A CORRELATION BETWEEN THE INTEREST FOR BEING A TEACHER AND FAMILY ENVIRONMENT WITH THE ACADEMIC ACHIEVEMENT TO THE STUDENT OF HISTORICAL EDUCATION OF TEACHING AND TRAINING FACULTY OF SEBELAS MARET

(1)

commit to user

Purwaningsih. HUBUNGAN ANTARA MINAT MENJADI GURU DAN

LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA

MAHASISWA PENDIDIKAN SEJARAH FKIP UNS. Skripsi. Surakarta: Fakultas

keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Agustus 2010.

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara minat menjadi guru dan prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS, (2) untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara lingkungan keluarga dan prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS, (3) untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara minat menjadi guru dan lingkungan keluarga secara bersama-sama terhadap prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif statistik korelasional. Populasi terdiri dari seluruh mahasiswa Pendidikan sejarah angkatan 2006, 2007, 2008, dan 2009. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportionate Stratified Random Sampling

dengan tingkat signifikansi 5% berdasarkan tabel Isaac dan Michael diperoleh sampel sebanyak 120. Data minat menjadi guru dan data lingkungan keluarga diperoleh dengan menyebar angket atau kuesioner, sedangkan untuk data prestasi akademik menggunakan teknik dokumentasi.

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil sebagai berikut (1) terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat menjadi guru dan prestasi akademik. Hasil ditunjukkan dari perhitunganrhitung >rtabel atau 0,715 > 0,176 pada n=120 dengan taraf signifikansi 5%, (2) terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat menjadi guru dan prestasi akademik. Hasil ditunjukkan dari perhitungan rhitung >rtabel atau 0,766 > 0,176 pada n=120 dengan taraf signifikansi 5%, (3) terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat menjadi guru dan lingkungan keluarga terhadap prestasi akademik. Hasil ditunjukkan dari perhitungan

tabel hitung F

F > atau 120,227 > 3,07 pada n=120 dengan taraf signifikansi 5%. Diperoleh hasil persamaan garis regresi linier ganda yaitu


(2)

Purwaningsih. A CORRELATION BETWEEN THE INTEREST FOR BEING A

TEACHER AND FAMILY ENVIRONMENT WITH THE ACADEMIC

ACHIEVEMENT TO THE STUDENT OF HISTORICAL EDUCATION OF TEACHING AND TRAINING FACULTY OF SEBELAS MARET UNIVERSITY

(UNS). Thesis. Surakarta: Teaching and Training Faculty. Sebelas Maret University. August

2010.

The aims of this research are to find out the existence of correlations between (1) the interest for being a teacher and academic achievement, (2) the family environment and academic achievement, (3) the interest for being a teacher and the environment of family to the academic achievement collectively, to the student of historical education program of teaching and training faculty of UNS.

This research method was descriptive-corelational statistic. The population consisted of the whole students of historical education in the academic years of 2006, 2007, 2008, and 2009. The sampling technique used was Proportionate Stratified Random Sampling with the level of significance is 5 % based on the Isaac and Michael tables. It was obtained 120 samples. The data of the interest for being a teacher and family environment was obtained by using questionnaire instrument, while the data of academic achievement was by using documentation technique.

Based on the data analysis, it is obtained the result as follows: there is the significant positive relationship between (1) the interest for being a teacher and academic achievement. The result is showed by the rarithmetic > rtable calculation or 0,715 > 0,176 at n=120 wit the

level of significance is 5%, (2) the interest for being a teacher and academic achievement. The result is showed by rarithmetic > rtable calculation or 0,766 > 0,176 at n=120 with the level

of significance is 5 %, (3) the interest for being a teacher and family environment to the academic achievement. The result is showed by the Farithmetic >Fttable or 120.227 > 3.07 at

n=120 with the level of significance is 5%. It is obtained the line equation of double linier regression is Y=2.93+ 0.00013 X1 + 0.00012X2.


(3)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Hal ini dibuktikan dengan adanya semboyan “Belajar sepanjang hayat”, yang mengindikasikan betapa besarnya peranan pendidikan. Selain itu, pendidikan juga merupakan wahana yang penting untuk menciptakan generasi muda sebagai penerus bangsa agar pembangunan bangsa berkualitas.

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Untuk mewujudkan suatu pendidikan yang berkualitas, diperlukan peranan guru yang berkualitas serta diperlukan komitmen yang tinggi pula sebagai tenaga pendidik yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan pendidikan. Implikasi dari adanya upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan tersebut adalah usaha peningkatan kualitas guru.

Untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas agar diperoleh output yang berkualitas pula, diperlukan para guru yang berkarakter kuat dan cerdas. Guru yang berkarakter kuat, bukan hanya mampu mengajar tetapi ia juga mampu mendidik. Ia bukan hanya mampu mentransfer pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi ia juga mampu menanamkan nilai-nilai yang diperlukan untuk mengarungi kehidupan. Guru yang cerdas, ia bukan hanya memiliki kemampuan yang bersifat intelektual, tetapi yang memiliki kemampuan secara emosi dan spiritual sehingga guru mampu mambuka mata hati peserta didik untuk belajar, yang selanjutnya ia mampu hidup dengan baik di tengah-tengah masyarakat ( Furqon Hidayatullah, 2009 : 3).


(4)

Di Indonesia khususnya di UNS Surakarta, LPTK (Lembaga Pengadaan tenaga Kependidikan) yang berperan untuk mencetak calon guru adalah FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan). Melalui lembaga atau fakultas ini, mahasiswa diberi bekal mengenai dasar-dasar menjadi guru serta Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) yang diharapkan pada nantinya mampu menghasilkan output berupa para guru yang berkualitas dan berkompeten pada bidangnya. Menurut A. Samana (1994:87), unsur-unsur LPTK agar diperoleh output yang berkualitas adalah :

1. Guru calon guru ( Dosen di LPTK )

2. Kurikulum LPTK

3. Standardisasi masukan LPTK yang lain, meliputi prasarana, sarana, media, sumber, sekolah tempat praktik keguruan, dan situasi umum yang kondusif demi terselenggaranya pembelajaran di LPTK perlu dibina mutu dan jumlahnya

4. Standardisasi penilaian dan norma kelulusan

5. Peran LPTK dalam pelayanan pendidikan guru yang telah berdinas

Menurut Furqon Hidayatullah (2007:77), upaya-upaya agar output dari FKIP UNS ini nantinya dapat menjadi guru yang handal dapat diarahkan dengan:

1. Penajaman kurikulum,

2. Fasilitas dan sarana prasarana,

3. Sumber Daya Manusia (khususnya tenaga pengajar), 4. Aspek penunjang,

5. dan manajemen yang kuat.

Lulusan pendidikan guru yang berkualifikasi siap pakai menunjuk adanya

kemampuan untuk mengolah,menyesuaikan, dan mengorranisir pesan

pengajarannya selaras dengan situasi siswa yang dihadapinya dengan tetap mengacu pada pedoman kurikuler yang disahkan oleh Pemerintah. Kualitas guru yang diharapkan oleh masyarakat atau negara adalah tidak sekadar siap pakai, tetapi juga bersifat mandiri dalam menjalankan tugas keguruannya ( A. Samana, 1994:20 ). Hal ini berarti guru hendaknya bersikap tegas serta positif dalam


(5)

pilihan karirnya, susila serta bertanggungjawab dalam segala tindakannya, setiap keputusan serta tindak keguruannya berdasar pada pertimbangan rasional yang mantap, dan output (guru) tersebut mampu menginvestasikan semua perolehan belajarnya untuk meraih perkembangan diri serta karirnya lebih lanjut.

Di FKIP UNS, prestasi belajar atau prestasi akademik ditunjukkan dalam bentuk Indeks Prestasi (IP). Oleh karena output yang dihasilkan oleh FKIP UNS adalah para guru, maka untuk membentuk guru yang berkualitas dan berkompeten di bidangnya, diperlukan minat yang tinggi untuk menjadi guru. Selain minat menjadi guru, hal yang juga penting agar mahasiswa menjadi guru yang berkompeten adalah lingkungan keluarga yang harmonis dan kondusif.

Minat menjadi guru sangat penting dimiliki oleh calon guru, terutama bagi mahasiswa yang mengambil kuliah di FKIP. Tanpa adanya minat yang tinggi, sulit untuk mencapai hasil yang diinginkan dan hal ini berakibat pada output yang dihasilkan pada nantinya tidak memiliki kualifikasi yang bagus. Padahal, setelah lulus mahasiswa diharapkan dapat menjadi tenaga pendidik yang profesional dan memiliki kualifikasi yang memadai.

Lingkungan keluarga yang mendukung dan kondusif juga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar. Lingkungan keluarga yang mendukung prestasi belajar mahasiswa dengan yang tidak mendukung belajar tentu akan menghasilkan prestasi yang berbeda pula.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diharapkan prestasi belajar mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS dapat meningkat dengan cara menumbuhkan kecintaan dan minat mereka untuk menjadi guru dan berusaha menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif sebagai motivasi untuk belajar. Minat menjadi guru harus ditingkatkan sebab dengan adanya minat yang tinggi untuk menjadi guru, dapat meningkatkan motivasi untuk belajar dan berdampak pada hasil prestasi akademik. Selain itu, dengan adanya minat menjadi guru yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan dan menghasilkan lulusan yang nantinya memiliki profesionalitas dan kualifikasi yang bagus dalam bidang pendidikan. Lingkungan keluarga juga perlu diupayakan kondusif, sebab lingkungan keluarga yang kondusif dapat menjadi motivasi belajar dan meningkatkan prestasi


(6)

akademik. Peranan keluarga sangat penting dalam pendidikan anak, sehingga cara orang tua mendidik anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya pasti tidak mengetahui kesulitan-kesulitan belajar yang dialami anaknya. Sebetulnya, anak mungkin pandai, tetapi karena kurang perhatian dari orang tuanya maka si anak menjadi malas belajar. Oleh karena itu, diperlukan bimbingan dan pengarahan orang tua demi keberhasilan anaknya (Ngalim Purwanto, 1988:148). Selain itu, relasi keluarga yang harmonis, keadaan ekonomi keluarga yang mencukupi, sifat pengertian dari orang tua, dan suasana rumah yang kondusif turut pula menjadi faktor penting dalam memacu mahasiswa untuk mengapai prestasi akademik yang baik.

