Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran

6. Aplikasi teori belajar konstruktivisme

Adapun aplikasi teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran: 6 a. Memanfaatkan Pengetahuan Awal Siswa Siswa akan merasa lebih mudah mengkonstruksi pengetahuan jika informasi baru yang diterima itu cocok dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Dengan demikian, guru sebaiknya memulai pelajaran dengan terlebih dahulu membangkitkan informasi yang telah dimiliki peserta didik sesuai dengan materi baru yang akan disampaikan. Dengan demikian, peserta didik akan lebih mudah dan siap untuk mengonstruk pengetahuan selama mengikut pembelajaran. b. Menciptakan Pembelajaran yang Bermakna Melalui Pengalaman Segala kegiatan yang dilakukan di dalam pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran akan menjadi lebih bermakna dengan cara mengalami. Dengan mengalami akan menjadi lebih mudah melakukan konstruksi pengetahuan. Oleh karena itu, senaiknya materi pembelajaran disampaikan dengan cara mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari, penggunaan sumber daya dari kehidupan sehari-hari, dan juga penerapan konsep dalam realitas kehidupan. c. Menciptakan Lingkungan Sosial yang Kondusif 6 Karwono dan Heni Mularsih, Belajar Dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, h.99-100. Pembelajaran hendaknya dirancang untuk memberikan kesempatan bagi para siswa untuk bebas berinteraksi secara multiarah, antar siswa dan antara siswa dengan guru dalam berbagai konteks sosial. Dengan adanya kualitas dan intensitas interaksi yang tinggi diharapkan akan terjadi pembelajaran yang efektif. Peserta didik yang kurang mampu tidak merasa segan untuk bertanya kepada peserta didik yang lebih mampu atau kepada guru. Peserta didik yang lebih mampu akan memberikan bantuan kepada peserta didik yang kurang mampu sesuai kapsitasnya sehingga secara bertahap akan menjadi mampu. Siswa akan merasa akrab dengan guru dan merasa tidak segan untuk meminta bantuan. d. Memotivasi Kemandirian Siswa Konsep ini tidak mengartikan bahwa belajar itu harus sendiri tanpa orang lain, tetapi menjelaskan bahwa belajar itu merupakan konstruksi pengetahuan secara personal baik dilakukan secar personal maupun dengan dibantu orang lain. Artinya, siswa didorong untuk selalu aktif memaknai pembelajarannya kemudian membangun pengetahuan baru, bukan merupakan hasil transfer pengetahuan. Apapun fasilitas lingkungan merupakan stimulator untuk aktif belajar.