2.2 Landasan Teoritis 2.2.1 Kemampuan Individu
Kemampuan secara umum dapat diartikan sebagai kompetensi. Kemampuan akan mendasari kemampuan kerja di perusahaan yang akhirnya kemampuan
tersebut akan menentukan baik buruknya kinerja seseorang, juga akan berkaitan dengan puas tidaknya seseorang akan pekerjaannya.
Robbins 2006 menjabarkan mengenai kemampuan individu Kemampuan ability adalah kapasitas individu
untuk melaksanakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu. Sedangkan Gibson 2002, mendefinisikan kemampuan sebagai potensi yang dimiliki oleh seseorang
untuk melakukan pekerjaan maupun tugas-tugas sehingga hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Jadi, hasil suatu pekerjaan akan ditentukan oleh
kemampuan yang dimiliki seorang pegawai
.
Robbins 2006, kemampuan keseluruhan seseorang pada
hakikatnya tersusun dari dua faktor yaitu antara lain : kemampuan intelektual IQ dan kemampuan fisik.
2.2.1.1 Kemampuan Intelektual IQ
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan mental. Tes IQ misalnya, dirancang untuk memastikan
kemampuan intelektual umum seseorang. Pekerjaan membebankan tuntutan- tuntutan berbeda kepada pelaku untuk menggunakan kemampuan intelektual. Pada
dasawarsa terakhir ini, makna intelgensia berkembang dan dipahami menjadi lebih baik ketika diuraikan menjadi empat sub bagian; kognitif, social, emosi dan budaya.
Metode multi intelgensia tersebut dirasakan akan lebih komprehensif dalam
Universitas Sumatera Utara
pembahasan kemampuan intelektual. Menurut Robbins 2006 ada 7 dimensi yang
membentuk kemampuan intelektual :
1. Kecerdasan numeric adalah kemempuan berhitung dengan cepat dan tepat 2. Pemahaman verbal yaitu kemampuan memahami apa yang dibaca atau didengar
3. Kecepatan perceptual yaitu kemampuan mengenal kemiripan dan perbedaan visual dengan cepat dan tepat
4. Penalaran induktif kemampuan mengenal suatu urutan logis dalam satu masalah dan pemecahaanya
5. Penalaran deduktif yaitu kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari suatu argumen
6. Visualisasi ruang yaitu kemampuan membayangkan bagaimana suatu obyek akan tampak seandainya posisi dalam ruang diubah
7. Ingatan adalah berupa kemampuan menahan dan mengenang pengalaman masa lalu.
2.2.1.2 Kemampuan Fisik
Kemampuan fisik adalah kemampuan menjalankan tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik-karakteristik serupa. Setiap
individu mempunyai kemampuan yang berbeda. Individu yang sehat dan kuat berpeluang menyelesaikan tugas dan kewajiban dengan baik. Terdapat sembilan
kemampuan fisik dasar Robbins, 2006 yaitu terdiri dari: faktor-faktor kekuatan dinamik, otot bawah, statis dan eksposif, faktor-faktor fleksibilitas jangkauan dan
dinamik, serta faktor-faktor lain koordinasi tubuh, keseimbangan, dan stamina.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1.3 Kemamapuan Emosional EQ
Kemampuan tidak hanya meliputi kemampun intelektual IQ namun juga meliputi kemampuan
I kecerdasan emosional. Robbins 2006, menyatakan bahwa
bukti-bukti terbaru mengungkap bahwa inteligensia dapat dipahami secara lebih baik dengan mengurai menjadi : kognitif,social, emosi dan budaya. Lebih lanjut
Robbins 2006 menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, dan mengelola emosi.
Kemampuan emosi atau emotional int e
lligence EQ menunjukkan potensi untuk mempelajari keterampilan-keterampilan praktis yang didasarkan pada lima
unsurnya: kesadaran diri ,
motivasi, pengaturan diri, empati, dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain
. Kemampuan emosi menunjukkan berapa
banyak potensi itu telah diterjemahkan ke dalam kemampuan di tempat kerja Goleman 2006.
Cooper dan Sawaf 2003 berpendapat bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengetahui yang orang lain rasakan, termasuk cara yang tepat
untuk menangani masalah. Orang lain yang dimaksudkan disini meliputi atasan, rekan kerja, bawahan dan juga pelanggan.
Covey 2005 mengartikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan seseorang untuk memantau perasaan dan emosi, baik
pada diri sendiri maupun pada orang lain. Selanjutnya Covey menyebutkan ada lima komponen utama kecerdasan emosional yang telah umum diterima yaitu:
1. Kesadaran diri, yakni kemampuan untuk merefleksikan kehidupan diri sendiri, menumbuhkan pengetahuan mengenai diri sendiri, dan mengunakan pengetahuan
tersebut untuk memperbaiki diri, serta untuk mengatasi kelemahan.
Universitas Sumatera Utara
2. Motivasi pribadi, yakni yang berkaitan dengan apa yang menjadi pemicu semangat seseorang, visi, nilai-nilai, tujuan, harapan, hasrat, dan gairah yang menjadi
prioritas-prioritas mereka. 3. Pengaturan diri atau kemampuan untuk mengelola diri sendiri agar mampu
mencapai visi dan nilai-nilai pribadi. 4. Empati, kemampuan untuk memahami cara orang lain melihat dan merasakan
berbagai hal. 5. Kemampuan sosial dan komunikasi, yakni yang berkaitan dengan bagaimana cara
mengatasi perbedaan, memecahkan masalah, menghasilkan solusi-solusi kreatif, dan berinteraksi secara optimal untuk mengejar tujuan-tujuan bersama.