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA MINAT MENJADI GURU DAN

LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN SEJARAH FKIP UNS”.

B. Identifikasi Masalah

Berkaitan dengan kondisi yang diuraikan di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Mengapa prestasi akademik mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS rendah ?

2. Mengapa prestasi akademik mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS perlu ditingkatkan ?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya prestasi akademik mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS?

4. Apakah minat menjadi guru berhubungan dengan prestasi akademik mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS ?

5. Apakah lingkungan keluarga berhubungan dengan prestasi akademik mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS ?


(7)

C. Pembatasan Masalah

Guna mengkaji dan menjawab masalah secara lebih mendalam, permasalahan yang akan diteliti perlu dibatasi karena kualitas ilmiah bukan hanya terletak pada keluasan masalah akan tetapi terletak pada kedalaman pengkajian pemecahan masalah. Oleh karena itu, perlu diberi batasan yang terkait dalam penelitian ini yaitu hubungan antara minat menjadi guru dan lingkungan keluarga dengan prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS.

1. Ruang lingkup Permasalahan

Ruang lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai hubungan antara variabel minat menjadi guru dan variabel lingkungan keluarga terhadap variabel prestasi akademik.

2. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS.

3. Obyek Penelitian

Sesuai dengan judul, maka yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas adalah :

a) Minat untuk menjadi guru, khususnya guru sejarah. b) Lingkungan keluarga.

b. Variabel terikat adalah hasil atau prestasi akademik atau prestasi belajar.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Adakah hubungan antara minat menjadi guru dengan prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS ?

2. Adakah hubungan antara lingkungan keluarga dengan prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS ?


(8)

3. Adakah hubungan antara minat menjadi guru dan lingkungan keluarga secara bersama-sama dengan prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS ?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Secara umum :

Dalam penelitian ini berusaha untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang adanya hubungan yang signifikan antara minat menjadi guru dan lingkungan keluarga dengan prestasi akademik mahasiswa Pandidikan Sejjarah FKIP UNS.

2. Secara khusus :

Penelitian ini berusaha untuk :

a. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara minat menjadi guru dengan prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS. b. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara lingkungan keluarga dengan

prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS. c. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara minat menjadi guru dan

lingkungan keluarga secara bersama-sama dengan prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS.

F. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Bagi penulis yaitu penelitian ini disusun sebagai syarat guna menempuh gelar Sarjana dan juga sebagai sarana menerapkan ilmu yang diterima di bangku kuliah sekaligus menambah wawasan dan pengetahuan yang berhubungan dengan hasil penelitian.


(9)

2. Bagi Fakultas yaitu dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan pengetahuan serta dapat sebagai tambahan referensi kepustakaan karya ilmiah bagi peneliti berikutnya.

3. Hasil penelitian yang ada berguna untuk mendapatkan pengetahuan tentang hubungan antara minat menjadi guru dan lingkungan keluarga dengan prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS. 4. Hasil penelitian yang ada berguna untuk pengembangan penelitian bagi


(10)

commit to user

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Untuk mempermudah jalannya penelitian, maka dikemukakan teori-teori yang relevan dengan permasalahan sebagai pedoman dalam penyusunan penelitian, yaitu :

1. Tinjauan Tentang Minat Menjadi Guru

a. Pengertian Minat.

Seseorang dikatakan memiliki minat apabila seseorang tersebut menunjukkan sikapnya atau perhatiannya terhadap obyek tertentu. W.S Winkel (2004 : 105) berpendapat bahwa , “Minat adalah kecenderungan subyek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu “. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi akademik, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya.

Definisi lebih rinci dikemukakan oleh A. Samana (1994 : 71) bahwa “ Minat sebagai kecenderungan untuk memperhatikan suatu obyek tertentu serta rela mencurahkan kesadarannya, tenaganya, waktu (luang) yang dimilikinya dan fasilitas yang dimilikinya untuk mendalami obyek tersebut dan dengan sadar menghindarkan diri dari tarikan obyek-obyek pengamatan lain yang dapat mengganggu”. Jadi, dapat dikatakan bahwa bila seseorang memiliki ketertarikan terhadap sesuatu obyek, maka seseorang tersebut akan mencurahkan dan mengorbankan segenap kesadarannya, tenaganya, waktunya, dan fasilitas yang dimilikinya untuk mempelajari, mengamati, dan mendalami suatu obyek tersebut. Selain itu, demi mendalami obyek yang diminatinya tersebut, seseorang akan berupaya untuk menghindarkan diri dengan sadar dari obyek-obyek pengamatan lain yang dapat mengganggu pengamatannya.

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya.


(11)

Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu obyek, maka orang tersebut cenderung memberi perhatian besar terhadap obyek tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Agus Sujanto (2001 :92) bahwa “Minat ialah suatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungannya”.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan untuk merasa tertarik, senang, dan memilih sesuatu, baik itu suatu kegiatan, benda, orang dan keadaan tertentu sehingga dengan minat tersebut seseorang terdorong untuk mempelajarinya.

b. Karakteristik Minat

Minat sebagai salah satu aspek tingkah laku afektif memiliki karakteristik. Karakteristik tersebut dikemukakan oleh beberapa pendapat, antara lain :

Menurut Slameto (2003: 57), “Minat tidak dibawa sejak lahir dan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari itu diperoleh kepuasaan. Hal ini berarti, suatu minat bisa ditumbuhkan kepada seseorang sedari dini dan bisa dipupuk dengan belajar.

Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1990: 66), ”Sesuatu yang menarik minat tidak hanya menyenangkan tapi juga menakutkan”. Menurut pandapat lain yang dikemukakan Sardiman A. M ( 2004: 76) bahwa, ”Minat tidak tumbul secara tiba-tiba, melainkan timbul dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan”.

Menurut User Usman (2001: 27), ”Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang”.

Minat terhadap sesuatu perlu dipelajari dan akan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil dari belajar dan mendukung belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya. Seseorang dikatakan berminat apabila ia merasa tertarik pada obyek tertentu sepenuh jiwanya, dan ia akan menerima obyek itu sebagai sesuatu yang berguna atau bermanfaat bagi dirinya.


(12)

Menurut Ariesta Damayanti (2005: 8), aspek-aspek minat dapat dirinci dalam beberapa aspek, antara lain adalah : Kesadaran, Perhatian, Perasaan senang, Kemauan.

Ke empat aspek tersebut untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut :

a)Kesadaran.

Seseorang akan memiliki minat terhadap suatu obyek bila ia memiliki kesadaran. Pada individu yang belajar juga demikian, bila ia belajar dengan dilandasi oleh minat yang tinggi, maka prestasi akademik yang diperolehpun juga tinggi.

b) Perhatian.

Orang yang memiliki minat terhadap suatu obyek disebabkan karena ia memiliki perhatian terhadap suatu obyek tersebut.

c) Perasaan Senang.

Perasaan senang merupakan aspek yang besar yang berhubungan erat dengan terciptanya minat pada seseorang. Tanpa adanya perasaaan senang terhadap sesuatu obyek, sulit untuk membangun suatu minat pada diri individu.

d) Kemauan.

Kemauan adalah dorongan yang terarah terhadap suatu tujuan serta dikendalikan oleh akal pikiran. Dengan adanya kemauan dalam diri individu, maka akan mengakibatkan timbulnya perhatian terhadap suatu obyek, sehingga muncul minat.

c. Pengertian Guru

Menurut Oemar Hamalik (2006:36 ) “Guru merupakan jabatan profesional yang memerlukan keahlian khusus”. Sedangkan menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Guru atau pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas

merancanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil


(13)

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada Perguruan Tinggi”. Merujuk pada hal tersebut, jelas bahwa guru tidak hanya terbatas pada mengajar, tetapi juga melakukan penelitian untuk pengabdian kepada masyarakat.

Sebagai seorang guru, tugas guru tidak hanya sebatas mengajar saja, tetapi juga guru harus mau bertanggungjawab akan keseluruhan kepribadian siswa. Guru harus mampu menciptakan kondisi belajar-mengajar yang kondusif, sehingga dapat merangsang siswa untuk berpikir aktif.

Menurut Wagiman (2002: 10), tugas atau kemampuan guru

dikelompokkan menjadi tiga jenis, yakni dalam bidang profesional, personal/pribadi, dan kemasyarakatan. Untuk lebih jelasnya, diuraikan sebagai berikut :

1) Kemampuan Profesional mencakup :

(1) Penguasaan materi pelajaran, yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya itu.

(2) Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan

kependidikan dan keguruan.

(3) Penguasaan profesi-profesi kependidikan, keguruan, dan

pembelajaran siswa.

2) Kemampuan Sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri

kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.

3) Kemampuan Personal (Pribadi) mencakup :

(1) Sikap terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.

(2) Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru.

(3) Upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya.


(14)

Standar-standar itu selanjutnya dirinci secara khusus menjadi sepuluh (10) kemampuan dasar guru agar guru tersebut dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya secara profesional, yaitu :

1) Menguasai bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuannya. 2) Mengelola kegiatan belajar mengajar.

3) Mengelola kelas.

4) Menggunakn media dan sumber pembelajaran. 5) Menguasai landasan-landasan kependidikan. 6) Mengelola interaksi belajar mengajar.

7) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.

8) Mengenal fungsi dan program bimbingan dan konseling di sekolah. 9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.

10)Memahami prinsip-prinsip dan memanfaatkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran.

