faktor. Kedua, distribusi pendapatan personal personal income distribution yang merupakan distribusi pendapatan perorangan yang menyangkut segi manusia
sehingga perorangan atau rumah tangga dan total pendapatan yang diterima Todaro, 1998.
Pada dasarnya kedua pendekatan inilah yang digunakan untuk menganalisis dan menilai distribusi pendapatan. Distribusi pendapatan fungsional yang berasal dari
teori produktivitas marginal, atau yang dikenal dengan distribusi balas jasa dalam teori ekonomi mikro. Perangkat analisis dari distribusi fungsional adalah fungsi
produksi serta alokasi faktor-faktor produksi yang diikutsertakan dalam fungsi produksi. Pendekatan ini jarang dipakai karena teori yang mendasarinya memiliki
hubungan antara balas jasa input yang dipergunakan dengan output yang dihasilkan didalam suatu proses produksi spesifik.
Pendekatan yang lazim dipergunakan adalah pendekatan distribusi personal atau rumah tangga. Pendekatan ini dilakukan dengan mengelompokkan perorangan
kedalam kelompok deciles atau quintiles yang akan menggambarkan pola pembagian pendapatan di dalam suatu kelompok masyarakat. Kemudian menetapkan
proporsi yang diterimanya oleh masing-masing kelompok dari pendapatan total.
2.7. Pengembangan Wilayah
Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah, meningkatkan, memperbaiki atau memperluas. Konsep pengembangan wilayah di
Indonesia lahir dari suatu proses iteratif yang menggabungkan dasar-dasar
Universitas Sumatera Utara
pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk penerapannya yang bersifat dinamis Sirojuzilam dan Mahalli, 2010.
Miraza 2005 di dalam sebuah wilayah terdapat berbagai unsur pembangunan yang dapat digerakkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Unsur
dimaksud seperti natural resources, human resources, infrastructure, technology dan culture.
Siagian 1982, pengembangan wilayah adalah merupakan suatu rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana dan dilaksanakan secara sadar oleh
suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernisasi dalam rangka pembinaan bangsa. Sandy 1992 pengembangan wilayah pada hakekatnya adalah pelaksanaan
pembangunan nasional di suatu wilayah yang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial wilayah tersebut serta tetap mentaati peraturan perundangan yang berlaku.
Hadisaroso 1993, mengemukakan pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan mengembangkan wilayah atau membangun daerahkawasan dalam rangka
usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Lebih lanjut pengembangan wilayah menurut Soegijoko 1997 merupakan upaya pemerataan
pembangunan dengan mengembangkan wilayah-wilayah tertentu melalui berbagai kegiatan sektoral secara terpadu, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
daerah itu secara efektif dan efisien serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Sirojuzilam 2005, pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu dan
Universitas Sumatera Utara
mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata banyak saranaprasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan
usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.
Mulyanto 2008 pengembangan wilayah yaitu setiap tindakan pemerintah yang akan dilakukan bersama-sama dengan para pelakunya dengan maksud untuk
mencapai suatu tujuan yang menguntungkan bagi wilayah itu sendiri maupun bagi kesatuan administratif di mana wilayah itu menjadi bagiannya, dalam hal ini Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pada umumnya pengembangan wilayah dapat dikelompokkan menjadi usaha-usaha mencapai tujuan bagi kepentingan-kepentingan
di dalam kerangka azas: a. Sosial
Usaha-usaha mencapai pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan peningkatan kualitas hidup serta peningkatan kesejahteraan individu, keluarga, dan seluruh
masyarakat di dalam wilayah itu diantaranya dengan mengurangi pengangguran dan menyediakan lapangan kerja serta menyediakan prasarana-prasarana
kehidupan yang baik seperti pemukiman, papan, fasilitas transportasi, kesehatan, sanitasi, air minum dan lain-lainnya.
b. Ekonomi Usaha-usaha mempetahankan dan memacu perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi yang memadai untuk mempertahankan kesinambungan dan perbaikan
Universitas Sumatera Utara
kondisi-kondisi ekonomis yang baik bagi kehidupan dan memungkinkan pertumbuhan kearah yang lebih baik.
c. Wawasan Lingkungan Pencegahan kerusakan dan pelestarian terhadap kesetimbangan lingkungan.
Aktivitas sekecil apapun dari manusia yang mengambil lingkungan dari, atau memanfaatkan memanfaatkan potensi alam, sedikit banyak akan mempengaruhi
kesetimbangannnya, yang apabila tidak diwaspadai dan dilakukan penyesuaian terhadap dampak-dampak yang terjadi akan menimbulkan kerugian bagi manusia,
khususnya akibat dampak yang dapat bersifat tak terubah lagi irreversible change. Untuk mencegah hal-hal ini maka di dalam melakukan pengembangan
wilayah, program-programnya harus berwawasan lingkungan dengan tujuan: mencegah kerusakan, menjaga kesetimbangan dan mempertahankan kelestaian
alam, 2.8.
Penelitian Sebelumnya
Adapun penelitian yang telah dilakukan mengenai pembangunan perumahan, pendapatan dan pengembagan wilayah sebelumnya antara lain:
1. Tarigan 2001 “Pengaruh Pembangunan Perumnas III Simalingkar terhadap Sosial Ekonomi di Daerah Sekitarnya” dengan pendekatan studi dilakukan
dengan melakukan analisis desktiptif dan uji t, menyimpulkan bahwa pembangunan Perumnas III Simalingkar berpengaruh positif terhadap sosial
ekonomi masyarakat sekitarnya, yakni berupa peningkatan pendapatan,
Universitas Sumatera Utara
kesempatan kerja, fasilitas tempat kerja, jaminan kesehatan, fasilitas keselamatan kerja, fasilitas transportasi, fasilitas kesehatan masyarakat, fasilitas pendidikan,
fasilitas peribadatan, fasilitas penerangan, fasilitas air bersih, fasilitas telekomunikasi, fasiltas perbankan, sumber permodalan.
2. Isnawati 2006 ‘Peran Developer dalam Penyediaan Rumah Sederhana di Kota Semarang”, dengan pendekatan analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis kualitatif, menyimpulkan bahwa dari 8 developer anggota REI Komisariat Semarang 33 developer mengembangkan perumahan sederhana
untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan 67 mengembangkan perumahan sederhana untuk masyarakat yang mampu membeli rumah sederhana tersebut.
Peran yang dominan dilakukan developer perumahan adalah peran sebagai penyedia. Mereka menyediakan rumah siap huni dengan keuntungan sekitar 6
dari total biaya yang dikeluarkan untuk membangun satu rumah dan ada juga yang mengembangkan perumahan dengan keuntungan lebih dari 6. Developer
memilih lokasi di daerah pinggiran kota karena harga lahan murah sehingga harga jual rumah dapat dijangkau masyarakat berpenghasilan rendah. Peran yang sering
diabaikan oleh developer adalah sebagai promotor. Peran sebagai promotor ini yaitu developer harus melakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada masyarakat
sekitar mengenai tujuan dan manfaat pengembangan kawasan perumahan. Adanya sosialisasi dengan masyarakat sekitar tentang tujuan dan manfaat
pengembangan kawasan perumahan tersebut diharapkan membuat interaksi
masyarakat sekitar dengan penghuni perumahan dapat berjalan lebih lancar.
Universitas Sumatera Utara
2.9. Kerangka Pemikiran