Pengaruh Komitmen terhadap Kinerja Petugas Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014

(1)

PENGARUH KOMITMEN TERHADAP KINERJA PETUGAS SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN LINGKUNGANDI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAHdr. H. YULIDDIN AWAYTAPAKTUAN TAHUN 2014

TESIS

Oleh

ASRI JUMADEWI 127032200/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(2)

THE INFLUENCE OF COMMITMENT ON THE PERFORMANCE OF THE STAFF OF ENVIRONMENTAL SANITATIONMANAGEMENT SYSTEM

AT dr.H.YULIDDIN AWAY GENERAL HOSPITAL TAPAK TUAN IN 2014

THESIS

By

ASRI JUMADEWI 127032200/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH KOMITMEN TERHADAP KINERJA PETUGAS SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH dr. H. YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN TAHUN 2014

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ASRI JUMADEWI 127032200 / IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(4)

Judul Tesis : PENGARUH KOMITMEN

TERHADAPKINERJA PETUGASSISTEM MANAJEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN DIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH

dr.H.YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN TAHUN 2014.

Nama Mahasiswa : Asri Jumadewi Nomor Induk Mahasiswa : 127032200

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si Ketua

) (dr. Surya Dharma, M.P.H

Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah Diuji

Pada Tanggal :18 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si Anggota : 1. dr. Surya Dharma, M.P.H 2. Dra. Nurmaini, M.K.M, PhD 3. Ir. Indra Cahaya, M.Si


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH KOMITMEN TERHADAP KINERJA PETUGAS SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH dr.H.YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2014

Asri Jumadewi 127032200 / IKM


(7)

ABSTRAK

Komitmen petugas merupakan dasar dari pelaksanaan sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit. Komitmen petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan meliputi komitmen afektif, komitmen kontinuans dan komitmen normatif.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh komitmen terhadap kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan.

Metode penelitian adalah eksplanatory survey pada 32 petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit dengan menggunakan wawancara dan observasi yang berpedoman pada kuesioner yang diberikan pada petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit. Analisis statistik dilakukan dengan uji

chi square dan logisticregresion.

Hasil penelitian pengaruh komitmen terhadap kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit yaitu, komitmen afektif dengan nilai (p=0,021), komitmen kontinuans dengan nilai (p=0,030), komitmen normatif dengan nilai (p=0,005). Komitmen mempunyai hubungan yang bermakna dengan kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit.Penilaian pemeriksaan kesehatan lingkungan rumah sakit dari 8 item, yang terlaksana dan memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit adalah penyehatan kesehatan lingkungan rumah sakit, penyehatan air, penyuluhan kesehatan lingkungan rumah sakit dan pengendalian serangga/tikus dengan hasil observasi di atas skor minimum rumah sakit.

Disarankan untuk mempertahankan komitmen petugas agar tetap meningkatkan kinerja kearah yang lebih baik lagi. Perlunya peningkatan kualitas kesehatan lingkungan rumah sakit yang belum terlaksana dengan baik dan belum memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit agar memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.

Kata Kunci: Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Komitmen, Kinerja


(8)

ABSTRACT

Commitment of staff is the basic of the implementation of environmental sanitationmanagement system of hospital. The commitment of the staff of environmental sanitationmanagement system at dr.H.Yuliddin Away General Hospital Tapaktuan includes affective commitment, continuous commitmentand normative commitment.

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of commitment on the performance of the staff of environmental sanitationmanagement system at dr.H.Yuliddin Away General Hospital Tapaktuan.

The data for this study were obtained from the 32 staff of environmental sanitationmanagement system at the hospital through observation and questionnaire-based interviews. The data obtained were statistically analyzed through Chi-square test and logistic regression

The result of this study showed that affective commitment was with p = 0.021, continuous commitment with p = 0.030, and normative commitment with p = 0.005. Commitment had significant relationship with the performance of the staff of hospital environmental sanitationmanagement system. The result of the evaluation on the 8 items of hospital environmental sanitationshowed that the items implemented and met the requirements for hospital environmental sanitationwere hospital environmental sanitation, water sanitation, hospital environmental sanitationextension and insects/rodents control with the result of observation more than the minimum score of hospital.

The management of this hospital is suggested to maintain the commitment of the staff to improve their performance in a better form. The quality of hospital environmental sanitationwhich has not well implemented and met the requirements for hospital environmental sanitationshould be improved that it can meet the requirements set.

Keywords: Environmental Sanitation Management System of Hospital, Commitment, Performance


(9)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Pengaruh Komitmen terhadap Kinerja Petugas Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulisan tesis ini mendapat berbagai bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesemapatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(10)

4. Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan dr. Surya Dharma, M.P.H selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan perhatian membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai. 5. Dra. Nurmaini, M.K.M, Ph.D dan Ir. Indra Cahaya, M.Si selaku penguji tesis

yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis dari mulai proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. T. Cut Lizam, S.Pd, M.P.H selaku Direktur AKPER Pemkab. Aceh Selatan yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus memberikan izin belajar pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Direktur beserta staf RSUD dr.H.Yuliddin Away Taapaktuan yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian, khususnya staf manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit.

8. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, minat studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Kakanda dr. Akmal Jawardi dan Ahadi Junairi, S.Si selaku kakak dan adinda Antaria Jamila S.Pd yang selalu memotivasi dan memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini tepat pada waktunya.


(11)

10. Teristimewa kepada suamiyang saya cintai, yaitu Yusran, ST dan anak-anakku Muhammad Nabil Alghazy dan Nabila Ulya Muthmainnah atas segala dukungannya untuk menyelesaikan pendidikan ini.

11. Seluruh keluarga dan teman-teman yang tidak dapt disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala motivasi dan dukungannya.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempyrnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesisi ini bermanfaat bagi pengambilan kebijakan kesling rumah sakit dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Agustus 2014 Penulis,

Asri Jumadewi 127032200 / IKM


(12)

RIWAYAT HIDUP

Asri Jumadewi dilahirkan pada tanggal 21 April 1977 di Sawang kabupaten Aceh Selatan, anak kedua dari pasangan almarhum Ayahanda Abdullah dan almarhumah Ibunda Sitti Ansari.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri 1 Batu Itam Tapaktuan selesai pada tahun 1989, sekolah menengah pertama di MTsn Tapaktuan selesai tahun 1992, sekolah menengah atas di SMA Negeri Sawang selesai tahun 1995. Fakultas FMIPA Biologi di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh selesai tahun 2001.

Mulai bekerja sebagai staf pengajar Biologi dan Mikrobiologi Lingkungan di AKPER Pemkab.Aceh Selatan yang diangkat menjadi PNS dari tahun 2005 sampai dengan sekarang.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2012 hingga saat ini. Penulis menikah dengan Yusran, ST pada Tanggal 24 Februari 2004 dan dikaruniai dua orang anak. Putra pertama Muhammad Nabil Alghazy dan putri kedua Nabilla Ulya Muthmainnah.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Hipotesis ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Rumah Sakit ... 9

2.1.1. Pengertian Rumah Sakit ... 9

2.1.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit ... 10

2.2 Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit ... 14

2.2.1 Manajemen Sanitasi Rumah Sakit ... 18

2.2.2 Instalasi Sanitasi Rumah Sakit ... 21

2.3.3 Program Sanitasi Rumah Sakit ... 23

2.3 Komitmen dan Kepemimpinan Rumah Sakit ... 24

2.3.1. Pengertian Komitmen ... 24

2.3.2 Dimensi Komitmen ... 26

2.3.3. Komitmen dan Kepemimpinan Rumah Sakit ... 28

2.4Kinerja Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit ... 30

2.4.1 Pengertian Kinerja ... 30

2.4.2. Upaya Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit... 32

2.5 Landasan Teori ... 57

2.6 Kerangka Konsep ... 58

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 59

3.1 Jenis Penelitian ... 59

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 59

3.3 Populasi dan Sampel ... 59


(14)

3.3.2 Sampel ... 59

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 60

3.4.1 Data Primer ... . 60

3.4.2 Data Sekunder ... 60

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 61

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 62

3.5.1 Variabel Bebas ... 62

3.5.2 Variabel Terikat ... 64

3.6 Metode Pengukuran. ... 65

3.6.1 Aspek Pengukuran Komitmen ... 65

3.6.2 Aspek Pengukuran Kinerja ... 66

3.7 Metode Analisis Data ... 73

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 75

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 75

4.1.1 Sejarah RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan ... 75

4.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi RSUD dr.H.Yuliddin AwayTapaktuan….. ... 76

4.1.3 Ketenagaan RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan ... 76

4.2 Analisis Univariat ... 77

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 77

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 78

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 79

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 79

4.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Komitmen Afektif ... 80

4.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan Komitmen Kontinuans ... 83

