berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Hatta dalam Baswir 2000:4 mengemukakan bahwa Koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum lemah untuk membela keperluan
hidupnya. Mencapai keperluan hidupnya dengan ongkos yang semurah- murahnya, itulah yang dituju. Pada koperasi didahulukan keperluan bersama,
bukan keuntungan. Jadi koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang seorang atau badan-badan, yang bekerja sama secara
kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah anggotanya Sitio dan Tamba 2001:15.
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa dalam koperasi setidak- tidaknya terdapat dua unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Unsur
pertama adalah unsur ekonomi, sedangkan unsur kedua adalah unsur sosial. Sebagai suatu bentuk perusahaan, koperasi berusaha memperjuangkan
pemenuhan kebutuhan ekonomi anggotanya secara efisien, sedangkan sebagai perkumpulan orang koperasi memiliki watak sosial. Keuntungan bukanlah
tujuan utama koperasi.
2.1.2 Landasan dan Asas Koperasi
Landasan Idiil Koperasi Indonesia adalah Pancasila, penempatan Pancasila sebagai landasan koperasi Indonesia sesuai dengan yang tercantum
dalam UU No. 251992 yang didasarkan bahwa Pancasila adalah pandangan hidup dan ideologi bangsa Indonesia Baswir, 2000:43. Sedangkan landasan
struktural adalah UUD 1945 pasal 33 ayat 1 dan landasan operasionalnya adalah UU No.251992 koperasi Indonesia berdasar atas asas kekeluargaan.
2.1.3 Fungsi, Peran dan Prinsip Koperasi
Berdasarkan UU No.251992 Pasal 4 tentang Perkoperasian fungsi dan peran koperasi adalah:
a. Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat. c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai sokogurunya. d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Sedangkan prinsip koperasi berdasarkan UU No.251992 Pasal 5 tentang Perkoperasian sebagai berikut :
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal 5. Kemandirian
6. Pendidikan perkoperasian 7. Kerja sama antarkoperasi.
2.1.4 Tinjauan
Tentang Primer
Koperasi Angkatan
Darat PRIMKOPAD
Menurut Hendrojogi 2004:61 ada banyak cara yang dapat digunakan
untuk pengelompokan koperasi. Klasifikasi atau pengelompokkan koperasi diperlukan mengingat adanya banyak perbedaan-perbedaan yang ditemukan
di antara sesama koperasi, baik menyangkut ciri, sifat, fungsi ekonomi, lapangan usaha ataupun afiliasi keanggotaannya dan sebagainya.
Dalam UU No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian Bab I dijelaskan bahwa Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan
beranggotakan orang-seorang sedangkan Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi. Selanjutnya pada Bab IV
UU No.25 Tahun 1992 menegaskan syarat pembentukan koperasi primer sekurang-kurangnya 20 dua puluh orang sedangkan untuk koperasi
sekunder sekurang-kurangya 3 tiga koperasi. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1967 pasal 17
Bagian 6
dinyatakan bahwa
Primer Koperasi
Angkatan Darat
PRIMKOPAD merupakan jenis koperasi berdasarkan golongan masyarakat yang mendirikannya. Sedangkan Baswir 2000:103 Koperasi Angkatan
Darat KOPAD merupakan jenis koperasi berdasarkan profesi anggotanya. Istilah profesi sebenarnya mempunyai jenis arti yang dilakukan orang-orang
yang mempunyai keahlian dan kecakapan tertentu berdasarkan pada kode etik tertentu pula. Istilah profesi diartikan secara umum sebagai pekerjaan
sekelompok orang tanpa melihat apakah pekerjaan itu menuntut suatu keahlian tertentu berdasarkan kode etik tertentu.
Dengan digolongkannya koperasi berdasarkan profesi anggotanya, maka secara tidak langsung menjadi pembatasan dalam penerimaan anggota
koperasi. Walaupun keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, namun hal itu hanya berlaku bagi mereka yang memiliki latar belakang profesi yang sama.
Dilihat dari sudut prinsip koperasi, maka koperasi profesi sebenarnya tidak
dapat dikategorikan sebagai koperasi dalam arti yang sebenarnya Hatta dalam Baswir, 2000:103.
2.2 Partisipasi Anggota