Goleman 2006 menyatakan terdapat lima dimensi atau komponen kecerdasan emosional EQ yang keseluruhannya diturunkan menjadi dua puluh
lima kompetensi. Kelima dimensi atau komponen tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pengenalan diri Self awareness, artinya mengetahui keadaan dalam diri, hal
yang lebih disukai, dan intuisi. Kompetensi dalam dimensi pertama adalah mengenali emosi sendiri, mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri, dan
keyakinan akan kemampuan sendiri. 2. Pengendalian diri self regulation, artinya mengelola keadaan dalam diri dan
sumber daya diri sendiri. Kompetensi dimensi kedua ini adalah menahan emosi dan dorongan negatif, menjaga norma kejujuran dan integritas, bertanggung
jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, dan terbuka terhadap ide- ide serta informasi baru.
3. Motivasi motivation, artinya dorongan yang membimbing atau membantu peraihan sasaran atau tujuan. Kompetensi dimensi ketiga adalah dorongan untuk
Universitas Sumatera Utara
menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi, kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan, dan kegigihan dalam
memperjuangkan kegagalan dan hambatan. 4. Empati empathy, yaitu kesadaran akan perasaan, kepentingan, dan
keprihatinan orang. Dimensi keempat terdiri dari kompetensi understanding others, developing others, customer service, menciptakan kesempatan-
kesempatan melalui pergaulan dengan berbagai macam orang, membaca hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan hubungan suatu kelompok.
5. Keterampilan sosial social skills, artinya kemahiran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki oleh orang lain. Diantaranya adalah kemampuan
persuasi, mendengar dengan terbuka dan memberi pesan yang jelas, kemampuan menyelesaikan pendapat, semangat leadership, kolaborasi dan
kooperasi, serta team building. EQ berorientasi kepada kecerdasan mengelola emosi manusia. Di dalamnya
terdapat unsur kemampuan akan kepercayaan diri sendiri, ketabahan, ketekunan dan menjalin hubungan sosial. Jika pekerja memiliki kecerdasan rata-rata,
sebenarnya ia dapat meraih prestasi kerja yang tinggi jika adanya kepercayaan terhadap diri sendiri, tidak terlalu tergantung kepada orang lain. Ketabahan
menghadapi beban kerja, ketekunan dalam bekerja, melakukan kontak-kontak sosial dalam kerja, akan merubah posisi seorang yang semula berprestasi rata-rata
menuju tingkat prestasi yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Lingkungan Kerja
Prestasi kerja dan kepuasan kerja Faktor lain yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja adalah lingkungan kerja. Menurut Rivai 2005 lingkungan kerja
merupakan elemen-elemen organisasi sebagai sistem sosial yang mempunyai pengaruh kuat di dalam pembentukan perilaku individu pada organisasi dan
berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan prestasi organisasi . Lingkungan kerja meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya. Lingkungan fisik seperti
kebisingan, tata ruang dan peralatan. Sedangkan yang mencakup lingkungan sosial budaya meliputi status, sistem administrasi, hubungan sosial, kebijakan dan
kepemimpinan. Nitisemito 2001 menjelaskan pengertian lingkungan kerja adalah segala
sesuatu yang berada di sekitar pekerja yang dapat mempengaruhi individu dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Lebih lanjut bahwa keberadaannya
dalam lingkungan kerja terkait perwarnaan, kebersihaan, pertukaran udara, penerangan, music, keamanan dan kebisingan. Bangunan tempat melakukan
aktivitas bagi karyawan dalam hal ini juga merupakan variabel yang mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan. Bangunan tempat usaha dapat dikategorikan
sebagai lingkungan kerja karyawan secara fisik dengan mengingat bahwa setiap hari kerja karyawan yang bersangkutan memang berada dalam lingkup bangunan
tempat bekerja. Triguno 2003 mendefinisikan lingkungan kerja adalah sarana dan
prasaranan yang ada di tempat karyawan bekerja dan dapat mempengaruhi motivasi karyawan di dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Hal yang sama juga
Universitas Sumatera Utara
diutarakan oleh Siagian 2004, bahwa lingkungan kerja memerlukan adanya sarana dan prasarana kerja yang memadai sesuai dengan sifat tugas yang harus
diselesaikan merupakan kondisi kerja yang kondusif. Faktor lain di dalam lingkungan kerja dalam perusahaan yang juga tidak boleh diabaikan adalah
hubungan karyawan di dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut. Hubungan karyawan ini juga ikut menentukan tingkat produktivitas kerja dari para karyawan
Ahyari, 2000 Lingkungan yang sehat merupakan lingkungan yang harus memenuhi
beberapa unsur lingkungan sehat sebagaimana dikemukakan oleh Budiharjo 2002 antara lain; kebersihan, kerapian, kesehatan dan keamanan. Kebersihan merupakan
salah satu unsur lingkungan yang sehat dengan alasan bahwa lingkungan yang bersih merupakan suatu lingkungan yang terbebas dari berbagai hal yang dapat
menyebabkan terjangkitnya suatu penyakit. Kerapian merupakan salah satu unsur lingkungan yang sehat dengan alasan bahwa kerapian menyangkut kondisi yang
dapat diindera dengan indera penglihatan, sedang indera penglihatan memang terkait erat dengan kerja otak sehingga secara otomatis juga mempunyai pengaruh
yang berarti terhadap kejadian stress kerja karyawan. Demikian halnya dengan kesehatan, untuk mampu memberikan unsur-unsur kesehatan dalam suatu
lingkungan yang dimaksud harus memperhatikan beberapa unsur yang mampu mencerminkan kesehatan itu sendiri. Keamanan juga mempunyai kaitan yang erat
dengan lingkungan yang sehat dengan pemahaman bahwa lingkungan yang aman akan mampu menciptakan suatu kondisi yang tenang.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2.1 Lingkungan Kerja Fisik
Lingkungan kerja, menurut Wursanto 2009 dibedakan menjadi dua macam, yaitu kondisi lingkungan kerja yang menyangkut segi fisik, dan kondisi
lingkungan kerja yang menyangkut segi psikis”. Kondisi lingkungan kerja yang menyangkut segi fisik adalah segala sesuatu yang menyangkut segi fisik dari
lingkungan kerja. Sedangkan lingkungan kerja non fisik merupakan lingkungan kerja yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera, seperti warna, bau, suara,
dan rasa. Menurut Sedarmayanti 2007, lingkungan kerja fisik adalah semua yang
terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun tidak langsung. Pendapat serupa juga diutarakan oleh
Sudarmanto 2009, bahwa lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja pegawai melakukan aktifitasnya. Menurut Sedarmayanti 2007, lingkungan kerja fisik dapat
dibagi 2 dua katagori, yakni: 1.
Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan seperti: pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya.
2. Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan
kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya: temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, geteran mekanis, bau
tidak sedap, warna dan lain-lain. Melalui uraian definisi, maka ruang lingkup lingkungan kerja fisik meliputi
fasilitas parkir di luar gedung perusahaan, lokasi dan rancangan gedung sampai jumlah cahaya dan suara yang menimpa meja kerja atau ruang kerja seorang tenaga
Universitas Sumatera Utara
kerja. Hal yang sama diutarakan oleh Nitisemito 2001, bahwa indikator lingkungan kerja meliputi :
1. Pewarnaan, masalah pewarnaan ini bukan hanya dinding saja tetapi sangat
luas sehingga dapat juga pewarnaan mesin, peralatan, bahkan seragam yang dipakai perlu mendapat perhatian.
2. Kebersihan, secara umum tempat kerja yang bersih akan menimbulkan rasa
senang dan akan mempengaruhi perasaan dan perilaku orang dalam bekerja. 3.
Penerangan, bukanlah terbatas pada penerangan listrik tetapi juga penerangan matahari. Dalam melaksanakan tugasnya seringkali karyawan membutuhkan
penerangan yang cukup, apalagi jika pekerjaan tersebut membutuhkan keahlian.
4. Pertukaran udara, yang cukup terutama dalam ruang kerja sangat diperlukan
apalagi jika dalam ruangan tersebut penuh dengan karyawan. Pertukaran udara yang cukup akan menyebabkan kesegaran fisik dari para karyawan.
Sebaliknya, pertukaran udara yang kurang akan dapat menimbulkan rasa pengap sehingga terjadi kelelahan dari para karyawan, sehingga motivasi
karyawan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya menjadi turun. 5.
Musik, berpengaruh terhadap kejiwaan seseorang. Apabila musik yang didengarkan menyenangkan dan menimbulkan suasana gembira akan
mengurangi kelelahan dalam bekerja. Musik yang diperdengarkan adalah yang disukai banyak orang pada ruangan kerja dan iramanya cukup.
6. Kebisingan, merupakan gangguan terhadap seseorang dimana kebisingan
dapat menganggu konsentrasi pekerjaan sehingga bisa timbul kesalahan. Bagi
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan tertentu yang memerlukan konsentrasi maka kebisingan merupakan gangguan yang harus diperhatikan, misalnya suara mesin yang gaduh, suara
kendaraan bermotor, dan sebagainya. 7.
Jaminan terhadap keamanan, yang dimaksud adalah keamanan terhadap milik pribadi karyawan atau perusahaan yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk
menjaganya, perusahaan perlu memperkerjakan tenaga khusus untuk hal tersebut, seperti satpampenjaga.
Pendapat yang relatif berbeda dan simple, disampaikan oleh Robbins 2006, bahwa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik yaitu :
1. Suhu, yaitu suatu variabel dimana terdapat perbedaan individual yang besar.
Dengan demikian untuk memaksimalkan produktivitas, adalah penting bahwa pegawai bekerja di suatu lingkungan dimana suhu diatur sedemikian rupa
sehingga berada diantara rentang kerja yang dapat diterima setiap individu. 2.
Kebisingan, Bukti dari telaah-telaah tentang suara menunjukkan bahwa suara- suara yang konstan atau dapat diramalkan pada umumnya tidak menyebabkan
penurunan prestasi kerja sebaliknya efek dari suara-suara yang tidak dapat diramalkan memberikan pengaruh negatif dan mengganggu konsentrasi
pegawai. 3.
Penerangan, Bekerja pada ruangan yang gelap dan samara-samar akan menyebabkan ketegangan pada mata. Intensitas cahaya yang tepat dapat
membantu pegawai dalam mempelancar aktivitas kerjanya. Tingkat yang tepat dari intensitas cahaya juga tergantung pada usia pegawai. Pencapaian
Universitas Sumatera Utara
prestasi kerja pada tingkat penerangan yang lebih tinggi adalah lebih besar untuk pegawai yang lebih tua dibanding yang lebih muda.