4.2.7 Distribusi Responden Berdasarkan Komitmen Normatif ... 85

4.2.8Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja ... 89

4.3 Observasi Upaya Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit ... 98

4.4 Analisis Bivariat ... 98

4.4.1 Hubungan Komitmen Afektif dengan Kinerja Petugas Sistem Manajemen Kesling RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan ... 99

4.4.2 Hubungan Komitmen Kontinuans dengan Kinerja Petugas Sistem Manajemen Kesling RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan ... 100

4.4.3 Hubungan Komitmen Normatif dengan Kinerja Petugas Sistem Manajemen Kesling RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan ... 101

4.5 Analisis Multivariat ... 102

BAB 5. PEMBAHASAN ... 104

5.1 Hubungan Komitmen Afektif dengan Kinerja Petugas ... 104

5.2 Hubungan Komitmen Kontinuans dengan Kinerja Petugas ... 107


(15)

5.4 Penilaian Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit ... 112

5.5 Pengaruh Komitmen yang Dominan terhadap Kinerja Petugas ... 117

5.6 Keterbatasan Penelitian ... 119

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 120

6.1 Kesimpulan ... 120

6.2 Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 122 LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1 Petugas Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan yang Menjadi Sampel ... 60 3.2 Variabel Independentdan Variabel Dependent ... 64 3.3 Aspek Pengukuran Komitmen Petugas Sistem Manajemen Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit ... 65 3.4 Aspek Pengukuran Kinerja Petugas Sistem Manajemen Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit ... 66 4.1 Jumlah Petugas yang Terhimpun dalam Sistem Manajemen Kesehatan

Lingkungan RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan yang Menjadi Sampel ... 77 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Wilayah Kerja

RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 78 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja

RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 78 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja

RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 79 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja di Wilayah Kerja RSUD

dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 79 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan tentang

Komitmen Afektif di Wilayah Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 80 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Komitmen Afektif di Wilayah Kerja

RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 82 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan tentang

Komitmen Kontinuans di Wilayah Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 83


(17)

4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Komitmen Kontinuans di Wilayah Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 85 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan tentang

Komitmen Normatif di Wilayah Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 86 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Komitmen Normatif di Wilayah Kerja

RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 88 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan tentang Kinerja

Direktur RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 89 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan tentang Kinerja

Bidang Pelayanan dan Penunjang Medis di Wilayah Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 91 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan tentang Kinerja

Instalasi IPS-RS di Wilayah Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 92 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan tentang Kinerja

Instalasi Sanitasi di Wilayah Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 94 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan tentang Kinerja

Petugas Cleaning service di Wilayah Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 95 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Petugas Sistem Manajemen

Kesehatan Lingkungan di Wilayah Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 97 4.18 Hasil Penilaian Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan RSUD dr. H.

Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 98 4.19 Hasil Hubungan Antara Komitmen Afektif dengan Kinerja Petugas

Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan di Wilayah Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 99 4.20 Hasil Hubungan Antara Komitmen Kontinuans dengan Kinerja Petugas

Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan di Wilayah Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 100


(18)

4.21 Hasil Hubungan Antara Komitmen Normatif dengan Kinerja Petugas Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan di Wilayah Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 101 4.22 Hasil Analisis Multivariat ... 102


(19)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Hubungan Lintas Instalasi dan Unit di Rumah Sakit ... 23 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 58


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Pedoman Wawancara Pengaruh Komitmen terhadap Kinerja Petugas Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah

dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 126

2. Pedoman Wawancara Kinerja Petugas Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 130

3. Peraturan Kemenkes 1204 ... 133

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 147

4. Hasil Analisis Univariat ... 151

5. Hasil Analisis Bivariat ... 162

6. Hasil Analisis Multivariat ... 165


(21)

ABSTRAK

Komitmen petugas merupakan dasar dari pelaksanaan sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit. Komitmen petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan meliputi komitmen afektif, komitmen kontinuans dan komitmen normatif.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh komitmen terhadap kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan.

Metode penelitian adalah eksplanatory survey pada 32 petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit dengan menggunakan wawancara dan observasi yang berpedoman pada kuesioner yang diberikan pada petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit. Analisis statistik dilakukan dengan uji

chi square dan logisticregresion.

Hasil penelitian pengaruh komitmen terhadap kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit yaitu, komitmen afektif dengan nilai (p=0,021), komitmen kontinuans dengan nilai (p=0,030), komitmen normatif dengan nilai (p=0,005). Komitmen mempunyai hubungan yang bermakna dengan kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit.Penilaian pemeriksaan kesehatan lingkungan rumah sakit dari 8 item, yang terlaksana dan memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit adalah penyehatan kesehatan lingkungan rumah sakit, penyehatan air, penyuluhan kesehatan lingkungan rumah sakit dan pengendalian serangga/tikus dengan hasil observasi di atas skor minimum rumah sakit.

Disarankan untuk mempertahankan komitmen petugas agar tetap meningkatkan kinerja kearah yang lebih baik lagi. Perlunya peningkatan kualitas kesehatan lingkungan rumah sakit yang belum terlaksana dengan baik dan belum memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit agar memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.

Kata Kunci: Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Komitmen, Kinerja


(22)

ABSTRACT

Commitment of staff is the basic of the implementation of environmental sanitationmanagement system of hospital. The commitment of the staff of environmental sanitationmanagement system at dr.H.Yuliddin Away General Hospital Tapaktuan includes affective commitment, continuous commitmentand normative commitment.

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of commitment on the performance of the staff of environmental sanitationmanagement system at dr.H.Yuliddin Away General Hospital Tapaktuan.

The data for this study were obtained from the 32 staff of environmental sanitationmanagement system at the hospital through observation and questionnaire-based interviews. The data obtained were statistically analyzed through Chi-square test and logistic regression

The result of this study showed that affective commitment was with p = 0.021, continuous commitment with p = 0.030, and normative commitment with p = 0.005. Commitment had significant relationship with the performance of the staff of hospital environmental sanitationmanagement system. The result of the evaluation on the 8 items of hospital environmental sanitationshowed that the items implemented and met the requirements for hospital environmental sanitationwere hospital environmental sanitation, water sanitation, hospital environmental sanitationextension and insects/rodents control with the result of observation more than the minimum score of hospital.

The management of this hospital is suggested to maintain the commitment of the staff to improve their performance in a better form. The quality of hospital environmental sanitationwhich has not well implemented and met the requirements for hospital environmental sanitationshould be improved that it can meet the requirements set.

Keywords: Environmental Sanitation Management System of Hospital, Commitment, Performance


(23)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit pada dasarnya merupakan organisasi layanan (Service Organization) bidang kesehatan, yang memerlukan manajemen untuk keberlangsungan rumah sakit. Penerapan manajemen rumah sakit diperlukan sebagai upaya untuk memanfaatkan dan mengatur Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara efektif, efisien dan rasional (Safrudin, 2009).

Fungsi rumah sakit sebagai industri jasa layanan, dalam memberikan pelayanan tentu sangat berhubungan erat dengan tuntutan untuk tetap memperhatikan mutu pelayanannya. Peningkatan mutu pelayanan yang berkesinambungan di suatu rumah sakit sangat ditentukan oleh usaha bersama yang dilakukan oleh komponen yang terlibat dalam penyelenggara rumah sakit layaknya organisasi. Baik jajaran direksi sebagai pihak manajerial maupun pegawai yang menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab (Muninjaya, 2004).

Selama ini, salah satu cara rumah sakit di Indonesia melakukan peningkatan mutu adalah dengan memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu melalui akreditasi rumah sakit. Akreditasi merupakan ketentuan yang diwajibkan bagi rumah sakit untuk memenuhi standar-standar pelayanan di rumah sakitnya. Namun, untuk lingkungan, akreditasi rumah sakit belum memuat


(24)

ketentuan yang mengharuskan rumah sakit memenuhi pedoman pengelolaan lingkungan.

Pengelolaan lingkungan dengan unsur manajemen di dalamnya disebut sebagai Sistem Manajemen Lingkungan. Konsep ini lahir atas dasar meningkatnya tuntutan masyarakat akan kesadaran lingkungan global. Sistem Manajemen Lingkungan diadopsi oleh oleh International Organization for Standardization (ISO) sebagai salah satu sertifikasi internasional di bidang pengelolaan lingkungan (Adisasmito, 2008).

Pengelolaan lingkungan di rumah sakit dikenal dengan Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan manajemen lingkungan di rumah sakit. Konsep ini telah dikenal sejak lama sebagai bagian dari rutinitas internal kegiatan rumah sakit. Konsep tersebut pada banyak rumah sakit dilaksanakan melalui praktek-praktek sanitasi lingkungan yang berada dalam jajaran Instalasi Sanitasi Rumah Sakit. Instalasi Sanitasi rumah sakit mempunyai tugas, pokok dan fungsi sebagai penyelenggara dan pengelolaan lingkungan rumah sakit. Upaya tersebut untuk menciptakan kesehatan lingkungan yang baik di rumah sakit melalui pelaksanaan program-program yang berkaitan dengan semua aktivitas yang ada di rumah sakit.

Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit merupakan usaha bersama yang memerlukan manajemen. Manajemen kesehatan lingkungan merupakan manajemen yang dinamis, sehingga sangat diperlukan penyesuaian apabila terjadi perubahan di rumah sakit. Baik perubahan yang mencakupi sumber daya, proses, kegiatan rumah


(25)

sakit dan peraturan perundang-undangan yang disebabkan oleh teknologi. Dengan demikian sistem manajemen lingkungan rumah sakit merupakan sistem manajemen praktis yang didesain untuk meminimalkan dampak lingkungan dengan cara yang efektif (Adisasmito, 2008).

Manfaat pengelolaan kesehatan lingkungan di rumah sakit adalah, perlindungan terhadap lingkungan, manajemen lingkungan rumah sakit yang lebih baik, pengembangan sumber daya manusia, kontinuitas peningkatan performa lingkungan rumah sakit, kepatuhan terhadap perundang-undangan, bagian dari manajemen mutu terpadu, pengurangan/penghematan biaya dan dapat meningkatkan citra rumah sakit (Adisasmito, 2007).

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1204/MENKES/SK/X/2004 merupakan pedoman dalam implementasi sanitasi rumah sakit, yang berisikan tentang pengelolaan dan penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit atau dikenal dengan inspeksi sanitasi rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Secara fisik yaitu, penyehatan terhadap lingkungan rumah sakit, penyehatan terhadap ruangan internal di rumah sakit, penyehatan makanan, penyehatan air, pengelolaan limbah, pengelolaan tempat pencucian linen (laundry), pengendalian serangga/tikus dan binatang pengganggu lainnya. Sedangkan secara nonfisik adalah upaya yang dilakukan secara langsung ataupun tidak oleh petugas sanitasi rumah sakit dalam rangka memberikan penyuluhan kesehatan lingkungan kepada karyawan, pasien dan pengunjung di rumah sakit.


(26)

Manajemen kesehatan lingkungan di rumah sakit menurut penelitian yang dilakukan oleh Azhar (2010), bahwa komitmen petugas sangat menentukan keberhasilan manajemen kesehatan lingkungan di suatu rumah sakit. Dimana upaya kesehatan lingkungan rumah sakit hanya lima kriteria yang memenuhi persyaratan menurut kepmenkes 1204 tahun 2004 dari delapan kriteria yang diobservasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fathia, (2008) bahwa komitmen yang berpengaruh secara dominan adalah komitmen normatif. Bahkan menurut penelitian Hapsari (2010) di sebuah Rumah Sakit Surakarta, bahwa akibat aktivitas rumah sakit semakin meningkatkan jumlah timbulan limbah mencapai 240,6443 kg/hari, dan yang tertangani hanya 219,5014 kg/hari (91,214 %). Hal ini terjadi akibat manajemen kesehatan lingkungan di rumah sakit tersebut masih sangat lemah.

Penelitian yang dilakukan oleh Djaja (2006), bahwa sebanyak 648 rumah sakit di Indonesia dari 1.476 rumah sakit yang ada, yang memiliki insinerator baru 49%. Masalah ini tentu menjadi sumber pencemaran dan berkemungkinan menjadi penyebab gangguan kesehatan masyarakat di sekitar rumah sakit.

Kajian Depkes RI dan WHO, pada tahun 2009 di enam rumah sakit di Kota Medan, Bandung dan Makasar, menunjukkan bahwa 65% rumah sakit telah melakukan pemilahan antara limbah medis dan limbah domestik (kantong plastik kuning dan hitam), tetapi masih sering terjadi salah tempat dan sebesar 65% rumah sakit memiliki insinerator dengan suhu pembakaran antara 530 – 800 ºC, akan tetapi hanya 75% yang berfungsi. Pengelolaan abu belum dilakukan dengan baik. Selain itu


(27)

belum ada informasi akurat penimbulan limbah medis karena 98% rumah sakit belum melakukan pencatatan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Heru (2008), bahwa 1), angka kuman di rumah sakit pemerintah jauh lebih tinggi dibanding rumah sakit swasta, 2), fakta memperlihatkan bahwa rumah sakit yang ada D.I.Yogya yang diteliti sebanyak 11 RS tidak memenuhi syarat (TMS) bila dilihat dari angka kumannya, 3), tindakan sanitasi mampu menurunkan angka kuman dalam jumlah yang besar sekali (70 % - 100 %).

Keberhasilan program sanitasi rumah sakit sangat ditentukan oleh peranan petugas kesehatan lingkungan untuk menciptakan keberhasilan sistem manajemen kesehatan lingkungan yang ada di rumah sakit. Dasar semua tindakan yang dilakukan petugas kesehatan lingkungan adalah komitmen organisasi terhadap kepedulian lingkungan, sehingga komitmen merupakan faktor utama dalam mempengaruhi kinerja petugas terhadap upaya pengelolaan lingkungan rumah sakit. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Azhar, (2010) bahwa komitmen berpengaruh terhadap implementasi upaya kesehatan lingkungan rumah sakit. Ditambahkan oleh Utami, (2011) bahwa komitmen mempengaruhi prestasi kerja pegawai.

Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away, adalah rumah sakit umum pemerintah daerah kabupaten Aceh Selatan. Pada tanggal 20 Mei 1997 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 470/MENKES/SK/V/1997 rumah sakit tersebut ditingkatkan kelasnya menjadi kelas/tipe C.

Berdasarkan survei pendahuluan, Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan dalam pelaksanaan manajemen kesehatan lingkungan


(28)

rumah sakit masih dirasakan belum optimal. Informasi yang diperoleh menyebutkan bahwa ada masalah dalam pelaksanaan sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit. Kurangnya komitmen petugas kesehatan lingkungan rumah sakit dalam melaksanakan dan meningkatkan sistem manajemen lingkungan di rumah sakit menjadi kemungkinan penyebab kurangnya pelayanan kesehatan lingkungan yang diberikan. Padahal petugas kesehatan sebagai penyelenggara dan pengelola kesehatan lingkungan rumah sakit merupakan faktor dominan yang menentukan keberhasilan manajemen kesehatan lingkungan di rumah sakit tersebut.

Indikator-indikator dalam penyehatan lingkungan di rumah sakit sebagai kinerja petugas manajemen kesehatan lingkungan dirasa masih belum memadai, diantaranya pembangunan ruang rawat inap baru yang dibangun, sebagai jalur keluar masuknya pengunjung menjadi berdekatan dengan letak salah satu pengolahan limbah (Incenerator) yang terlebih dulu telah ada. Masalah lain adalah kurang lancarnya air selokan disekitar rumah sakit, dimana dikuatirkan akan menjadi tempat sarang nyamuk (vektor) pembawa penyakit. Pengelolaan limbah rumah sakit juga belum dirasa optimal, hal ini dibuktikan adanya sampah yang menumpuk di salah satu tempat tertentu. Indikator ini merupakan indikator dalam Kepmenkes 1204 Tahun 2004 sebagai indikator yang harus dibebaskan di lingkungan rumah sakit.

Permasalahan ini menurut asumsi penulis, bahwa manajemen kesehatan lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan belum tertata dengan baik. Selain itu, berhubungan erat dengan kurangnya pemantauan, pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kesehatan lingkungan rumah sakit


(29)

sehingga belum menjadi penting untuk ditingkatkan dari segi outputnya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui sejauh mana komitmen petugas kesehatan lingkungan yang ada di rumah sakit sebagai faktor kunci dalam menentukan keberhasilan manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit pada Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan.

1.2. Permasalahan

Apakah komitmen berpengaruh terhadap kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan di Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dilakukan untuk menganalisis pengaruh komitmen terhadap kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan di Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan.

1.4. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah adanya pengaruh komitmen terhadap kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan di Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan.

1.5. Manfaat Penelitian


(30)

1. Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan, sebagai bahan masukan bagi pihak pemerintah dalam pengambilan keputusan dalam pemberian izin operasional rumah sakit serta sebagai bahan pertimbangan analisis kebijakan dalam hal penilaian kualitas dan upaya pengelolaan dan pemantauan sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit.

2. Pihak rumah sakit, agar menjadi pertimbangan dan masukan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan yang ada.

3. Bagi penulis, sebagai pengembangan ilmu dan bahan pembelajaran yang didapat di perkuliahan dengan kondisi manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit.


(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumah Sakit

2.1.1 Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan suatu institusi yang fungsi utamanya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Depkes RI, 2009). Rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat (Siregar, 2003).