Menurut pendapat lain dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam Pasal 28 Ayat (3) dinyatakan bahwa : Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan anak usia dini meliputi :

1) Kompetensi pedagogik. 2) Kompetensi kepribadian. 3) Kompetensi sosial; dan 4) Kompetensi profesional

Keempat kompetensi tersebut juga tertuang dalam UU Nomor 14 tentang Guru dan Dosen dalam Pasal 8 dan Pasal 10 ayat (1). Pasal 8 menyebutkan bahwa, “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional”. Adapun Pasal 10 ayat (1) berbunyi, “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik; kompetensi kepribadian; kompetensi sosial; dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.


(15)

1) Kompetensi Pedagogik.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pmbelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya,

2) Kompetensi Kepribadian.

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

3) Kompetensi Sosial.

Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, oarang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

4) Kompetensi Profesional.

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Menurut pendapat Furqon Hidayatullah (2007: 8), agar guru dapat menjalankan tugasnya sebagai pendidik, guru harus memiliki komitmen terhadap tugas mendidik yang diembannya. Komitmen yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Memiliki visi ke depan dan tekad dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik;

2) Memiliki karakter, budi pekerti, dan akhlak mulia;

3) Mampu mengelola dan mengontrol diri dalam mendidik peserta didik;

4) Mampu memberikan yang terbaik dalam mengembangkan potensi peserta


(16)

5) Mampu memberikan yang terbaik dalam mengembangkan potensi peserta didik; dan

6) Bekerja keras dengan penuh pengabdian.

d. Terbentuknya Minat Menjadi Guru

Minat menjadi guru merupakan kekuatan pendorong yang memaksa seseorang untuk menaruh perhatian, merasa senang dan tertarik untuk mempelajari keahlian khusus sebagai guru serta hal-hal yang berhubungan dengan profesi guru. Minat menjadi guru merupakan faktor intern yang mendorong dan mempengaruhi tingkah laku seseorang untuk merasa tertarik dan menunjukkan perhatiannya terhadap keinginannya untuk menjadi guru, sehingga ada kecenderungan untuk memilih kegiatan yang diminatinya, dan seseorang tersebut akan menggunakan waktu, tenaga, maupun uang untuk memenuhi keinginannya itu. Jadi, seseorang yang mempunyai minat untuk menjadi guru akan mendorongnya untuk belajar sungguh-sungguh.

Terbentuknya minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu mahasiswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada mahasiswa bagaimana pengetahuan mempengaruhi dirinya,

melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila

mahasiswa menyadari bahwa belajar dianggap penting, dan bila mahasiswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar mahasiswa tersebut akan berminat untuk mempelajarinya.

Laster dan Alice Crow dalam The Liang Gie (1998:12) menyatakan lima (5) motif yang dapat mendorong terbentuknya minat, yaitu :

1. Suatu hasrat keras untuk memperoleh nilai-nilai lebih baik dalam semua mata pelajaran.

2. Suatu dorongan batin untuk memuaskan rasa ingin tahu dalam satu atau bidang studi lain.


(17)

3. Hasrat mahasiswa untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

4. Gambaran diri di masa mendatang untuk meraih sukses dalam suatu bidang khusus tertentu.

Berdasarkan motif-motif tersebut di atas, maka dorongan untuk menjadi guru dapat berupa hasrat untuk memperoleh prestasi yang sebaik-baiknya pada semua mata kuliah dan dorongan ingin tahu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keguruan, meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan pribadi serta hasrat mendapat pujian, sehingga mahasiswapun mendapat gambaran kehidupan di masa mendatang sebagai seorang tenaga pengajar.

Dengan demikian, minat menjadi guru merupakan kecenderungan yang merupakan kekuatan pendorong yang memaksa seseorang untuk menaruh perhatian, merasa senang dan tertarik untuk mempelajari keahlian khusus sebagai guru serta hal-hal yang dapat berhubungan dengan profesi guru agar menjadi guru yang profesional di bidangnya. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka aspek-aspek yang mendorong seseorang untuk menjadi guru adalah :

1. Rasa senang, tertarik terhadap profesi guru

2. Timbul kehendak atau keinginan diri dalam jiwa untuk menjadi guru 3. Kemauan untuk belajar menjadi guru

4. Memiliki perhatian nterhadap profesi guru 5. Memiliki penilaian terhadap profesi guru 6. Kecenderungan untuk bertindak menjadi guru

2. Tinjauan Tentang Lingkungan Keluarga

a. Pengertian Lingkungan.

Lingkungan adalah “kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti kaputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut”. Lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan


(18)

cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan atau

life processes (http://cut3z.blogspot.com/2008/08/please.html).

Suatu lingkungan meskipun tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tumbuh dan berkembang dalam suatu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarnya lingkungan mencakup lingkungan fisik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial. Oleh karena itu, adanya lingkungan yang kondusif di sekeliling anak akan mendukung pula pada kegiatan belajar anak. Sehingga dengan adanya lingkungan sekitar yang kondusif diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajar anak.

b. Pengertian Keluarga.

Menurut Abu Ahmadi (1991: 108), “Keluarga adalah wadah yang sangat penting di antara individu dan group, dan merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak-anak menjadi anggotanya”. Keluarga sudah barang tentu yang pertama-tama menjadi tempat bersosialisasi kehidupan anak-anak. Sampai memasuki lingkungan sekolah, anak-anak menghabiskan seluruh waktunya di dalam unit keluarga. Hingga sampai masa adolesent, anak-anak diperkirakan menghabiskan separuh waktunya dalam keluarga. Di dalam suatu keluarga, terdapat dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan individu-individu tersebut hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Menurut Bossard dan Boll (1996: 23), “Masyarakat itu mula-mula terdiri dari small family (keluarga kecil), yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anaknya paling banyak 2 atau 3 anak. Pengertian lebih rinci dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (2004: 1 ) bahwa “Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang terdiri dari suami, istri beserta anak-anaknya yang belum menikah”. Keluarga yang lazimnya juga disebut dengan rumah tangga merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dan proses pergaulan hidup. Jadi,


(19)

keluarga bertanggung jawab terhadap proses sosialisasi anak karena merupakan lingkungan pertama anak.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga ialah satuan atau unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri dari suami, istri beserta anak-anaknya yang belum menikah.

Soerjono Soekanto (2004: 1) mengemukakan bahwa, “suatu keluarga dianggap sebagai suatu sistem sosial karena memiliki unsur-unsur sistem sosial yang meliputi :

1. Adanya kepercayaan bahwa terbentuknya keluarga merupakan suatu kodrat Yang Maha Pencipta.

2. Adanya perasaaan-perasaan tertentu pada diri anggota-anggota keluarga batih yang mungkin berwujud rasa saling mencintai, saling menghargai, atau rasa saling bersaing.

3. Tujuan, yaitu bahwa keluarga merupakan wadah dimana manusia

mengalami proses sosialisasi, serta mendapatkan suatu jaminan ketentraman jiwanya.

4. Setiap keluarga senantiasa diatur oleh kaidah-kaidah yang mengatur timbal balik antara anggota-anggotanya, maupun pihak-pihak luar keluarga yang bersangkutan.

5. Keluarga maupun anggota-anggotanya mempunyai kedudukan dan

peranan tertentu dalam masyarakat.

6. Anggota-nggota keluarga mempunyai kekuasaan yang menjadi salah satu dasar bagi pengawasan proses hubungan kekeluargaan.

7. Masing-masing anggota keluarga mempunyai posisi sosial tertentu dalam hubungan kekeluargaaan, kekerabatan maupun dengan pihak luar.

8. Lazimnya sanksi-sanksi positif maupun negatif diterapkan dalam keluarga tersebut, bagi mereka yang patuh serta taerhadap mereka yang menyeleweng.


(20)

Menurut Soerjono Soekanto (2004: 2 ), suatu keluarga pada dasarnya mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Unit terkecil dalam masyarakat yang mengatur hubungan seksual yang seyogyanya.

2. Wadah tempat berlangsungnya sosialisasi, yakni proses dimana anggota-anggota masyarakat yang baru mendapatkan pendidikan untuk mengenal, memahami, menaati dan menghargai kaidah-kaidah serta nilai-nilai berlaku.

3. Unit terkecil dalam masyarakat yang memenuhi kebutuhan ekonomis. 4. Unit terkecil dalam masyarakat tempat anggota-anggotanya mendapatkan

perlindungan bagi ketentraman dan perkembangan jiwanya.

Menurut Oqbum yang dikutip oleh Abu Ahmadi (1991:108), fungsi keluarga adalah :

1. Fungsi kasih sayang.

2. Fungsi ekonomi

3. Fungsi pendidikan

4. Fungsi perlindungan/penjagaan 5. Fungsi rekreasi

6. Fungsi status keluarga 7. Fungsi agama.

Menurut pendapat Bierstadt yang dikutip oleh Abu Ahmadi (1991:109), fungsi keluarga adalah menggantikan keluarga, mengatur dan menguasai impuls-impuls seksuil, bersifat membantu, mengerakkan nilai-nilai kebudayaan, dan menunjukkan status.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, terdapat suatu kesamaan bahwa salah satu fungsi keluarga adalah guna edukatif. Hal ini dikarenakan, keluarga adalah tempat yang pertama kali di mana anak mendapatkan pendidikan dan sosialisasi. Jelas di sini bahwa keluarga berperan penting dan bertanggungjawab terhadap pendidikan anak. Jadi, lingkungan keluarga berhubungan erat dengan pendidikan anak. Lingkungan keluarga yang kondusif akan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi anak dalam bidang pendidikan .


(21)

Berkaitan dengan hal di atas, pendidikan dan prestasi belajar anak juga ditentukan oleh banyak sedikit jumlah anak dalam suatu keluarga. Menurut Soerjono Soekanto (2004: 86), pada keluarga kecil yang memiliki satu sampai tiga anak terdapat gejala-gejala umum sebagai berikut :

1. Keluarga batih kecil biasanya merupakan hasil dari suatu perencanaan, sehingga pendidikanpun berlangsung menurut program tertentu.

