Wong Baker Faces Pain Scale Obat Anestesi Lokal

24 dianggap nyeri sedang menuju berat sehingga pasien merasa tidak nyaman sehingga memerukan obat analgesik rescue analgesic. Gambar 7. Visual Analogue Scale

c. Wong Baker Faces Pain Scale

72,80,81 Skala dengan enam gambar wajah dengan ekspresi yang berbeda, dimulai dari senyuman menangis karena kesakitan hingga wajah senyuman menandakan tidak sakit. Skala ini berguna bagi pasien dengan gangguan komunikasi,kesulitan dan keterbatasan verbal, seperti anak-anak, orang tua, pasien yang kebingungan atau pasien yang tidak mengeri dengan bahasa lokal setempat. Dijelaskan kepada pasien mengenai perubahan mimik wajah sesuai rasa nyeri dan pasien memilih sesuai rasa nyeri yang dirasakannya. Gambar 8. Wong Baker Faces Pain Rating Scale

d. Numerical Rating Scale NRS

Pertama sekali dikemukakan oleh Downie dkk pada tahun 1978, dimana pasien ditanyakan tentang derajat nyeri yang dirasakan dengan menunjukkan Universitas Sumatera Utara 25 angka 0 – 5 atau 0 – 10, dimana angka 0 menunjukkan tidak ada nyeri dan angka 5 atau 10 menunjukkan nyeri yang hebat. 72,82 Gambar 9. Numerical Rating Scale

2.2.6 Penanganan Nyeri

71,73.75 Penanganan nyeri pasca pembedahan yang efektif haruslah mengetahui patofisiologi dan pain pathway , sehingga penanganan nyeri dapat dilakukan dengan cara farmakoterapi multimodal analgesia, pembedahan, serta juga diperlukan perawatan yang baik dan teknik non-farmakologi fisioterapi dan psikoterapi. Modalitas analgetik pasca pembedahan termasuk di dalamnya analgesik oral , parenteral, blok saraf perifer, blok neuroaksial dengan anestesi lokal dan opioid intraspinal. 71,75

