commit to user
a. Tenggang waktu antara perencanaan suatu kegiatan sampai kegiatan
itu berakhir atau menghasilkan, di mana semakin panjang tenggang waktunya semakin besar ketidakpastiannya.
b. Keterbatasan informasi yang tersedia yang diperlukan dalam
penyusunan rencana. c.
Keterbatasan pengetahuan atau kemampuan atau teknik pengambilan keputusan dari perencana Djojosoedarso, 1999.
Tugas seorang ahli keuangan selain mempertahankan kelestarian perusahaan juga menambah kekayaan perusaan yang pada akhirnya berarti
menambah kekayaan pemilik atau para pemiliknya. Dilihat dari sudut kepentingan perusahaan, kekayaan pemilik perusahaan tersebut merupakan
kegunaan para pemilik yang dapat dimanfaatkan dalam mengelola perusahaan. Kegunaan pemilik utility adalah fungsi dari hasil yang
diharapkan dan risiko. Semakin tinggi risiko yang harus dihadapi, semakin tinggi pula hasil yang diharapkan Kadarsan, 1995.
Risiko yang ditanggung oleh petani menurut Hernanto 1993 dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu risiko produksi dan risiko harga. Risiko
produksi disebabkan oleh ketidakpastian iklim, intensitas serangan hama penyakit dan faktor-faktor teknis biaya yang berada di luar kontrol petani.
Risiko harga disebabkan oleh ketidakpastian harga jual produk yang ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar. Petani pada
umumnya berada di pihak yang kalah sebagai price taker, sehingga tidak mampu mengubah keseimbangan pasar yang berlaku secara individual.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian Zaenuri 2004, yang berjudul Analisis Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kota Pekalongan, menyebutkan bahwa tingkat efisiensi usaha
pengolahan ikan asin di Kota Pekalongan sebesar 1,27. Efisiensi pengolahan ikan asin ini dapat diketahui dengan membandingkan jumlah penerimaan
dengan besarnya biaya total RC ratio. Tingkat efisiensi sebesar 1,27 berarti bahwa usaha pengolahan ikan asin di Kota Pekalongan efisien. Hal tersebut
commit to user
menunjukkan bahwa setiap satu satuan korbanan yang dikeluarkan dapat menghasilkan 1,27 satuan produk. Efisiensi dalam usaha pengolahan ikan asin
terkait langsung dengan fluktuasi harga bahan baku dan harga produk dari ikan asin di pasar. Hal tersebut dikarenakan dua faktor tersebut merupakan faktor
yang sangat berpengaruh terhadap besarnya penerimaan pada suatu proses produksi atau tingkat produksi tertentu dalam arti bahwa dalam tingkat
produksi yang sama dapat terjadi tingkat efisiensi yang berbeda. Peningkatan efisiensi dapat dilakukan dengan penggunaan faktor produksi secara lebih
optimal, terutama pada penggunaan tenaga kerja. Faktor produksi inilah yang paling fleksibel dengan keputusan manajemen berkaitan dengan tingkat
produksi. Biaya rata-rata usaha pengolahan ikan asin per bulan Rp
73.346.795,05; penerimaan Rp 91.772.440,00 dan keuntungan Rp 20.467.564,95. Nilai koefisien variasi 0,71 dan batas bawah keuntungan
yang didapat sebesar minus Rp 8.509.183,20. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa usaha pengolahan ikan asin berisiko untuk dijalankan. Risiko usaha
merupakan kemungkinan kerugian yang dapat diderita oleh pengusaha. Risiko usaha pengolahan ikan asin tersebut dapat diakibatkan oleh adanya fluktuasi
jumlah dan harga bahan baku, serta fluktuasi harga produk. Besarnya risiko usaha diketahui dengan membandingkan simpangan baku keuntungan yang
diterima pengusaha dengan rata-rata keuntungan yang diterima pengusaha tersebut. Simpangan baku nilainya sangat dipengaruhi oleh fluktuasi
keuntungan yang diterima oleh pengusaha. Keuntungan rata-rata yang diterima oleh pengusaha per bulan adalah
Rp 20.467.564,95 dengan fluktuasi keuntungan berkisar Rp 14.488.374,07 sehingga didapat koefisien variasi sebesar 0,71 dari keuntungan rata-rata.
Semakin tinggi nilai koefisien variasi, semakin besar risiko yang dihadapi oleh pengusaha. Nilai fluktuasi yang ada pada usaha pengolahan ikan asin lebih
besar dari nilai standar koefisien variasi yaitu sebesar 0,71 sehingga usaha pengolahan ikan asin berisiko untuk dijalankan dengan nilai batas bawah
keuntungan yang diterima oleh pengusaha mencapai minus Rp 8.509.183,20.
commit to user
Hal tersebut berarti pengusaha harus berani menanggung kemungkinan kerugian sebesar Rp 8.509.183,20.