4. Mutu Udara, merupakan fakta yang tidak bisa diabaikan bahwa jika
menghirup udara yang tercemar membawa efek yang merugikan pada kesehatan pribadi. Udara yang tercemar dapat menggangu kesehatan pribadi
pegawai. Udara yang tercemar di lingkungan kerja dapat menyebabkan sakit kepala, mata perih, kelelahan, lekas marah, dan depresi.
Selain pendapat diatas, komponen lingkungan kerja fisik juga diawali dari ruang kerja yang bersangkutan. Robbins 2006 juga menjelaskan bahwa komponen
rancangan ruang kerja meliputi : 1.
Ukuran ruang kerja, ruang kerja sangat mempengaruhi kinerja karyawan. Ruang kerja yang sempit akan membuat pegawai sulit bergerak untuk
melakukan aktivitasnya. Ruang kerja karyawan pada dasarnya tidak hanya digunakan untuk karyawan itu sendiri maupun rekan kerja satu ruang, namun
juga akan dimanfaatkan oleh pihak lain yang datang untuk melakukan kordinasi atau sebagai partner dan mitra kerja. Oleh karena itu, ruang kerja
harus proporsional dengan peran karyawan dalam organisasi atau perusahaan tersebut. Sebagai contoh, karyawan yang berada pada departemen humas
akan lebih banyak membutuhkan space dibandingkan dengan karyawan yang bekerja sebagai tenaga operator server.
2. Pengaturan ruang kerja, jika ruang kerja merujuk pada besarnya ruangan per
karyawan, maka pengaturan ruang kerja akan berkorelasi antara jarak orang dan fasilitas. Pengaturan ruang kerja itu penting karena sangat mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
interaksi social. Dalam berbagai riset, lebih memungkinkan berinteraksi dengan invidu-individu yang dekat secara fisik. Lokasi ruang kerja pada
dasarnya tiap orang atau departemen akan berbeda. Semakin banyak orang atau departemen tersebut berinteraksi dengan pihak interen dan eksteren
lainnya, maka sebaiknya ruang kerja orang atau departemen tersebut semakin dekat dengan para mitranya.
3. Privasi, sebagian merupakan fungsi dari besarnya ruang per orang dan
pengaturan ruang itu. Namun privasi juga dipengaruhi oleh dinding, partisi dan sekatan-sekatan fisik lainnya. Salah satu trend rancangan ruang kerja
yang paling tersebar luas di tahun-tahun terakhir adalah menghapuskan setahap demi setahap kantor-kanto yang tertutup dan menggantikannya
dengan rancangan kantor yang memiliki sedikit, kalau ada, dinding atau pintu. Ruang tertutup akan membatasi interaksi. Namun disisi lain, ruang
privasi sangat dibutuhkan bagi perusahaan yang memperkejakan karyawan yang menuntut konsentrasi tinggi dan cenderung terpish dari yang lain.
2.2.2.2 Lingkungan Kerja Non Fisik
Faktor lain di dalam lingkungan kerja perusahaan yang juga tidak boleh diabaikan adalah hubungan karyawan di dalam perusahaan yang bersangkutan
tersebut. Hubungan karyawan ini juga ikut menentukan tingkat produktivitas kerja dari para karyawan Ahyari, 2000. Hubungan antara karyawan termasuk kedalam
lingkungan kerja non fisik.
Universitas Sumatera Utara
Sedarmayanti 2007, “Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan
maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan”. Wursanto 2009 menyebutnya sebagai lingkungan kerja psikis yang didefinisikan
sebagai “sesuatu yang menyangkut segi psikis dari lingkungan kerja”. Berdasarkan pengertian tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa lingkungan
kerja non fisik disebut juga lingkungan kerja psikis, yaitu keadaan di sekitar tempat kerja yang bersifat non fisik. Lingkungan kerja semacam ini tidak dapat ditangkap
secara langsung dengan pancaindera manusia, namun dapat dirasakan keberadaannya. Jadi, lingkungan kerja non fisik merupakan lingkungan kerja yang
hanya dapat dirasakan oleh perasaan. As’ad 2001 berpendapat bahwa lingkungan non fisik merupakan suasana lingkungan kerja yang tercipta dari hubungan antara
karyawan dengan lingkungan fisik pekerjaan yang dihadapi karyawan. Berdasarkan pendapat dan uraian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
lingkungan kerja non fisik adalah lingkungan kerja yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera manusia. Akan tetapi, lingkungan kerja non fisik ini dapat
dirasakan oleh para pekerja melalui hubungan-hubungan sesama pekerja maupun dengan atasan. Lingkungan kerja non fisik merupakan lingkungan kerja yang tidak
dapat terdeteksi oleh panca indera manusia, namun dapat dirasakan. Beberapa macam lingkungan kerja yang bersifat non fisik menurut Wursanto 2009
disebutkan yaitu: 1.
Perasaan aman pegawai, merupakan rasa aman dari berbagai bahaya yang dapat mengancam keadaan diri pegawai, yang mungkin timbul pada saat
Universitas Sumatera Utara
menjalankan tugasnya. Bahkan rasa aman tersebut juga melingkupi dari pemutusan hubungan kerja yang dapat mengancam penghidupan diri dan
keluarganya serta rasa aman dari bentuk intimidasi ataupun tuduhan dari adanya kecurigaan antar pegawai.