2.3 Obat Anestesi Lokal

Obat anestesi lokal adalah obat yang bersifat basa lemah, biasa digunakan pada saat anestesi spinal dan merupakan senyawa amino organik. Potensi suatu obat anestesi lokal berhubungan dengan kelarutannya dalam lemak dan kemampuan obat anestesi lokal untuk memasuki daerah yang hidrofobik. 17,83 Secara garis besar obat anestesi lokal dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu golongan ester dan golongan amida. Ikatan ester memiliki sifat mudah dihidrolisis dalam hepar dan oleh plasma esterase, mula kerja lambat, lama kerja pendek dan hanya sedikit menembus jaringan. Sedangkan ikatan amida mudah menjadi tidak aktif oleh hepatic amidase, mula kerja cepat, lama kerja lebih lama dan lebih banyak menembus jaringan. 17,55,83 Obat anestesi lokal yang termasuk ke dalam golongan amida antara lain : Universitas Sumatera Utara 26 bupivacaine, lidocaine, mepivacaine, ropivacaine, dan etidocaine. Sedangkan yang termasuk ke dalam golongan ester adalah : procaine, chlorprocaine dan tetracaine, yang telah jarang digunakan lagi karena dapat menyebabkan reaksi anafilaktik dapat menimbulkan Transien Neurologikal Simptom TNS. 15-17,55 Semua obat anestesi lokal bersifat stabilisasi membran yang menghambat tansmisi nyeri. Mempunyai kemampuan yang reversibel untuk membuka dan menutup volgated gated sodium channel dari dalam, dengan demikian mencegah depolarisasi membran saraf dan perbedaan potensial aksi pada tempat suntikan obat pertama kali dilaporkan pada tahun 1950, sehingga membran akson tidak akan dapat bereaksi dengan asetil kholin dan membran akan tetap dalam keadaan semipermiabel dan tidak tejadi perubahan potensial. Keadaan ini menyebabkan aliran implus yang melewati saraf tersebut terhenti, sehingga segala macam rangsang ataupun sensasi tidak akan sampai ke susunan saraf pusat, keadaan ini menyebabkan timbulnya parastesia sampai analgesia, paresis sampai paralisis dan vasodilatasi pembuluh darah pada daerah yang terblok. 17,55,83 Obat anestesi lokal memperlihatkan affinitasnya terhadap sodium channel pada keadaan aktif dan tidak aktif, seperti yang diilustrasikan pada gambar 10. 17,55,83 Gambar 10. Mekanisme Kerja Obat Anestesi Lokal 17 Voltaged gated sodium channels yang berada dalam 3 tiga kondisi : istirahat, aktif terbuka dan Inaktif. Obat anestesi Lokal berikatan dengan voltaged gated sodium channel dari dalam sel sehingga mengurangi masuknya sejumlah besar sodium yang berhubungan dengan depolarisasi membran. Universitas Sumatera Utara 27 Bila konsentrasi yang meningkat dari suatu anestesi lokal diterapkan pada suatu serabut saraf, maka nilai ambang eksitasi akan meningkat, konduksi impuls lambat, kecepatan peningkatan potensial aksi menurun, amplitudo potensial berkurang, dan akhirnya kemampuan untuk membangkitkan potensial aksi akan hilang. 17,55,83 Efek progresif ini diakibatkan oleh adanya ikatan antara anestesi lokal dengan saluran ion natrium yang semangkin meningkat. Pada setiap saluran ion, ikatan menghasilkan penghambatan arus ion Na + . Apabila arus ion Na + dihambat disepanjang serabut saraf maka impuls yang melewati daerah yang dihambat tidak terjadi. Pada dosis minimum yang diperlukan untuk menghambat impuls, potensial aksi tidak dipengaruhi secara berarti 17,55,83 Aktifitas obat anestesi lokal tidak terbatas hanya pada sodium channel. Obat anestesi lokal juga bekerja menghambat potassium dan calcium channel, reseptor transien yang potensial terhadap reseptor ligan gated lainnya. Selain itu obat anestesi lokal dapat mengganggu ikatan antara protein G tertentu dengan reseptor lainnya dan menghasilkan efek anti inflamasi yang poten terutama pada reaksi awal neutrophil. Akibatnya terjadi penurunan pelepasan mediator-mediator inflamasi dari neutrophil, mengurangi adhesi antara neutrophil dan endothelium, menurunkan produksi oksigen radikal bebas dan mengurangi pembentukan edema sehingga mencegah terjadinya sensitisasi dan hiperalgesia. 17,55,83 Dengan menghentikan transmisi stimuli nyeri dan menghilangkan tonus otot skelet, blokade neuroaksial dapat memberikan kondisi pembedahan yang baik. Blokade sensoris menghambat nyeri somatik dan visceral, sedangkan blokade motoris menyebabkan relaksasi otot skelet. Efek obat anestesi lokal pada serabut saraf bervariasi bergantung pada ukuran serabut saraf, bermielin, konsentrasi obat anetesi lokal serta lamanya kontak. Akar serabut saraf spinalis terdiri dari gabungan bermacam serabut saraf. Serabut yang lebih kecil dan bermielin umumnya lebih mudah diblok daripada serabut saraf yang lebih besar dan tidak bermielin. Pada kenyataannya bahwa konsentrasi obat anestesi lokal akan menurun dengan semakin meningkatnya jarak dari level penyuntikan, hal ini menerangkan fenomena perbedaan blokade. Perbedaan blokade berakibat blok Universitas Sumatera Utara 28 simpatis yang ditentukan oleh sensitivitas temperatur menjadi 2 segmen lebih tinggi daripada blok sensoris nyeri, raba halus yang 2 segmen lebih tinggi daripada blok motoris. 