Menurut Azwar (2002), rumah sakit merupakan institusi yang integral dari organisasi kesehatan dan organisasi sosial, berfungsi menyediakan pelayanan kesehatan yang lengkap. Rumah sakit juga merupakan pusat latihan bagi tenaga profesi kesehatan dan sebagai pusat penelitian untuk riset kesehatan.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 bahwa rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang yang sehat. Kumpulan banyak orang ini akan dapat memungkinkan rumah sakit menjadi tempat penularan penyakit, gangguan kesehatan dan pencemaran lingkungan. Untuk menghindari terjadinya resiko dan gangguan kesehatan maka diperlukan penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit (Depkes RI, 2004).


(32)

Di Indonesia dikenal tiga jenis rumah sakit yaitu rumah sakit berdasarkan kepemiliknnya, rumah sakit berdasarkan jenis pelayanannya dan rumah sakit berdasarkan kelasnya. Berdasarkan kepemilikannya, dibedakan tiga macam rumah sakit, yaitu (1) rumah sakit pemerintah (RS Pusat, RS Provinsi, RS Kabupaten), RS BUMN/ABRI dan RS Swasta, (2) RS Umum, RS Jiwa, RS Khusus, (3) RS kelas A, B, C dan RS kelas D. Namun, semua RS Kabupaten telah ditingkatkan statusnya menjadi RS Kelas C (Muninjaya, 2004).

Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar dan spesialistik dan subspesialistik. Rumah Sakit Umum Pemerintah adalah rumah sakit umum milik pemerintah baik Pusat, ataupun Daerah. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar (Siregar, 2003). Sedangkan Muninjaya, (2005) menyatakan bahwa RS Kelas C mempunyai minimal empat spesialistik dasar (bedah, penyakit dalam, kebidanan, dan anak).

2.1.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit

Pengorganisasian adalah pengaturan sejumlah personil yang dimiliki rumah sakit untuk memungkinkan tercapainya suatu tujuan rumah sakit, dengan jalan mengalokasikan masing-masing fungsi dan tanggung jawabnya (Azwar, 2002). Pola organisasi rumah sakit pemerintah pada umumnya sesuai dengan yang tertera dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor. 1045/MENKES/PER/XI/2006 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2002, tentang Pedoman Struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah. Struktur organisasi merupakan


(33)

visualisasi kegiatan dan pelaksana kegiatan (personal) dalam suatu institusi. Berdasarkan kegiatan dan pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang maka organisasi dibagi atas organisasi lini, organisasi staf dan organisasi lini beserta staf.

Organisasi rumah sakit mempunyai bentuk yang unik dan berbeda dengan organisasi lain, (Soedarmo, 2002). Pola organisasi rumah sakit di Indonesia, pada umumnya terdiri atas Badan Pengurus Yayasan, Dewan Pembina, Dewan Penyantun, Badan Penasehat, dan Badan Penyelenggara. Badan Penyelenggara terdiri atas direktur, wakil direktur, komite medik, satuan pengawas, dan berbagai bagian dari instalasi. Tergantung pada besarnya rumah sakit, dapat terdiri atas satu sampai empat wakil direktur. Wakil direktur pada umumnya terdiri atas wakil direktur pelayanan medik, wakil direktur penunjang medik dan keperawatan, wakil direktur keuangan dan administrasi (Siregar, 2003).

Susunan organisasi Rumah Sakit Kelas C lebih sederhana jika dibandingkan dengan kelas A atau Kelas B. Di sini tidak ada wakil direktur, tetapi dilengkapi dengan staf khusus yang mengurusi administrasi. Kondisi ini berpengaruh pada jenis pelayanan medis dan jumlah staf profesional (medis dan paramedis) yang dipekerjakan pada tiap-tiap rumah sakit ini. Secara umum, jenis kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan juga akan ikut menentukan peningkatan kelas sebuah RS di suatu wilayah, terutama yang berlokasi di ibu kota provinsi (Muninjaya, 2004).

Mengatur personal atau staf yang dikenal dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada dalam suatu institusi agar semua kegiatan yang telah ditetapkan


(34)

dalam rencana dapat berjalan dengan baik, yang akhirnya semua tujuan dapat dicapai dengan baik. Penguraian tugas (jobdescription) masing-masing staf pelaksana penting karena masing-masing orang yang terlibat dalam program tersebut harus mengetahui dan melaksanakan program sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam organisasi (Notoatmodjo, 2011).

Struktur organisasi rumah sakit harus efektif, mudah beroperasi dan tidak banyak birokrasi. Penetapan struktur organisasi ini dimaksudkan untuk bisa membagi tugas pekerjaan, memberikan wewenang, melakukan pengawasan dan meminta pertanggungjawaban. Mengingat sifat rumah sakit yang berbeda dengan sifat umumnya suatu institusi.

Suatu organisasi rumah sakit yang sukses mempunyai ciri antara lain struktur organisasinya tidak berbentuk piramid tapi datar. Jenjang hirarkinya pendek dan pengorganisasiannya berorientasi kepada tim yang mudah dibentuk dan mudah pula untuk dibubarkan kembali.

Struktur organisasi matriks ada dua macam wewenang, yaitu wewenang yang mengalir secara horizontal pada unit fungsional dan wewenang yang mengalir secara vertikal pada pimpinan struktur atau manajerial. Dua aliran wewenang ini membentuk kisi-kisi wewenang yang dinamakan matriks aliran wewenang atau matrix of authority flows. Struktur organisasi matriks ini mengutamakan teknologi penyelesaian, biaya dan kualitas. Struktur organisasi matriks menyadari adanya ketergantungan antara berbagai fungsi.


(35)

Azas-azas yang perlu diperhatikan dalam membentuk organisasi rumah sakit adalah azas kesatuan komando dan pendelegasian wewenang kekuasaan (Djojodibroto, 1997). Permasalahan dalam organisasi yang nantinya akan menyebabkan kegagalan rumah sakit, adalah (1) lemahnya rancangan struktur organisasi, (2) tidak tepat sasaran, tidak tepat waktu, tidak tepat nilai dalam sistem informasi manajemen, (3) tidak efektifnya dalam pengendalian pendapatan dan piutang, (4) sedikit atau tidak ada sama sekali perencanaan jangka panjang, (5) tidak realistikya standar produktivitas pegawai.

Menurut Muninjaya (2005) dan Notoatmodjo (2011) sistem dalam organisasi adalah gabungan dari elemen-elemen atau subsistem di dalam suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi. Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Apabila salah satu bagian atau subsistem tidak berjalan dengan baik, maka akan mempengaruhi bagian yang lain. Secara garis besarnya komponen suatu sistem terdiri dari:

1. Indikator masukan (input), yaitu sumber daya atau masukan yang dikonsumsikan oleh sistem. Sumber daya suatu sistem adalah manusia (man), uang (money), sarana (material), metode (method), waktu yang disediakan (minute), dan pasar (market).

2. Indikator proses (process) adalah semua kegiatan sistem. Melalui kegiatan proses akan diubah input menjadi output, yang terdiri dari perencanaan (planning), organisasi (organizing), penggerakan (actuating), pengawasan dan evaluasi (controling).


(36)

3. Indikator keluaran (output) adalah hal yang dihasilkan oleh proses.

4. Indikator efek (Effect) adalah perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang diukur dengan peran serta masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia.

5. Indikator dampak (Impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa waktu lamanya.

6. Indikator umpan balik (feed back) yaitu merupakan hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk sistem tersebut.

7. Indikator lingkungan (Environment) yaitu lingkungan yang berada di luar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut.

2.2 Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Menurut Adisasmito, (2008) bahwa pengelolaan lingkungan sebagai suatu sistem dengan unsur manajemen di dalamnya disebut sebagai Sistem Manajemen Lingkungan. Konsep ini lahir atas meningkatnya tuntutan masyarakat akan kesadaran lingkungan global, Sistem Manajemen Lingkungan diadopsi oleh International Organization for Standardization (ISO) sebagai salah satu sertifikasi internasional di bidang pengelolaan lingkungan.

Sistem manajemen lingkungan rumah sakit merupakan bagian dari sistem manajemen terpadu yang meliputi pendekatan struktur organisasi, kegiatan perencanaan, pembagian tanggung jawab dan wewenang, praktek menurut standar operasional, prosedur khusus, proses berkelanjutan dan pengembangan SDM untuk


(37)

mengembangkan, menerapkan, mencapai, mengkaji, mengevaluasi dan mensinergikan kebijakan lingkungan dengan tujuan rumah sakit.

Sistem manajemen lingkungan rumah sakit adalah sistem pengelolaan lingkungan yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan manajemen di rumah sakit. Pengelolaan lingkungan rumah sakit sekarang ini bukan lagi satu bagian parsial yang konsumtif, tetapi merupakan satu rangkaian siklus dan strategi manajemen rumah sakit untuk mengembangkan kapasitas pengelolaan lingkungan rumah sakit sehingga memberikan manfaat langsung maupun tidak langsung terhadap peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit secara menyeluruh.