2. Loyalitas pegawai, merupakan sikap pegawai untuk setia terhadap perusahaan
atau organisasi maupun terhadap pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya. Loyalitas ini terdiri dari dua macam, yaitu loyalitas yang bersifat vertikal dan
horizontal. Loyalitas yang bersifat vertikal yaitu loyalitas antara bawahan dengan atasan atau sebaliknya antara atasan dengan bawahan. Loyalitas ini
dapat terbentuk dengan berbagai cara, antara lain : melakukan kunjungan atau silaturahmi ke rumah pegawai oleh pimpinan atau sebaliknya, yang dapat
diwujudkan dalam bentuk kegiatan seperti arisan. Selain itu, keikutsertaan pimpinan untuk membantu kesulitan pegawai dalam berbagai masalah yang
dihadapi pegawai. Bahkan membela kepentingan pegawai selama masih dalam koridor hukum yang berlaku, termasuk melindungi bawahan dari
berbagai bentuk ancaman. Sementara itu, loyalitas bawahan dengan atasan dapat dibentuk dengan kegiatan seperti open house, memberi kesempatan
kepada bawahan untuk bersilaturahmi kepada pimpinan, terutama pada waktu-waktu tertentu seperti hari besar keagamaan seperti lebaran, hari natal
atau lainnya. Loyalitas yang bersifat horisontal merupakan loyalitas antar bawahan atau antar pimpinan. Loyalitas horisontal ini dapat diwujudkan
dengan kegiatan seperti kunjung mengunjungi sesama pegawai, bertamasya bersama, atau kegiatan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
3. Kepuasan pegawai, merupakan perasaan puas yang muncul dalam diri
pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan. Perasaan puas ini meliputi kepuasan karena kebutuhan social dan psikologisnya berjalan
dengan baik dan terpenuhi. Singkatnya, lingkungan kerja non fisik tersebut merupakan lingkungan kerja
yang hanya dapat dirasakan oleh pegawai. Karena itu, lingkungan kerja yang dapat memberikan perasaan-perasaan aman dan puas dapat mempengaruhi perilaku
pegawai ke arah yang positif sebagaimana yang diharapkan oleh organisasi. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Wursanto 2009 bahwa “tugas pimpinan
organisasi adalah menciptakan suasana kerja yang harmonis dengan menciptakan human relations sebaik-baiknya”. Karena itulah, maka pimpinan menjadi faktor
yang dapat menciptakan lingkungan kerja non fisik dalam lingkup organisasi. Usaha menciptakan lingkungan kerja non fisik menjadi tanggung jawab
pimpinan yang dapat diciptakan dengan menciptakan human relations yang sebaik- baiknya. Karena itulah maka untuk menciptakan lingkungan kerja non fisik
tersebut, dapat diusahakan dengan menciptakan human relations yang baik. Selain itu, pimpinan juga dapat menyediakan pelayanan kepada pegawai sehingga pegawai
merasa aman dan nyaman di dalam organisasi karena kebutuhan psikologisnya dapat terpenuhi.
Human Relations dapat diartikan dengan hubungan antar manusia dalam sebuah organisasi, karena pegawai secara individu merupakan manusia. Gibson
2002 berpendapat dalam arti luas ialah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam segala situasi dan dalam sebuah bidang kehidupan atau Interpersonal
Universitas Sumatera Utara
communication untuk membuat orang lain mengerti dan menaruh simpati”. Selanjutnya Handoko 2001 berpendapat bahwa interpersonal communication
adalah interaksi tatap muka antar dua orang atau beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima
dan menanggapi secara langsung pula. Jadi human relations adalah merupakan interaksi antara satu anggota atau lebih anggota organisasi, dimana aktivitas
tersebut diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi. Selain human relation, pemberian dan peningkatan fasilitas pelayanan bagi
karyawan yang bersifat suplementer dimaksudkan agar karyawan tenteram dalam bekerja. Program pelayanan ini merupakan bentuk program pemeliharaan
karyawan. Pemeliharaan merupakan suatu langkah perusahaan dalam
mempertahankan karyawan agar tetap bekerja dengan baik dan produktif, dengan cara memperhatikan kondisi fisik, mental dan sikap karyawannya, agar tujuan
perusahaan dapat tercapai. Pelayanan karyawan ini merupakan salah satu faktor untuk pembentukan lingkungan kerja karyawan di dalam perusahaan yang
bersangkutan, terutama lingkungan kerja non fisik. Dengan pelayanan karyawan oleh perusahaan yang baik maka para karyawan akan memperoleh kepuasan
dalam menyelesaikan pekerjaannya. Hakikat karyawan adalah manusia yang ingin dihargai. Dengan
disediakannya kebutuhan karyawan oleh kantor, karyawan tersebut akan merasa diperhatikan kepentingannya. Sebagai imbalan dari apa yang diberikan, karyawan
akan semakin bersemangat kerja. Hanya saja jangan berlebihan karena hal ini akan
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan karyawan akan menjadi manja dan jika kurang akan menimbulkan rasa tidak puas.
Rivai 2005 berpendapat bahwa pemeliharaan karyawan dilakukan dengan tujuan baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan itu sendiri. Bagi perusahaan,
tujuan pemeliharaan untuk menjaga agar karyawan mampu meningkatkan produktivitas kerjanya, mendisiplinkan diri, memperkecil tingkat absensi,
menumbuhkan loyalitas, mengurangi konflik dan menciptakan suasana yang harmonis serta mengefektifkan proses pengadaan karyawan. Sedangkan tujuan bagi
karyawan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya; memberikan ketenangan, keamanan, sreta menjaga kesehatan karyawan;
memperbaiki kondisi fisik, mental, dan sikap karyawan. Pelayanan atau pemeliharaan karyawan yang kurang pada tempatnya akan
mengakibatkan berbagai macam kerugian dari perusahaan yang bersangkutan. Pelayanan untuk para karyawan perusahaan yang diberikan lebih dari semestinya
oleh perusahaan juga akan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap para karyawan tersebut. Selanjutnya untuk melihat baik buruknya fasilitas pelayanan
karyawan akan dilihat dari pelayanan kantin, pelayanan kesehatan dan pelayanan kamar mandiWC. Sedangkan pelayanan secara non fisik yaitu disediakannya
kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau ide, maupun kesempatan untuk mengungkapkan permasalahan yang sedang dihadapi pegawai.
Kajian tentang lingkungan kerja non fisik sebagaimana diuraikan di atas bertujuan untuk membentuk sikap pegawai. Sikap yang diharapkan tentunya adalah
sikap positif yang mendukung terhadap pelaksanaan kerja yang dapat menjamin
Universitas Sumatera Utara
pencapaian tujuan organisasi. Sehubungan dengan masalah pembentukan sikap, Wursanto 2009 mengemukakan bahwa unsur penting dalam pembentukan sikap
dan perilaku, yaitu adalah sebagai berikut : 1.
Pengawasan yang dilakukan secara kontinyu dengan menggunakan sistem pengawasan yang ketat.
2. Suasana kerja yang memberikan dorongansemangat kerja yang tinggi.
3. Sistem pemberian imbalan gaji maupun insentif lain yang menarik.
4. Perlakuan dengan baik, manusiawi, tidak disamakan dengan robot atau mesin,
kesempatan untuk mengembangkan karier semaksimal mungkin sesuai dengan batas kemampuan masing-masing anggota.
5. Ada rasa aman dari para anggota, baik di dalam dinas maupun di luar dinas.
6. Hubungan berlangsung secara serasi, lebih bersifat informal, penuh
kekeluargaan. 7.
Para anggota mendapat perlakuan secara adil dan objektif. Pendapat lain dikemukakan oleh Rivai 2005 bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi lingkungan internal karyawan atau sumber daya manusia meliputi serikat kerja, sistem informasi, karakterbudaya organisasi, dan konflik-konflik
internal. Pendapat tersebut jika disimak cenderung mengarah ke lingkungan kerja non fisik. Jadi dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang tersebut merupakan faktor
yang mempengaruhi lingkungan kerja non fisik. Sehubungan dengan pendapat tersebut diatas, maka untuk dapat mengetahui
lingkungan kerja non fisik dapat dilihat dari pelaksanaan pengawasan, suasana kerja konflik-konflik, sistem pemberian imbalan, perlakuan, perasaan aman
Universitas Sumatera Utara
serikat kerja, hubungan antar individu sistem informasi, dan perlakuan adil dan objektif. Beberapa hal tersebut kemudian digunakan sebagai indikator untuk
mengetahui keadaan lingkungan kerja non fisik.
2.2.3 Motivasi
Pada prinsipnya individu karyawan termotivasi untuk melaksanakan tugas- tugasnya tergantung dari kuatnya motif yang mempengaruhinya. Karyawan adalah
manusia dan mahluk yang mempunyai kebutuhan dalam innerneeds yang banyak sekali. Kebutuhan-kebutuhan ini membangkitkan motif yang mendasari aktivitas
individu. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan
mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi karena menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung
perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Menurut Terry dan Rue dalam Suharto dan Budi Cahyono 2005
mengatakan bahwa motivasi adalah “…getting a person to exert a high degree of effort…” yang artinya adalah “motivasi membuat seseorang untuk bekerja lebih
berprestasi”. Nugroho 2003, menyebutkan bahwa motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Dapat juga diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama,
bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Luthans, dkk dikutip Rivai, 2005, sumber motivasi berasal dari dalam diri intrinsic. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan dari dalam diri
seseorang yang harus terpenuhi.
2.2.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi
Menurut Robbins 2006 teori motivasi hierarki kebutuhan yang diungkapkan Abraham Maslow mengatakan bahwa didalam diri semua manusia bersemayam lima
jenjang kebutuhan yaitu sebagai berikut. 1.
Psikologis, antara lain rasa lapar, haus, perlindungan pakaian dan perumahan dan kebutuhan jasmani lain.
2. Keamanan, antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian
fisik dan emosional 3.
Sosial, mencakup kasih sayang, rasa memiliki diterima baik, dan persahabatan
4. Penghargaan, antara lain mencakup factor penghormatan diri seperti harga diri, otonomi dan prestasi, serta factor penghormatan dari luar seperti
minsalnya status, pengakuan dan perhatian 5. Aktualisasi diri, dorongan untuk menjadi seseorangsesuatu sesuai
ambisinya yang mencakup pertumbuhan, pencapain potenasi, dan pemenuhan kebutuhan diri.
Apabila berbagai macam kebutuhan itu dapat terpenuhi maka akan menstimulasi seseorang untuk berprestasi lebih baik. Oleh karena itu, motivasi utama
seseorang bekerja di perusahaan adalah untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan tersebut.
Memberikan motivasi kepada pegawai oleh pimpinannya merupakan
Universitas Sumatera Utara
proses kegiatan pemberian motivasi kerja, sehingga pegawai tersebut berkemampuan untuk pelaksanaan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab.
Tanggung jawab adalah kewajiban bawahan untuk melaksanakan tugas sebaik mungkin yang diberikan oleh atasan, dan inti dari tanggung jawab adalah kewajiban
Siagian, 2004. Nampaknya pemberian motivasi oleh pimpinan kepada bawahan tidaklah begitu sukar, namun dalam praktiknya pemberian motivasi jauh lebih
rumit, menurutnya kerumitan itu disebabkan oleh:
1. Kebutuhan yang tidak sama pada setiap pegawai, dan berubah sepanjang waktu.
Disamping itu perbedaan kebutuhan pada setiap taraf sangat mempersulit tindakan motivasi para manajer. Dimana sebagian besar para manajer yang
ambisius, dan sangat termotivasi untuk memperoleh kepuasan dan status, sangat sukar untuk memahami bahwa tidak semua pegawai mempunyai kemampuan
dan semangat seperti yang dia miliki, sehingga manajer tersebut menerapkan teori coba-coba untuk menggerakkan bawahannya.
2. Feeling dan emotions yaitu perasaan dan emosi. Seseorang manajer tidak
memahami sikap dan kelakuan pegawainya, sehingga tidak ada pengertian terhadap tabiat dari perasaan, keharusan, dan emosi.
Menurut Hook 2006 mengembangkan teori hierarki kebutuhan Maslow menjadi teori dua faktor tentang motivasi. Dua faktor itu dinamakan faktor pemuas motivation
factor yang disebut juga dengan disatisfier atau extrinsic motivation. Faktor pemuas yang disebut juga motivator yang merupakan faktor pendorong untuk berprestasi yang
bersumber dari dalam diri seseorang tersebut kondisi intrisik antara lain: 1. Prestasi yang diraih achievement
2. Pengakuan orang lain recognition
Universitas Sumatera Utara
3. Tanggung jawab responsibility 4. Peluang untuk maju advancement
5. Kepuasan kerja itu sendiri the work it self 6. Kemungkinan pengembangan karir the possibility of growth
Sedangkan factor pemeliharaan maintenance factor disebut juga hygiene factor merupakan faktor yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan untuk
memelihara keberadaan karyawan sebagai manusia, pemeliharaan ketentraman dan kesehatan. Faktor itu disebut dissatisfier sumber ketidakpuasan yang merupakan
tempat pemenuhan kebutuhan tingkat rendah dikualifikasikan kedalam faktor ekstrinsik, antarlain:
1. Kompensasi 2. Keamanan dan keselamatan kerja
3. Kondisi kerja 4. status
5. Prosedur perusahaan 6. Mutu dari supervise teknis dari hubungan interpersonal diantara teman sejawat,
dengan atasan dan dengan bawahan.
Parijuwana 2006, menjelaskan bahwa seorang karyawan yang merasa keinginan, kebutuhan dan hasratnya terpenuhi kepuasan, maka karyawan tersebut
baru akan memiliki motivasi untuk bekerja dan motivasi tersebut dapat menciptakan kegairahan seseorang bekerja sama agar mereka mau bekerja efektif
dan terintegrasi dengan segala daya dan upaya untuk mencapai kepuasan. Seseorang akan merasa puas dengan apa yang dia kerjakan apabila yang menjadi
motivasi kerja orang itu terpenuhi.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Kepuasan Kerja
Menurut Rivai 2005, kepuasan kerja pada dasarnya bersifat individual. Setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai
yang berlaku dalam dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut.
Dengan kata lain, kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja. Hal
yang hampir sama juga dikemukakan oleh Kotler 2002 dimana kepuasan kerja diartikan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah
membandingkan antara persepsikerjanya terhadap kinerja suatu produk dan harapan- harapannya.
Kepuasan kerja pada dasarnya merujuk pada seberapa besar seorang pegawai menyukai pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan sikap umum pekerja
tentang pekerjaan yang dilakukannya, karena pada umumnya apabila orang membahas tentang sikap pegawai, yang dimaksud adalah kepuasaan kerja
Robbins, 2006. Pekerjaan merupakan bagian yang penting dalam kehidupan seseorang, sehingga kepusan kerja juga mempengaruhi kehidupan seseorang. Oleh
karena itu kepuasan kerja adalah bagian kepuasaan hidup. Handoko 2001, mengemukakan bahwa kepuasan kerja penting karena hal
itu dapat menciptakan keadaan positif dalam lingkungan kerja perusahaan. Bagi mereka, kepuasan kerja dapat menimbulkan peningkatan kebahagian hidup,
sedangkan bagi perusahaan kepuasan kerja dapat meningkatkan produktivitas sehingga akan tercapai apa yang menjadi sasaran suatu perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Gibson 2002, kepuasan kerja muncul apabila karyawan merasa telah mendapatkan imbalan yang cukup memadai. Kepuasan kerja tergantung pada hasil
instrinsik, ekstrinsik, dan persepsi karyawan terhadap pekerjaannya, sehingga kepuasan kerja adalah tingkat dimana seorang karyawan merasa positif atau negatif tentang
berbagai segi dari pekerjaan, tempat kerja dan hubungan dengan teman kerja.
Adapun salah satu cara untuk menentukan apakah pekerja puas dengan pekerjaannya ialah dengan membandingkan pekerjaan mereka dengan beberapa
pekerjaan ideal tertentu teori kesenjangan. Kepuasan kerja dapat dirumuskan sebagai respons umum pekerja berupa perilaku yang ditampilkan oleh karyawan
sebagai hasil persepsi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaannya. Seorang pekerja yang masuk dan bergabung dalam suatu organisasi atau
perusahaan mempunyai seperangkat keinginan, kebutuhan, hasrat dan pengalaman masa lalu yang menyatu dan membentuk suatu harapan yang diharapkan dapat
dipenuhi ditempatnya bekerja. Kepuasan kerja akan didapat apabila ada kesesuaian antara harapan pekerja dengan kenyataan yang ditemui dan didapatkannya dari
tempatnya bekerja. Kepuasan kerja akan didapat apabila ada kesesuaian antara harapan pekerja
dan kenyataan yang didapatkannya di tempat bekerja. Persepsi pekerja mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaannya dan kepuasan kerja melibatkan rasa
aman, rasa adil, rasa menikmati, rasa bergairah, status dan kebanggaan. Dalam persepsi ini juga dilibatkan situasi kerja pekerja yang bersangkkutan yang meliputi
interaksi kerja, kondisi kerja, pengakuan, hubungan dengan atasan, dan kesempatan promosi. Selain itu di dalam persepsi ini juga tercakup kesesuaian dengan antara
Universitas Sumatera Utara
kemampuan dan keinginan pekerja dengan kondisi organisasi tempat mereka bekerja yang meliputi jenis pekerjaan, minat, bakat, penghasilan, dan insentif.
Seorang karyawan yang merasa keinginan, kebutuhan dan hasratnya terpenuhi kepuasan, maka karyawan tersebut baru akan memiliki motivasi untuk
bekerja dan motivasi tersebut dapat menciptakan kegairahan seseorang bekerja sama agar mereka mau bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya dan
upaya untuk mencapai kepuasan. Seseorang akan merasa puas dengan apa yang dia
kerjakan apabila yang menjadi motivasi kerja orang itu terpenuhi.
Sedangkan Robbins 2006 menjabarkan bahwa seorang pekerja yang bahagia adalah seorang pekerja yang produktif. Menurutnya, kepuasan kerja memiliki
hubungan yang negatif dengan kemangkiran dan tingkat keluarnya karyawan. Dengan demikian kepuasan kerja karyawan sangat penting bagi organisasi, karena : a ada bukti
yang jelas bahwa karyawan yang tidak puas lebih sering mengabaikan pekerjaannya dan lebih besar kemungkinannya untuk mengundurkan diri b pekerjaan yang
terpuaskan memiliki manfaat kesehatan yang lebih baik dan usia yang lebih panjang c Kepuasan kerja karyawan dibawa pada kinerja organisasi dan ke dalam kehidupan
karyawan di luar pekerjaan.
2.2.4.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja adalah faktor yang berhubungan dengan pekerjaan. Faktor-faktor tersebut adalah faktor
yang berhubungan dengan kepuasan dalam pekerjaan itu sendiri, faktor yang berhubungan dengan teman sekerja, faktor yang berhubungan dengan pengawasan,
faktor yang berhubungan dengan promosi jabatanpengembangan karir dan
Universitas Sumatera Utara
faktor yang berhubungan dengan gaji. Faktor-faktor tersebut merupakan item instrumen Job Describsion Index yang digunakan banyak peneliti dalam mengkaji
kepuasan kerja Jewell dan Siegal dalam Juliandi, 2003. Luthans 2006 menyatakan lima dimensi kepuasan kerja yaitu :
1 Pekerjaan Itu Sendiri, dalam hal dimana pekerjaan memberikan tugas yang menarik, kesempatan untuk belajar dan kesempatan untuk menerima tanggung
jawab. 2 Gaji, sejumlah upah yang diterima dan tingkat dimana hal ini bisa dipandang
sebagai hal dianggap pantas dibandingkan dengan orang lain dalam organisasi. 3 Kesempatan Promosi, kesempatan untuk maju dalam organisasi.
4 Pengawasan, kemampuan penyelia untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan prilaku.
5 Rekan Kerja, tingkat dimana rekan kerja pandai secara teknis dan mendukung secara sosial.
Robbins 2006 menyatakan bahwa dimensi-dimensi yang mempengaruhi kepuasan antaralain:
1 Pekerjaan itu sendiri, Pekerjaan yang secara mental menantang, orang lebih menyukai pekerjaan yang memberikan peluang kepada mereka untuk
menggunakan keterampilan dan kemampaun mereka dan menawarkan keberagaman tugas.
2 Imabalan yang setimpal, karyawan mengharapkan system pembayaran dan kebijaksanaan promosi yang mereka anggap adil, tidak bermakna ganda dan
sesuai dengan harapan mereka
Universitas Sumatera Utara
3 Kondisi kerja yang mendukung, karyawan lebih menyukai kondisi fisik kerja yang tidak berbahaya atau nyaman.
4 Mitra kerja yang mendukung, orang lebih sering mengundurkan diri dari satu pekerjaan lebih dari sekedar masalah uang atau pencapaian yang nyata. Bagi
sebaian besar karyawan, pekerjaan juga memenuhi kebutuhan interkasi social.
2.3 Kerangka Konseptual