13
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Materi Ilmu Tajwid 1. Pengertian Materi Ilmu Tajwid
Ilmu tajwid merupakan salah satu komponen yang penting dalam membaca Al-Qur’an. Secara literal, tajwid berarti merapikan dan
mengokohkan sesuatu. Sesuatu yang dirapikan dan dikokohkan disini adalah bacaan huruf-huruf Al-Qur’an dengan melafalkan sesuai dengan
makhraj dan sifatnya serta memenuhi hukum bacaannya. Ibnu Jaziri menyatakan, “Tajwid adalah bentuk mashdar dari fi’il
kata jawwada-yujawwidu-tajwiidan. Bentuk isim-nya adalah al-jawwadah, artinya adalah memperbaiki, berkebalikan arti dengan kata ar-rada’atu,
yang berarti kerusakan. Karena itulah, menurut Ibnu Jaziri ilmu tajwid merupakan suatu proses mendatangkan bacaan yang baik pada semua
lafazh, sehingga terhindar dari kerusakan” Muhammad Ahmad Abdullah, 2009:186.
Pengertian lain tentang tajwid datang dari Syaikh Muhammad al- Qamhawi dalam Al-Burhan Fi Tajwid Al-Qur’an yang dikutip dari
Muhammad Sholihuddin 2009: 9. Ia memberikan pengertian tajwid yang artinya sebagai berikut:“Mengeluarkan bunyi setiap huruf dari makhraj
tempat keluarnya, dengan menyertakan haq dan mustahaqnya.” Haq Haqqul huruf ialah sifat asli yang selalu menyertai huruf yang
diucapkan, seperti al hams nafas keluar atau al-jahr nafas tertahan. Sedangkan yang dimaksud dengan mustahaq adalah sifat yang hanya
14
menyertai huruf-huruf tertentu, seperti tafkhim tebal dan tarqiq tipis yang menyertai huruf ra’, atau sifat tambahan seperti ghunnah dengung
dan ikhfa’ menyamarkan. Muhammad Sholihuddin, 2009:10 Dari beberapa pendapat yang ada, dapat dirangkum bahwa ilmu
tajwid ini merupakan pedoman dalam membaca Al-Qur’an dengan memberikan hak-hak dalam mengatur setiap huruf yang keluar dari mulut,
mengucapkannya sesuai makhraj tempat keluar, menghubungkan dengan huruf sesudahnya, serta menghaluskan pengucapan sehingga didapatkan
bacaan yang baik agar terhindar dari kesalahan. Muhammad
Sholihuddin 2009:12-13,
menyatakan bahwa
kesalahan yang biasa terjadi dalam membaca Al-Qur’an ada dua macam, yaitu al-lahnul jaliy kesalahan fatal dan al-lahnul khafy kesalahan
ringan. Dalam al-lahnul jaliy kesalahan terdapat pada perubahan bunyi huruf dengan huruf lain, perubahan harakat, serta memanjangkan bacaan
yang seharusnya dibaca pendek. Sedangkan al-lahnul khafy kesalahannya ialah ketidaktepatan menerapkan huruf ghunnah maupun ikhfa’ dan
kesalahan membaca mad lazim 6 harakat yang hanya dibaca 2 harakat. Kesalahan-kesalahan membaca Al-Qur’an tersebut perlu dihindari
oleh para pembaca Al-Qur’an salah satunya dengan cara mempelajari ilmu tajwid. Ilmu tajwid akan mengarahkan seseorang membaca Al-Qur’an
sesuai aturan dan qaidah yang berlaku.
15
Secara umum, ilmu tajwid terdiri dari beberapa komponen penting. Dua diantaranya dianggap sebagai komponen pokok yang memiliki
keterkaitan dan saling berpengaruh, yaitu makharijul huruf tempat keluarnya huruf dan hukum-hukum bacaan. Kedua komponen inilah yang
nantinya akan menjadi materi utama dalam pengembangan produk media yang dikembangkan peneliti.