2. Proses pendidikan dari orangtua berlangsung secara intensif daripada ekstensif.

3. Interaksi berlangsung secara kooperatif dan demokratis.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa keluarga batih kecil yang memiliki satu sampai tiga anak, berperan sangat besar terhadap pendidikan dan prestasi belajar anak. Di sini, anak juga memiliki peranan yang penting, karena dengan jumlah anak yang lebih sedikit (satu sampai tiga anak), maka keluarga lebih dapat memberikan fasilitas belajar yang memadai. Sehingga, anak tumbuh dalam keluarga yang kondusif dan ia akan lebih banyak memperoleh kesempatan untuk mencapai pendidikan yang memadai.

Pada keluarga batih besar yang jumlah anak-anaknya lebih dari tiga orang, biasanya ditemui gejala-gejala sebagai berikut :

1. Proses pendidikan dilangsungkan secara ekstensif.

2. Anak-anak secara lebih langsung berhubungan dengan realitas pergaulan hidup di luar lingkungan keluarga batih yang bersangkutan.

3. Kepatuhan sangat dipentingkan dalam keluarga batih yang besar. 4. Pendidikan cenderung berlangsung massal.

Ngalim Purwanto (1988:148 ) menyatakan bahwa “Macam-macam lingkungan kependidikan adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat”. Dalam lingkungan keluarga, minat belajar siswa dipengaruhi oleh :

1. Lingkungan Fisik dan Lingkungan Non-Fisik Keluarga


(22)

cara orangtua mendidik anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya pasti tidak mengetahui kesulitan-kesulitan belajar yang dialami anaknya. Sebetulnya, anak mungkin pandai, tetapi karena kurang perhatian dari orang tuanya maka si anak menjadi malas belajar. Oleh karena itu, diperlukan bimbingan dan pengarahan orang tua demi keberhasilan anaknya.

2. Relasi antar anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi antara anak, saudara, orang tua dan anggota keluarga yang lain. Relasi itu dapat berupa cinta dan kasih sayang yang diwujudkan dalam keharmonisan keluarga.

3. Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga membutuhkan fasilitas belajar yang mendukung. Jika anak hidup dalam keluarga yang kurang mampu maka secara tidak langsung kebutuhan anak kurang terpenuhi dan kesehatan kurang terjamin, sehingga belajar anak menjadi terganggu. Akibat lain adalah anak bisa menjadi minder saat bergaul dengan teman-temannya. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa keadaan yang serba kekurangan justru akan menjadi cambuk bagi anak untuk belajar lebih giat.

4. Sifat pengertian dari orang tua

Ketika anak sedang belajar, anak perlu pengertian dari orang tua. Pengertian di sini adalah anak memerlukan dorongan, semangat dan motivasi agar semangat belajar anak tumbuh.

5. Suasana rumah

Suasana rumah diartikan sebagai situasi yang sering terjadi di dalam rumah tempat anak tinggal dan belajar. Agar anak belajar dengan baik, diperlukan suasana belajar yang tenang dan kondusif bagi si anak.


(23)

Oleh karena itu, untuk menciptakan hal-hal tersebut di atas, maka seyogyanya lingkungan keluarga menjadi lingkungan yang kondusif bagi anak untuk belajar. Menurut Ngalim Purwanto (1995: 85-86 ), hal-hal yang perlu dihindari oleh orang tua dalam mendidik anak antara lain :

1. Jangan sering melemahkan semangat anak dalam usahanya untuk mandiri. Dalam hal ini masih banyak orang tua yang selalu menganggap anaknya itu masih kecil, belum dapat berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga orang tua kerap kali melarang anak-anaknya. Larangan merupakan alat mendidik satu-satunya yang lebih banyak dipakai para orang tua terhadap anaknya. Sebenarnya pendapat yang seperti itu tidak benar. Seorang anak yang selalu dilarang dalam segala perbuatan dan permainannya sejak kecil dapat terhambat perkembangan jasmani dan rohaninya.

2. Jangan memalukan atau mengejek anak-anak di hadapan orang lain. Hal ini bila sering dilakukan oleh orang tua ataupun guru, akan dapat berakibat buruk bagi perkembangan psikologi anak di kemudian hari. Anak yang sering ditertawakan dan diejek jika tidak berhasil melakukan sesuatu, maka dengan tidak sadar ia akan selalu berhati-hati ataupun tidak akan mencoba melakukan hal-hal yang baru atau yang sukar. Ia akan menjadi orang yang selalu diliputi keragu-raguan.

3. Jangan selalu membeda-bedakan dan berlaku pilih kasih.

Perlakuan membeda-bedakan dan berlaku pilih kasih terhadap anak dalam keluarga, baik antara yang besar dan kecil maupun antara anak laki-laki dan anak perempuan akan mengakibatkan kecemburuan dan kompetisi yang negatif. Jadi, dalam hal ini orang tua harus mengusahakan agar dalam segala tingkah laku dan perbuatannya menunjukkan cinta dan kasih sayang yang merata kepada anak-anaknya.

4. Jangan terlalu memanjakan anak.

Seorang anak yang dimanjakan dan kurang tanggungjawabnya, selalu bersandar dan minta pertolongan kepada orang lain, merasa diri tidak sanggup, dan sebagainya. Tidak memanjakan bukan berarti orang tua tidak


(24)

memperdulikan anak, karena anak yang tidak diperdulikan atau kurang terpelihara oleh orang tuanya, akan merasa bahwa dirinya itu rendah tak berharga, merasa diasingkan oleh orang lain, dan sebagainya. Akibatnya, ia akan berbuat sekehendak hatinya. Oleh karena itu, orang tua seyogyanya mampu menempatkan diri dan bisa memilah serta memilih sikap yang bagaimana yang pada nantinya berdampak kurang baik bagi kemandirian anak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga adalah suatu unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari suami, istri beserta anak-anaknya, di mana para anggotanya terikat hubungan darah, perkawinan, maupun pengangkatan anak atau adopsi yang berinteraksi satu sama lain yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan atau

life processes. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka aspek-aspek yang

mendukung adanya lingkungan keluarga yang kondusif adalah : 1. Adanya perhatian orang tua

2. Adanya sikap saling perhatian sesama anggota keluarga 3. Adanya sikap saling menyayangi antar anggota keluarga

4. Kondisi fisik yang kondusif ( kebersihan, kesehatan, kerapian lingkungan rumah )

5. Kondisi non fisik yang kondusif ( keharmonisan, kerukunan anggota keluarga)

3.Tinjauan Tentang Prestasi Akademik

Prestasi akademik atau prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan akademik atau belajar :

a. Pengertian Prestasi

Menurut W.J.S Purwodarminto (1987 :768), “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan dan dilaksanakan”.

W. S Winkel (1987: 161) berpendapat bahwa, “Prestasi adalah bukti usaha yang dapat dicapai”.


(25)

Jadi prestasi tercapai setelah melakukan kegiatan tertentu, sehingga merupakan tingkat pencapaian kegiatan. Prestasi ini dapat tercapai melalui proses interaksi dengan lingkungan alam dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan tujuan yang dirumuskan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah sesuatu yang telah dicapai sebagai suatu bukti usaha yang telah dilakukan.

b. Pengertian Akademik.

Secara harfiah, akademik berarti belajar atau pembelajaran (UNS, 2006:11). Menurut W. J. S Purwodarminto (1987: 108), “Belajar adalah berusaha (berlatih dan sebagainya) supaya mendapatkan suatu kepandaian”. Muhibbin Syah (1995: 91) berpendapat bahwa “…………Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.

Definisi serupa dikemukakan oleh M. Dimyati Mahmud (1990:121 ) bahwa “ Belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman”. Berdasarkan pernyataan tersebut, jelas bahwa pengertian belajar itu terkandung dua faktor yaitu perubahan dan pengalaman. Perubahan yang dialami setelah belajar ini mendapat pandangan yang berbeda, yaitu pandangan behavioristik dan pandangan kognitif .

Menurut Pandangan behavioristik yang dipelopori oleh J. B Watson, E. L Thorndike dan B. F Skinner dalam M. Dimyati Mahmud (1990: 122), mengemukakan bahwa “Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku, dalam cara seseorang berbuat pada situasi tertentu”. Pengertian tingkah laku disini ialah tingkah laku yang dapat diamati. Sedangkan Pandangan kognitif yang dipelopori oleh Jean Piaget, Robert Glaser, John Anderson, Jerome Bruner dan David Ausubel, “Belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Perubahan terjadi dalam kemampuan seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat dalam situasi tertentu; perubahan dalam tingkah laku hanyalah suatu refleksi dari perubahan internal”.

Dari pengertian-pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang biasa dilakukan setiap orang. Hampir semua


(26)

kecakapan yang biasa, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk dan berkembang karena perubahan belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak atau mahasiswa menurut pendapat Abu Ahmadi (1991: 128 ) adalah sebagai berikut :

1. Faktor internal, yang termasuk faktor internal adalah:

a. Faktor Jasmaniah (fisiologis), baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari pengalaman anak dari kehidupan sehari-hari. Contoh faktor jasmaniah adalah penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan lain sebagainya.

b. Faktor Psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari pengalaman anak dari kehidupan sehari-hari, terdiri atas :

1) faktor intelektual yang meliputi :

a) faktor potensial kecerdasan dan bakat.

b) Faktor non-intelektual yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu, seperti : sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.

2. Faktor eksternal, yang tergolong faktor eksternal adalah :

a. Faktor sosial, terdiri atas : lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan kelompok.

b. Faktor budaya, seperti adat-istiadat, IPTEK, dan kesenian.

c. Faktor lingkungan fisik, seperti : fasilitas rumah, cara belajar, iklim.

