan senonoh, dan meninggalkan rumah tanpa izin orang tua dimana kenakalan ini merupakan kenakalan yang
melawan status. 2. Kenakalan sedang, yaitu jenis kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan
kejahatan dimana kenakalan ini diatur oleh hukum dan dapat merugikan masyarakat, seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang
tua tanpa izin yang dapat menimbulkan korban fisik dan materi pada orang lain.
3. Kenakalan beratkhusus, yaitu kenakalan yang melanggar hukum dan mengarah kepada tindakan kriminal, seperti berjudi, mencuri, menjambret,
penipuan, penyalahgunaan narkoba, pemerkosaan, hubungan seks diluar
nikah, penggelapan barang dan terlibat pembunuhan serta penganiayaan. Kenakalan ini merupakan kenakalan yang dapat menimbulkan korban fisik,
menimbulkan korban materi dan tidak menimbulkan korban di di pihak orang lain.
Pada penelitian ini peneliti membatasi kenakalan remaja pada jenis kenakalan ringan, yaitu perilaku pelanggaran tata tertib sekolah siswa SMP Negeri
02 Slawi, Kabupaten Tegal yang tercatat dalam Jurnal Buku Sanksi dimana perilaku tersebut meliputi terlambat masuk sekolah, membolos, tidak masuk
sekolah tanpa keterangan, merokok di lingkungan sekolah, memakai seragam tidak lengkap, tidak mengerjakan tugas, mengompasmemalak dan berkata tidak
sopan kepada guru.
2.2.5 Penanggulangan Kenakalan Remaja