17,55,83 Respon serabut saraf terhadap obat anestesi lokal berbeda-beda. Sensitifitas bloknya tergantung pada besarnya diameter aksonal saraf, derajat mielinisasi dan kecepatan konduksi saraf. Walaupun serabut saraf mempunyai ukuran yang lebih kecil dan tidak bermielin tetapi kecepatan hantaran sarafnya dapat meningkatkan affinitasnya terhadap obat anestesi lokal. Pada saraf spinal, obat anestesi lokal menghambat fungsi otonomik sensorik motorik 17,55,83 Anestesi lokal khususnya memblokir serabut saraf kecil. Hal ini karena jarak pasif propagasi impuls dalam saraf kecil yang lebih pendek. Secara umum, saraf C yang tidak bermielin sinyal rasa sakit dan saraf Aδ mielin nyeri dan suhu yang diblokir sebelum serabut saraf besar yang bermieli n A , A dan Aα postural, sentuhan, tekanan dan sinyal motorik. 17,55,83 Tabel 2. Jenis Serabut Saraf Dan Sensitivitas Blokade 17 Tipe Serabut Saraf Fungsi Diameter mikron Mistifikasi Velositas Konduksi ms Sensitivitas Blok Saraf Tipe A Alpha α Propriosepsi, Motorik 12-20 Berat 70-120 + Beta Rabaan, Tekanan 5-12 Berat 30-70 ++ Gamma Serabut Otot 3-6 Berat 15-30 ++ Delta δ Nyeri,Suhu 2-5 Berat 12-30 +++ Tipe B Autonomik Preganglionik 3 Ringan 3-15 ++++ Tipe C Akar Dorsal Nyeri 0,4-12 Tidak ada 0,5-2,3 ++++ Simpatetik Postganglionik 0,3-1,3 Tidak ada 0,7-2,3 ++++ Potensi obat anestesi lokal dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak, semakin larut dalam lemak maka makin poten obat anestesi lokal tersebut. Ikatan dengan protein protein binding akan mempengaruhi lama kerja dan konstanta Universitas Sumatera Utara 29 disosiasi pKa menentukan mula kerja. 17,55,83 Konsentrasi minimal anestesi lokal dipengaruhi oleh : 1. pH asidosis menghambat blokade saraf 2. Ukuran, jenis dan mielinisasi saraf 3. Frekuensi stimulasi saraf Mula kerja obat bergantung pada beberapa faktor antara lain 55,83 : 1. pKa mendekati pH fisiologis sehingga konsentrasi bagian yang tidak terionisasi bermuatan meningkat dan dapat menembus membran sel saraf sehingga menghasilkan mula kerja yang cepat. 2. Alkalinisasi anestesi lokal membuat mula kerja cepat 3. Konsentrasi obat anestesi lokal Lama kerja obat dipengaruhi oleh : 1. Ikatan dengan protein plasma, karena reseptor anestesi lokal adalah protein 2. Dipengaruhi oleh kecepatan absorbsi 3. Dipengaruhi oleh ramainya pembuluh darah perifer di daerah pemberian Obat anestesi lokal mempengaruhi volgated sodium channel di dalam tubuh sehingga potensial untuk terjadi toksisitas sistemik. Awalnya toksisitas mempengaruhi sistem saraf pusat kemudian diikuti dengan sistem kardiovaskuler. Toksisitas berhubungan langsung dengan potensi obat anestesi lokal. Beberapa obatyang lebih poten cth. Bupivakain, LevoBupivakain, Ropivakain menyebabkan efek kardiotoksik pada konsentrasi dan dosis yang lebih kecil bila dibandingkan obat yang kurang poten contoh : Lignokain. 17,55,83 Sistem saraf pusat SSP paling rentan mengalami toksisitas obat anestesi lokal. Overdosis obat anestesi lokal jelas terlihat pada pasien yang sadar. Gejala awal seperti bibir kebas, lidah terasa seperti logam, parastesia lidah, bingung serta gangguan pada mulut dan penglihatan. Kejadian tersebut diikuti dengan tanda- tanda eksitatori cth. rasa lelah, agitasi, cemas, dan paranoid yang dengan sangat cepat menjadi depresi pada SSP contoh: bicara pelo, tidak sadar, kejang, henti nafas, kolap kardiovaskuler. Neurotoksisitas seperti sindroma cauda equina pernah dilaporkan terjadi setelah penyuntikan lignokain 5 dan tetrakain 0,5 intratekal yang berulang-ulang. 17,55,83 Universitas Sumatera Utara 30 Toksisitas lokal pad saraf tergantung pada konsentrasi obat anestesi lokal. Lignokain mempunyai potensial neurotoksik yang paling besar. Insiden terjadinya Transient Radicular Iritation TRI pertama kali dilaporkan pada tahun 1993. TRI adalah gejala neurologis yang berlangsung singkat cth. dysesthesia, nyeri terbakar, nyeri yang terus menerus pada tungkai dan bokong dan secara spontan membaik dalam waktu 5 lima hari tanpa disertai gejala sisa yang bersifat jangka panjang. 17,55,83 Dalam tindakan anestesi spinal penyebaran obat anestesi lokal ke dalam cairan serebrospinalis dipengaruhi beberapa faktor dapat dilihat pada tabel 3. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran obat anestesi lokal ke dalam cairan serebrospinalis, antara lain: 2,17,27,44,55,62,83  Umur : Umur berpengaruh terhadap level analgesi spinal dan terjadi penurunan yang progresif dari cairan serebrospinalis. Dengan semakin bertambahnya umur maka ruang arahnoid dan epidural akan menjadi lebih kecil sehingga menyebabkan penyebaran obat anestesi lokal menjadi lebih luas besar, akibatnya penyebaran obat anestesi lokal ke arah sefalad akan lebih banyak dan level analgesia yang dicapai lebih tinggi dengan dosis sama dan tinggi badan yang sama. Oleh karena itu sebaiknya pada usia tua dosis obat anestesi lokal dikurangi.  Tinggi Badan : Dengan semakin tingginya pasien, maka makin panjang medula spinalisnya dan makin banyak volume cairan serebrospinal di bawah L2, sehingga pasien yang tinggi memerlukan dosis yang lebih besar daripada pasien yang lebih pendek.  Berat Badan : Pada pasien yang gemuk terjadi penurunan volume cairan serebrospinal yang berhubungan dengan penumpukan lemak dalam rongga epidural, sehingga mempengaruhi penyebaran obat anestesi lokal ke dalam ruang subarakhnoid.  Jenis Kelamin : Jenis kelamin tidak berpengaruh langsung terhadap penyebaran obat anestesi lokal dalam cairan serebrospinal. Hanya bila dalam posisi miring lateral akan tampak kepala sedikit lebih rendah daripada pinggul oleh karena lebar pinggang relatif lebih lebar dari bahu pada wanita dan Universitas Sumatera Utara 31 sebaliknya pada laki-laki.  Tekanan Intra Abdominal : Peningkatan tekanan intra abdominal sering dikaitkan dengan peningkatan penyebaran obat anestesi lokal ke dalam ruang subarakhnoid.  Anatomi Kolumna Vertebralis : Lekukan kolumna vertebralis mempengaruhi penyebaran anestesi lokal ke dalam cairan serebrospinal.  Tempat Penyuntikan : Penyuntikan obat pada L2-3 atau L3-4 memudahkan penyebaran obat ke arah kranial, sedangkan penyuntikan pada L4-L5 memudahkan obat berkumpul di daerah sakral.  Kecepatan Suntikan : Makin cepat penyuntikan obat makin tinggi tingkat analgesi yang tercapai.  Dosis : Makin besar dosis, makin besar intensitas blokade  Berat Jenis : Penyebaran obat hiperbarik dan hipobarik dalam cairan serebrospinal dipengaruhi oleh posisi pasien. Penyebaran obat isobarik selama dan setelah penyuntikan tidak dipengaruhi oleh posisi pasien.  Konsentrasi Larutan : Pada umumnya, tinggi analgesia meningkat dengan bertambah pekatnya larutan anestesi lokal.  Manuver valsava : Mengejan akan meningkatkan tekanan cairan serebrospinalis, sehingga analgesia yang dicapai lebih tinggi, terutama bila dilakukan oleh pasien segera setelah obat disuntikkan ke dalam ruang subarakhnoid.  Barbotage : teknik stirring up untuk meningkatkan turbulensi sehingga obat anestesi lokal tercampur dan meningkatkan distribusinya ke dalam rongga subarakhnoid.Atau bisa juga didefinisikan sebagai aspirasi volume CSF baik sebelum atau sesudah injeksi lokal anestesi,diikuti dengan re injeksi CSF yang kadang – kadang bisa dilakukan berulang. Biasanya volume CSF sama dengan jumlah volume obat anestesi lokal. Pada obat anestesi lokal yang hiperbarik metode ini bisa memperpendek waktu untuk mencapai analgesinya.  Kehamilan : beberapa proses fisiologis kehamilan secara tidak langsung akan meningkatkan dan mempengaruhi kerja obat anestesi lokal.penyebaran ke sefalad dipercepat karena progesteron yang meningkatkan sensitivitas Universitas Sumatera Utara 32 neuronal. Mekanisme dapat secara langsung pada eksitabilitas membran aksi tidak langsung pada neurotransmitter, kemudian peningkatan permeabilitas dari sarung neural, potensiasi dengan opioid endogen dan potensiasi GABA yang meningkatkan konduksi klorida.  Posisi pasca penyuntikan : segera setelah disuntikkan anestesi lokal hiperbarik pada posisi lateral, pada daerah setinggi L 2-4 pasien segera diposisikan telentang dengan left lateral tilt . Dengan demikian obat anestesi akan terbagi menjadi 2 bagian yaitu mengarah ke sefalad dan berkumpul di midthoracic lalu bagian lain akan berkumpul ke caudal. Keuntungan dari distribusi ini adalah kita dapat menentukan sampai setinggi mana level blokade yang kita kehendaki. Tabel 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Anestesi Lokal 17 Karakteristik anestesi lokal  Barisitas  Volume dosis konsentrasi  Suhu anestesi lokal  Viskositas  Penambahan obat anestei lainnya Teknik  Posisi pasien  Level tempat penyuntikan  Arah jarum  Kateter intratekal  Pemberian kontinyu  Penyuntikan epidural Karakteristik Pasien  Usia  Berat badan  Tinggi badan  Jenis kelamin  Tekanan intraabdomen  Anatomi tulang belakang  Volume cairan cerebrospinal lumbosakral  Kehamilan