Menurut M. Dimyati Mahmud (1990:87), prestasi akademik biasanya diukur dari nilai sehari-hari hasil tes belajar dan lamanya bersekolah. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik selama masa remaja adalah :

1. Status sosial ekonomi keluarga

2. Perbedaan-perbedaan sosial ekonomi yang dimiliki anak dalam bidang intelektual dan motivasi

3. Perbedaan-perbedaan sosial ekonomi yang dimiliki anak dalam hal memperoleh kesempatan pendidikan.


(27)

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil maksimal yang dicapai dengan adanya perubahan atau perkembangan diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku baru yang tetap berkat pengalaman di lapangan. Jadi, hasil yang dicapai seseorang tersebut tidak hanya dalam bentuk angka-angka atau nilai, tapi juga adanya perubahan sikap dan tingkah laku yang lebih baik daripada sebelum ia menerima pelajaran, dan adanya perubahan-perubahan tersebut dikarenakan pengalaman dan latihan yang didapat seseorang melalui belajar dan pengalaman di lapangan.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh mahasiswa pada akhir semester yang dapat dilihat secara nyata dalam bentuk nilai atau angka. Prestasi akademik yang diperoleh oleh mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS dapat dilihat dalam buku Kartu Hasil Studi (KHS). Melalui Kartu Hasil Studi (KHS) ini dapat diketahui prestasi belajar dari tiap-tiap Mata Kuliah (MK) yang telah ditempuh oleh Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS dalam 1 (satu) semester akademik.

B.Penelitian Yang Relevan

1. Skripsi Perbedaan Prestasi Mahasiswa ditinjau dari Minat Menjadi Guru pada Mahasiswa Program Pendidikan Akuntansi FKIP UNS Tahun Akademik

2006/2007 oleh Fitri Nurul. Sampel dengan menggunakan mahasiswa

Pendidikan Akuntansi angkatan 2003 yang berjumlah 72 dengan menggunakan rumus Slovin dengan metode pengumpulan data berdasar dari angket yang disebar kepada mahasiswa dan dokumentasi nilai KHS).

Berdasarkan analisis data, tidak terdapat perbedaan prestasi mahasiswa ditinjau dari minat menjadi guru pada mahasiswa Program Pendidikan Akuntansi FKIP UNS Tahun Akademik 2006/2007, terbukti dari perolehan

tabel hitung t

t atau 0,444 < 2,00.

2. Skripsi Hubungan Antara Minat Menjadi Guru dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar ( Studi pada


(28)

Hastini Retnaningsih. Sample dengan menyebar angket terhadap mahasiswa Pendidikan Ekonomi Angkatan 2007/2008 FKIP UNS.

Penelitian dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif. Populasi adalah mahasiswa pndidikan Ekonomi FKIP angkatan 2007/2008 yang terdiri dari 3 kelas dengan jumlah 196 mahasiswa. Sampel berjumlah 60 mahasiswa yang diambil secara proporsional random sampling. Untuk data prestasi belajar menggunakan teknik dokumentasi, sedangkan untuk data minat menjadi guru dan motivasi belajar dengan memnyebar angket. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis korelasi dan regresi linier ganda.

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil sebagai berikut :

1) ada hubungan yang positif antara Minat menjadi Guru dengan Prestasi belajar MK Strategi Belajar Mengajar. Hasil perhitungan pada n=60 dengan taraf signifikansi 5% diperoleh rxy

1 > rtabel atau 0,589 > 0,254. 2) Ada hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan prestasi

belajar MK strategi Belajar Mengajar . Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan pada n=60 dengan taraf signifikansi 5% diperoleh rxy

2 >

tabel

r atau o,557 > 0,523.

3) Ada hubungan yang positif antara minat menjadi Guru, Motivasi Belajar dan prestasi Belajar MK Strategi Belajar Mengajar. Hal ini ditunjukkan dengan hasil perhitungan pada dk pembilang =2, dk penyebut=57 dan taraf signifikansi 5% diperoleh fhitung > ftabel atau 35,02 > 3,17.

3. Skripsi Hubungan antara Lingkungan Belajar siswa, Kelengkapan Sumber Belajar dan Penggunaan Waktu Belajar dengan prestasi Belajar Akuntansi

Siswa Kelas XI SMAN 1 Gondangrejo tahun Pelajaran 2007/2008 oleh Ria

Prabangkara.

Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Populasi adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMAN 1 Gondangrejo TA 2007/2008 yang berjumlah 114 siswa. Sampel diambil dengan teknik Quota Random Sampling sejumlah 50 siswa. Teknik


(29)

pengumpulan data variabel lingkungan belajar siswa, kelengkapan sumber belajar dan penggunaan waktu belajar menggunakan angket, sedangkan prestasi belajar akuntansi menggunakan teknik dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi (Product moment) dan regresi ganda.

Berdasar hasil analisis diperoleh :

1) Ada hubungan antara Lingkungan Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar sebesar 0,343. Hasil ditunjukkan dari hasil perhitungan

tabel hitung r

r > atau 0,343 > 0,279 pada n=50 dengan taraf signifikansi 5%.

2) Ada hubungan antara Kelengkapan Sumber Belajar dengan Prestasi Belajar sebesar 0,347. Hasil ditunjukkan dari perhitungan rhitung >rtabel

atau 0,347 > 0,279 pada n=50 dengan taraf signifikansi 5%.

3) Ada hubungan antara Penggunaan Waktu Belajar dengan Prestasi Belajar sebesar 0,340. hasil ditunjukkan dari hasil perhitungan

tabel hitung r

r > atau 0,340 > 0,279 pada n=50 dengan taraf signifikansi 5%.

4) Ada hubungan antara Lingkungan Belajar Siswa, Kelengkapan Sumber Belajar dan Penggunaan Waktu Belajar secara bersama-sama dengan Prestasi Belajar sebesar 3,551. Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan fhitung > ftabel atau 3,551 > 2,81 pada n=50 dengan taraf signifikansi 5%.

4. Skripsi Pengaruh Motivasi, Metode Pembelajaran, Lingkungan Sekolah dan Lingkungan Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X

SMK Bina Negara Gubug Kab. Grobogan oleh Eni Asih (2007).

Penelitian dengan menggunakan populasi yaitu siswa kelas X Jurusan Akuntansi SMK Bina Negara Gubug kab. Grobogan TA 2005/2006 yang berjumlah 100 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan angket. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif


(30)

presentase, analisis Structural Equation Modelling (SEM) dan uji asumsi SEM yang terdiri dari uji normalitas dan outliners.

Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh langsung antara metode pembelajaran (MP), Lingkungan Sekolah (LS) dan Lingkungan Keluarga (LK) terhadap Motivasi Belajar (MB) dan Motivasi Belajar (MB) terhadap Prestasi Belajar (PB). Ada pengaruh tidak langsung antara Metode Pembelajaran (MP), Lingkungan Sekolah (LS) dan Lingkungan Keluarga(LK) terhadap Prestasi Belajar (PB) dengan melalui motivasi sebagai variabel perantara. Pengaruh langsung MP MB sebesar 53%, dan MB PB sebesar 83%, sehingga pengaruh MP secara tidak langsung yaitu MP MB PB sebesar 43,99%. Pengaruh LS MB 13% dan pengaruh MB PB sebesar 83%, sehingga pengaruh LS secara tidak langsung yaitu LS MB PB sebesar 10,79%. Penaruh langsung LK MB sebesar 33% dan MB PB sebesar 83%, sehingga secara tidak langsung pengaruh LK yaitu LK MB

→ PB sebesar 28,39%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh langsung antara metode pembelajaran, lungkungan sekolah, lingkungan keluarga terhadap motivasi, dan akhirnya motivasi berpengaruh terhadap prestasi belajar. Ada pengaruh tidak langsung antara metode pembelajaran, lingkungan sekolah, serta lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar dengan melalui variabel perantara yaitu motivasi belajar.

5. Thesis Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Partisipasi Siswa dalam kegiatan Ekstrakurikuler Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X SMK

Negeri 1 Juwiring Klaten Tahun Ajaran 2007/2008 oleh Diyah Meirina

Prihatini Mulyono.

Penelitian dengan menggunakan populasi yakni siswa kelas X sebanyak 80 siswa. Data tentang lingkungan keluarga dan partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler diperoleh melalui angket, sedangkan data prestasi belajar diperoleh melelui dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi ganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa lingkungan keluarga dan partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler terhadap prestasi belajar


(31)

akuntansi diperoleh persamaan regresi : Y = 2,923 + 0,061 + 0,0354X2. uji regresi diperoleh fhitung > ftabel atau 41,847 > 3,12 dengan taraf signifikansi 5%, berarti antara lingkungan keluarga dan partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler secara bersama-sama berpengaruh terhadap prestasi belajar akuntansi. Uji t untuk variabel lingkungan keluarga diperoleh thitung >ttabel

atau 6,651 > 1,99 dan untuk variabel partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler diperoleh thitung >ttabel atau 4,365 > 1,99 dengan taraf signifikansi 5%. Kedua variabel tersebut secara signifikan mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar akuntansi. Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0,521 ini menunjukkan bahwa variabel lingkungan keluarga dan partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler berpengaruh terhadap terhadap prestasi belajar akuntansi sebesar 52,1%, sedangkan sisanya sebesar 47,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat di dalam penelitian ini. Besarnya sumbangan relatif untuk variabel X1 sebesar 65,42% , X2

sebesar 34,58% dan besarnya sumbangan efektif untuk X1 sebesar 34,08% dan X2 sebesar 18,01%.

6. Jurnal Internasional bertajuk Family Environment, Socioeconomic Status and

Academik Acchievement oleh Keith F. Kennett dan Edward Grant. Penelitian

dilakukan pada mahasiswa Fakultas Psikologi, University of Saskatchewan

Regina Campus, Kanada.

Penelitian dilakukan pada 60 mahasiswa mahasiswa laki-laki yang berumur 19-25 tahun. Penelitian dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara lingkungan keluarga dan status sosial ekonomi (SES) keluarga dengan prestasi akademik mahasiswa. Untuk data lingkungan keluarga dan status sosial ekonomi (SES) keluarga dilakukan dengan cara menyebar angket. Sedangkan untuk data prestasi akademik dilakukan dengan cara tes dan ditunjukkan dalam bentuk hasil tes IQ.