2. Makhraj Huruf
Makhraj huruf berasal dari kata al-makhaarij yang merupakan bentuk jamak dari lafazh makhraj yang diartikan sebagai tempat keluarnya
suatu huruf yang berbeda antara huruf yang satu dengan huruf lainnya. Perbedaan tersebut dapat dirasakan ketika masing-masing huruf hijaiyah
diucapkan secara bergantian. Dalam makhraj huruf terdapat 16 enam belas macam makhraj yang
secara umum dikelompokkan ke dalam lima bagian sesuai tempat keluarnya.
1. Al-Jauf rongga mulut dan tenggorokan
Al-Jauf ialah suara atau bunyi huruf yang keluar dari rongga mulut dan tenggorokan. Huruf-huruf yang dimaksud adalah huruf mad
panjang, yakni huruf alif أ , wawu و , dan ya’ ي . 2.
Al-Halq tenggorokan Al-Halq dibagi menjadi tiga bagian tempat keluarnya huruf, yaitu:
16
a. Aqsha Al-Halq tenggorokan bawah. Bagian ini letaknya paling jauh, yaitu tenggorokan paling bawah hingga mendekati dada.
Huruf yang keluar dari bagian ini ialah ء dan ھ . b. Wasthu Al-Halq tenggorokan tengah. Dari sini keluar huruf ع dan
ح . c. Adna Al-Halq tenggorokan atas. Tempat keluarnya huruf terdapat
di tenggorokan atasujung hampir mendekati mulut. Hurufnya adalah غ dan خ .
3. Al-Lisan lidah
Terdapat delapan makhraj dalam al-lisan yang menjadi tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyah berikut.
a. Makhraj yang terletak pada bagian pangkal lidah yang sedikit terangkat dan pengucapannya hampir mendekati tenggorokan atas.
Hurufnya adalah ق . b. Makhraj dengan posisi berada pada pangkal lidah, lebih rendah dari
makhraj huruf ق . Hurufnya adalah ك . c. Makhraj yang letaknya di tengah lidah yang sedikit menempel
dengan rongga atas. Hurufnya adalah ج , ش , ي .
d. Letaknya pada tepi lidah kanan dan atau kiri yang ditempelkan pada gigi geraham atas. Hurufnya adalah ض
. e. Letaknya pada bagian ujung lidah yang menempel pada rongga
depan atas, tepatnya setelah makhraj huruf ض . Hurufnya adalah ر ,
ن , ل . Ketiganya juga disebut huruf dzalqiyah ujung lidah.
17
f. Makhraj ini letaknya pada punggung ujung lidah yang menempel pada gusi dan pangkal gigi seri atas. Hurufnya adalah ط , د , ت .
g. Letaknya pada ujung lidah yang sedikit menyentuh gigi seri bawah. Hurufnya adalah ص
, ز , س .
h. Terletak pada ujung lidah yang ditempelkan ujung gigi seri atas. Hurufnya adalah ظ , ذ , ث
. 4.
Asy-Syafatain kedua bibir Asy-Syafatain ialah huruf-huruf yang tempat keluarnya dari kedua
belah bibir. Terdapat tiga makhraj yang keluar darinya, yakni: a. Perut bibir bawah yang menyentuh ujung dua gigi atas. Hurufnya
adalah ف .
b. Bibir atas dan bibir bawah saling mengatup. Hurufnya م dan ب .
c. Bibir atas dan bibir bawah hampir mengatup namun masih sedikit renggang. Hurufnya adalah Wawu و .
5. Al-Khaisyum rongga hidung
Al-Khaisyum ialah lubang hidung rongga yang tembus ke dalam mulut. Huruf yang keluar darinya adalah Nun sukun atau tanwin yang
diidghamkan, diikhfa’kan, maupun diiqlabkan, dan Mim sukun yang diidghamkan pada Mim م dan diikhfa’kan pada Ba’ ب
. Adanya hukum bacaan yang mengenai kedua huruf tersebut mengakibatkan
perpindahan makhraj aslinya ke rongga hidung.
18
3. Hukum-Hukum Bacaan
Dalam ilmu tajwid terdapat kaidah-kaidah yang disebut hukum bacaan sebagai pedoman membaca Al-Qur’an yang baik dan benar.