Implementasi Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit oleh Adisasmito (2007) mempunyai manfaat antara lain:

1. Perlindungan terhadap Lingkungan

Sistem manajemen lingkungan di rumah sakit diterapkan untuk mengurangi resiko kerusakan lingkungan. Aktivitas rumah sakit yang berlangsung menyebabkan berbagai limbah yang dihasilkan, baik limbah yang berbentuk padat, cair dan gas. Untuk minimisasi limbah merupakan prioritas utama dalam pengelolaan limbah berbahaya. Pencegahan pencemaran juga dapat dilakukan dengan cara pendekatan pengurangan, penggunaan ulang, pendaur-ulangan dan pembelian kembali atau dikenal dengan prinsip 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Repurchase).

2. Manajemen Lingkungan Rumah Sakit yang Lebih Baik

Sistem manajemen lingkungan merupakan bagian dari sistem manajemen terpadu yang meliputi pendekatan struktur organisasi, kegiatan perencanaan,


(38)

pembagian tanggung jawab dan wewenang, praktik menurut standar operasional, prosedur khusus, proses berkelanjutan dan pengembangan sumber daya manusia untuk mengembangkan, menerapkan, mencapai, mengkaji, mengevaluasi dan mensinergikan kebijakan lingkungan dengan tujuan rumah sakit. Panduan sistem manajemen lingkungan rumah sakit sebagian besar mengikuti pedoman ISO.

3. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Implementasi sistem manajemen lingkungan rumah sakit dapat membawa suatu perubahan kondisi kerja di rumah sakit. Oleh karena sistem manajemen lingkungan rumah sakit menekankan pada peningkatan kepedulian, pendidikan, pelatihan dan kesadaran dari semua SDM untuk terlibat dalam lingkungan kerja dalam memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan di sekitarnya.

4. Kontinuitas Peningkatan Performa Lingkungan Rumah Sakit

Sistem manajemen lingkungan di rumah sakit dilaksanakan untuk menjamin rumah sakit dapat mengembangkan kemampuannya untuk memenuhi kewajibannya dalam pengelolaan lingkungan. Pengelolaan lingkungan di rumah sakit diharapkan berjalan baik dan semakin baik.

5. Peraturan Perundang-undangan

Implementasi sistem manajemen lingkungan di rumah sakit akan membuktikan kepatuhan rumah sakit terhadap peraturan perundang-undangan akan menunjukkan kepeduliannya terhadap pengelolaan lingkungan yang lebih baik. Rumah sakit yang telah berdiri lebih lama berkemungkinan dapat menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Jika tidak, maka rumah sakit


(39)

tersebut tentu akan mendapatkan tuntutan hukum dan publisitas negatif. Peraturan lingkungan merupakan penggerak pelaksanaan dan perbaikan sistem manajemen lingkungan sehingga lingkungan dapat terpelihara dan secara potensial memperbaiki kinerja lingkungan. Sedangkan kebijakan harus mencerminkan komitmen manajemen puncak untuk taat pada peraturan dan perundang-undangan.

Dengan memiliki sertifikat ISO untuk pengelolaan lingkungan maka kesempatan semakin besar untuk memperoleh dokumen tertulis yang diperlukan untuk menunjukkan bahwa rumah sakit tersebut telah bertindak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

6. Bagian dari TQM (Total Quality Management)

Total Quality Management adalah manajemen mutu terpadu yang merupakan strategi utama rumah sakit dalam mencapai tujuannya. Hal ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pendokumentasian. Sistem manajemen rumah sakit menggunakan pendekatan TQM, sehingga implementasi sistem manajemen lingkungan rumah sakit secara langsung mendukung pelaksanaan manajemen mutu terpadu.

7. Pengurangan dan Penghematan Biaya

Implementasi sistem manajemen lingkungan rumah sakit berkaitan erat dengan penghematan dan pengurangan biaya. Minimisasi limbah merupakan contoh pengurangan biaya operasional untuk penyimpanan bahan limbah berbahaya, transportasi dan pembuangan limbah. Selain itu juga berkurangnya bahan baku yang


(40)

digunakan dan berkurangnya tenaga yang dibutuhkan, mungkin juga akan didapat keuntungan dari pajak serta menurunnya biaya asuransi.

8. Meningkatkan Citra Rumah Sakit

Pemenuhan standar yang saat ini berlaku global, khususnya di bidang lingkungan, secara internasional dikenal dengan pengelolaan lingkungan dengan nomor seri ISO 14001. Rumah sakit yang memiliki sertifikat ISO 14001 ini, menunjukkan bahwa rumah sakit tersebut benar-benar peduli terhadap lingkungan. Dengan kata lain, rumah sakit yang peduli dengan lingkungan, akan meningkatkan hubungan baik rumah sakit dengan masyarakat dan membantu citra rumah sakit terutama dalam hal isu limbah berbahaya.

Berdasarkan pasal 22 Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat. Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan limbah, radiasi dan kebisingan.

2.2.1 Manajemen Sanitasi Rumah Sakit

Konsep sistem manajemen lingkungan rumah sakit di Indonesia telah dikenal sejak lama sebagai bagian dari rutinitas internal kegiatan rumah sakit. Konsep tersebut pada banyak rumah sakit dilaksanakan melalui praktek-praktek sanitasi lingkungan.

Sanitasi lingkungan rumah sakit mempunyai arti sebagai upaya menciptakan kesehatan lingkungan yang baik di rumah sakit melalui pelaksanaan program-program yang berkaitan dengan semua aktivitas yang ada di rumah sakit. Sanitasi


(41)

lingkungan rumah sakit meliputi pengendalian berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, biologi dan sosial psikologi di rumah sakit.

Komponen manajemen sanitasi rumah sakit antara lain: 1. Aspek Input

Aspek input di lingkungan rumah sakit yang terdiri dari petugas sanitarian atau petugas kesehatan lain yang telah dilatih, adanya biaya operasional (dana) yang dibutuhkan dalam menyelenggarakan sanitasi rumah sakit dan adanya sarana dan prasarana yang seminimal mungkin dapat menunjang pelaksanaan Manajemen sanitasi untuk kegiatan promotif dan preventif. Pelaksanaan pelayanan sanitasi juga harus ditunjang oleh kelengkapan materi yang diperlukan berupa proses administrasi, pencatatan dan pelaporan, serta pedoman buku yang digunakan sebagai petunjuk teknis sanitasi (Depkes RI, 1991/1992).

2. Proses

Aspek lingkungan rumah sakit merupakan suatu aspek yang berdampak penting terhadap pelayanan rumah sakit atau masyarakat sekitar rumah sakit. Dimana Operasional kegiatan di rumah sakit merupakan suatu rangkaian proses berupa kegiatan yang direncanakan yang dimulai dari pelayanan medik (poliklinik dan rawat inap), pelayanan penunjang medik dan penunjang nonmedik. Selain itu, ada pula aktivitas dan pelayanan dalam beberapa kategori utama, seperti rawat jalan, rawat inap, produk limbah yang dihasilkan, kegiatan medik dan nonmedik, transportasi material (medik dan logistik), dan upaya pencegahan pencemaran. Dari


(42)

masing-masing uraian aktivitas tersebut, akan teridentifikasi bahan-bahan apa yang saja yang digunakan, baik dari obat-obatan, alat kesehatan, maupun bahan kimia lainnya.

Aspek lingkungan rumah sakit sebenarnya mencakup lingkup yang luas ataupun tidak terbatas sehingga untuk lebih memudahkan akan disajikan beberapa contoh dari aspek lingkungan berikut:

a. Pengelolaan limbah infeksius, patologis, dan nonmedik; b. Kejadian infeksi nosokomial;

c. Pembuangan air limbah;

d. Kegiatan yang menggunakan zat kimia e. Kegiatan yang menggunakan air; f. Kegiatan yang menggunakan energi;

g. Penggunaan sumber daya alam; produk yang sudah lama; h. Pembuangan produk.

Identifikasi aspek lingkungan merupakan proses yang berjalan untuk menentukan dampak positif atau negatif dari kegiatan rumah sakit.

3. Output

Hasil yang diharapkan dari seluruh kegiatan oprasional rumah sakit yang berdampak terhadap perubahan kondisi lingkungan yang tidak baik akan menjadi baik sehingga memenuhi prasyarat kesehatan lingkungan rumah sakit dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup.


