PENGARUH SENAM OTAK ARM ACTIVATION (MENGAKTIFKAN TANGAN) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK AUTISTIK KELAS VI DI SEKOLAH LUAR BIASA AUTISMA DIAN AMANAH YOGYAKARTA.

(1)

PENGARUH SENAM OTAK ARM ACTIVATION (MENGAKTIFKAN TANGAN) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN

PADA ANAK AUTISTIK KELAS VI DI SEKOLAH LUAR BIASA AUTISMA DIAN AMANAH

YOGYAKARTA SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Cynthia Aristiyani NIM. 11103241017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKLUTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

Menulis adalah mencipta, dalam suatu penciptaan seseorang mengarahkan tidak hanya semua pengetahuan, daya, dan kemampuannya saja, tetapi ia sertakan

seluruh jiwa dan nafas hidupnya” (Stephen King).

Kau dapat mengajarkan sebuah pelajaran pada seorang siswa selama sehari, tapi jika kau mengajarinya belajar dengan menciptakan keingintahuan, dia akan


(6)

PERSEMBAHAN Karya ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua Orangtua tercinta: Bapak Maryuwono dan Ibu Eni Mulyati. 2. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta.


(7)

PENGARUH SENAM OTAK ARM ACTIVATION (MENGAKTIFKAN TANGAN) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN

PADA ANAK AUTISTIK KELAS VI DI SEKOLAH LUAR BIASA AUTISMA DIAN AMANAH YOGYAKARTA

Oleh Cynthia Aristiyani NIM 11103241017

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam otak arm activation terhadap kemampuan menulis permulaan anak autistik di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen dengan pendekatan

Single Subject Research (SSR). Desain yang digunakan adalah A-B-A. Subyek penelitian yaitu seorang anak autistik kelas VI. Pengumpulan data menggunakan tes, observasi, dan dokumentasi. Instrumen penelitian berupa tes dan panduan observasi yang digunakan selama fase intervensi. Analisis data yang digunakan adalah analisis dalam kondisi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan ditampilkan dengan bentuk tabel serta grafik.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa pada kemampuan menulis permulaan subyek terdapat adanya pengurangan terhadap frekuensi kesalahan dalam mengerjakan soal fase baseline-1 (A), intervensi (B), dan baseline-2 (A’). Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan senam otak arm activation dapat berpengaruh terhadap kemampuan menulis permulaan anak autistik. Pengaruh yang diberikan terhadap kemampuan menulis permulaan tersebut ditunjukkan dengan menurunnya frekuensi pada fase intervensi dan baseline-2 serta didukung dengan presentase overlap yang rendah yaitu 0%. Perubahan level yang terjadi pada perbandingan kondisi intervensi dengan baseline-2 (A’/B) untuk kemampuan menebalkan yaitu (+2) dan kemampuan menyalin yaitu (+6).

Kata kunci: senam otak arm activation (mengaktifkan tangan), menulis permulaan, anak autistik.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang telah diberikan selama ini, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Senam Otak Arm Activation (Mengaktifkan Tangan) Terhadap Kemampuan Menulis Permulaan Pada Anak Autistik Kelas VI Di Sekolah Luar Biasa Autisma Dian Amanah Yogyakarta” dapat terselesaikan dengan baik.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan uluran tangan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak dalam membantu terselesaikannya laporan ini, antara lain:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin kesempatan bagi penulis untuk menimba ilmu dari masa awal studi sampai dengan terselesaikannya tugas akhir skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Biasa yang telah memberikan ijin penelitian. 4. Bapak Dr. Ibnu Syamsi, M. Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan arahan, bimbingan, dan masukan yang sangat membantu dalam pembuatan tugas akhir skripsi ini.

5. Ibu Sukinah, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan nasehat yang sangat membantu dalam pembuatan tugas akhir skripsi ini.


(9)

(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN……… ii

HALAMAN PERNYATAAN………. iii

HALAMAN PENGESAHAN………. iv

HALAMAN MOTTO……….. v

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. vi

ABSTRAK………vii

KATA PENGANTAR………..viii

DAFTAR ISI……… x

DAFTAR TABEL………xiii

DAFTAR GAMBAR………xv

DAFTAR LAMPIRAN………xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang……… 1

B.Identifikasi Masalah……… 6

C.Batasan Masalah………. 7

D.Rumusan Masalah……… 7

E. Tujuan Penelitian………. 7

F. Manfaat Penelitian……… 8

G.Definisi Operasional………. 9

BAB II KAJIAN TEORI A.Kajian Tentang Anak Autistik……….. 10

1. Pengertian Anak Autistik………. 10

2. Faktor-faktor Penyebab Anak Autistik……… 12

3. Karakteristik Anak Autistik………. 13

B.Kajian Tentang Kemampuan Menulis Permulaan……… 16

1. Pengertian Menulis Permulaan……… 16

2. Tujuan Menulis Permulaan……….. 19 ………


(11)

4. Bentuk-bentuk Kesulitan Menulis Permulaan………. 23

5. Ruang Lingkup Kemampuan Menulis Permulaan Bagi Anak Autistik 24 C.Kajian Tentang Senam Otak Arm Activation……… 25

1. Pengertian Senam Otak……… 25

2. Gerakan Senam Otak Arm Activation……….. 27

3. Manfaat Senam Otak Arm Activation………... 28

4. Alasan Memilih Senam Otak Arm Activation (Mengaktifkan Tangan) Terhadap Kemampuan Menulis Permulaan Anak Autistik… 30 D.Hubungan Antara Senam Otak Arm Activation Dengan Kemampuan Menulis Permulaan……… 31

E. Kerangka Berpikir………. 33

F. Hipotesis……… 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Pendekatan dan Jenis Penelitian……… 36

B.Desain Penelitian………... 36

C.Tempat dan Waktu Penelitian………... 40

1. Tempat Penelitian………. 40

2. Waktu Penelitian……….. 40

D.Subyek Penelitian……….. 41

E. Setting Penelitian……….. 42

F. Variabel Penelitian……… 42

G.Teknik Pengumpulan Data……… 43

1. Tes……… 44

2. Observasi……….. 44

3. Dokumentasi………. 45

H.Instrumen Penelitian………. 45

I. Uji Validitas Instrumen………. 52

J. Prosedur Perlakuan………. 53

K.Teknik Analisis Data………. 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian………. 57


(12)

1. Deskripsi Lokasi Penelitian………. 57

2. Deskripsi Subyek Penelitian……… 58

3. Deskripsi Data Hasil Penelitian……… 60

B.Analisis Data……… 103

C.Pembahasan Penelitian………. 111

D.Keterbatasan Penelitian……… 114

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan……….. 116

B.Saran……… 116

DAFTAR PUSTAKA……….. 118


(13)

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Pada Instrumen

Tes Kemampuan Menulis

Permulaan………...…..

47

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Menulis

Permulaan……….

48

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Observasi Kemampuan Menulis Permulaan Selama Sesi Intervensi atau Pelaksanaan

Treatment Menggunakan Senam Otak Arm Activation…

52

Tabel 4. Data Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk

Pola Dasar Pada Baseline-1………... 66

Tabel 5. Data Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Baseline-1………...

67

Tabel 6. Data Hasil Intervensi ke-1 Pada Aspek Menebalkan

Berbagai Bentuk Pola Dasar……….. 71

Tabel 7. Data Hasil Intervensi Ke-2 Pada Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar………..

73

Tabel 8. Data Hasil Intervensi Ke-3 Pada Aspek Menebalkan

Berbagai Bentuk Pola Dasar……….. 75

Tabel 9. Data Hasil Intervensi Ke-4 Pada Aspek Menebalkan

Berbagai Bentuk Pola Dasar……….. 77 Tabel 10. Data Hasil Frekuensi Kesalahan Subyek Dalam

Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Sesi

Intervensi………

77

Tabel 11. Data Hasil Intervensi Ke-1 Pada Aspek Menyalin

Berbagai Bentuk Pola Dasar……….. 81

Tabel 12. Data Hasil Intervensi Ke-2 Pada Aspek Menyalin

Berbagai Bentuk Pola Dasar……… 84 Tabel 13. Data Hasil Intervensi Ke-3 Pada Aspek Menyalin

Berbagai Bentuk Pola Dasar……… 86 Tabel 14. Data Hasil Intervensi Ke-4 Pada Aspek Menyalin


(14)

Tabel 15. Data Hasil Frekuensi Kesalahan Subyek Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Sesi Intervensi………...

88

Tabel 16. Data Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Baseline-2……….………..

101

Tabel 17. Data Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menyalin Berbagai Bentuk

Pola Dasar Pada Baseline-2………... 102

Tabel 18. Akumulasi Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menebalkan Berbagai

Bentuk Pola Dasar……….. 104

Tabel 19. Rangkuman Hasil Analisis Visual Dalam Kondisi Dengan Aspek Menebalkan Berabagai Bentuk Pola

Dasar………..

106

Tabel 20. Rangkuman Hasil Analisis Visual Antar Kondisi Dengan

Aspek Menebalkan Berabagai Bentuk Pola Dasar.. 107

Tabel 21. Akumulasi Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menyalin Berbagai

Bentuk Pola Dasar……….

108

Tabel 22. Rangkuman Hasil Analisis Visual Dalam Kondisi Dengan Aspek Menyalin Berabagai Bentuk Pola Dasar...

110

Tabel 23. Rangkuman Hasil Analisis Visual Antar Kondisi Dengan Aspek Menyalin Berabagai Bentuk Pola Dasar………….


(15)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Gerakan Arm Activation (Mengaktifkan Tangan)……… 27 Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir………. 34 Gambar 3. Desain A-B-A’……….. 37 Gambar 4. Display Hasil Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan

Menulis Permulaan Dengan Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Baseline-1……….

66

Gambar 5. Display Hasil Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Baseline-1……….

67

Gambar 6. Display Hasil Frekuensi Kesalahan Subyek Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Sesi

Intervensi………..

78

Gambar 7. Display Hasil Frekuensi Kesalahan Subyek Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Sesi

Intervensi………..

89

Gambar 8. Display Hasil Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Baseline-2……….

102

Gambar 9. Display Hasil Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Baseline-2……….

103

Gambar 10. Display Perkembangan Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Subyek………..