Hukum bacaan tersebut meliputi idzhar, idgham, iqlab, ikhfa’, mad, dan waqaf.
a. IzhharIdzhar Menurut bahasa izhhar berarti al-bayan
ا ﺎﯿﺒﻟ
ن artinya adalah terang.
Sedangkan menurut istilah, izhhar adalah mengeluarkan semua huruf sesuai dengan jalan makhrajnya tanpa disertai ghunnah pada huruf-
huruf yang dibaca terang Muhammad Ahmad Abdullah, 2009:310. Terdapat dua macam hukum bacaan izhhar, yaitu izhhar hallaqhalqi
dan izhhar syafawi. 1
Izhhar HallaqHalqi Dinamakan
hallaq karena huruf-hurufnya dikeluarkan dari
kerongkongan, yang dalam bahasa arab disebut ﻖ ﻠ ﺣ hallaq.
Huruf-huruf hallaq harus dibaca jelas jika bertemu dengan nun sukun
ْن atau tanwin
. Berikut ini huruf-huruf izhhar hallaq yang dimaksud :
أ –
– ع
– غ
– ح
– خ
Contoh : bertemu
: bertemu
: ْن bertemu ع :
bertemu غ : ْن bertemu ح :
bertemu خ :
19
2 Izhhar Syafawi
Apabila sesudah huruf mim sukun ْم
bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah yang tersisa selain huruf ba’ ب
dan mim م maka disebut izhhar syafawi. Huruf mim sukun tersebut harus
dibaca jelas tanpa dengungan. Contoh :
ْم bertemu ن : ْم bertemu ت
: b. Idgham
Secara bahasa idgham berarti memasukkan atau meleburnya huruf. Menurut istilah idgham berarti pengucapan huruf sukun dengan huruf
yang berharakat dari dua macam jenis huruf yang dibaca seperti dua huruf yang ditasydidkan Abdul Aziz Abdur Rauf, 2010:73.
Jika nun sukun ْن
atau tanwin bertemu dengan salah satu
huruf-huruf idgham, maka nun sukun atau tanwin harus di-idgham-kan pada huruf idgham tersebut, sehingga antara nun sukun atau tanwin
dengan huruf idgham yang sebenarnya terdiri dari dua jenis huruf lalu dilebur menjadi satu huruf dalam pengucapannya.
1 Idgham bighunnah
Dinamakan idgham bighunnah apabila huruf-hurufnya yang terdiri dari himpunan huruf ﻮﻤﻨﯾ bertemu dengan nun sukun atau tanwin.
Bacaannya harus diucapkan dengan memasukkan huruf pertama ke huruf berikutnya seperti ditasydidkan sambil ditahan dua harakat.
ي -
ن –
م –
و
20
Contoh : ْن bertemu ي :
bertemu م : Perlu diperhatikan bahwa idgham hanya terjadi dalam dua kalimat
dan tidak terjadi dalam satu kalimat. Apabila nun sukun bertemu dengan salah satu dari keempat huruf idgham yang ada dalam satu
kalimat sekaligus, maka itu bukanlah bacaan idgham dan harus dibaca dengan lafazh terang dan jelas.
2 Idgham Bilaghunnah
Idgham ini terjadi apabila nun sukun atau tanwin bertemu huruf hijaiyah lam ل
dan ra’ ر . Bacaannya diucapkan dengan
memasukkan huruf pertama ke huruf berikutnya
seperti ditasydidkan tanpa mendengung.
Contoh : ْن bertemu ل :
bertemu ر : c. Iqlab
Iqlab secara bahasa berarti memalingkan sesuatu dari bentuknya. Secara istilah, iqlab adalah menempatkan suatu huruf berada di tempat
huruf lain, yaitu dengan mengubah nun sukun ْن atau tanwin menjadi mim yang dibaca secara ghunnah ketika bertemu salah satu
huruf hijaiyah ba’ ب . Iqlab bisa terjadi dalam satu kalimat bisa juga
21
dalam dua kalimat. Dengan adanya Iqlab maka terjadi proses penyamaran huruf mim م .