(43)

b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap yang ramah lingkungan.

c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan. d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

e. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.

f. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

2.2.2 Instalasi Sanitasi Rumah Sakit

Menurut Permenkes 1045 tahun 2006 dalam pasal 20, bahwa:

a. Instalasi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan fasilitas dan penyelenggaraan kegiatan pelayanan.

b. Pendidikan dan pelatihan rumah sakit. Pembentukan Instalasi ditentukan oleh pimpinan rumah sakit sesuai kebutuhan rumah sakit.

c. Instalasi dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan rumah sakit.

d. Kepala instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga fungsional dan atau nonmedis (cleaning service).

e. Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis instalasi dilaporkan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik.

Pengelolaan kesehatan lingkungan rumah sakit dikelola oleh Instalasi Sanitasi. Instalasi sanitasi merupakan salah satu instalasi dari banyak instalasi yang ada di


(44)

rumah sakit. Berdasarkan tugas, pokok dan fungsinya dapat dilihat pada tupoksi petugas sanitasi rumah sakit.

Pelayanan sanitasi rumah sakit diselenggarakan dalam kaitan untuk menciptakan kondisi lingkungan rumah sakit yang bersih, nyaman, dan mengutamakan faktor keselamatan sebagai pendukung usaha penyembuhan penderita, mencegah pemaparan terhadap bahaya-bahaya lingkungan rumah sakit termasuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial, dan menghindarkan pencemaran ke lingkungan luar rumah sakit.

Dalam rangka pengembangan rujukan upaya kesehatan khususnya rujukan medik, pemanfaatan berbagai disiplin ilmu merupakan suatu keharusan. Pemecahan masalah medik untuk penyembuhan dan pemulihan penderita tidak cukup hanya dengan pengobatan peralatan yang cermat saja, tetapi juga memerlukan ilmu-ilmu lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka sanitasi rumah sakit sebagai disiplin ilmu yang berinduk kepada ilmu teknik penyehatan diantara berbagai disiplin ilmu merupakan bagian integral dari upaya pelayanan rumah sakit.

Pembagian instalasi dilakukan berdasarkan kelompok kegiatan, bukan berdasarkan penyakit. Dengan adanya konsep instalasi sebagai unit pelayanan strategis, diharapkan ada pemimpin yang mampu mengelola setiap unit pelayanan. Kesadaran ini akan memicu pengembangan ketrampilan manajemen dan kepemimpinan untuk para kepala unit pelayanan strategis (Trisnantoro, 2005).


(45)

Masyarakat pengguna

Keuangan, TU, Pemasaran, dll

Gambar 2.1. Hubungan Lintas Instalasi dan Unit Di Rumah Sakit

Sumber : Trisnantoro, 2005

2.2.3 Program Sanitasi Rumah Sakit

Program sanitasi di rumah sakit terdiri dari pemenuhan kesehatan lingkungan rumah sakit yang mengacu pada Kepmenkes 1204, (Depkes RI, 2004). Program ini adalah penyehatan bangunan dan ruangan, penyehatan makanan dan minuman, penyehatan air, penyehatan tempat pencucian umum termasuk tempat pencucian linen, pengendalian serangga dan tikus, sterilisasi/desinfeksi, perlindungan radiasi,

SMF Obsgin

Staf Perawat Fungsional Staf Anastesi

Staf Perawat Fungsional

SMF Kesehatan Anak

In st al asi g aw at d ar u rat In st al asi r aw at i n ap In st al asi l ab o rat o riu m In st al asi S an it asi d ll DIREKSI KOMITE MEDIK


(46)

penyuluhan kesehatan lingkungan, pengendalian infeksi nosokomial, dan pengelolaan sampah/limbah (Adisasmito, 2008).

Penyelenggaraan program sanitasi rumah sakit merupakan sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan lingkungan rumah sakit. Penanggung jawab rumah sakit bertanggung jawab terhadap pengelolaan kesehatan lingkungan rumah sakit dan pembinaan serta pengawasan dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan.

Kualifikasi tenaga kesehatan lingkungan rumah sakit adalah tenaga sanitarian, serendah-rendahnya adalah berkualifikasi diploma (D3) di bidang kesehatan lingkungan, atau tenaga lain yang telah mengikuti pelatihan khusus bidang kesehatan lingkungan rumah sakit yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pihak lain terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Depkes RI, 2004).

2.3 Komitmen dan Kepemimpinan di Rumah Sakit 2.3.1 Pengertian Komitmen

Mengutip pendapat Kanter (1968) ; Porter dkk, (1974) dalam Trisnantoro, (2005) bahwa komitmen merupakan konsep perilaku perorangan yang sulit didefinisikan. Komitmen menggambarkan kesediaan pelaku sosial. Batasan mengenai komitmen organisasi yang merupakan besarnya kekuatan identifikasi seseorang terhadap sebuah organisasi dan keterlibatan di dalamnya. Komitmen dengan sifat tersebut dipengaruhi sedikitnya oleh tiga faktor yaitu: 1) Kepercayaan kuat terhadap


(47)

tujuan organisasi dan nilai-nilainya, 2) Kesediaan untuk memberikan tenaganya atas nama organisasi, 3) Keinginan mantap untuk tetap menjadi anggota lembaga.

Menurut Subanegara (2005), komitmen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Faktor personal (personal factor), seperti: a. Usia

Umumnya orang dengan usia lebih muda memiliki katagori yang berbeda. Pada usia 35 tahunan orang akan mulai mencari kebutuhan akan keamanan, kemapanan sedangkan diatas usia 50 tahun mulai mencari kebutuhan aktualisasi diri. Cepat lambatnya akselerasi perpindahan kebutuhan ini sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan dari karyawan yang bersangkutan. Perbedaan kebutuhan menyebabkan tingkat komitmen yang berbeda-beda antar satu karyawan dengan karyawan yang lain.

b. Perasaan dan Kecerdasan Emosi

Karyawan dengan kecerdasan emosi tinggi, dimana ia memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosinya, biasanya memiliki komitmen yang tinggi, tidak mudah putus asa dan frustasi menghadapi tekanan yang cukup besar. Sebaliknya dengan karyawan yang kecerdasan emosinya rendah biasanya komitmen juga sangat rendah dan sangat sulit mengendalikan emosi. Umumnya mudah tersinggung, mementingkan diri sendiri dan selalu gelisah berada dalam


(48)

lingkungan yang ia tempati sekarang. Sehingga akan berakibat keluar dari organisasi ataupun tidak produktif dalam menjalankan tugas-tugasnya.

c. Sifat

Sifat atau kepribadian sebenarnya telah terbentuk dari usia nol tahun sampai tujuh tahun, setelah itu akan menetap sampai dewasa. Akibatnya seringkali terjadi benturan-benturan dalam organisasi yang berkaitan erat dengan nilai dasar seseorang sehingga dapat menimbulkan konflik berkepanjangan.

2. Faktor Organisasi a. Kepemimpinan

Model kepemimpinan dari pemimpin puncak dan supervisior yang berbasis prinsip tentu akan lebih membangkitkan komitmen dibandingkan kepemimpinan yang bersifat bossy.

b. Iklim Bekerja

Keadaan tempat bekerja, hubungan antar karyawan, kepercayaan kepada sistem, keterbukaan dan sebagainya merupakan bagian dari iklim bekerja yang dapat meningkatkan komitmen.

c. Kompensasi

Kompensasi yang diberikan oleh lembaga untuk karyawannya dapat berupa kompensasi uang atau non uang.

2.3.2 Dimensi Komitmen

Menurut Trisnantoro (2005) dan Subanegara (2005), yang mengutip pendapat Meyer dan Allen bahwa komitmen terdiri dari tiga dimensi, yaitu:


(49)

a. Komitmen afektif (Affective Commitment)

Komitmen yang melibatkan perasaan memiliki dan terlibat dalam organisasi. Penyusunan rencana strategis sangat membutuhkan keterlibatan berbagai pihak, antara lain stakeholders kunci dalam perencanaan strategis. Dalam hal ini diperlukan kepercayaan kuat dari SDM terhadap tujuan organisasi dan nilai-nilainya dan memiliki kesediaan untuk memberikan tenaga atas nama organisasi. b. Komitmen Kontinuans (Continuance Commitment)

Merupakan dimensi komitmen atas dasar biaya yang akan ditanggung oleh karyawan jika meninggalkan organisasi. Pada dimensi ini yang menentukan komitmen adalah faktor rasional bagi pertimbangan untung-rugi yang didapat anggota organisasi.

c. Komitmen Normatif (Normative Commitment)

Komitmen yang melibatkan perasaan karyawan untuk tinggal di sebuah organisasi. Dimensi ini melibatkan dedikasi seseorang untuk tinggal dalam sebuah organisasi.

Berdasarkan berbagai definisi komitmen di atas, pada intinya komitmen merupakan kesetiaan para anggota dan pemimpin terhadap organisasinya. Komitmen merupakan proses yang berkelanjutan dengan para anggota organisasi masing-masing menyumbangkan kontribusi terhadap kemajuan organisasi mereka (Muninjaya, 2005).