105

Gambar 11. Display Perkembangan Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Subyek………..


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Instrumen Tes Kemampuan Menulis Permulaan………... 123 Lampiran 2. Panduan Observasi Pada Sesi Intervensi……… 130 Lampiran 3. Panduan Observasi Pencatatan Kejadian (Menghitung Frekuensi) 131 Lampiran 4. Hasil Tes Kemampuan Menulis Permulaan Pada Baseline-1…… 132 Lampiran 5. Hasil Tes Kemampuan Menulis Permulaan Pada Intervensi…… 147 Lampiran 6. Hasil Observasi Pada Sesi Intervensi……… 167 Lampiran 7. Hasil Tes Kemampuan Menulis Permulaan Pada Baseline-2…… 183 Lampiran 8. Hasil Observasi Pencatatan Kejadian (Menghitung Frekuensi)… 198 Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……… 204 Lampiran 10. Hasil Perhitungan Komponen-Komponen Pada Fase Baseline-1,

Intervensi, dan Baseline-2……….. 210

Lampiran 11. Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran………... 215 Lampiran 12. Surat Keterangan Dan Izin Penelitian……… 218


(17)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Anak autistik adalah individu yang mengalami gangguan perkembangan pada aspek komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku, yang mana kondisi tersebut dapat terlihat sebelum usia tiga tahun. Pada usia 1-2 tahun, biasanya anak autistik menunjukkan perkembangan yang normal, akan tetapi pada masa selanjutnya perkembangan tersebut menjadi menurun atau mundur (Joko Yuwono, 2012:26). Anak autistik bukanlah suatu bencana dalam keluarga, dikarenakan kehadirannya tidak akan merusak keharmonisan keluarga. Pada dasarnya, mereka sama dengan anak lainnya yang membutuhkan bimbingan dan dukungan lebih dari orangtua dan lingkungannya untuk tumbuh dan berkembang agar dapat hidup mandiri. Anak autistik merupakan seorang anak yang mengalami suatu gangguan pada perkembangan fungsi otak dengan melibatkan beberapa aspek perkembangan, seperti kehidupan sosial dan afek, komunikasi verbal dan non-verbal, imajinasi, fleksibilitas, rentang-minat, kognisi dan atensi (SM Lumbantobing, 2003: 48).

Kompleksnya gangguan perkembangan yang dialami oleh anak autistik, menyebabkan mereka mengalami keterbatasan pada fungsi kognitif, afektif dan psikomotor yang menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas terutama dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, dalam proses pembelajaran perlu adanya koordinasi yang baik antara fungsi kognitif, afektif, dan psikomotor. Salah satu hambatan pembelajaran yang disebabkan oleh adanya keterbatasan pada fungsi kognitif dan motorik yaitu kurangnya


(18)

kemampuan dalam berbahasa. Dalam kehidupan sehari-hari terutama pada proses pembelajaran, kemampuan berbahasa sangatlah penting untuk menunjang suatu proses komunikasi. Komunikasi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara menulis maupun membaca. Dengan demikian, salah satu keterbatasan kemampuan berbahasa yang disebabkan karena rendahnya kemampuan kognitif dan motorik menyebabkan anak autistik mengalami hambatan dalam menulis, terutama pada menulis permulaan.

Kemampuan menulis merupakan salah satu aspek yang mendasar dalam proses pembelajaran. Mengingat aktivitas dalam persiapan menulis sudah dilakukan sejak usia pra-sekolah. Kemampuan menulis anak yang belum matang, dapat mengakibatkan anak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya di sekolah. Kematangan kemampuan menulis pada anak sejak usia dini akan memberikan kemudahan dalam melakukan aktivitas menulis pada tahapan selanjutnya. Menurut Munawir Yusuf & Edy Legowo, (2007: 118-120), berdasarkan tahapannya keterampilan menulis ini dibagi menjadi dua, yaitu tahapan menulis permulaan dan tahapan menulis lanjut. Menulis permulaan merupakan suatu tahapan awal dalam aktivitas menulis. Pada kegiatan menulis permulaan, individu melakukan keterampilan-keterampilan dasar yang dilakukan untuk menunjang kemampuan menulis lanjut.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan ketika pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada bulan Juli 2014, terdapat salah satu anak autistik dengan inisial R.A.M. kelas VI di SLB Autisma Dian Amanah ini mengalami hambatan dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas terutama


(19)

dalam menulis permulaan. Hambatan yang dimilikinya tersebut dikarenakan oleh adanya kekakuan pada motorik halus subyek.

Kekakuan yang terjadi pada motorik halus anak autistik tersebut menyebabkan rendahnya kemampuan dalam menulis permulaan. Dalam hal ini, kekakuannya tersebut terlihat ketika subyek memegang alat tulis dan menggerakannya yang cenderung kurang optimal, sehingga tulisan subyek cenderung tebal dan tidak beraturan. Akan tetapi, dalam melakukan aktivitas lain subyek mampu melakukannya dengan baik tanpa adanya hambatan berupa kekakuan pada organ gerak tangannya.

Kemampuan menulis permulaan yang dimiliki oleh subyek saat ini yaitu menebalkan garis putus-putus dan menyalin tulisan, meskipun kemampuannya tersebut masih belum optimal dan sangat rendah. Hal ini dikarenakan, subyek masih mengalami kesulitan dalam menggerakkan alat tulis pada saat melakukan aktivitas menulis. Dengan demikian, kurangnya kemampuan subyek dalam menulis, terutama menebalkan serta menyalin garis dan huruf menyebabkan tulisan subyek menjadi tidak jelas dan tidak beraturan, sehingga sulit untuk dibaca.

Dalam kegiatan pembelajaran menulis, guru kelas belum menemukan metode yang tepat untuk mengurangi kekakuan yang terjadi pada subyek ketika menulis dan meningkatkan kemampuan menulisnya. Selama kegiatan pembelajaran, guru biasanya hanya memberikan motivasi secara verbal untuk meningkatkan kemampuan menulis subyek, dan sering memberikan bantuan secara langsung apabila subyek mengalami kesulitan dalam menulis. Apabila


(20)

subyek mengalami kendala dalam menulis, biasanya guru memberikan bantuan dengan cara memegang tangan subyek untuk menulis, terutama dalam kegiatan menebalkan. Dengan adanya permasalahan mengenai kemampuan menulis permulaan pada subyek, maka peneliti ingin memberikan sebuah treatment

untuk meningkatkan kemampuannya tersebut yaitu dengan melakukan senam otak arm activation (mengaktifkan tangan).

Senam otak (Brain Gym) adalah serangkaian latihan gerak sederhana yang digunakan untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari (Indah Wulandari, 2014: 31). Metode ini dipelopori oleh Paul E. Dennison, meski sederhana brain gym mampu memudahkan kegiatan belajar dan melakukan penyesuaian terhadap ketegangan, tantangan, dan tuntutan sehari-hari. Menurut Setiyo Purwanto, dkk., (2009: 81), “gerakan

brain gym dibuat untuk menstimulasi (dimensi lateralitas), meringankan (dimensi pemfokusan), atau merelaksasi (dimensi pemusatan) siswa yang terlibat dalam situasi belajar tertentu”.

Penelitian ini memfokuskan pada penggunaan senam otak arm activation

untuk mengatasi kemampuan menulis permulaan subyek yang rendah. Adapun alasan yang melatarbelakangi penggunaan senam otak dengan gerakan arm activation, yaitu karena menyesuaikan dengan kemampuan subyek yang mengalami kekakuan pada motorik halusnya. Gerakan arm activation

merupakan gerakan yang dapat melenturkan tangan dan bahu serta dapat membantu proses keterampilan menulis, sehingga dengan adanya upaya yang mampu merelaksasikan otot-otot pada bahu dan tangan subyek maka hambatan


(21)

menulis yang dialami oleh subyek dapat teratasi. Senam otak dengan gerakan

arm activation dapat mengaktifkan tangan untuk merelaksasikan bahu sehingga mampu membantu seseorang dalam kegiatan menulis, mengeja, dan menulis kreatif (Franc. Andri Yanuarita, 2013:76). Senam otak arm activation yang dilakukan, yaitu dengan memberikan gerakan mengangkat salah satu tangan ke atas dan digerakan ke depan, belakang, samping kanan dan kiri dengan bantuan dorongan oleh tangan satunya. Gerakan senam otak arm activation ini telah dimodifikasi dengan penambahan gerakan membuka dan menutup telapak tangan sebelum memulai gerakan inti arm activation.

Sejalan dengan pernyataan di atas, terdapat beberapa penelitian terlebih dahulu mengenai penerapan brain gym dalam proses pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Yoga Puspa Umbara (2014), yang berjudul “Penggunaan Brain Gym Dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan Pada Anak Autis Kelas IV di SLB Marsudi Putra II Pandak Bantul Yogyakarta”, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tindakan berupa brain gym dapat meningkatkan kemampuan menulis permulaan siswa autisme kelas IV pada skor mean level setelah diberikannya intervensi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti ingin mengadakan penelitian untuk memperkuat hasil penelitian terdahulu berkaitan dengan penerapan brain gym atau senam otak arm activation terhadap kemampuan menulis permulaan pada anak autistik kelas VI di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta. Dengan demikian, alasan peneliti melakukan penelitian ini, yaitu karena di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta belum


(22)

pernah dilakukan penelitian terkait dengan penerapan senam otak arm activation untuk meningkatkan kemampuan menulis permulaan.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Anak autistik kelas VI di SLB Autisma Dian Amanah mengalami hambatan dalam menulis permulaan yang dikarenakan oleh adanya kekakuan pada motorik halus (tangan).

2. Kekakuan yang terjadi pada motorik halus anak autistik tersebut menyebabkan rendahnya kemampuan dalam menulis permulaan.

3. Kemampuan menulis permulaan yang dimiliki oleh subyek saat ini yaitu menebalkan garis putus-putus dan menyalin tulisan, namun masih belum optimal.

4. Dalam kegiatan pembelajaran menulis, guru kelas belum menemukan metode yang tepat untuk mengurangi kekakuan yang terjadi pada subyek ketika menulis dan meningkatkan kemampuan menulisnya.