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil sebagai berikut :

1) Dari seluruh sampel didapatkan mean IQ adalah 120,4 dengan Standar Deviasi ( SR ) = 12,0 dan Range = 92 – 150. Ada hubungan yang positif


(32)

dan signifikan antara SES dan prestasi akademik ( IQ ). Hasil ditunjukkan dari hasil perhitungan rhitung rtabel atau 3,144 > 2,000 pada n=60 dengan taraf signifikansi 5%.

2) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi akademik ( IQ ) dan lingkungan keluarga. Hal ini diketahui setelah diperoleh kesimpulan bahwa anak yang mendapatkan dukungan dari keluarga akan memiliki kepribadian yang positif ( baik ) dan prestasi akademik yang tinggi. Hal ini diperkuat dengan data statistik bahwa keluarga dengan kesadaran memelihara kesehatan yang rendah , tidak mendukung anak untuk belajar , dan kurang harmonis menyebabkan anak atau mahasiswa drop-out

(keluar). Hasil ditunjukkan dari hasil perhitungan rhitung rtabel atau 3,511 > 2,000 pada n=60 dengan taraf signifikansi 5%.

7. Jurnal Internasional bertajuk Academic Achievement – Family Background and Family Structure.

Penelitian dilakukan pada keluarga yang memiliki status sosial dan latar belakang keluarga yang mampu dan memiliki anggota keluarga lengkap ( ayah , ibu dan anak ) dan pada keluarga dengan orang tua tunggal (single-parent

families)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut :

1) Latar belakang keluarga ( keadaan sosial ekonomi ) mempengaruhi prestasi belajar anak. Hal ini dikarenakan keluarga yang harmonis, kondusif dan mampu secara ekonomi, lebih mampu untuk mendukung kegiatan belajar anak. Sedangkan keluarga yang kurang mampu akan berdampak pada prestasi belajar anak menjadi buruk atau rendah. Hal ini dikarenakan sumber,sarana dan prasarana serta fasilitas belajar yang kurang, sehingga tidak menunjang prestasi belajar anak. Hasil ditunjukkan dari hasil perhitungan rhitung rtabel atau 0,304 > 0,279.

2) Relasi yang baik antar anggota keluarga dan perhatian kedua orang tua terhadap kegiatan belajar anak akan berpengaruh positif terhadap prestasi belajar anak. Anak akan berhasil dalam belajarnya dikarenakan adanya


(33)

dukungan dari orang tuanya. Sedangkan pada anak dengan orang tua tunggal (single–parent families), baik dikarenakan orang tua bercerai, berpisah, meninggal atau orang tua yang tidak pernah menikah akan berpengaruh negatif terhadap hasil belajar anak dan berpengaruh terhadap perkembangan psikologis anak. Hal ini dikarenakan anak pada keluarga dengan orang tua tunggal (single-parent families) kurang mendapatkan dukungan, perhatian dan bimbingan dari orang tuanya sehingga berdampak pada rendahnya prestasi akademik anak. Hasil ditunjukkan dari hasil perhitungan rhitung rtabel atau 0,302 > 0,279.

8. Jurnal Internasional bertajuk Personal, Family, and Academic Factors Affecting

Low Achievement in Secondary School oleh Antonia Lozano Diaz.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pribadi, keluarga, dan faktor-faktor akademik dengan rendahnya prestasi belajar muri-murid di Sekolah Lanjutan. Aspek-aspek dari variabel pribadi adalah: umur, jenis kelamin, konsep belajar, kebiasaan dalam kelas dan sikap dalam pergaulan. Aspek-aspek dari variabel keluarga adalah: jenjang pendidikan orang tua, relasi atau hubungan dalam keluarga, dan dukungan keluarga. Sedangkan aspek-aspek variabel faktor-faktor akademik adalah: Sekolah Lanjutan, sosialisasi dalam kelas, hubungan pertemanan, visi dan misi ke depan, dan hubungan dengan guru.

Metode penelitian dengan menggunakan sampel yaitu 1178 pelajar di empat Sekolah Lanjutan di Almeria City, Spanyol dengan komposisi:

a. Murid sekolah pada tahun pertama sekolah sebanyak 255 murid b. Murid sekolah pada tahun kedua sekolah sebanyak 316 murid c. Murid sekolah pada tahun ketiga sekolah sebanyak 296 murid d. Murid sekolah pada tahun keempat sekolah sebanyak 259 murid

Berdasarkan analisis data, diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Ada hubungan positif dan signifikan anatara pribadi dan hasil akademik. Dari semua aspek-aspek variabel pribadi (umur, jenis kelamin, konsep belajar, kebiasaan dalam kelas, dan sikap dalam pergaulan), semuanya berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar anak. Hasil


(34)

ditunjukkan dari hasil perhitungan rhitung rtabel atau 2,234 > 1,960 pada n=1178 dengan taraf signifikansi 5%.

2) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara keluarga dan hasil akademik. Dari semua aspek-aspek variabel keluarga (jenjang pendidikan orang tua, relasi atau hubungan dalam keluarga, dan dukungan keluarga), hanya jenjang pendidikan orang tua yakni jenjang pendidikan ibu yang tidak berpengaruh terhadap hasil belajar anak. Hasil ditunjukkan dari hasil perhitungan rhitung rtabel atau 2,890 > 1,960 pada n=1178 dengan taraf signifikansi 5%.

3) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara faktor-faktor akademik dan hasil akademik. Dari semua aspek-aspek variabel fakor-faktor akademik (Sekolah Lanjutan, sosialisasi dalam kelas, hubungan pertemanan, visi dan misi ke depan, hubungan dengan guru, dan asessmen akademik), semuanya berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar anak. Hasil ditunjukkan dari hasil perhitungan rhitung rtabel atau 2,046 > 1,960 pada n=1178 dengan taraf signifikansi 5%.

C.Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan alur berpikir yang digunakan peneliti untuk memberikan jawaban sementara atas permasalahan yang dirumuskan. Dari deskripsi teori di atas, maka akhirnya pada hubungan antara minat menjadi guru dan lingkungan keluarga dengan prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ini, penulis berpendapat untuk mencapai prestasi akademik secara maksimal banyak sekali fakta yang mempengaruhi.

1. Hubungan antara Minat Menjadi Guru dengan Prestasi Akademik

Prestasi akademik mahasiswa dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ini ditunjukkan dengan adanya minat,


(35)

yaitu minat untuk belajar yang rendah atau minat belajar yang tinggi. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar, khususnya lingkungan keluarga.

Faktor internal yang mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa adalah minat mahasiswa. Minat merupakan kecenderungan untuk merasa tertarik, memilih sesuatu baik kegiatan, benda, orang maupun situasi tertentu dan ikut ambil bagian secara sadar di dalam obyek yang dipilihnya itu. Apabila seseorang mempunyai minat terhadap sesuatu, maka ia akan suka rela menggeluti sesuatu yang diminatinya tersebut. Demikian halnya dengan minat mahasiswa untuk menjadi guru akan menumbuhkan semangat dan perhatian untuk mempelajari teori-teori keguruan.

Apabila mahasiswa merasa tertarik dengan profesi guru, maka mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajarnya agar mendapat prestasi akademik yang tinggi. Sebaliknya, jika mahasiswa kurang berminat terhadap profesi guru, maka mahasiswa tersebut akan kurang bersungguh-sungguh dalam belajarnya, sehingga prestasi akademik yang diraih juga rendah. Dengan demikian, diduga ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat menjadi guru dan prestasi akademik mahasiswa, khususnya mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS.

2. Hubungan antara Lingkungan Keluarga dengan Prestasi Akademik

Prestasi akademik mahasiswa selain dipengaruhi oleh faktor intenal juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor ekternal yang mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa meliputi lingkungan sekitar, khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga adalah suatu unit terkecil dari suatu masyarakat di mana para anggotanya terikat karena hubungan darah, perkawinan, maupun pengangkatan anak atau adopsi yang berinteraksi satu sama lain yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan atau

life processes.

Apabila mahasiswa dalam belajarnya didukung oleh lingkungan kelurga yang kondusif, yang meliputi: lingkungan fisik dan lingkungan non-fisik keluarga yang kondusif, relasi antar anggota keluarga yang harmonis, keadaan ekonomi keluarga yang cukup, sifat pengertian dari orang tua, dan suasana rumah yang


(36)

hangat, maka mahasiswa dapat mencapai prestasi akademik yang tinggi. Sebaliknya, jika mahasiswa hidup dalam lingkungan keluarga yang tidak kondusif dan tidak mendukungnya untuk belajar, maka prestasi akademik yang diraih juga rendah. Dengan demikian, diduga ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan keluarga dan prestasi akademuk mahasiswa, khususnya mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS.

3. Hubungan antara Minat menjadi Guru dan Lingkungan Keluarga

terhadap Prestasi Akademik

Minat menjadi guru dan lingkungan keluarga secara bersama-sama mempunyai peranan terhadap prestasi akademik mahasiswa. Ketertarikan terhadap profesi guru akan menimbulkan sifat yang aktif pada mahasiswa untuk mempelajari teori-teori keguruan. Lingkungan keluarga yang kondusif dan harmonis juga mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa yang akhirnya berpengaruh terhadap prestasi akademik. Sehingga, diduga ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat menjadi guru dan lingkungan keluarga secara bersama-sama terhadap prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS.

D. Perumusan Hipotesis

Dari variabel minat menjadi guru dan lingkungan keluarga yang mempengaruhi prestasi belajar pada mahasiswa Pendidikan Sejarah dapat disusun perumusan hipotesisi sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat menjadi guru dan prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS.

2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara lingkungan keluarga dan prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS.

3. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat menjadi guru dan lingkungan keluarga secara bersama-sama terhadap prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS.