Keterlibatan berbagai stakeholders kunci sangat diperlukan untuk perencanaan strategis. Perencanaan dan penyusunan rencana strategis membutuhkan komitmen


(50)

dalam bentuk keterlibatan berbagai pihak, dimana problem yang menunjukkan pengembangan rumah sakit sangat tergantung pada komitmen.

Munculnya komitmen ke berbagai lembaga akan mempengaruhi suasana bekerja. Keadaan yang paling sulit adalah mengatur waktu bagi para staf rumah sakit untuk bekerja bersama. Pada prinsipnya komitmen mempengaruhi kenyamanan kerja, meningkatkan produktivitas kerja dan mempertebal rasa memiliki lembaga. Hal-hal ini memberi hasil berupa kinerja rumah sakit yang prima (Trisnantoro, 2005).

2.3.3 Komitmen dan Kepemimpinan di Rumah Sakit

Proses penyusunan rencana strategis merupakan usaha untuk memetakan jalan yang akan ditempuh oleh rumah sakit. Kegiatan ini tidak mudah dan membutuhkan pemikiran serta kerja keras seluruh SDM yang ada di rumah sakit, dimana unsur SDM rumah sakit yang terdiri dari berbagai macam profesi. Di samping itu, terdapat catatan mengenai adanya perbedaan antara maksud misi yang diemban rumah sakit dengan keinginan SDMnya. Untuk menyusun rencana strategis dibutuhkan komitmen SDM terhadap organisasi. Hal ini perlu ditekankan karena berbagai kasus menunjukkan bahwa penyusunan rencana strategis di rumah sakit lebih didorong oleh penyelesaian tugas dalam pelatihan atau syarat yang dibutuhkan dalam proses akreditasi rumah sakit. Kenyataan bahwa komitmen SDM mungkin berbeda-beda. Tanpa komitmen, pengaruh rencana strategis terhadap efektifitas organisasi menjadi kurang bermakna. Oleh karena itu, sebelum menyusun rencana strategis perlu diperhatikan pemahaman mengenai komitmen dan pemahaman kepemimpinan (Trisnantoro, 2005).


(51)

Rumah sakit mempunyai SDM yang sangat bervariasi, dari variasi pendidikan rendah hingga variasi pendidikan tertinggi dengan pengalaman internasional. Budaya organisasi rumah sakit harus mampu dibentuk untuk menggalang nilai-nilai kerja dan komitmen berbagai SDM di rumah sakit ((Trisnantoro, 2005).

Secara khusus peran pemimpin dalam proses perencanaan strategis di rumah sakit adalah:

1. Menggerakkan komitmen seluruh kelompok SDM untuk memahami pentingnya perencanaan.

2. Merencanakan proses perencanaan strategis

3. Menjadi penanggung jawab utama proses perencanaan strategis termasuk perumusan strategisnya.

4. Memimpin pelaksanaan rencana strategis termasuk mengkoordinasi pelaksanaan berbagai subsistem di rumah sakit

5. Melakukan penilaian dan pengendalian kinerja.

Kegagalan pemimpin untuk menggerakkan komitmen perencanaan, akan mempengaruhi proses perencanaan selanjutnya, sehingga menjadi kurang bermakna. Kemampuan direktur menggalang komitmen merupakan hal penting sebelum meneruskan proses perencanaan strategis. Sebuah kasus pada sebuah rumah sakit yang menggambarkan bahwa proses penyusunan rencana strategis yang dibantu oleh seorang konsultan tiba-tiba dihentikan. Hal ini karena konsultan menilai bahwa direktur tidak mampu menggalang komitmen bahkan direktur itu sendiri menjadi bagian dari permasalahan. Untuk menghindari kegagalan penyusunan rencana


(52)

strategis, proses penyusunan dihentikan untuk menghindari pemborosan waktu dan sumber daya. Oleh konsultan disarankan agar direktur melakukan perbaikan kepemimpinan terlebih dahulu (Trisnantoro, 2005).

Mengingat peranan yang berat seorang pemimpin dalam menyusun rencana strategis dan mengaplikasikan sistem manajemen strategis, diperlukan beberapa persyaratan untuk menjadi pemimpin, yaitu (1) menetapkan arah, (2) memobilisasi komitmen individu, (3) memicu kemampuan organisasi, (4) menunjukkan karakter pribadi.

2.4 Kinerja Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit 2.4.1 Pengertian Kinerja

Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu (Payaman, 2005). Sedangkan menurut Sedarmayanti, (2004) kinerja merupakan hasil kerja seseorang yang dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur, tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena upaya pelaku yang terdapat pada organisasi tersebut.

Ilyas, (2001) menyatakan bahwa kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kualitas maupun kuantitas dalam suatu organisasi. Dalam organisasi pelayanan kesehatan, sangatlah penting untuk memiliki instrumen penilaian kinerja yang efektif bagi tenaga kerja profesional. Proses evaluasi kinerja bagi profesional menjadi bagian terpenting dalam upaya manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi yang efektif. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja


(53)

personel maka perlu dilakukan pengkajian terhadap beberapa teori kinerja. Secara teoritis ada 3 (tiga) kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Ketiga kelompok variabel tersebut mempengaruhi perilaku kinerja yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja personel. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas‐tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas.

Menurut Payaman (2005) kompensasi individu adalah kemampuan dan keterampilan melakukan kerja yang dipengaruhi oleh pendidikan, akumulasi pelatihan dan pengalaman kerja.

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan bagian dari investasi sumber daya manusia (Human Investment). Semakin lama waktu yang digunakan seseorang untuk pendidikan semakin tinggi kemampuan atau kompetensinya melakukan pekerjaan dan dengan demikian semakin tinggi kinerjanya (Payaman, 2005). Sedangkan menurut Sedarmayanti (2004) pendidikan merupakan upaya untuk menambah pengetahuan dan keterampilan bekerja sehingga dengan demikian dapat meningkatkan produktivitas kerja.

b. Masa Kerja

Menurut Rivai (2003) masa kerja yang lebih lama menunjukkan pengalaman yang lebih dari seseorang dibandingkan dengan rekan kerjanya yang lain. Pengalaman kerja pada awal melaksanakan tugas tidak banyak memerlukan


(54)

bimbingan tetapi bila sifat kepribadiannya buruk atau intelegensinya rendah maka semakin lama akan semakin kurang berhasil guna dan berdaya guna dalam bekerja.

Menurut Payaman (2005) pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin cepat menyelesaikan pekerjaan tersebut sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan kinerja.

Robbins (2002), menyatakan bahwa tingkat kinerja pegawai akan sangat tergantung pada faktor kemampuan pegawai itu sendiri seperti tingkat pendidikan, pengetahuan, pengalaman dimana dengan tingkat kemampuan yang semakin tinggi akan mempunyai kinerja semakin tinggi pula. Dengan demikian tingkat pendidikan, pengetahuan dan pengalaman yang rendah akan berdampak negatif pada kinerja pegawai. Sehingga pegawai pemerintah dituntut untuk memiliki kualifikasi tertentu, karena tidak semua orang memiliki keahlian yang dipersyaratkan untuk menyelesaikan pekerjaan.

2.4.2 Upaya Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Depkes RI, (1995) dan Depkes RI, (2004) bahwa sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit adalah segala upaya untuk menyehatkan dan memelihara lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Karena rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan


(55)

kesehatan. Untuk menghindari resiko dan gangguan kesehatan tersebut maka diperlukan penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit.

Penyelenggaraan sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit dilakukan untuk menghindari kemungkinan pencemaran lingkungan, resiko dan gangguan kesehatan sesuai dengan persyaratan kesehatan. Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004.

Penyelenggara upaya kesehatan lingkungan rumah sakit adalah para petugas yang terlibat dalam alur atau mekanisme sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit. Para petugas tersebut adalah petugas yang telah disebutkan di atas yang telah diatur tugas, pokok dan fungsinya. Sedangkan penanggung-jawab kesehatan lingkungan rumah sakit kelas C adalah seorang tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian, serendah-rendahnya berijazah diploma (D3) di bidang kesehatan lingkungan (Depkes RI, 2004).

Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit tersebut meliputi: 1. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman Rumah Sakit

Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruang atau unit dan halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit yang mencakup bangunan fisik dan kelengkapannya yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah sakit. Seperti pencahayaan yang cukup dan memadai untuk keperluan pelaksanaan kegiatan secra efektif. Adanya pengawasan ruang bangunan seperti aliran udara di dalam ruang bangunan yang memadai untuk menjamin kesehatan


(56)

penghuni ruangan, pengawasan kebisingan yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan membahayakan kesehatan. Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu keadaan atau kondisi ruang bangunan dan halaman yang bebas dari bahaya dan resiko minimal untuk terjadinya infeksi silang dan masalah kesehatan dan keselamatan kerja.

a. Penyehatan Lingkungan Bangunan Rumah Sakit

Untuk persyaratan kesehatan lingkungan bangunan rumah sakit dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.

2) Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi dengan rambu parkir.

3) Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir, jika berlokasi di daerah banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.

4) Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok.

5) Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup.

6) Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek, atau tidak terdapat genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman.


(57)

7) Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan limbah. 8) Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat tertentu yang

menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.

9) Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara berkualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat, dan binatang pengganggu lainnya.

b. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit 1) Lantai

a) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan

b) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan limbah.

c) Pertemua lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar mudah dibersihkan.

2) Dinding

Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat.


(58)

3) Ventilasi

a) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan baik.

b) Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai.

c) Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara yang baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan buatan/mekanis.

d) Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan peruntukan ruangan.

4) Atap

a) Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.

b) Atap lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir. 5) Langit-langit

a) Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan. b) Langit-langit tingginnya minimal 2,70 meter dari lantai.

c) Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap. 6) Konstruksi

Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk aedes.

7) Pintu

Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.


(59)

8) Jaringan Instalasi

a) Pemasangan Jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik, sistem pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan.

b) Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air minum. 9) Lalu Lintas Antar Ruangan

a) Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didesain sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi.

b) Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD (Automatic Rexserve Divide) yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati.

c) Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram untuk brankar.


(60)

10) Fasilitas Pemadam Kebakaran

Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Ruang Bangunan

Pemetaan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan pengelompokkan ruangan berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit sebagai berikut :

1) Zona dengan Risiko Rendah

Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang pendidikan/ pelatihan.

a) Permukaan dinding harus rata dan berwarna terang.

b) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus.

c) Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.

d) Lantai pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai


(61)

e) Ventilasi harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan baik, bila ventilasi alamiah tidak menjamin adanya pergantian udara dengan baik, harus dilengkapi dengan pengawasan mekanis (exhouster).

f) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai.

2) Zona dengan Risiko Sedang

Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada zona risiko rendah. 3) Zona dengan Risiko Tinggi

Zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah mayat (autopsy), dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang

1) Dinding ruang laboratorium di buat dari porselin atau keramik setinggi 1, 50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang.

2) Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap, dengan ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar yang dihasilkan dari peralatan yang dipasang di ruangan tersebut, tembok pembatas antara ruang sinar X dengan kamar gelap dilengkapi dengan transfer cassette.

b) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus.


(62)

c) Langit-langit terbuat dari bahan multiplek atau bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.

d) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter , dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.

e) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai.

4) Zona dengan Risiko Sangat Tinggi

Zona risiko sangat tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Dinding terbuat dari bahan porselin atau vinyl setinggi langit-langit, atau di cat dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna terang.

b) Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.

c) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.

d) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan berwarna terang.

e) Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-langit.


(1)

Komitmen kontinuans

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 20 62,5 62,5 62,5

Tidak Baik 12 37,5 37,5 100,0

Total 32 100,0 100,0

Komitmen normatif

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 22 68,8 68,8 68,8

Tidak Baik 10 31,3 31,3 100,0

Total 32 100,0 100,0

Kinerja petugas sistem manajemen kesling RS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tinggi 19 59,4 59,4 59,4

Rendah 13 40,6 40,6 100,0


(2)

Lampiran 6

Analisis Bivariat

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

n Percent n Percent n Percent

K_afektif * kinerja petugas 32 100,0% 0 ,0% 32 100,0% K_kontinuans * kinerja petugas 32 100,0% 0 ,0% 32 100,0% K_n ormatif * kinerja petugas 32 100,0% 0 ,0% 32 100,0%

Komitmen Afektif * Kinerja Petugas

Crosstab

kinerja petugas Total

Tinggi Rendah Tinggi

K_afektif Baik Count 16 5 21

Expected Count 12,5 8,5 21,0

% within ka 76,2% 23,8% 100,0%

% within kp 84,2% 38,5% 65,6%

% of Total 50,0% 15,6% 65,6%

Tidak Baik Count 3 8 11

Expected Count 6,5 4,5 11,0

% within ka 27,3% 72,7% 100,0%

% within kp 15,8% 61,5% 34,4%

% of Total 9,4% 25,0% 34,4%

Total Count 19 13 32

Expected Count 19,0 13,0 32,0

% within ka 59,4% 40,6% 100,0%

% within kp 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 59,4% 40,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 7,161(b) 1 ,007 ,011 ,011

Continuity Correction(a) 5,277 1 ,022

Likelihood Ratio 7,286 1 ,007 ,021 ,011

Fisher's Exact Test ,021 ,011

Linear-by-Linear

Association 6,938(c) 1 ,008 ,011 ,011 ,010

N of Valid Cases 32

a Computed only for a 2x2 table

b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,47. c The standardized statistic is 2,634.


(3)

Komitmen Kontinuans * Kinerja Petugas

Crosstab

kinerja petugas Total

Tinggi Rendah Tinggi

K_kontinuans Baik Count 15 5 20

Expected Count 11,9 8,1 20,0

% within kk 75,0% 25,0% 100,0%

% within kp 78,9% 38,5% 62,5%

% of Total 46,9% 15,6% 62,5%

Tidak Baik Count 4 8 12

Expected Count 7,1 4,9 12,0

% within kk 33,3% 66,7% 100,0%

% within kp 21,1% 61,5% 37,5%

% of Total 12,5% 25,0% 37,5%

Total Count 19 13 32

Expected Count 19,0 13,0 32,0

% within kk 59,4% 40,6% 100,0%

% within kp 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 59,4% 40,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 5,398(b) 1 ,020 ,030 ,025

Continuity

Correction(a) 3,809 1 ,051

Likelihood Ratio 5,460 1 ,019 ,030 ,025

Fisher's Exact Test ,030 ,025

Linear-by-Linear

Association 5,229(c) 1 ,022 ,030 ,025 ,022

N of Valid Cases 32

a Computed only for a 2x2 table

b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,88. c The standardized statistic is 2,287.


(4)

Komitmen Normatif * Kinerja Petugas

Crosstab

kinerja petugas Total

Tinggi Rendah Tinggi

K_normatif Baik Count 17 5 22

Expected Count 13,1 8,9 22,0

% within kn 77,3% 22,7% 100,0%

% within kp 89,5% 38,5% 68,8%

% of Total 53,1% 15,6% 68,8%

Tidak Baik Count 2 8 10

Expected Count 5,9 4,1 10,0

% within kn 20,0% 80,0% 100,0%

% within kp 10,5% 61,5% 31,3%

% of Total 6,3% 25,0% 31,3%

Total Count 19 13 32

Expected Count 19,0 13,0 32,0

% within kn 59,4% 40,6% 100,0%

% within kp 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 59,4% 40,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 9,349(b) 1 ,002 ,005 ,004

Continuity

Correction(a) 7,126 1 ,008

Likelihood Ratio 9,639 1 ,002 ,005 ,004

Fisher's Exact Test ,005 ,004

Linear-by-Linear

Association 9,057(c) 1 ,003 ,005 ,004 ,003

N of Valid Cases 32

a Computed only for a 2x2 table

b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,06. c The standardized statistic is 3,009.


(5)

Lampiran 7

Analisis Multivariat

Logistic Regression

Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value

Tinggi 0

Rendah 1

Block 0: Beginning Block

Classification Table(a,b)

Observed Predicted

Kinerja petugas

Percentage Correct

Tinggi Rendah Tinggi

Step 0 Kinerja petugas Tinggi 19 0 100,0

Rendah 13 0 ,0

Overall Percentage 59,4

a Constant is included in the model. b The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Lower Upper Lower Upper Lower Upper

Step 0 Constant -,379 ,360 1,112 1 ,292 ,684

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables K_afektif 7,161 1 ,007

K_kontinuans 5,398 1 ,020

K_normatif 9,349 1 ,002


(6)

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig.

Step 1

Step 18,052 3 ,000

Block 18,052 3 ,000

Model 18,052 3 ,000

Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R Square

1 24,288a ,431 ,588

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.

Classification Tablea

Observed Predicted

Kinerja Petugas Percentage Correct Tinggi Rendah

Step 1

Kinerja Petugas

Tinggi 17 3 85,0

Rendah 2 10 83,3

Overall Percentage 84,5

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B) Lower Upper

Step 1

K_Afektif a

2,816 1,288 4,781 1 ,029 5,746 ,548 38,541 K_Kontinuans -2,941 1,276 5,314 1 ,021 3,547 1,258 26,584 K_Normatif 3,547 1,165 1,513 1 ,012 12,253 2,354 46,587 Constant -5,017 0,000 0,000 0 ,000