2.4 Bupivakain

Dokumen yang terkait

Perbandingan efek analgesia dan kejadian hipotensi akibat anestesia spinal pada operasi bedah sesar dengan bupivakain 0.5% hiperbarik 10 mg dan 15 mg

0 88 157

Perbandingan Mula Dan Durasi Kerja Levobupivacaine Hiperbarik 12,5 Mg Dan Bupivacaine Hiperbarik 12,5 Mg + Fentanyl 25 μg Pada Anestesi Spinal Untuk Operasi Ekstremitas Bawah Di RSUP. H. Adam Malik Medan

3 119 93

Perbandingan Penambahan Midazolam 1 Mg Dan Midazolam 2 Mg Pada Bupivakain 15 Mg Hiperbarik Terhadap Lama Kerja Blokade Sensorik Anestesi Spinal

1 38 69

Perbandingan Efektivitas Penambahan 2 mg Midazolam dengan 25 g Fentanil pada 12,5 mg Bupivakain 0,5% Hiperbarik Secara Anestesi Spinal untuk Operasi Ortoped i Ekstremitas Bawah-Comparison of Effectivity between 2 mg Midazolam and 25 g Fentanyl Added to 12

0 0 16

UJI KLINIS PERBANDINGAN MULA SERTA KERJA ANTARA BUPIVAKAIN 0,5% 12,5 MG HIPERBARIK DAN ISOBARIK PADA ANESTESI SPINAL - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR) Budi Wibowo Tesis

0 3 101

Perbandingan Kombinasi Bupivakain 0,5% Hiperbarik dan Fentanil dengan Bupivakain 0,5% Isobarik dan Fentanil terhadap Kejadian Hipotensi dan Tinggi Blokade Sensorik pada Seksio Sesarea dengan Anestesi Spinal | Okatria | Jurnal Anestesi Perioperatif 820 303

0 0 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 REGIONAL ANESTESIA - Perbandingan efek analgesia dan kejadian hipotensi akibat anestesia spinal pada operasi bedah sesar dengan bupivakain 0.5% hiperbarik 10 mg dan 15 mg

0 0 48

Perbandingan Mula Dan Durasi Kerja Levobupivacaine Hiperbarik 12,5 Mg Dan Bupivacaine Hiperbarik 12,5 Mg + Fentanyl 25 μg Pada Anestesi Spinal Untuk Operasi Ekstremitas Bawah Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 20

BAB II TINAJUAN PUSTAKA 2.1. ANESTESI SPINAL 2.1.1. Sejarah Anestesi Spinal - Perbandingan Mula Dan Durasi Kerja Levobupivacaine Hiperbarik 12,5 Mg Dan Bupivacaine Hiperbarik 12,5 Mg + Fentanyl 25 μg Pada Anestesi Spinal Untuk Operasi Ekstremitas Bawah Di

0 0 22

PERBANDINGAN LAMA ANALGESIA BUPIVAKAIN HIPERBARIK + MORFIN INTRATEKAL DENGAN BUPIVAKAIN HIPERBARIK + NaCl INTRATEKAL PADA PASIEN YANG MENJALANI OPERASI DENGAN ANESTESI SPINAL - Repository UNRAM

0 0 12