(37)

commit to user

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1.Tempat Penelitian

Tempat penelitian digunakan untuk mendapatkan data, informasi, keterangan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian. Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu Hubungan Antara Minat Menjadi Guru dan Lingkungan Keluarga dengan Prestasi Akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS, maka diambil lokasi penelitian di Program Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami no. 36 A Surakarta, 52716. Alasan dipilihnya lokasi tersebut sebagai tempat penelitian karena tersedianya data yang diperlukan dalam penelitian dan lokasinya mudah dijangkau. Selain itu, lokasi tersebut juga dipilih karena penulis kuliah di Universitas tersebut.

2.Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan mulai dari pengajuan judul sampai dengan penulisan laporan yang dimulai pada bulan Juli sampai dengan bulan Juni 2010. Penetapan waktu itu dimaksudkan agar data yang diperlukan dalam penelitian benar-benar lengkap dan laporan penelitian dapat dilakukan secara cermat dan teliti.

Tabel 1

Jadwal Kegiatan Penelitian tentang Hubungan antara Minat Menjadi Guru dan Lingkungan Keluarga terhadap Prestasi Akademik pada Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS Tahun

2010 Bulan

No. Jenis Kegiatan

Juli Agustus–Maret April Mei-Juni

Juli-September

1 Pengajuan judul

2 Penyusunan

proposal

3 Pengajuan surat

ijin

4 Pengumpulan data

5 Analisis data


(38)

B.Metode Penelitian

Menurut Winarno Surachmad (1998:131 ), “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan misalnya untuk menguji sarangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik serta cara-cara tertentu”.

Menurut Winarno Surachmad (1998: 132), metode penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Metode historis, yaitu metode penelitian dengan langkah-langkah meliputi kegiatan penyelidikan, pemahaman, dan penjelasan keadaan yang telah lalu. Dengan demikian, penelitian historis menempatkan suatu proses yang meliputi pengumpulan dan penafsiran gejala, peristiwa dan gagasan yang berguna dalam usaha memahami kenyataan-kenyatan sejarah, juga berguna untuk memahami situasi sekarang guna meramalkan perkembangan masa yang akan datang.

2. Metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang meliputi langkah-langkah pengumpulan data untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subyek penelitian. Jadi, penelitian ini merupakan metode penyelidikan yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada sekarang, yaitu menelaah masalah-masalah yang dewasa ini mencakup aspek-aspek yang cukup banyak. Metode ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu : 1) Teknik survey

2) Studi kasus 3) Studi komparatif 4) Studi waktu dan gerak 5) Analisa tingkah laku 6) Analisa kuantitatif 7) Studi operasional

3. Metode eksperimental, yaitu metode penelitian yang menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan megukur kekuatan hubungannya. Metode ini menitikberatkan pada percobaan-percobaan atau eksperimen dalam rangka memperoleh kebenaran yang hendak dicapai oleh


(39)

peneliti. Eksperimen ini dapat dilakukan di laboratorium dan di luar laboratorium.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Alasan peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif adalah :

1) Penelitian bertujuan untuk memecahkan permasalahan sekarang dan bersifat aktual.

2) Menggunakan tahapan yang sistematis dengan cara mengumpulkan data, mengklasifikasi data, dan menganalisis dan menginterprestasikan.

3) Menjelaskan setiap langkah penyelidikan deskriptif dengan teliti dan terperinci.

4) Menjelaskan prosedur pengumpulan data dengan menggunakan angket. Metode penelitian deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini dengan teknik survey, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci dan mendalam mengenai obyek yang diselidiki. Dalam survey informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakn kuesioner.

C. Variabel dan Definisi Operasional

1. Minat Menjadi Guru (X1)

Minat menjadi guru merupakan kecenderungan yang merupakan kekuatan pendorong yang memaksa seseorang untuk menaruh perhatian, merasa senang dan tertarik untuk mempelajari keahlian khusus sebagai guru serta hal-hal yang dapat berhubungan dengan profesi guru agar menjadi guru yang profesional di bidangnya. Adanya minat menjadi guru ini ditandai dengan aspek-aspek sebagai faktor pendorong yakni :

1) Rasa senang, tertarik terhadap guru.

2) Timbul kehendak atau keinginan diri dalam jiwa untuk menjadi guru. 3) Kemauan untuk belajar menjadi guru.

4) Memiliki perhatian terhadap guru. 5) Memiliki penilaian terhadap profesi guru. 6) Kecenderungan untuk bertindak menjadi guru


(40)

2. Lingkungan Keluarga (X2)

Lingkungan keluarga adalah suatu unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari suami, istri beserta anak-anaknya, di mana para anggotanya terikat hubungan darah, perkawinan, maupun pengangkatan anak atau adopsi yang berinteraksi satu sama lain yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan atau life processes. Aspek-aspek yang mendukung adanya lingkungan keluarga yang kondusif adalah :

1) Adanya perhatian orang tua

2) Adanya sikap saling perhatian sesama anggota keluarga 3) Adanya sikap saling menyayangi antar anggota keluarga

4) Kondisi fisik yang kondusif ( kebersihan, kesehatan, kerapian lingkungan rumah )

5) Kondisi non-fisik yang kondusif ( keharmonisan, kerukunan anggota keluarga)

3. Prestasi Akademik atau Prestasi Belajar (Y)

Prestasi belajar atau prestasi akademik adalah hasil maksimal yang dicapai dengan adanya parubahan atau perkembangan diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku baru yang tetap berkat pengalaman di lapangan. Jadi, hasil yang dicapai seseorang tersebut tidak hanya dalam bentuk angka-angka atau nilai, tapi juga adanya perubahan sikap dan tingkah laku yang lebih baik daripada sebelum ia menerima pelajaran, dan adanya perubahan-perubahan tersebut dikarenakan pengalaman dan latihan yang didapat seseorang melalui belajar dan pengalaman di lapangan.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh mahasiswa pada akhir semester yang dapat dilihat secara nyata dalam bentuk nilai atau angka. Prestasi akademik yang diperoleh oleh mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS dapat dilihat dalam buku Kartu Hasil Studi (KHS). Melalui Kartu Hasil Studi (KHS) ini dapat diketahui prestasi belajar dari tiap-tiap Mata Kuliah (MK) yang telah ditempuh oleh Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS dalam 1 (satu) semester akademik.


(41)

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2005: 55), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2008: 250), “Populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkungan penelitian”. Sedangkan menurut Sugiarto,dkk (2001: 2), “Populasi adalah semua kemungkinan pengukuran yang perlu diperhatikan”. Jadi, populasi bukan sekadar subyek yang akan diteliti, tetapi juga menyangkut keseluruhan karakteristik subyek tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program studi Pendidikan Sejarah FKIP UNS tahun ajaran 2009/2010.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2005: 56), “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1997: 117), “Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Suatu sampel hendaknya memenuhi syarat utama penarikan generalisasi, yaitu sampel yang digunakan dalam penelitian harus menjadi cermin populasi.

Dalam pengambilan sampel, menurut Winarno Surachmad (1998: 100) yaitu, “untuk penyelidikan deskriptif seperti survei, sampel manusia hendaknya di atas 30 unit besarnya”. Sedangkan Suharsimi Arikunto (2002: 107) mengemukakan tentang pedoman besarnya jumlah sampel yang seharusnya diambil adalah, “Bila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya, selanjutnya jika subyeknya cukup besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih...”. Untuk itu dalam penelitian ini akan diambil sampel sebanyak 65% dari seluruh jumlah mahasiswa Pendidikan Sejarah tahun ajaran 2009/2010, yaitu 120 mahasiswa. Alasan diambilnya sampel sebanyak 65% dari keseluruhan populasi adalah karena sampel 65% akan menghasilkan laporan penelitian yang lebih menyeluruh dan lebih mewakili populasi tersebut. Sampel sebanyak 65% akan lebih menggambarkan keadaan yang sebenanrnya dari mahasiswa


(42)

Pendidikan Sejarah, sehingga hasil penelitian ilmiah dan dapat dibuktikan kenenarannya.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa

Pendidikan Sejarah Angkatan 2006, 2007, 2008, dan 2009 yang keseluruhan jumlahnya adalah 185 orang. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Teknik pengambilan sampel ini digunakan apabila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2002:70). Adapun perincian jumlah mahasiswa Pendidikan Sejarah per angkatan adalah : Mahasiswa Pendidikan Sejarah angkatan 2006 berjumlah 48 orang, angkatan 2007 berjumlah 34 orang, angkatan 2008 berjumlah 46 orang, dan angkatan 2009 berjumlah 65 orang.

Atas dasar teknik proporsional tersebut, maka jumlah setiap bagian yang akan dijadikan sampel mengikuti atau menggunakan pendekatan statistik dengan tabel yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael dengan tingkat kesalahan 5%. Berdasarkan tabel yang dikembangkan oleh Isaac dan Micheel ini, populasi (N) dengan jumlah 185 dan tingkat kesalahan 5% memiliki sampel sebesar 120 (Sugiyono, 2002: 72). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2 Perincian jumlah sampel

Sub bagian Jml.Populasi Prosentase Jumlah

Sampel

1 2 3 4

A. Angkatan 2006 B. Angkatan 2007 C. Angkatan 2008 D. Angkatan 2009

48 34 46 65

25,9 18,4 19,5 36,2

31 22 23 44


(1)

commit to user

sendiri untuk membentuk karakter atau jiwa Pendidik, karena mereka nantinya diharapkan menjadi guru yang bukan hanya cerdas, tetapi juga kuat.

4. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan penguat teori tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi akademik. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis.

C. Saran

Sebagai sumbangan pemikiran dalam peningkatan prestasi akademik mahsiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS tahun 2010, maka peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Mahasiswa

a.Apabila mengalami kesulitan dalam mengkuti perkuliahan, hendaknya mahasiswa bertanya pada Dosen yang mengajar atau pada teman-temannya.

b.Mahsiswa diharapkan berfikir positif bahwa profesi guru bukanlah profesi rendahan melainkan profesi yang mulia.

c.Mahasiswa diharapkan mampu beradaptasi dengan lingkungan

keluarganya, agar tercipta suasana lingkungan keluarga yang harmonis dan kondusif.

d.Dengan terbukti adanya minat mahasiswa menjadi guru dan lingkungan keluarga, maka diharapkan dapat memberikan masukan dan gagasan-gagasan baru untuk pelaksanaan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan masalah prestasi akademik agar dapat diketahui faktor-faktor yang berhungan dengan prestasi akademik.


(2)

commit to user

81

2. Bagi Tenaga Pendidik

a.Dalam menyampaikan materi perkuliahan diharapkan doosen pengajar menggunakan bahasa yang lebih jelas sehingga mahasiswa dapat mudah menerimanya dan merasa senang dengan mata kuliah yang diajarkannya tersebut. Selain itu, dosen diharapkan juga lebih dapat membina dan mengarahkan mahasiswanya untuk berprestasi yang lebih baik. Di samping itu, dosen juga harus menguasai kompetensi guru di samping penguasaan materi perkuliahan maupun praktek.

b.Diharapkan dosen mampu memberikan semangat atau motivasi belajar bagi mahasiswa didikannya.

c.Dosen hendaknya memberikan balikan atau saran kepada mahasiswa.

3. Bagi Keluarga

a. Bagi keluarga, khususnya orang tua diharapkan agar memberikan perhatian, motivasi, dan arahan kepada putra-putrinya dalam belajar, sehingga mahasiswa tidak merasa terabaikan dan memiliki semangan untuk belajar agar mendapatkan prestasi belajar yang maksimal.

b. Bagi keluarga agar senantiasa memantau pergaulan putra-putrinya di luar lingungan rumahnya, agar mahasiswa tidak masuk dalam pergaulan yang salah yang bias menyebabkan menurunnya prestasi belajar.

c. Bagi keluarga agar jangan hanya memberi materi saja kepada mahaasiswa, tetapi juga perhatian, kasih sayang, dan bimbingan kepada putra-putrinya.


(3)

commit to user

78

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sesuai dengan permasalahan yang ada dan data yang telah dikumpulkan, serta hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat menjadi guru dengan prestasi akademik

Minat mahasiswa menjadi guru berada pada taraf tinggi dengan skor 101,1333. Ada sumbangan yang berarti dari variabel minat mahasiswa menjadi guru dan prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS. Hal ini dapat dilihat dari besarnya sumbangan efektif dan sumbangan relatif sebagai berikut :

1)Sumbangan relatif minat menjadi guru (X1) dengan Prestasi akademik

(Y) adalah sebesar 27 ,88 %.

2)Sumbangan efektif minat menjadi guru (X1) dengan Prestasi akademik

(Y) adalah sebesar 18,1 %.

2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara lingkungan keluarga dengan prestasi akademik

Lingkungan keluarga berada pada taraf tinggi dan kondusif dengan skor 99,75. Ada sumbangan yang berarti dari variabel lingkungan keluarga dengan prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS. Hal ini dapat dilihat dari besarnya sumbangan efektif dan sumbangan relatif sebagai berikut :

1)Sumbangan relatif Lingkungan keluarga (X2) dengan Prestasi akademik

(Y) adalah sebesar 72,12 %.

2)Sumbangan efektif Lingkungan keluarga (X2) dengan Prestasi akademik


(4)

commit to user

79

3. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat menjadi guru dan lingkungan keluarga secara bersama-sama dengan prestasi akademik.

Prestasi akademik berada pada kriteria cukup dengan skor 2,96. Dari hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi :

Y = 2,93 + 0,00013 X1 + 0,00012X2

Artinya bahwa rata-rata prestasi akademik (Y) akan meningkat atau menurun sebesar 0,00013 untuk setiap ada peningkatan atau penurunan satu unit minat menjadi guru (X1) dan akan mengalami peningkatan atau penurunan sebesar 0,00012 untuk setiap ada peningkatan atau penurunan satu unit lingkungan keluarga (X2).

B. Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS, maka implikasi dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Dengan diketahui bahwa minat menjadi guru dan lingkungan keluarga memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi akademik, maka akan membantu pihak mahasiswa, tenaga Pendidik, serta keluarga mahasiswa untuk membantu meningkatkan prestasi akademik mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS.

2. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ternyata ada sebagian kecil mahasiswa yang memiliki minat menjadi guru yang rendah dan lingkungan keluarga yang kurang kondusif sehingga mempengaruhi presstasi akademik. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya dari pihak tenaga Pendidik dan mahasiswa untuk terus memacu motivasi dan minat menjadi guru yang tinggi agar prestasi akademiknya memperoleh hasil yang maksimal.

3. Minat menjadi guru dan lingkungan keluarga merupakan faktor yang penting bagi mahasiswa untuk meraih prestasi akademik yang tinggi, sehingga mahasiswa diharapkan bersungguh-sungguh dalam mengikuti perkuliahan dan terus menggali informasi serta terus memacu dirinya


(5)

commit to user

sendiri untuk membentuk karakter atau jiwa Pendidik, karena mereka nantinya diharapkan menjadi guru yang bukan hanya cerdas, tetapi juga kuat.

4. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan penguat teori tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi akademik. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis.

C. Saran

Sebagai sumbangan pemikiran dalam peningkatan prestasi akademik mahsiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS tahun 2010, maka peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Mahasiswa

a.Apabila mengalami kesulitan dalam mengkuti perkuliahan, hendaknya mahasiswa bertanya pada Dosen yang mengajar atau pada teman-temannya.

b.Mahsiswa diharapkan berfikir positif bahwa profesi guru bukanlah profesi rendahan melainkan profesi yang mulia.

c.Mahasiswa diharapkan mampu beradaptasi dengan lingkungan

keluarganya, agar tercipta suasana lingkungan keluarga yang harmonis dan kondusif.

d.Dengan terbukti adanya minat mahasiswa menjadi guru dan lingkungan keluarga, maka diharapkan dapat memberikan masukan dan gagasan-gagasan baru untuk pelaksanaan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan masalah prestasi akademik agar dapat diketahui faktor-faktor yang berhungan dengan prestasi akademik.


(6)

commit to user

81

2. Bagi Tenaga Pendidik

a.Dalam menyampaikan materi perkuliahan diharapkan doosen pengajar menggunakan bahasa yang lebih jelas sehingga mahasiswa dapat mudah menerimanya dan merasa senang dengan mata kuliah yang diajarkannya tersebut. Selain itu, dosen diharapkan juga lebih dapat membina dan mengarahkan mahasiswanya untuk berprestasi yang lebih baik. Di samping itu, dosen juga harus menguasai kompetensi guru di samping penguasaan materi perkuliahan maupun praktek.

b.Diharapkan dosen mampu memberikan semangat atau motivasi belajar bagi mahasiswa didikannya.

c.Dosen hendaknya memberikan balikan atau saran kepada mahasiswa.

3. Bagi Keluarga

a. Bagi keluarga, khususnya orang tua diharapkan agar memberikan perhatian, motivasi, dan arahan kepada putra-putrinya dalam belajar, sehingga mahasiswa tidak merasa terabaikan dan memiliki semangan untuk belajar agar mendapatkan prestasi belajar yang maksimal.

b. Bagi keluarga agar senantiasa memantau pergaulan putra-putrinya di luar lingungan rumahnya, agar mahasiswa tidak masuk dalam pergaulan yang salah yang bias menyebabkan menurunnya prestasi belajar.

c. Bagi keluarga agar jangan hanya memberi materi saja kepada mahaasiswa, tetapi juga perhatian, kasih sayang, dan bimbingan kepada putra-putrinya.


Dokumen yang terkait

The Differences Of Using British And American English

0 38 47

An Error Analysis on the Pronunciation of the Fourth Semester Students of English Education Department of Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University in the Academic Year of 2015/2016.

0 1 17

A LECTURER’S CRITICISMS AND THEIR IMPACT ON THE STUDENTS’ LEARNING MOTIVATION (A CASE STUDY IN THE ENGLISH EDUCATION DEPARTMENT OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION FACULTY OF UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA IN THE ACADEMIC YEAR OF 2015/2016).

0 0 15

THE CORRELATION BETWEEN HABIT IN WATCHING ENGLISH FILMS WITH ENGLISH SUBTITLES, GRAMMATICAL COMPETENCE, AND SPEAKING SKILL (A Correlational Study to the Sixth Semester Students of English Education Department of Teacher Training and Education Faculty of S

0 1 21

CORRELATION BETWEEN STUDENT’S CREATIVITY, COHESIVE DEVICES MASTERY, AND WRITING SKILL (A Correlational Study to the First Semester Students of English Education Department of Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University in the Acad

0 0 16

CORRELATION BETWEEN READING HABIT, VOCABULARY MASTERY, AND TRANSLATION ABILITY (A Correlational Study on the Sixth Semester Students of English Department of Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University in the Academic Year of 2012/2013

0 0 19

THE CORRELATION BETWEEN HABIT IN WATCHING ENGLISH MOVIES, VOCABULARY MASTERY, AND LISTENING SKILL (A Correlational Study of the Second Semester Students of English Education Department of Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University

0 1 16

THE CORRELATIVE STUDY BETWEEN READING ACHIEVEMENT TOWARD TRANSLATION MASTERY FOR THE FOURTH SEMESTER OF ENGLISH EDUCATION DEPARTMENT OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION FACULTY IN THE ACADEMIC YEAR OF 20142015 GRADUATING PAPER Submitted to the Board of Exam

0 0 96

Correlation between Vocabulary Mastery, Reading Attitudes, and Reading Comprehension of the Second Semester Students of English Education Department of Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University in the Academic Year of 2016/2017 -

0 0 16

A THESIS A Partial Fulfillment of the Requirements of the Sarjana Pendidikan Degree in the Faculty of Teacher Training and Education

0 0 13