C.Batasan Masalah

Penelitian ini membatasi permasalahan pada nomor 2 dan 4, mengenai kekakuan yang terjadi pada motorik halus anak autistik yang menyebabkan rendahnya kemampuan dalam menulis permulaan serta guru kelas belum menemukan metode yang tepat untuk mengurangi kekakuan yang terjadi pada subyek ketika menulis dan meningkatkan kemampuan menulisnya.


(23)

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah senam otak arm activation dapat mempengaruhi kemampuan menulis permulaan anak autistik kelas VI di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta?”.

E.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam otak arm activation

terhadap kemampuan menulis permulaan anak autistik di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah data dan menjadi referensi untuk meningkatkan kemampuan menulis permulaan dan mengurangi kekakuan yang terjadi pada saat menulis yaitu dengan menggunakan senam otak arm activation.

2. Manfaat praktis

Apabila penelitian ini terbukti, maka memiliki manfaat bagi anak, guru dan kepala sekolah yang terbatas pada subjek penelitian, diantaranya:

a. Bagi anak autistik, penelitian ini dapat digunakan untuk membantu meningkatkan kemampuan menulis permulaan dengan diberikannya


(24)

b. Bagi guru penelitian ini dapat digunakan sebagai treatment untuk meningkatkan kemampuan menulis peserta didik.

c. Bagi kepala sekolah penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan program tambahan sebagai penunjang proses pembelajaran.

G.Definisi Operasional

1. Senam Otak Arm Activation (Mengaktifkan Tangan)

Senam otak adalah serangkaian gerakan sederhana yang bertujuan untuk mengaktifkan seluruh kerja otak dan tubuh. Senam otak arm activation ini mampu merelaksasikan otot-otot pada bahu dan lengan, sehingga dapat membantu kemampuan siswa dalam kegiatan menulis. Langkah-langkah pelaksanaan senam otak arm activation dalam proses pembelajaran menulis permulaan, yaitu diawali dengan melakukan gerakan

arm activation untuk merelaksasikan otot-otot pada bagian bahu dan tangan, dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran. Gerakan yang dilakukan dalam pelaksanaan senam otak arm activation, yaitu diawali dengan gerakan membuka dan menutup telapak tangan serta dilanjutkan mengangkat salah satu tangan ke atas dan digerakan ke depan, belakang, samping kanan dan kiri dengan bantuan dorongan oleh tangan satunya.

2. Kemampuan Menulis Permulaan

Menulis merupakan suatu kemampuan individu untuk menuangkan pemikiran, ide, dan perasaan ke dalam bentuk tulisan. Kemampuan menulis permulaan yang difokuskan yaitu pada kemampuan dalam menebalkan dan


(25)

menyalin berbagai bentuk pola dasar dalam menulis, serta dilakukannya proses pengamatan mengenai kesiapan subyek dalam menulis. Pengukuran terhadap kemampuan menulis permulaan tersebut ditunjukkan dengan frekuensi kesalahan dalam mengerjakan soal yang terjadi semakin berkurang.


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Tentang Anak Autistik

1. Pengertian Anak Autistik

Anak autistik merupakan individu yang mengalami suatu gangguan perkembangan pada individu yang mana gejala-gejalanya dapat terlihat sebelum usia tiga tahun. Anak autistik yaitu seorang anak yang mengalami gangguan afektif, kesulitan dalam melakukan komunikasi dan interaksi dengan orang lain, serta cenderung memiliki dunia yang berbeda (Tin Suharmini, 2009: 3). Adapun definisi lain menyatakan bahwa, anak autistik adalah individu yang mengalami suatu gangguan perkembangan pada perilaku emosional, sosial, dan komunikasi (Wina E. Darwis, 2003: 90). Kedua pendapat tersebut menjelaskan bahwa anak autistik yaitu seorang anak yang mengalami gangguan perkembangan, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan lingkungan.

Anak autistik yaitu individu yang mengalami gangguan pertumbuhan secara kompleks dan biasanya muncul pada usia tiga tahun pertama, serta adanya kelainan pada neurologis yang dapat mempengaruhi fungsi normal otak sehingga berdapak pada perkembangan komunikasi dan interaksi sosial (Morrison, George S., 2012: 236). Adapun pengertian lain mengenai anak autistik yang dikemukakan oleh Indiviual with Dissabilities Education Act (IDEA) (Hallahan, Kauffman and Pullen, 2009: 425), bahwa:


(27)

a developmental disability affecting verbal and nonverbal communication and social interaction, generally evident before age 3, that affects a child’s performances. Other characteristics often associated with autism are engagement in repetitive activities and stereotyped movement, resistance to environmental change or change in daily routine, and unusual responses to sensory experiences”.

Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa anak autistik merupakan individu dengan gangguan perkembangan yang berpengaruh pada komunikasi verbal maupun non-verbal dan interaksi sosial, secara umum tampak pada usia sebelum tiga tahun. Karakteristik lain berkaitan dengan aktivitas dan gerakan yang berulang, penolakan terhadap lingkungan atau aktivitas yang dilakukan bersifat rutinitas, serta memiliki respon yang berlebihan terhadap pengalaman sensorisnya.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak autistik adalah individu yang mengalami suatu gangguan perkembangan pada aspek komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku, yang mana beberapa gejala tersebut dapat diketahui sebelum usia tiga tahun. Kurangnya kemampuan anak autistik dalam melakukan hubungan sosial dengan lingkungan, menyebabkan mereka terisolasi dan perlu penangan sedini mungkin untuk mengatasinya. Dengan adanya keterbatasan dalam ketiga aspek tersebut, menyebabkan anak autistik mengalami hambatan dalam mengikuti proses pembelajaran seperti anak lainnya. Maka dari itu, anak autistik memerlukan suatu penanganan yang khusus serta layanan pendidikan yang mampu mengembangkan potensinya secara optimal.


(28)

Dalam penelitian ini, anak autistik yang dimaksud yaitu salah satu siswa kelas VI di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta yang mengalami hambatan menulis permulaan dalam proses pembelajaran. Hambatan menulis permulaan yang dialami oleh anak autistik ini, disebabkan karena terbatasnya kemampuan kognitif dan motorik halus untuk menunjang proses pembelajaran. Terbatasnya kemampuan motorik halus ini terlihat dengan adanya kekakuan pada alat gerak tangannya ketika menulis, sehingga tulisan yang dihasilkan cenderung tidak beraturan. Maka dari itu, perlu adanya suatu treatment yang dapat membantu merelaksasikan kekakuan yang dialaminya.

2. Faktor-faktor Penyebab Anak Autistik

Dalam menentukan faktor penyebab anak autistik secara spesifik, hingga saat ini masih belum ditemukannya secara pasti. Meskipun demikian, secara umum terdapat kesepakatan mengenai keragaman penyebab terjadinya anak autistik. Menurut Bonny Danuatmaja (2003: 4-6), terdapat beberapa dugaan mengenai penyebab anak autistik, seperti:

a. Gangguan susunan saraf pusat

Adanya penemuan yang menyatakan bahwa anak autistik mengalami kelainan pada neuroanatomi (anatomi susunan saraf pusat) pada beberapa bagian otak. Selain itu, beberapa anak autistik mengalami pengecilan pada otak kecil (lobus VI-VII), yang mana seharusnya pada lobus tersebut terdapat banyak sel purkinje, namun hanya sedikit jumlah yang dimiliki oleh anak autistik.


(29)

b. Gangguan sistem pencernaan

Gangguan sistem pencernaan yang menjadi penyebab anak autistik ini yaitu disebabkan karena kurangnya enzim sekretin pada sistem pencernaan.

c. Peradangan dinding usus

Peradangan pada dinding usus yang terjadi karena adanya virus selama fase kehamilan. Hal ini disebabkan karena banyaknya orangtua yang menolak untuk melakukan vaksin MMR (Measies, Mumps, Rubella). d. Faktor genetika

e. Keracunan logam berat

Adanya racun logam berat pada tubuh anak autistik ini diduga karena kemampuan sekresi logam berat dalam tubuh terganggu secara genetik.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dugaan sementara mengenai faktor penyebab anak autistik yaitu disebabkan karena adanya faktor genetik, metabolik dan gangguan saraf pusat, infeksi pada masa kehamilan (rubella), gangguan sistem pencernaan, serta keracunan logam berat.

3. Karakteristik Anak Autistik

Anak autistik memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Adanya perbedaan tersebut menyebabkan anak autistik perlu mendapatkan penanganan secara khusus terutama dalam layanan pendidikan. Menurut Sasanti Yuniar (2003: 35), anak autistik memiliki tiga karakteristik utama, yaitu: “a) gangguan dalam interaksi sosial, b) gangguan dalam komunikasi, c) minat terbatas, gerak stereotipik, serta perilaku tak


(30)

wajar”. Beberapa gangguan pada bidang lain yang dialami oleh anak autistik menurut Yoswan Azwandi (2005, 31-34), yaitu: “a) gangguan kognitif, b) gangguan pada perilaku motorik, c) reaksi terhadap perangsangan indera, d) gangguan tidur dan makan, d) gangguan afek dan mood serta emosi, e) perilaku yang membahayakan diri sendiri, f) gangguan kejang”.

Pendapat lain mengenai karakteristik anak autistik yang dikemukakan oleh Hallahan, Kauffman and Pullen (2009: 433-435), yaitu: “impaired social interaction, impaired communication, repetitive and stereotyped

patterns of behavior, impaired cognition, and abnormal sensory

perceptions”. Adapun penjelasan mengenai masing-masing karakteristik tersebut, diantaranya:

a. Impaired social interaction

Anak autistik mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan. Mereka cenderung sulit untuk melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya.

b. Impaired communication

Anak autistik mengalami hambatan dalam berkomunikasi dengan lingkungan, terutama untuk tujuan sosial. Hal tersebut dikarenakan autisme yang mengalami keterbatasan dalam berbahasa (verbal maupun

non-verbal).

c. Repetitive and stereotyped patterns of behavior

Anak autistik memiliki karakteristik unik yang berbeda dengan anak yang lain, dikarenakan mereka sering menunjukkan perilaku yang


(31)

khas, seperti: perilaku stereotip, repetitif, dan perilaku ritual lainnya (misal: mengepak-ngepakkan tangannya, meloncat-loncat, dan berputar).

d. Impaired cognition

Sebagian besar anak autistik mengalami hambatan pada fungsi kognitif. Hambatan tersebut menyebabkan anak autistik kurang mengalami kepekaan terhadap orang di sekitarnya.

e. Abnormal sensory perceptions

Sebagian dari anak autistik memiliki indera yang sangat sensitif terhadap rangsangan, namun beberapa anak autistik pun memiliki respon yang kurang terhadap rangsangan. Kurangnya respon terhadap rangsangan, menyebabkan anak autistik tidak peka terhadap rangsangan yang bersifat membahayakan dirinya.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak autistik memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Adapun karakteristik utama pada anak autistik, yaitu: mengalami hambatan dalam berinteraksi sosial, berkomunikasi, dan perilaku. Selain itu, sebagian besar anak autistik mengalami hambatan pada fungsi kognitif yang dapat menghambat proses pembelajaran. Terdapat pula sebagian dari anak autistik yang mengalami keterbatasan dalam kemampuan motorik. Keterbatasan motorik tersebut dapat terlihat dengan adanya kelemahan maupun kekakuan dalam gerakan yang dialami oleh anak autistik tersebut.


(32)

Dalam penelitian ini, anak autistik yang menjadi subyek memiliki keterbatasan pada fungsi kognitif dan motorik halusnya, sehingga menghambat proses pembelajaran terutama menulis permulaan. Mengingat saat ini anak autistik yang menjadi subyek dalam penelitian berada pada kelas VI SD, akan tetapi kemampuannya dalam menulis cenderung masih rendah. Maka dari itu, dalam proses pembelajaran anak autistik ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan tugas karena kekakuan yang dialaminya menghambat kegiatan belajar. Selain itu, apabila dalam proses pembelajaran guru kurang memberikan bimbingan secara intensif, maka frekuensi kesalahan dalam menulis permulaan yang dialami oleh subyek lebih banyak.

Dengan adanya pernyataan di atas, maka untuk mengatasi hambatan menulis karena adanya kekakuan pada tangan yang dialami oleh anak autistik tersebut, maka peneliti ingin memberikan sebuah treatment yang mampu mengatasi hambatan belajar menulisnya yaitu dengan pemberian senam otak gerakan arm activation. Sehingga, untuk mengukur keberhasilan

treatment yang diberikan tersebut yaitu dengan melihat frekuensi kesalahan anak autistik dalam menulis permulaan.

B.Kajian Tentang Kemampuan Menulis Permulaan 1. Pengertian Menulis Permulaan

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang sangat kompleks dengan melibatkan koordinasi antara kemampuan visual, kemampuan motorik dan kemampuan kognitif. Dalam proses pembelajaran,


(33)

keterampilan menulis menjadi suatu kemampuan dasar bagi individu untuk melakukan keterampilan berbahasa yang lain. Maka dari itu, kematangan kemampuan menulis pada individu sejak dini dapat memberikan kemudahan dalam melakukan keterampilan menulis pada tahapan selanjutnya.

Menurut Siti Maslakhah, dkk. (2011: 55), “menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan tertentu, misalnya memberitahu, meyakinkan, atau menghibur”. Adapun pendapat lain mengenai menulis yang dikemukakan oleh Petrin Kasdanel (2013: 248) yaitu, “menulis merupakan suatu aktifitas fisik, yang dalam pelaksanaannya melibatkan indera, seperti tangan yang digunakan untuk menulis, mata untuk melihat apa yang ditulis”.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut, maka disimpulkan bahwa menulis merupakan keterampilan dalam berbahasa dengan melibatkan kemampuan indera untuk menuangkan gagasan atau ide ke dalam bentuk tulisan. Menulis permulaan merupakan suatu tahapan awal dalam kemampuan menulis lanjut. Dalam menulis permulaan ini, sangat diperlukan adanya koordinasi indera yang baik serta keterampilan-keterampilan dasar dalam menulis (seperti: menggerakkan tangan, membuat coretan yang baik, dan sebagainya).

Dengan demikian, keberhasilan seorang anak dalam menulis sangat dipengaruhi oleh kematangan kemampuan kognitif dan motorik halus serta koordinasi indera. Selain itu, untuk memiliki keterampilan menulis yang baik terdapat beberapa pra-syarat yang perlu dikuasai. Menurut Tri Gunadi


(34)

(2003: 281), terdapat sembilan persyaratan dalam belajar menulis, diantaranya: “kesiapan perkembangan, keseimbangan kestabilan bahu, kontrol lengan bawah, kestabilan pergelangan tangan, grasp, bilateral handuse, sensory experiences, dan eye, hand, and arm coordination”.

Pendapat lain mengenai persyaratan yang perlu dikuasai oleh anak dalam menulis dikemukakan oleh Lamme (dalam Tri Budi Santoso, 2003: 294), yaitu: “a) perkembangan otot-otot kecil tangan, b) koordinasi mata-tangan, c) kemampuan untuk menggunakan alat tulis, d) kemampuan untuk membuat coretan dasar seperti lingkaran dan garis-garis, e) memahami bentuk huruf, d) orientasi pada bahasa tulisan”.

Mengacu pada pendapat yang telah dikemukakan oleh kedua ahli tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa untuk memiliki kemahiran dalam melakukan keterampilan menulis permulaan, terdapat beberapa persyaratan khusus yang perlu dikuasi. Adapun beberapa persyaratan untuk menunjang kemampuan menulis permulaan, diantaranya yaitu: perlu adanya koordinasi yang baik antara mata, tangan, otot-otot bahu, dan kestabilan tangan. Sehingga, dengan memiliki kemampuan koordinasi yang baik diantara aspek-aspek tersebut, maka kemampuan menulis individu akan jauh lebih baik.

Dalam penelitian ini, kemampuan anak autistik dalam menulis permulaan masih rendah, hal tersebut dikarenakan kemampuan mengkoordinasi gerakan masih belum optimal. Rendahnya kemampuan menulis permulaan anak autistik tersebut dikarenakan adanya kekakuan


(35)

pada gerakan tangannya. Kekakuan pada tangan tersebut menyebabkan proses pembelajaran menjadi terhambat, sehingga anak autistik ini sering mengalami kesulitan dan kesalahan, serta membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan tugas menulis yang diberikan oleh guru.

2. Tujuan Menulis Permulaan

Menulis merupakan keterampilan dalam berbahasa dengan melibatkan kemampuan indera untuk menuangkan gagasan atau ide ke dalam bentuk tulisan. Dalam melakukan keterampilan menulis dibutuhkan koordinasi yang baik antar anggota tubuh, sehingga tulisan yang dihasilkan menjadi lebih baik. Menurut Munawir Yusuf (2005: 181), “tujuan utama dalam pengajaran menulis adalah keterbacaan”. Adapun maksud dalam pernyataan tersebut adalah hasil tulisan yang telah dilakukan mampu memberikan arti dan mengkomunikasikan pesan yang disampaikan kepada pembaca.

Begitupun tujuan menulis permulaan bagi anak autistik, yang diharapkan mampu membuat tulisan dengan baik serta dapat diketahui maksud tulisan tersebut, sehingga tulisan tersebut mampu mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan. Sejalan dengan pernyataan tersebut, menurut Yoga Puspa Umbara (2014: 34), “tujuan menulis permulaan pada anak autis adalah supaya anak dapat menulis tangan dengan baik, dan mampu terbaca hasil tulisan tangannya juga agar dapat menunjang kemandirian anak dalam belajar”. Dengan adanya pernyataan tersebut, maka pembelajaran menulis permulaan bagi anak autistik sangat berguna bagi kehidupannya di masa mendatang, sebab


(36)

dengan hasil tulisan yang baik akan mampu melanjutkan pembelajaran menulis pada tahap lanjut.

Dalam penelitian ini, tujuan menulis permulaan bagi anak autistik yaitu untuk melatih kemampuannya dalam menulis agar dapat terlihat dan terbaca dengan jelas oleh pembaca. Hal itu dikarenakan kemampuan menulis permulaan anak autistik dalam penelitian ini masih kurang optimal. 3. Tahapan Menulis Permulaan

Keterampilan menulis permulaan pada dasarnya tidak hanya sebatas coretan pensil saja, melainkan adanya beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan tersebut. Menurut Munawir Yusuf dan Edy Legowo (2007: 118-119), terdapat tiga aspek dalam keterampilan menulis permulaan, seperti:

a. Keterampilan pra-menulis: - Meraih

- Meraba - Memegang

- Melepaskan benda

- Mencari perbedaan dan persamaan berbagai benda,bentuk, warna, bangun, posisi

- Menentukan arah kanan, kiri, atas, bawah, depan, belakang - Membedakan panjang, pendek, tinggi rendah, besar kecil. b. Keterampilan menulis: memegang alat tulis, menggerakkan alat

tulis ke atas dan ke bawah, menggerakkan alat tulis ke kiri dan ke kanan, menggerakkan alat tulis melingkar, menyalin huruf, menyalin namanya sendiri dengan huruf balok, menulis namanya sendiri dengan huruf balok, menyalin kata dan kalimat dengan huruf balok, menyalin huruf balok dari jarak jauh, menyalin huruf kata dan kalimat dengan tulisan bersambung, menyalin tulisan bersambung dari jarak jauh.

c. Keterampilan mengeja: mengenal huruf abjad, mengenal kata, mengucapkan kata yang diketahuinya, mengenal persamaan dan perbedaan kofigurasi kata, membedakan bunyi pada kata-kata, mengasosiasikan bunyi dengan huruf, mengeja kata, menemukan


(37)

Sejalan dengan pernyataan tersebut, pendapat lain yang dikemukakan oleh Tri Gunadi (2003: 282-283) mengenai tahapan perkembangan pre-writing skill, yaitu:

a. Tahap inisial, meliputi: meremas kertas, menusukkan krayon ke kertas, scribble secara acak, scribble secara spontan dengan arah horizontal, scribble secara spontan dengan arah vertikal, scribble

secara spontan dengan arah memutar. b. Tahap imitasi & mengkopi

Berdasarkan kedua pendapat di atas mengenai tahapan menulis permulaan, maka dapat disimpulkan bahwa sebelum memulai menulis terlebih dahulu anak diberikan latihan untuk kesiapannya dalam perkembangan menulis lanjut. Adapun beberapa latihan yang dilakukan yaitu memberikan stimulasi bagi perkembangan motorik anak agar kemampuannya dalam mengontrol alat tulis lebih optimal. Dalam melakukan keterampilan menulis permulaan perlu adanya kematangan pada fungsi kognitif dan motorik individu. Hal tersebut dikarenakan, dalam menulis permulaan diperlukan adanya kestabilan motorik halus atau alat gerak tangan dalam memegang alat tulis agar mampu menulis dengan baik. Maka dari itu, setelah anak mampu dan menguasai kemampuan pada keterampilan pra-menulis, maka anak dapat melanjutkan pada tahapan berikutnya yaitu keterampilan menulis dan mengeja.

Pada penelitian ini, kemampuan subyek dalam melakukan keterampilan pra-menulis seperti yang telah dipaparkan sebelumnya sudah baik dan mampu dilakukannya. Akan tetapi, pada tahapan menulis kemampuan subyek masih rendah, terutama dalam menggerakkan alat tulis


(38)

yang cenderung mengalami kekakuan. Maka dari itu, untuk mengoptimalkan kemampuan subyek pada tahap keterampilan menulis ini, materi yang diberikan oleh guru kelas kepada subyek pun sebatas pada keterampilan menebalkan dan menyalin. Meskipun kemampuan subyek dalam melakukannya masih belum optimal.

Dengan demikian, tahapan menulis permulaan pada penelitian ini berfokus pada kemampuan anak autistik dalam menebalkan dan menyalin berbagai bentuk suatu pola dasar. Maka dari itu, untuk mengoptimalkan kemampuan menulis permulaan subyek, dalam penelitian ini tahapan menulis permulaan yang akan diberikan yaitu pada tahap menebalkan dan menyalin bentuk-bentuk dasar.

Menurut Tri Budi Santoso (2003: 294), menyebutkan sembilan bentuk geometri yang harus dikuasi anak agar mampu menulis dengan baik, diantaranya: “(1) garis vertikal (|), (2) garis horizontal (-), (3) lingkaran (o), (4) garis silang horizontal dan vertikal (+), (5) garis miring ke kanan (/), (6) bujur sangkar, (7) garis miring ke kiri (\), (8) garis silang miring (X), (9) segitiga”. Oleh karena itu, dikarenakan kemampuan anak autistik ini pada tahap menebalkan dan menyalin bentuk angka dan huruf masih sangat rendah, maka dalam penelitian ini tahapan menulis permulaan yang diberikan hanya pada tahap menebalkan dan menyalin bentuk-bentuk dasar. Adapun berbagai bentuk dasar yang akan diberikan pada tahapan ini yaitu garis vertikal (|), garis horizontal (-), garis miring (/), dan garis lengkung.


(39)

4. Bentuk-Bentuk Kesulitan Menulis Permulaan

Keterampilan menulis yang belum matang secara optimal, menyebabkan individu mengalami beberapa hambatan atau kesulitan dalam menulis. Menurut Munawir Yusuf (2005: 181-182), terdapat beberapa jenis kesulitan menulis, antara lain sebagai berikut:

“a) Terlalu lambat dalam menulis, b) salah arah pada penulisan huruf dan angka, c) terlalu miring, d) jarak antar huruf tidak konsisten, e) tulisan kotor, f) tidak tepat dalam mengikuti garis horizontal, g) bentuk huruf atau angka tidak terbaca, h) tekanan pensil tidak tepat (terlalu tebal atau terlalu tipis), i) ukuran tulisan terlalu besar atau kecil, j) bentuk terbalik (seperti bercermin)”.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Bambang Tri Sulo, dkk. (2013: 16), mengenai beberapa kesulitan menulis yang paling mudah ditemukan pada anak, diantaranya:

“a) Reversal (depan dengan belakang), pembalikan bentuk huruf (/b/ dengan /d/), b) Inversi (atas bawah), pembalikan huruf /u/ dengan /n/, c) Bentuk (/h/ menjadi /n/), d) Ukuran, huruf terlalu besar atau terlalu kecil, e) Spasi, jarak antar huruf dan antar kata tidak teratur, f) Ketepatan dalam meletakan tulisan huruf, tulisan turun naik, huruf /j/ dan /g/ di atas garis atau sejajar dengan huruf /t/, g) Ketebalan huruf, huruf terlalu tebal atau huruf terlalu tipis di kertas”.

Dengan demikian, berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai beberapa bentuk hambatan atau kesulitan yang dialami oleh anak ketika melakukan keterampilan menulis khususnya menulis permulaan, maka diketahui bahwa pemberian latihan menulis yang dilakukan sejak dini dapat membantu kesiapan anak dalam menulis. Hal tersebut dilakukan agar tingkat kesulitan menulis yang dihadapi oleh anak dapat diminimalisir, serta kesulitan menulis yang dialami tersebut tidak dijadikan sebagai alasan anak untuk berhenti melakukan aktivitas menulis.


(40)

Pada penelitian ini, permasalahan menulis permulaan yang dialami oleh anak autistik yaitu kemampuannya dalam menggerakkan alat tulis dan menebalkan garis masih belum optimal. Hal tersebut dikarenakan adanya kekakuan pada tangannya saat menulis. Hambatan tersebut menyebabkan tulisan yang dihasilkan cenderung tidak beraturan dan sulit terbaca.

5. Ruang Lingkup Kemampuan Menulis Permulaan Bagi Anak Autistik Ruang lingkup kemampuan menulis permulaan dalam penelitian ini, yaitu kemampuan anak autistik dalam menebalkan dan menyalin berbagai bentuk pola dasar. Pemberian materi tersebut dalam menulis permulaan bagi anak autistik dikarenakan kemampuan menulis permulaannya yang masih rendah, sedangkan saat ini anak sudah berada di kelas VI SDLB yang mana kemampuan menulis untuk tingkatan tersebut seharusnya sudah jauh lebih tinggi. Adapun tahapan menulis permulaan yang saat ini diberikan oleh guru kepada anak autistik ini yaitu pada tahap menebalkan dan menyalin bentuk angka dan huruf. Akan tetapi, kemampuan menulis subyek dalam menebalkan dan menyalin bentuk angka dan huruf masih sangat rendah dan tidak beraturan. Maka dari itu, penelitian ini akan mengoptimalkan kemampuan menulis permulaan subyek pada tahap menebalkan dan menyalin bentuk-bentuk dasar saja sebagai dasar dalam tahap menebalkan dan menyalin bentuk angka maupun huruf. Selain itu, penelitian ini akan memberikan suatu intervensi yang dapat meningkatkan kemampuan menulis permulaan anak autistik, agar dalam proses pembelajaran menulis tidak lagi


(41)

mengalami hambatan yang disebabkan karena kesulitan untuk menggerakkan tangannya dalam menulis.

C.Kajian Tentang Senam Otak Arm Activation 1. Pengertian Senam Otak

Brain gym atau senam otak merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam dunia pendidikan dan kesehatan yang dipelopori oleh Paul E. Dennison dan Gail E. Dennison. Paul E. Dennison, merupakan seorang pengembang Edu K (Educational Kinesiologi), sedangkan Gail E. Dennison merupakan istri dari Paul E. Dennison dan berprofesi sebagai pendidik pada

holistic health, serta mantan seorang penari. Menurut Eva Imania Eliasa (2007), latar belakang Brain Gym dikembangkan berdasarkan Touch for Health Kinesiology (Sentuh agar sehat, dari ilmu tentang gerakan tubuh), yang merupakan perpaduan ilmu pengetahuan dari barat dan timur sehingga menciptakan suatu metode pencegahan dan penyembuhan penyakit yang sederhana, efektif, alami dan murah. Dengan demikian, brain gym atau senam otak ini merupakan serangkaian gerakan sederhana pada tubuh manusia yang bersifat menyenangkan. Pernyataan tersebut, diperjelas dengan pernyataan menurut Franc. Andri Yanuarita (2013: 76) mengenai senam otak, yaitu:

“Senam otak atau brain gym adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan itu dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralitas), meringankan atau merelaksasi belakang otak dan bagian depan otak (dimensi pemfokusan), merangsang sistem yang terkait dengan perasaan/emosional yakni otak tengah (limbik) serta otak besar (dimensi pemusatan)”.


(42)

Pendapat lain mengenai pengertian senam otak atau brain gym yang dikemukakan oleh Titi S.Sularyo dan Setyo Handryastuti (2002: 37), bahwa “senam otak merupakan kumpulan gerakan-gerakan sederhana dan bertujuan untuk menghubungkan/menyatukan pikiran dan tubuh”.

Kedua pendapat tersebut diperkuat dengan adanya pernyataan lain menurut Al Razak (2014: 235) bahwa, “brain gym adalah latihan yang terangkai dari gerakan tubuh yang dinamis yang memungkinkan di dapatkan keseimbangan aktivitas kedua belahan otak secara bersamaan”. Sedangkan menurut Nichen dan Usep Kustiawan (2013: 20), “brain gym adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian diri dengan tuntutan sehari-hari”.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai senam otak atau

brain gym, maka disimpulkan bahwa senam otak yaitu serangkaian gerakan yang bersifat sederhana dilakukan oleh individu untuk mengaktifkan kinerja otak dan panca indra dalam tubuh. Gerakan-gerakan pada senam otak mampu mengintegrasikan seluruh bagian otak agar bekerja lebih aktif, sehingga apabila gerakan senam otak diaplikasikan dalam proses pembelajaran akan membantu mengatasi permasalahan anak dalam proses pembelajaran.