Penelitian Rokhimawati 2009 yang berjudul Analisis Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Pekalongan, menyebutkan bahwa rata-
rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh setiap produsen ikan asin adalah sebesar Rp 7.599.768,90. Biaya penyusutan peralatan dan biaya bunga modal investasi
memiliki proporsi yang cukup besar pada biaya tetap. Sebenarnya kedua biaya tersebut tidak riil dikeluarkan oleh produsen, tetapi karena dalam penelitian ini
menggunakan konsep keuntungan maka biaya-biaya tersebut tetap dimasukkan dalam perhitungan. Biaya variabel rata-rata yang dikeluarkan produsen ikan
asin sebesar Rp 423.602.500,00. Kontribusi biaya variabel yang paling besar berasal dari biaya bahan baku. Tingginya rata-rata biaya untuk bahan baku
ikan asin ini yang menyebabkan tingginya biaya investasi dalam usaha pengolahan ikan asin. Hal inilah yang menjadi hambatan bagi masuknya
produsen pengolahan ikan asin baru. Produk utama yang dihasilkan oleh usaha pengolahan ikan asin di
Kabupaten Pekalongan pada saat penelitian berlangsung adalah ikan asin layang, ikan asin lemuru, ikan asin tongkol dan ikan asin bentong. Jenis ikan
yang dihasilkan sebagai produk utama setiap bulannya berbeda-beda. Keadaan tersebut dipengaruhi oleh musim ikan yang terjadi pada bulan tersebut. Jenis
ikan asin yang paling banyak diproduksi oleh produsen ikan asin di Kabupaten Pekalongan pada saat penelitian adalah ikan asin layang sehingga penerimaan
yang diperoleh dari ikan asin layang paling banyak dibandingkan dengan jenis ikan asin lainnya. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa penerimaan total
lebih besar dari biaya total sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh pada usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten Pekalongan sebesar Rp 7.133.564,43
per bulan. Perbedaan keuntungan yang diperoleh masing-masing produsen dipengaruhi oleh perbedaan besarnya jumlah ikan asin yang diproduksi, jenis
ikan asin yang dibuat dan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk produksi ikan asin.
commit to user
Berdasarkan kriteria, dengan nilai koefisien variasi sebesar 1,04 CV0,5 dan nilai batas bawah keuntungan sebesar negatif Rp 7.726.147,63
L0 berarti dalam usaha pengolahan ikan asin ini dalam setiap bulannya produsen harus berani menanggung kerugian uang sebesar Rp 7.726.147,63.
Risiko yang dihadapi produsen ikan asin di Kabupaten Pekalongan tinggi karena ada dua risiko yang harus dihadapi yaitu risiko harga dan risiko usaha.
Risiko harga yang dihadapi oleh produsen adalah adanya fluktuasi harga bahan baku ikan asin. Sedangkan risiko usaha terjadi dalam proses produksi, dimana
faktor cuaca memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses produksi. Nilai efisiensi dari usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten
Pekalongan dalam penelitian ini adalah sebesar 1,02. Nilai efisiensi usaha 1,02 berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh produsen ikan asin
akan didapatkan penerimaan 1,02 kali biaya yang telah dikeluarkan tersebut. Berdasarkan kriteria yang digunakan, maka usaha pengolahan ikan asin ini
sudah efisien karena nilai efisiensi lebih dari 1. Hal itu sesuai dengan pendugaan yang dilakukan pada saat awal penelitian, yaitu usaha pengolahan
ikan asin yang dijalankan di Kabupaten Pekalongan sudah efisien. Kedua penelitian tersebut dilakukan di Kota Pekalongan dan
Kabupaten Pekalongan. Kedua penelitian tersebut menyebutkan bahwa usaha pengolahan ikan asin yang dilakukan efisien dan menghasilkan keuntungan,
namun tetap memiliki risiko usaha yang tinggi dengan kemungkinan menderita kerugian. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka dapat
dijadikan acuan dalam penelitian Analisis Usaha Pengolahan Ikan Asin Di Kabupaten Cilacap. Secara umum, analisis yang disajikan dalam penelitian ini
hampir sama dengan penelitian terdahulu, namun penelitian ini memberikan gambaran yang berbeda karena lokasi penelitian yang dipilih berbeda dengan
penelitian terdahulu sehingga dapat menambah informasi mengenai usaha pengolahan ikan asin. Selain itu, berdasarkan penelitian-penelitian diatas
diketahui bahwa permasalahan yang diteliti hampir sama dengan penelitian Analisis Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap yaitu tentang
tingkat keuntungan, risiko dan efisiensi, maka hasil dari analisis penelitian-
commit to user
penelitian diatas dapat diterapkan dalam penentuan hipotesis penelitian ini. Meskipun penelitian-penelitian diatas memberikan keuntungan dan telah
efisien, akan tetapi usaha-usaha tesebut tetap mempunyai kemungkinan adanya kerugian, yang artinya usaha yang dijalankan tetap mengandung risiko.
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah