87
lebih dominan kata yang diucapkan dengan lancar. Skor yang diperoleh = 3.
Kontak mata: subjek mampu memperhatikan guru membimbing, tanpa harus diberikan bantuan fiksasi wajah tetapi intruksi yang diberikan
masih berulang. Skor yang diperoleh = 3. Membuat kalimat: subjek mampu mengucapkan kata bu i-fa. Sudah
cukup jelas namun pengucapannya masih harus berulang kali dengan bimbingan dari guru. Skor yang diperoleh = 3.
Berdasarkan hasil tersebut, pada intervensi keempat skor keseluruhan yang diperoleh adalah 15 hasil lebih rinci pada lampiran 5 halaman
156. Perhitungan persentase kemampuan berbicara yang diperoleh adalah:
e. Intervensi ke-5
Intervensi ke-5 dilaksanakan pada hari Senin, 2 Februari 2015 selama 10 menit dimulai dari pukul 07.55 sampai 08.05. Deskripsi pemberian
treatment pada intervensi hari kelima dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada intervensi hari kelima, pelaksanaan treatment bernyanyi langsung
diberikan oleh guru pembimbing. Terlebih dulu guru memberitahukan kepada subjek bahwa subjek akan menyanyi lagu-lagu kesukaannya
seperti Kasih Ibu, Dua Mata Saya, Nama Hari dan Sayang Semuanya, selain itu guru juga menginstruksikan subjek untuk mengucapkan lirik
lagu dengan jelas dan benar. Subjek sangat bersemangat dan senang ketika diajak menyanyikan lagu-lagu tersebut terutama ketika
88
menyanyikan lagu Kasih Ibu, subjek sambil manggut-manggut. Meskipun dalam pengucapannya masih belum lancar karena banyak
lirik yang hanya diucapkan suku katanya saja, atau akhiran dari kata tersebut, seperti pada lirik kasih ibu, subjek masih mengucapkannya
sih bu, namun sebenarnya subjek mengucapkan lirik lagu tersebut terlihat dari gerakan mulutnya hanya saja suaranya tidak keluar atau
tidak terdengar. Dalam waktu 10 menit subjek menyanyikan lagu tersebut dengan dua kali pengulangan, namun ketika masih ada waktu
biasanya lagu diulang kembali terutama untuk lagu Kasih Ibu. Secara keseluruhan sebenarnya subjek mengetahui dan mampu mengucapkan
lirik-lirik lagu tersebut, namun dalam pengucapannya harus benar- benar dibimbing perkata agar dapat diucapkan dengan jelas dan lancar.
Setelah pemberian intervensi selesai, dilanjutkan dengan guru membimbing subjek berdo‟a sebelum belajar kemudian melaksanakan
kegiatan pembelajaran seperti biasa. Setelah berdo‟a, peneliti sambil melakukan pengamtan kembali terhadap kemampuan berbicara dengan
durasi waktu yang sama dengan fase baseline-1 yaitu 30 menit, dari pukul 08.10 sampai 08.40. Hasil pengamatan pada intervensi hari
kelima dijelaskan per aspek yang diamati yaitu: Kosakata: jumlah kata yang diucapkan oleh subjek ada 17 kata. Dari
17 kata, ada 5 kata diucapkan berulang-ulang yaitu kata: belajar, menulis, pensil, gunting dan kursi. Sedangkan beberapa kata yang
89
lainnya hanya diucapkan satu kali saja, lebih dominan kata yang diucapkan satu kali. Skor yang diperoleh = 4.
Artikulasi: dari 17 kata, 8 kata pengucapannya masih belum jelas baik konsonan maupun vokalnya yaitu kata: belajar, menulis, pensil,
gunting, loker, kusi dan duduk. Sedangkan kata yang lainnya sudah diucapkan dengan cukup jelas bahkan ada yang sudah jelas. Skor yang
diperoleh = 3. Kelancaran: dari 17 kata, 9 kata diucapkan dengan lancar, sedangkan
kata yang lainnya pengucapannya masih terbata atau terpotong tidak utuh, terutama kata: menulis, pensil, gunting, kursi dan duduk. Skor
yang diperoleh = 3. Berdasarkan hasil tersebut, pada intervensi kelima skor keseluruhan
yang diperoleh adalah 16 hasil lebih rinci pada lampiran 5 halaman 157. Perhitungan persentase kemampuan berbicara yang diperoleh
adalah:
f. Intervensi ke-6