Ligand Field Theory LFT

49 terdegenerasi dan memiliki energi yang sama, dimana probabilities density elektron berbanding lurus dengan satuan level energi yang akan ditempati elektron pada orbital d tersebut, dan adanya ligand akan menimbulkan pemisahan level energi pada beberapa sub orbitalnya. Gambar 2.25. Perubahan energi elektronik selama proses pembentukan kompleks [42] Gambar 2.25 di atas menyatakan bahwa medan listrik negatif sferik di sekitar kation logam akan menghasilkan tingkat energi total yang lebih rendah dari tingkat energi kation bebas yang disebabkan karena adanya interaksi elektrostatis. Interaksi repulsif antara elektron dalam orbital logam dan medan listrik mendestabilkan sistem dan sedikit banyak mengkompensasi stabilisasinya. Sekarang ion tidak berada dalam medan negatif yang seragam, tetapi dalam logam yang dihasilkan oleh enam ligand yang terkoordinasi secara octahedral pada atom logam. Medan negatif dari ligand disebut medan ligand. Level energi yang lebih rendah diberi simbol t 2g triply degenerate orbital dan level energi yang lebih tinggi diberi simbol e g exited degenerate orbital. Bila ligand ditempatkan di sumbu, reaksi repulsifnya lebih besar untuk orbital e g dari pada untuk t 2g , dan orbital e g di stabilkan dan orbital t 2g distabilkan dengan penstabilan yang sama. Perbedaan 50 energi antara orbital t 2g dan e g sangat penting dan energi rata-rata orbital-obital ini dianggap sebagai skala nol. Bila perbedaan energi dua orbital e g dan tiga orbital t 2g dianggap Δ o , tingkat energi e g adalah dan energi total t 2g adalah . Gambar 2.26. Splitting octahedral pada level d 5 [42] Ion logam transisi memiliki 0 sampai 10 elektron d dan bila orbital d yang terbelah diisi dari tingkat energi rendah, konfigurasi elektron yang berkaitan dengan masing-masing ion didapatkan. Jika tingkat energi nol ditentukan sebagai tingkat energi rata-rata, energi konfigurasi elektron relatif terhadap energi nol adalah 2.37 Nilai ini disebut energi penstabilan medan ligand Ligand Field Stabilization Energy LFSE. Konfigurasi elektron dengan nilai LFSE lebih kecil dengan 51 memperhitungkan tanda minusnya. LFSE merupakan parameter penting untuk menjelaskan kompleks medan transisi. Syarat lain selain tingkat energi yang diperlukan untuk menjelaskan pengisian elektron dalam orbital t 2g dan e g adalah energi pemasangan pairing energy P e , yaitu energi yang diperlukan untuk memasangkan dua elektron dalam level energi yang sama namun dengan syarat spin berlawanan. Ada dua kemungkinan yang muncul bila ada 4 jumlah elektron di orbital d. orbital yang energinya lebih rendah t 2g lebih disukai, tetapi pengisian orbital ini akan memerlukan energi pemasangan P e . Energi totalnya menjadi 2.38 Bila elektron mengisi orbital yang energinya lebih tinggi e g , maka energi totalnya menjadi 2.39 Dengan demikian, jelas bahwa untuk ion Mn yang terdapat pada material perovskite manganites lebih menyukai konfigurasi medan lemah weak field karena akan lebih stabil. Parameter pemisahan medan ligand ∆ O ditentukan oleh ligand dan logam, sedangkan energi pemasangan P e hampir konstan dan menunjukkan sedikit ketergantungan pada identitas logam [42]. Pada keadaan high-spin state ∆ O P e , konfigurasi t 2g 4 lebih disukai dan konfigurasinya disebut medan kuat strong field karena gaya tolakan yang terjadi lebih besar dibandingkan pada kasus low-spin state. Sedangkan pada keadaan low- spin state ∆ O P e yaitu konfigurasi t 2g 3 e g 1 lebih disukai dan disebut konfigurasi medan lemah weak field atau konfigurasi elektron spin tinggi. 52 Gambar 2.27. Spin state pada weak field dan strong field ligand untuk d 4 sistem [42] Dengan demikian, jelas bahwa untuk ion Mn yang terdapat pada material perovskite manganites lebih menyukai konfigurasi medan lemah weak field karena akan lebih stabil. Parameter pemisahan medan ligand ∆ O ditentukan oleh ligand dan logam, sedangkan energi pemasangan P e hampir konstan dan menunjukkan sedikit ketergantungan pada identitas logam [42]. Pada sifat elektrik dari lantanum manganat La 1-x Sr x MnO 3 sangat terkait dengan adanya ion manganese dengan valensi yang berbeda. Untuk x = 0 dan 1 ion manganese hanya memiliki satu jenis valensi dan biasanya bersifat antiferromagnetic-insulator AF-I. Untuk konsentrasi doping intermediate, ion manganese muncul dengan valensi yang berbeda, dan mengubah sifatnya menjadi ferromagnetic- metallic F-M. Orbital yang aktif secara elektronik adalah orbital d manganese, dimana konfigurasi keadaan dasar dari trivalent dan quadrivalent Mn adalah 3d 4 dan 3d 3 . Kelima orbital d masing-masing dapat mengakomodasi elektron dengan satu spin up dan satu spin down akan terpecah splitting akibat adanya medan kristal octahedral yang berasal dari 6 atom oksigen yang berada disekeliling ion Mn. Pemisahan energi ini membagi orbital d menjadi tiga orbital pada energi rendah t 2g dan dua orbital pada level energi yang lebih tinggi e g 53 . Terjadinya pemisahan orbital ini berada pada orde 1,5 eV, sehingga elektron mengisi pada keadaan orbital dengan spin maksimum sesuai dengan aturan Hund. Oleh karena itu, konfigurasi elektronik pada Mn 3+ adalah , dan Mn 4+ adalah [3]. Gambar 2.28. Struktur elektronik dari Mn 3+ dan Mn 4+ sebelum dan setelah adanya distorsi Jahn-Teller [3] Gambar 2.28 mengilustrasikan splitting Jahn-Teller, energi dari Mn 3+ menjadi lebih rendah sekitar 0,6 eV, sedangkan Mn 4+ tidak mengalami apapun akibat distorsi octahedron oksigen [42].

2.13. Lantanum Manganat

Lantanum manganat, La 1-x A x MnO 3 , dapat dianggap sebagai sistem biner yang terdiri dari larutan padat LaMnO3 dan AMnO3, untuk x = 0 dan x = 1. G.H Jonker dan J.H Van Saten [43] adalah pelopor penelitian bahan perovskite pada 54 tahun 1950, dengan menerbitkan kilasan dari sistem biner bahan perovskite seperti LaMnO 3 – CaMnO 3 , LaMnO 3 – SrMnO 3 , dan LaMnO 3 – BaMnO 3 .

2.13.1. Struktur Kristal Lantanum Manganat