Contoh : ْن bertemu ب :
bertemu ب : d. Ikhfa’
Ikhfa’ artinya menyamar atau menyembunyikan. Bacaan ikhfa’ adalah jika ada nun sukun ْن atau tanwin
bertemu dengan salah satu dari lima belas huruf ikhfa’dari sisa huruf hijaiyah setelah dikurangi
huruf izhhar, idgham, dan iqlab. Kelima belas huruf tersebut ialah sebagai berikut:
ظ - ض -
ت -
ف -
ز - ط - د - س -
ق - ش -
ج - ك - ث -
ذ - ص
Contoh : ْن bertemu ص
: bertemu ج :
bertemu ق : ْن bertemu ت
: Cara membacanya harus terang sembari menyambungnya dengan huruf
di depannya dan dimulai dengan mendengung. e. Mad
Mad secara bahasa berarti tambahan. Sedangkan menurut istilah, mad berarti memanjangkan suara pada salah satu hurufnya. Huruf yang
dimaksud ialah alif
أ
, wawu
و
, dan ya’
ي .
Secara garis besar mad dibagi menjadi dua, yaitu mad ashli dan mad far’i. Mad ashli ialah huruf mad yang tidak bergantung dengan sebab
22
lain seperti hamzah, sukun, ataupun tasydid. Huruf mad ashli dibaca panjang sebanyak dua harokat. Sedangkan, mad far’i diartikan sebagai
huruf mad yang bergantung kepada sebab lain seperti hamzah, sukun, ataupun tasydid. Hurufnya dibaca panjang melebihi mad ashli, yaitu
antara dua sampai enam harokat. f. Waqaf
Waqaf diartikan sebagai menghentikan bacaan sesaat pada suatu kalimat tertentu seraya
menahan nafas yang diniatkan untuk meneruskan bacaan pada kalimat berikutnya. Terdapat tujuh macam
tanda waqaf yang penting untuk diketahui. Enam diantaranya dikutip dari bukunya Muhammad Ahmad Abdullah 2009: 48-53. Tujuh tanda
tersebut adalah sebagai berikut: 1
Waqaf laazim م adalah tanda yang menunjukkan suatu keharusan menghentikan bacaan. Tanda ini digunakan pada kalimat yang baik
sebelum maupun sesudah tanda م sudah tidak memiliki
keterkaitan dari segi lafazh dan maknanya. 2
Waqaf kaafi sebagai penanda bahwa diperbolehkan
menghentikan ataupun meneruskan bacaan suatu kalimat, namun menghentikan bacaan akan lebih baik daripada melanjutkan.
3 Waqaf hasan
digunakan sebagai penunjuk adanya keterkaitan makna maupun bacaan.
Waqaf ini menunjukkan bahwa
meneruskan bacaan ketika menemui tanda akan lebih baik
daripada menghentikannya.
23
4 Waqaf jaaiz ج
menandakan dibolehkannya menghentikan maupun meneruskan suatu bacaan tanpa mengutamakan salah
satunya. 5
Waqaf qabiih ﻻ biasa ditemukan pada kalimat yang belum
sempurna artinya, sehingga dilarang untuk menghentikan bacaan pada saat menemui tanda ini.
6 Waqaf al-muraaqabah ؞ ؞ menunjukkan agar menghentikan
bacaan pada salah satu tanda dan meneruskan bacaan pada tanda yang lain. Apabila memutuskan untuk menghentikan bacaan pada
tanda pertama, maka hendaknya melanjutkan bacaan pada tanda kedua dan begitu pula sebaliknya.
7 Ruku’ ع menjadi tanda berakhirnya surah maupun ayat tertentu.
4. Penulisan Materi Ilmu Tajwid
Materi ilmu tajwid yang dituliskan peneliti banyak menyertakan tulisan ayat-ayat Al-Qur’an. Penulisan ayat Al-Qur’an sendiri beragam
jenisnya. Terdapat ayat yang dituliskan tanpa menggunakan titik dan harakat
tanda baca namun ada pula yang dituliskan dengan menggunakan titik dan harakat. Dalam menuliskan materi ilmu tajwid ini
peneliti memilih untuk menuliskan ayat Al-Qur’an yang telah mengalami kodifikasi dimana huruf-hurufnya sudah menggunakan titik dan harakat.