Dalam penelitian ini, senam otak yang dilakukan yaitu sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis permulaan anak autistik yang menjadi hambatan belajarnya. Maka dari itu, dengan diberikannya senam


(43)

otak ini diharapkan mampu mengaktifkan kemampuan kognitif dan motorik autisme untuk mengatasi hambatan menulis permulaan yang dialaminya. 2. Gerakan Senam Otak Arm Activation

Senam otak pada dasar merupakan serangkaian gerakan sederhana, akan tetapi dalam pelaksanaannya senam otak memiliki aturan dasar dan dilakukan sesuai dengan tujuan serta fungsi dari gerakan tersebut. Gerakan

arm activation merupakan gerakan yang dapat mengaktifkan tangan. Maka dari itu, senam otak arm activation yaitu serangkaian gerakan yang dapat mengaktifkan tangan dengan tujuan untuk merelaksasikan organ tubuh (bahu dan tangan). Adapun gerakan senam otak arm activation menurut Paul E. Dennison dan Gail E. Dennison (2002: 18), yaitu:

“Luruskan satu tangan ke atas, ke samping kuping. Buang nafas pelan, sementara otot-otot diaktifkan dengan mendorong tangan ke empat jurusan (depan, belakang, dalam, dan luar) sementara tangan yang satu menahan dorongan tersebut”.

Gambar 1. Gerakan Arm Activation (Mengaktifkan Tangan) Dengan demikian, senam otak arm activation (mengaktifkan tangan) dapat diberikan pada individu yang mengalami hambatan dalam menulis, khususnya bagi yang mengalami kekakuan pada motorik halus. Maka dari itu, dengan adanya senam yang mampu mengaktifkan organ tangan tersebut sangat membantu dalam merelaksasikan kekakuan yang terjadi pada tubuh, sehingga memudahkan proses pembelajaran.


(44)

Pada penelitian ini, gerakan senam otak arm activation yang diaplikasikan dalam proses pembelajaran tidak hanya berfokus pada gerakan intinya saja, melainkan adanya penambahan gerakan yang bertujuan untuk membantu merelaksasikan kekakuan yang dialami yaitu dengan cara membuka dan menutup telapak tangan setelah melakukan gerakan inti arm activation dan sebelum memulai proses menulis.

3. Manfaat Senam Otak Arm Activation

Senam otak pada dasarnya memberikan stimulasi bagi organ tubuh manusia agar lebih aktif dan bekerja dengan optimal, sehingga apabila aktivitas tersebut dilakukan secara rutin tentunya akan memberikan banyak manfaat. Menurut Ayinosa (dalam Setiyo Purwanto, dkk. 2009: 82), brain gym dapat memberikan manfaat yaitu berupa:

“a) Stress emosional berkurang dan pikiran lebih jernih, b) hubungan antarmanusia dan suasana belajar/kerja lebih relaks dan senang, c) kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat, d) orang menjadi lebih bersemangat, lebih kreatif dan efisien, e) orang merasa lebih sehat karena stress berkurang, f) prestasi belajar dan bekerja meningkat”.

Adapun maksud dalam pernyataan di atas, yaitu senam otak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh dan mampu meningkatkan prestasi akademik. Dengan demikian, pemberian senam otak secara teratur pada anak autistik dapat memberikan dampak positif bagi perkembangannya. Sejalan dengan pernyataan tersebut, terdapat manfaat lain mengenai brain gym yang dikemukakan oleh Al Razak (2014: 235), yaitu:


(45)

a. Gerakan ringan melalui olah tangan dan kaki dapat memberikan stimulus pada otak yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif dalam melakukan konsentrasi

b. Melalui brain gym kemampuan konsentrasi akan lebih bagus dan daya ingat lebih meningkat

c. Dapat mengoptimalkan fungsi kinerja panca indra, menjaga kelenturan dan keseimbangan tubuh, meningkatkan ketajaman pendengaran, dan penglihatan, mengurangi kesalahan dalam membaca.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa senam otak atau brain gym memiliki banyak manfaat bagi tubuh, terutama bagi perkembangan kognitif, emosional, dan psikomotor individu. Dengan mengaplikasikan penggunaan senam otak atau brain gym terhadap proses pembelajaran, tentunya sangat membantu dan memberikan banyak dampak positif. Hal tersebut dikarenakan, selain mampu meningkatkan fungsi kognitif juga meningkatkan fungsi motorik yang dapat menunjang proses pembelajaran.

Mendukung pernyataan yang telah dikemukakan oleh kedua ahli di atas mengenai manfaat senam otak atau brain gym, adapun pendapat menurut Franc. Andri Yanuarita (2013: 86) mengenai manfaat penggunaan senam otak arm activation, diantaranya: “mengaktifkan tangan membantu menulis, mengeja, dan juga menulis kreatif, serta membuat bahu lebih relaks dan siap melakukan kegiatan”. Pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa senam otak dengan gerakan arm activation dapat memberikan dampak positif pada kegiatan pembelajaran terutama dalam aktivitas menulis.

Dalam penelitian ini, mengaplikasikan penggunaan senam otak arm activation dalam proses pembelajaran bagi anak autistik dapat memberikan


(46)

banyak manfaat. Adapun manfaat tersebut, diantaranya yaitu anak autistik akan lebih berkonsentrasi dalam proses pembelajaran dan mampu mengoptimalkan fungsi kinerja indra yang dimilikinya. Dengan mengoptimalkan kemampuan tersebut, maka autisme akan mampu mengatasi hambatan belajar yang dialaminya.

4. Alasan Memilih Senam Otak Arm Activation (Mengaktifkan Tangan) Terhadap Kemampuan Menulis Permulaan Anak Autistik.

Gerakan arm activation merupakan salah satu gerakan dalam senam otak yang memiliki fungsi untuk mengaktifkan tangan. Senam otak dengan gerakan arm activation ini dapat merelaksasikan otot-otot pada tangan maupun bahu, sehingga dapat membantu mengoptimalkan kinerja organ tersebut, terutama apabila adanya kekakuan yang terjadi. Gerakan arm activation (mengaktifkan tangan) dapat merelaksasi & mengkoordinasi otot-otot bahu dan tangan serta membantu otak dalam kemudahan menulis dengan tangan, mengucap dan menulis kreatif (Titi S.Sularyo & Setyo Handryastuti, 2002: 36-44). Dalam penelitian ini, anak autistik mengalami suatu hambatan dalam proses pembelajaran yaitu menulis permulaan. Hambatan menulis permulaan tersebut disebabkan karena adanya kekakuan pada tangan, sehingga anak autistik ini mengalami kesulitan dalam menggerakkan alat tulis. Menurut Utomo (dalam Viccy Eliez Triandini, 2009: 1), “menulis adalah kegiatan yang membutuhkan keterampilan motorik halus bagian tangan, yang akan melibatkan banyak otot kecil pada jari jemari, telapak tangan, dan pergelangan tangan”. Akan tetapi, dalam hal


(47)

ini kemampuan menulis permulaan anak autistik ini masih sangat rendah, terlihat ketika anak membuat sebuah garis maupun menebalkan garis yang tidak beraturan atau tulisan belum sempurna. Maka dari itu, untuk meningkatkan kemampuan menulis permulaan pada anak autistik diperlukan suatu upaya yang dapat merelaksasikan kekakuan yang dialaminya, sehingga dengan adanya senam otak arm activation yang mampu merelaksasikan kekakuan tersebut dapat mengatasi permasalahan belajar yang dialami. Selain itu, alasan penggunaan senam otak arm activation

terhadap kemampuan menulis permulaan bagi anak autistik, yaitu karena gerakan ini memiliki cara kerja yang tidak terlalu rumit sehingga mudah dilakukan oleh anak autistik sebelum memulai proses pembelajaran menulis. D.Hubungan Antara Senam Otak Arm Activation dengan Kemampuan

Menulis Permulaan

Senam otak atau brain gym adalah suatu teknik yang dapat meningkatkan kemampuan berupa koordinasi tubuh dengan gerakan sederhana, serta mampu mengatasi kesulitan dalam belajar, meningkatkan kepercayaan diri, konsentrasi, koordinasi tubuh, koordinasi mata, stres dan phobia (Ihwan Sidiq Nugroho, Tuti Hardjajani, Hardjono., 2009: 4). Dengan demikian, senam otak dapat dilakukan untuk melatih fungsi kognitf dan motorik pada individu. Hal tersebut dikarenakan, baiknya fungsi kognitif akan mempengaruhi kinerja motorik. Dalam hal ini, gerakan arm activation dalam senam otak merupakan gerakan yang dapat memberikan stimulasi bagi kemampuan motorik individu agar lebih aktif serta mampu merelaksasikan kekakuan yang terjadi pada


(48)

otot-otot tangan dan bahu. Maka dari itu, mengoptimalkan kemampuan kognitif dan motorik, perlu adanya suatu stimulasi yang dapat mengkoordinasi kedua kemampuan tersebut menjadi lebih aktif.

Kemampuan kognitif dan motorik akan memberikan pengaruh dalam proses pembelajaran. Menurut Franc Andri Yanuarita (2013: 9), “dari segi fungsi, otak yang terdiri dari dua belahan kiri dan kanan itu seolah memiliki tiga dimensi yang saling berhubungan”. Dengan demikian, apabila mampu mengoptimalkan penggunaan seluruh bagian tersebut, maka fungsi otak akan optimal. Begitu pula dengan anak autistik yang memiliki kemampuan kognitif dan motorik yang rendah, menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam pembelajaran, terutama pada aspek menulis permulaan. Menulis permulaan merupakan kemampuan dasar dalam menulis lanjut, yang mana pada tahapan ini diperlukan adanya koordinasi yang baik antara kemampuan kognitif dan motorik anak autistik. Namun, pada kenyataannya tidak demikian, karena anak autistik ini mengalami hambatan dalam menulis permulaan yang disebabkan karena keterbatasan fungsi motorik yaitu adanya kekakuan yang terjadi pada tangannya ketika melakukan keterampilan menulis. Maka dari itu, untuk mengatasi permasalahan yang terjadi perlu adanya suatu treatment yang diberikan yaitu dengan cara melakukan senam otak dengan gerakan arm activation yang dapat mengaktifkan tangan agar mampu merelaksasikan kekakuan pada tangan yang terjadi.


(49)

E.Kerangka Berpikir

Dalam proses pembelajaran terutama pada menulis permulaan, sangat diperlukan adanya koordinasi yang baik antara kemampuan kognitif dan motorik individu, tidak terkecuali pada anak autistik. Meskipun fungsi kognitif dan motorik berada pada dimensi yang berbeda di otak, akan tetapi kedua aspek tersebut saling berhubungan. Maka dari itu, untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan motorik dalam proses pembelajaran menulis permulaan diperlukan adanya suatu upaya yang dapat mengoptimalkan penggunaan seluruh dimensi otak yaitu dengan senam otak. Pendapat tersebut sejalan dengan hasil penelitian Yoga Puspa Umbara (2014), mengenai “Penggunaan Brain Gym Dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan Pada Anak Autis Kelas IV di SLB Marsudi Putra II Pandak Bantul Yogyakarta”, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tindakan berupa brain gym dapat meningkatkan kemampuan menulis permulaan siswa autisme.

Senam otak merupakan serangkaian latihan gerakan tubuh sederhana yang dapat memberikan rangsangan pada otak kanan dan kiri. Menurut Franc. Andri Yanuarita (2013: 22), “senam otak bertujuan untuk mengaktifkan potensi belahan otak (hemisfer) kanan dan kiri, sehingga pada akhirnya terjadi integrasi atau kerja sama antar keduanya”. Dalam hal ini, pemberian senam otak dilakukan pada anak autistik yang mengalami kekakuan pada motorik halus (tangan) dalam menulis. Hambatan yang dialami tersebut dapat teratasi dengan memberikannya upaya yang mampu merelaksasikan kekakuan yang


(50)

terjadi. Maka dari itu, pemberian senam otak dengan gerakan arm activation

(mengaktifkan tangan) dapat meminimalisir atau mengurangi kekakuan yang terjadi dan meningkatkan kemampuan menulis permulaan anak autistik.

Pernyataan di atas didukung dengan teori asosiasi oleh Thorndike. Menurut Thorndike (Sugihartono, dkk., 2007: 93) syarat utama terjadinya hubungan stimulus dan respon bukan kedekatan, tetapi adanya saling sesuai antara stimulus dan respon. Dalam penelitian ini, penerapan senam otak arm activation (mengaktifkan tangan) pada proses pembelajaran dilakukan untuk memberikan stimulus yang dapat meningkatkan kemampuan menulis permulaan anak autistik yang mengalami kekakuan pada motorik halusnya (tangan).

Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir. Anak autistik

Penggunaan senam otak arm activation

(mengaktifkan tangan) dalam pembelajaran. Hambatan pada motorik halus (tangan).

Rendahnya kemampuan menulis permulaan.

Kekakuan pada tangan anak autistik ketika menulis berkurang.


(51)

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat dibuat suatu hipotesis penelitian yaitu: “Senam otak arm activation dapat mempengaruhi peningkatan kemampuan menulis permulaan anak autistik kelas IV di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta”.


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN A.Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk memperoleh data dari hasil atau akibat dalam suatu treatment pada penggunaaan senam otak arm activation terhadap kemampuan menulis permulaan anak autistik kelas VI di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta. Pendekatan eskperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

Single Subject Research (SSR). Menurut Sunanto (dalam Ulfah Saefatul Mustaqimah, 2013: 24), “.... penelitian subjek tunggal, yakni suatu metode penelitian eksperimen yang dilakukan pada subjek tunggal dengan tujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari perlakuan yang diberikan secara berulang-ulang terhadap perilaku yang ingin dirubah dalam waktu tertentu”.

Alasan menggunakan pendekatan single subject research dalam penelitian ini, yaitu peneliti ingin melihat ada atau tidaknya pengaruh yang dihasilkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk untuk mengetahui pengaruh senam otak arm activation terhadap kemampuan menulis permulaan anak autistik kelas VI di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta.

B.Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan A-B-A’ yang artinya desain A-B-A’ memberikan suatu hubungan sebab akibat yang


(53)

(dalam Yeni Rachmawati, 2013: 33), “desain A-B-A ini menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas yang lebih kuat dibandingkan dengan desain A-B, hanya saja ada pengulangan kondisi

baseline”.

Menurut Juang Sunanto (2006: 45), untuk mendapatkan validitas penelitian yang baik, pada saat melakukan penelitian dengan desain A-B-A, peneliti perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini:

1. Mendefinisikan peilaku sasaran (target behavior) dalam perilaku yang dapat diamati dan diukur secara akurat,

2. Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline (A1) secara kontinu sekurang-kurangnya 3 atau 5 atau sampai kecenderungan arah dan level data menjadi stabil,

3. Memberikan intervensi setelah kecenderungan data pada kondisi baseline stabil,

4. Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi intervensi (B) dengan periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil,

5. Setelah kecenderungan arah dan level data pada kondisi intervensi (B) stabil mengulang kondisi baseline (A2).

Berdasarkan pernyataan tersebut, berikut ini merupakan gambaran desain penelitian dengan menggunakan pendekatan penelitian Single Subject Research

(SSR) pada penelitian ini, yakni:

Gambar 3. Desain A-B-A’ (Juang Sunanto, 2006: 45) A – B - A’


(54)

Keterangan:

A: Baseline-1, kondisi awal hasil belajar sebelum diberikan intervensi. B: Intervensi, kondisi kemampuan hasil belajar setelah diberikan

intervensi, dengan penggunaan senam otak arm activation. A’: Baseline-2, kondisi setelah intervensi.

Adapun perincian pelaksanaan penelitian dengan menggunakan pendekatan penelitian subyek tunggal dengan desain penelitian (A)-(B)-(A’), yaitu:

1. A (Baseline-1)

Pada baseline-1 akan dilakukan tes untuk mengukur kemampuan awal anak sebelum diberikannya perlakuan. Tes yang dilakukan yaitu dengan cara memberikan 30 butir soal yang terdiri dari 15 butir soal pada aspek menebalkan dan 15 soal pada aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar untuk mengukur frekuensi munculnya kesalahan dalam mengerjakan soal mengenai menulis permulaan. Pengukuran awal ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 minggu II. Pemberian tes sebagai dasar dalam pengukuran ini, dilakukan oleh peneliti yang bekerjasama dengan guru kelas VI di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta.

2. B (Intervensi)

Pada penelitian ini, pemberian intervensi atau perlakuan dilakukan sebanyak 8 sesi yang dilaksanakan selama 2 minggu dengan alokasi waktu yang digunakan yaitu 30 menit pada setiap pertemuan. Pemberian intervensi yang dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan ini, diperkuat dengan hasil


(55)

penelitian sebelumnya terkait dengan pemberian intervensi berupa brain gym terhadap kemampuan menulis permulaan. Hasil penelitian tersebut dilakukan oleh Yoga Puspa Umbara (2014), yang menunjukkan adanya pengaruh setelah pemberian intervensi sebanyak 7 kali terhadap kemampuan untuk melatih menebalkan garis dan menyalin tulisan. Dengan demikian, pemberian intervensi yang dilakukan secara berulang diharapkan mampu memberikan perubahan yang lebih baik terhadap kemampuan menulis permulaan subyek. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan intervensi pada penelitian ini terlampir pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang terlampir pada lampiran 9 halaman 204. 3. A’ (Baseline-2)

Baseline-2 merupakan pengulangan kondisi baseline-1 sebagai evaluasi mengenai hasil intervensi yang telah diberikan. Pada baseline-2 ini, tes diberikan kembali untuk mengukur kemampuan menulis permulaan subyek setelah diberikannya intervensi. Pengukuran melalui tes tersebut dilakukan sebanyak tiga kali untuk melihat suatu pengaruh yang terjadi setelah pemberian treatment melalui senam otak arm activation terhadap kemampuan menulis permulaan subyek. Dalam hal ini, pengukuran dilakukan pada frekuensi kesalahan yang terjadi ketika subyek mengerjakan soal menulis permulaan.


(56)

C.Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta, yang berlokasi di Jl. Sumberan II No. 22 Sumberan RT 01 RW 21 Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Pemilihan tempat penelitian ini dipertimbangan karena beberapa hal, diantaranya:

a. Terdapat salah satu anak autistik di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta ini yang mengalami hambatan dalam pembelajaran menulis permulaan.

b. Belum digunakannya treatment senam otak arm activation sebagai upaya yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan menulis permulaan anak autistik.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan perincian sebagai berikut:

a. Minggu terakhir bulan kesepuluh tahun 2014 hingga minggu terakhir bulan kedua belas 2014 menyusun proposal penelitian beserta menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.

b. Minggu pertama bulan pertama tahun 2015 mengurus surat izin penelitian skripsi beserta mengurus surat keterangan dan keperluan di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta. Adapun surat perizinan penelitian telah terlampir.

c. Minggu kedua hingga minggu terakhir pada bulan pertama melakukan serangkaian kegiatan baseline-1 dan intervensi guna memperoleh


(57)

kemampuan awal atau kondisi awal subyek sebelum dan saat diberikannya intervensi.

d. Minggu pertama bulan kedua melakukan serangkaian kegiatan baseline-2 sebagai evaluasi untuk melihat pengaruh pemberian treatment terhadap kemampuan menulis permulaan.

e. Minggu kedua bulan kedua menyusun laporan akhir. D.Subyek Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 88), “subyek penelitian adalah sumber data utama yang diperlukan untuk mengumpulkan informasi-informasi”. Pada penelitian ini, teknik yang digunakan dalam menentukan subyek yaitu secara purposive. Menurut Sugiyono (2011: 218), “purposive

adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu”. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dalam penelitian ini yang menjadi subyek yaitu anak autistik kelas VI di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta, yang berjumlah satu orang.

Subyek penelitian ini tidak dipilih secara acak atau sembarangan, melainkan adanya beberapa kriteria yang ditetapkan dalam memilih subyek penelitian. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan pemilihan subyek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Subyek penelitian merupakan siswa kelas VI di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta.

2. Subyek mengalami hambatan dalam proses pembelajaran, terutama dalam pembelajaran menulis permulaan.


(58)

3. Kemampuan menulis permulaan subyek masih rendah.

4. Kemampuan menulis permulaan subyek yang rendah, disebabkan karena adanya keterbatasan pada fungsi kognitif dan motorik, sehingga kemampuannya dalam menulis kurang optimal.

5. Keterbatasan fungsi motorik tersebut terlihat dengan adanya kekakuan pada tangan ketika menggerakkan alat tulis.

E.Setting Penelitian

Pada penelitian ini, setting yang digunakan yaitu di dalam ruangan kelas. Adapun kelas yang digunakan untuk penelitian ini yaitu ruangan kelas VI SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta. Penentuan setting ini dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan penelitian terutama dalam pemberian intervensi kepada subyek, serta mampu menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif selama pelaksanaan penelitian. Setting yang dilakukan di dalam kelas ini untuk mengetahui serta memperoleh data mengenai kemampuan menulis permulaan subyek baik sebelum maupun sesudah diberikannya intervensi berupa senam otak arm activation.

F. Variabel Penelitian

Menurut Juang Sunanto, dkk. (2006: 12), “variabel merupakan suatu atribut atau ciri-ciri mengenai sesuatu yang dapat berbentuk benda atau kejadian yang dapat diamati”. Penelitian ini memiliki dua variabel yang akan diteliti, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu “senam otak arm activation”. Dalam


(59)

intervensi atau perlakuan. Variabel terikat dalam penelitian ini, yaitu kemampuan menulis permulaan. Dalam penelitian dengan subyek tunggal, variabel terikat dikenal dengan nama target behavior atau perilaku sasaran. Penelitian ini memfokuskan perilaku sasaran yaitu pada kesalahan dalam mengerjakan soal tes dalam menulis permulaan.

Dalam penelitian ini, pengukuran perilaku pada variabel terikat diukur melalui frekuensi kesalahan dalam mengerjakan soal. Menurut Juang Sunanto (2005: 16), “Frekuensi yaitu bilangan yang menunjukkan berapa kali suatu perilaku terjadi pada periode waktu tertentu”. Dengan demikian, untuk mengukur perilaku variabel terikat dalam penelitian ini digunakan frekuensi kesalahan subyek dalam mengerjakan soal menulis permulaan yang berjumlah 30 butir soal.

G.Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2010: 308), “teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data”. Dengan demikian, dalam setiap penelitian perlu adanya suatu cara atau teknik yang digunakan untuk mendapatkan hasil optimal. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti disesuaikan dengan tujuan dalam penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan observasi dan tes. Berikut ini penjelasan mengenai masing-masing teknik pengumpulan data yang digunakan:


(60)

1. Tes

Menurut Wina Sanjaya (2012: 103), “tes adalah instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif, atau tingkat penguasaan materi pembelajaran”. Dalam penelitian ini, tes yang digunakan berupa tes tertulis untuk mengukur kemampuan menulis permulaan pada subyek. Selain itu, hasil tes pada pengukuran akhir atau

baseline-2 digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu pengaruh yang diberikan selama pelaksanaan intervensi terhadap kemampuan menulis permulaan. Adapun tes yang diberikan terkait kemampuan menulis permulaan yaitu kemampuan subyek dalam menebalkan dan menyalin berbagai bentuk pola dasar.

2. Observasi

Menurut Wina Sanjaya (2012: 86), “observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti”. Pada penelitian ini, observasi yang dilakukan yaitu dengan menggunakan observasi terstruktur. Pada observasi terstruktur ini, seluruh kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti telah tercantum pada pedoman observasi, sehingga peneliti akan berfokus pada aspek-aspek tertentu saja sesuai dengan pedoman yang tersedia. Observasi yang dilakukan oleh peneliti ini hanya terbatas pada saat pemberian perlakuan atau intervensi saja dengan menggunakan pedoman pengamatan.


(61)

Sasaran observasi dalam penelitian ini yaitu kemampuan menulis permulaan anak autistik kelas VI di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta. Dalam penelitian ini, observasi dipusatkan pada proses pemberian perlakuan terhadap kemampuan menulis permulaan dengan menggunakan senam otak arm activation.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan suatu cara dalam pengambilan data melalui dokumen-dokumen (Husaini Usman, 2006: 54). Dalam penelitian ini, tujuan penggunaan teknik dokumentasi dalam pengumpulan data yaitu untuk mendukung riwayat perkembangan subyek dan kegiatan selama proses pembelajaran serta laporan hasil belajar subyek. Selain itu, teknik dokumentasi digunakan sebagai pendukung data dari hasil tes dan observasi. H.Instrumen Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian, peneliti akan membutuhkan suatu alat yang dapat membantu dalam pengumpulan data atau biasa disebut dengan instrumen penelitian. Menurut Wina Sanjaya (2012: 84), “instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian”. Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk memperoleh data mengenai pengaruh senam otak

arm activation terhadap kemampuan menulis permulaan anak autistik kelas VI di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:


(62)

a. Tes Kemampuan Menulis Permulaan

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 193), “tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes mengenai kemampuan menulis permulaan yang mencakup tes untuk menebalkan dan menyalin berbagai bentuk pola dasar pada anak autistik kelas VI di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta. Adapun untuk memperjelas instrumen tes yang digunakan, maka dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 123.

Pada penelitian ini, tes yang dilakukan bertujuan untuk mengukur kemampuan menulis permulaan subyek sebelum dan sesudah diberikannya intervensi berupa senam otak arm activation. Tes yang dilakukan pada kondisi baseline-1 untuk mengetahui kemampuan awal menulis permulaan subyek. Tes pada kondisi intervensi dilakukan pada akhir proses pelaksanaan intervensi. Tes yang dilakukan pada kondisi baseline-2 untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada kemampuan menulis permulaan subyek setelah dikenakan intervensi.

Adapun pokok bahasan dan sub pokok bahasan pada soal tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan menulis permulaan yang dimiliki oleh subyek sebelum dan sesudah diberikan intervensi yaitu sebagai berikut:


(63)

Tabel 1. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Pada Instrumen Tes Kemampuan Menulis Permulaan.

Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Menulis Permulaan Menebalkan berbagai bentuk pola

dasar.

Menyalin berbagai bentuk pola dasar.

Berdasarkan pokok bahasan dan sub pokok bahasan di atas, maka berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen yang dibuat untuk mengukur kemampuan menulis permulaan pada baseline-1 dan baseline-2 dengan intervensi menggunakan senam otak arm activation, yaitu:


(64)

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Menulis Permulaan.

Variabel Sub Variabel Indikator No.

Item Teknik Pengumpulan Data Kemampuan menulis permulaan 1. Menebalkan berbagai bentuk pola dasar.

a. Menebalkan pola garis vertikal. 1 Tes (tertulis)

b. Menebalkan pola garis horizontal. 2 Tes (tertulis)

c. Menebalkan pola garis vertikal dan

horizontal.

3 Tes (tertulis)

d. Menebalkan dua pola garis vertikal dan satu pola garis horizontal.

4 Tes (tertulis)

e. Menebalkan dua pola garis vertikal dan dua pola garis horizontal.

5 Tes (tertulis)

f. Menebalkan pola garis miring ke kiri. 6 Tes (tertulis)

g. Menebalkan pola garis miring ke kanan. 7 Tes (tertulis)

h. Menebalkan pola garis miring ke kiri dan pola garis horizontal.

8 Tes (tertulis)

i. Menebalkan pola garis miring ke kanan dan pola garis horizontal.

9 Tes (tertulis)

j. Menebalkan pola garis miring ke kanan, garis miring ke kiri, dan garis horizontal.

10 Tes (tertulis)

k. Menebalkan pola garis lengkung atas. 11 Tes (tertulis)

l. Menebalkan pola garis lengkung bawah. 12 Tes (tertulis)

m. Menebalkan pola garis lengkung kanan. 13 Tes (tertulis)

n. Menebalkan pola garis lengkung kiri. 14 Tes (tertulis)

o. Menebalkan pola garis lingkaran. 15 Tes (tertulis)

2. Menyalin

berbagai bentuk pola dasar.

a. Menyalin garis vertikal. 16 Tes (tertulis)

b. Menyalin garis horizontal. 17 Tes (tertulis)

c. Menyalin garis vertikal dan horizontal. 18 Tes (tertulis)

d. Menyalin garis vertikal dan satu pola garis horizontal.

19 Tes (tertulis)

e. Menyalin garis vertikal dan dua pola garis horizontal.

20 Tes (tertulis)

f. Menyalin garis miring ke kiri. 21 Tes (tertulis)

g. Menyalin garis miring ke kanan. 22 Tes (tertulis)

h. Menyalin garis miring ke kiri dan pola garis horizontal.

23 Tes (tertulis)

i. Menyalin garis miring ke kanan dan pola garis horizontal.

24 Tes (tertulis)

j. Menyalin garis miring ke kanan, garis miring ke kiri, dan garis horizontal.

25 Tes (tertulis)

k. Menyalin garis lengkung atas. 26 Tes (tertulis)

l. Menyalin garis lengkung bawah. 27 Tes (tertulis)

m. Menyalin garis lengkung kanan. 28 Tes (tertulis)

n. Menyalin garis lengkung kiri. 29 Tes (tertulis)


(65)

Pada penelitian ini, terdapat pedoman penilaian dan prosedur penyusunan instrumen tes kemampuan menulis permulaan, diantaranya yaitu:

1) Pedoman penilaian

Menurut Sudji Munadi (2010: 2), “Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu”. Dalam penelitian ini, pedoman penilaian tes kemampuan menulis permulaan anak autistik didasarkan pada frekuensi untuk mengukur salah dan benarnya subyek dalam mengerjakan soal. Menurut Juang Sunanto (2005: 18), “Frekuensi yaitu perhitungan yang menunjukkan berapa kali suatu peristiwa atau kejadian (behavior) terjadi”. Maka dari itu, penilaian terhadap

kemampuan menulis permulaan anak autistik dilihat pada frekuensi munculnya kesalahan yang terjadi dalam mengerjakan soal tes yang diberikan. Adapun kriteria dalam penilaian yang diberikan, yaitu: jawaban benar apabila tidak ada atau hanya satu pola yang tidak sesuai, serta jawaban salah apabila terdapat dua atau tiga pola yang tidak sesuai. Selain itu, pada penelitian ini pemberian penilaian berfokus pada frekuensi kesalahan subyek dalam mengerjakan soal. 2) Prosedur penyusunan instrumen

Dalam proses pengumpulan data diperlukan adanya sebuah instrumen yang baik. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 209), terdapat prosedur dalam pengadaan instrumen yang baik, diantaranya:


(1)

(2)

218

LAMPIRAN 12


(3)

(4)

(5)

(6)