30
menambah tekanan udara ban, 6 mengurangi tekanan udara ban, 7 membaca ukuran tekanan udara ban pada Tire Pressure Gauge
standarnya 29 PSI untuk ban depan, dan 33 PSI untuk ban belakang, 8 melepaskan Tire Pressure Gauge dari Ventil ban, 9 melepaskan ujung
alat yang tersambung pada ventil ban, 10 menutup Ventil ban, dan 11 mematikan kompresor.
Sebelum melakukan tahapan-tahapan tersebut, harus mengetahui kemampuan awal yang dimiliki oleh anak tunagrahita. Kemampuan awal
didapat dari tes dan pengamatan yang dilakukan ketika observasi di lapangan. Jika sudah mengetahui kemampuan yang dimiliki anak, maka
dapat dilakukan setahap demi setahap langkah-langkah yang sudah dipecah diatas. Ketika anak dapat melakukan setiap langkah-langkah
diatas, maka anak diberikan penguat reinforcing berupa pujian yang akan menyemangatinya untuk belajar setahap demi setahap. Penguatan
tersebut diberikan hingga anak dapat melakukan semua tahapan-tahapan dengan mandiri, dan para akhirnya perilaku yang diinginkan dapat
tercapai yaitu anak dapat mengukur tekanan udara dengan alat Tire Pressure Gauge dengan baik dan benar.
Pemecahan langkah shaping dalam pembelajaran keterampilan mengukur tekanan udara ban pada anak tunagrahita kategori ringan ini
dilakukan atas dasar kebutuhankesulitan yang dimiliki subjek. Langkah yang akan dipecah yaitu langkah memasang Tire Pressure Gauge ke
ventil ban, dan langkah membaca ukuran tekanan udara dengan alat Tire
31
Pressure Gauge. Ketika subjek diajarkan langkah-langkah yang sudah dipecah, diharapkan subjek dapat memahami setiap langkah-langkah
kecil mengenai memasang alat ke ventil, dan membaca ukuran tekanan udara dengan alat. Sehingga, perilaku yang diharapkan dalam
keterampilan mengukur tekanan udara ban dapat tercapai.
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh penulis yaitu penelitian oleh Renny Kusuma Wardhani
2014 yang berjudul “Pengaruh Shaping Behavior dengan Sistem Modelling terhadap Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Kelas 1 Di SDLB Raharja
Sejahtera Kandangan Kabupaten Kediri ”. Persamaan atau kerelevanan antara
penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitian Renny Kusuma Wardhani terletak pada strategi pembelajaran yang digunakan untuk
membentuk suatu perilaku baru dalam pembelajaran keterampilan pada anak tunagrahita.
Dengan menggunakan strategi shaping, penelitian yang dilakukan oleh Renny Kusuma Wardhani dalam penggunaan strategi Shaping
memberikan hasil yang berpengaruh pada peningkatan yang dapat dilihat pada penjabaran hasil kemampuan anak pada kondisi baseline berkisar antara
68,75-75 dan meningkat pada kondisi intervensi berkisar antara 78,75- 90. Hal tersebut terlihat dari hasil analisis visual data yang menunjukkan
peningkatan mean
level, dari kondisi baseline 73
meningkat pada
32
kondisi intervensi 85. Kesimpulan dari penelitian bahwa bahwa penggunaan teknik
modifikasi perilaku
yaitu Shaping
Behavior dengan sistem modelling berpengaruh
terhadap kemampuan
bina diri
anak tunagrahita sedang subjek penelitian AS. Oleh karena itu, penulis berharap
jika strategi shaping juga dapat efektif untuk membentuk perilaku baru dalam meningkatkan kemampuan pembelajaran keterampilan mengukur tekanan
udara pada anak tunagrahita ringan.
E. Kerangka Berpikir
Anak tunagrahita kategori ringan adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan intelektual, keterampilan adaptif dan konseptual,
serta sosial, sehingga mengalami kesenjangan antara kemampuan berpikir dan perkembangan usia yang dimilikinya, penampilan secara fisik yang tidak
menampakan secara jelas kelainannya, mengalami kesulitan dalam belajar, memiliki kemampuan akademik, pembendaharaan kata yang rendah, tidak
dapat berfikir secara abstrak, memori jangka pendek, kesulitan dalam mengurus diri, tetapi masih dapat dididik belajar membaca, menulis,
berhitung sederhana, serta dapat diberikan latihan-latihan keterampilan sederhana untuk mengembangkan potensinya seoptimal mungkin sebagai
bekal hidup mandiri di masyarakat, sehingga penekanan pembelajaran lebih pada pembelajaran keterampilan yang dilakukan dengan setahap demi setahap
untuk memberikan kecakapan hidup sehingga tidak terlalu bergantung kepada
orang lain.