Titik dan harakat yang dimaksud tersebut diantaranya ialah penulisan i’rab, yaitu menuliskan titik untuk membedakan bunyi pengucapan huruf
yang satu dengan yang lain seperti fathah di atas huruf, dhammah di
24
samping huruf, dan kasrah di bawah huruf. Penulisan i’rab ini digunakan untuk memperjelas pengucapan kata a, i, u yang diucapkan
secara lisan. Penulisan titik dan harakat yang lain ialah penulisan al-i’jam, yaitu penulisan titik untuk membedakan huruf-huruf yang serupa
bentuknya. Contohnya huruf Ba’ titik satu di bawah dan Ta’ titik dua di atas. Penulisan huruf-huruf ayat al-Qur’an yang dipilih peneliti tersebut
dimaksudkan untuk memudahkan santri membaca dan mempelajari materi ilmu tajwid.
5. Karakteristik Santri Materi Ilmu Tajwid
Piaget sebagai ahli psikologi dikutip dalam buku Asri Budiningsih yang berjudul Belajar dan Pembelajaran, 2005: 37-40, menyatakan
bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik. Ia beranggapan bahwa proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan
tahap-tahap perkembangan pada umumnya. Santri yang akan mengikuti pembelajaran ilmu tajwid memiliki rentang usia rata-rata 6-10 tahun
dimana semua santri telah mampu membaca Al-Qur’an dengan cukup baik dan lancar.
Karakteristik santri tersebut dapat dilihat dari pembagian tahap perkembangan berpikir yang diungkapkan Piaget sebagai berikut:
1 Sensorimotor 0-2 tahun Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik
dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan dan dilakukan langkah demi langkah.
25
Kemampuan yang dimilikinya antara lain; melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek sekitarnya, mencari
rangsangan melalui sinar lampu dan suara, suka memperhatikan sesuatu lebih lama, mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya,
dan memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
2 Preoperasional 2-7 8 tahun Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada
penggunaan simbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu
preoperasional dan intuitif. Preoperasional
umur 2-4
tahun, anak
telah mampu
menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam
memahami objek. Tahap intuitif umur 4-7 atau 8 tahun, anak telah dapat
memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-
kata. Oleh sebab itu, pada usia ini anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya yang secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki
pengalaman yang luas.
26
3 Operasional konkret 78-1112 tahun Ciri pokok perkembangan tahap ini anak sudah mulai
menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis serta ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir
logis, akan tetapi pada benda yang bersifat konkret. Anak sudah tidak perlu coba-coba karena sudah berpikir dengan menggunakan model
”kemungkinan”. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu
diberi gambaran konkret sehingga mampu menelaah persoalan meski masih memiliki masalah dalam berpikir abstrak.
4 Operasional Formal 12-15 tahun Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah
mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir ”kemungkinan”. Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-
deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.
Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa santri kelas Al-Qur’an Taman Pendidikan Al-Qur’an Asy Syams yang rata-rata memiliki rentang
usia 6-10 tahun berada dalam tahap perkembangan praoperasional dan operasional konkrit. Pada dasarnya, kedua tahap ini memiliki pola
perkembangan yang sama yaitu dimana seseorang masih belum mampu berpikir abstrak.
27
Menurut Asri
Budiningsih dalam
bukunya Belajar
dan Pembelajaran, 2005: 37-40 ciri pokok kedua tahap perkembangan ini
adalah pada penggunaan simbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Mulai berpikir secara logis namun
tetap harus disertai dengan gambaran konkrit untuk membantunya menelaah pengetahuan yang datang dari luar dirinya.
Dari sini dapat dilihat bahwa santri dengan usia tersebut masih memiliki perkembangan berpikir yang rendah dan belum mampu berpikir
abstrak meskipun diketahui bahwa para santri telah memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dalam
memberikan pengetahuan baru perlu pemberian stimulus dengan penggunaan contoh konkrit sehingga pemahaman yang diterima dapat utuh
dan menyeluruh. Hal tersebut yang kemudian mendorong peneliti untuk mengembangkan media pembelajaran flipchart yang dapat memfasilitasi
santri dalam belajar ilmu tajwid.
B. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran