Dean G Pruitt Jeffrey Z. Rubin 1986 menambahkan bahwa kemampuan memecahkan masalah adalah kemampuan yang dilakukan untuk melokasikan
suatu solusi bagi kontroversi yang terjadi, yang dapat diterima oleh semua pihak. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan memecahkan masalah adalah sebuah
kemampuan dimana adanya suatu usaha untuk menemukan solusi bagi permasalahan yang terjadi, yang mengarah kepada suatu pencapaian tujuan yang
diinginkan.
2.4.2. Proses memecahkan masalah
Secara visual suatu masalah melibatkan paling sedikit tiga komponen yaitu: keadaan sekarang, keadaan atau tujuan yang diinginkan, dan prosedur yang akan
ditempuh untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Terdapat beberapa proses atau tahapan yang harus ditempuh guna memecahkan suatu masalah Ellis Hunt,
dalam Suharnan, 2005 yaitu :
a. Pemahaman masalah b. Penemuan berbagai hipotesis mengenai cara pemecahan masalah dan
memilih salah satu hipotesis tersebut c. Menguji hipotesis yang dipilih dan mengevaluasi hasilnya.
Ketiga langkah pokok ini dalam proses pemecahan masalah adakalanya dapat memerluka waktu berhari- hari, minggu dan bahkan bulan, baru dapat diperoleh
metode pemecahan. Glass dan Holyoak dalam Suharnan, 2005 mengusulkan alur pemecahan masalah, sebagai berikut:
Gambar 2.2 Alur pemecahan masalah
Ket : : Jika gagal
: Jika berhasil
Pada dasarnya semua proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh individu, mempunyai gambaran yang seragam, pada awalnya individu menemukan atau
menghadapi suatu hal yang menantang, kemudian mengatasinya, mengatasi hambatan- hambatan yang muncul dalam proses pemecahan masalah tersebut, dan
kemudian mengevaluasinya. Cara ini bukanlah suatu hal yang kaku. Dan keadaan tertentu, langkah- langkah tersebut dapat ditiadakan atau bahkan muncul secara
tidak beraturan dan harus diulang- ulang.
1. Membentuk representasi masalah
2. merencanakan pemecahan
3. pelaksanaan dan evaluasi
Kembali ke tahap 2 setelah berhenti
sejenak
4. masalah selesai
Sebagai tambahan, sebelum mengarah ke proses pemecahan masalah, sangatlah penting untuk memahami terlebih dahulu awal mula sebelum terjadinya sebuah
masalah. Seperti yang dijelaskan oleh Pickering dalam bukunya “How to Manage Conflict” 2001, agar dapat menangani permasalahan secara efektif, diperlukan
peningkatan penguasaan, anatara lain dalam :
a. Memahami faktor- faktor munculnya suatu permasalahan. b. Cara untuk mengatasi konflik dan pandai bermusyawarah dalam
menghadapi berbagai jenis permasalahan. c. Mengembangkan cara- cara dan sistem pribadi untuk mengatasi
ketegangan dan tekanan.
Parnes dalam Utami Munandar, 1999 mengembangkan proses pemecahan
masalah secara kreatif. Proses ini mempunyai lima langkah :
a. Tahap menemukan fakta
Pada tahap ini akan didahului dengan ungkapan pikiran dan perasaan mengenai masalah yang dirasakan sebagai pengganggu, tetapi masalah
tersebut masih terlihat belum jelas. Untuk mengetahui lebih jelas masalah yang sedang dihadapi dapat dimulai dengan memunculkan
pertanyaan : ”Masalah apa yang sebenarnya sedang saya hadapi?” setelah dapat melihat jelas masalah apa yang sedang dihadapinya,
dapat diteruskan dengan mendaftar semua fakta yang diketahui mengenai masalah yang sedang dihadapi, dapat diteruskan dengan
mendaftar semua fakta yang diketahui mengenai masalah yang ingin
dipecahkan dan menemukan data baru yang diperlukan untuk memecahkan msalah yang sedang dihadapi.
b. Tahap menemukan masalah
Pada tahap ini diusahakan untuk memunculkan pertanyaan : ”Dengan cara- cara apa saya dapat memecahkan masalah yang sedang saya
hadapi?”. dengan munculnya pertanyaan tadi dapat memunculkan gagasan atau ide baru untuk mencari cara bagaimana memecahkan
masalah yang sedang dihadapi. Setelah itu diharapkan individu dapat mengembangkan dan menemukan bagian- bagian dari masalah yang
sedang dihadapi llau merumuskan kembali Redifinition masalah yang sedang dihadapi. Selain itu juga masalah disederhanakan atau
dipersempit.
c. Tahap menemukan gagasan
Pada tahap ini diusahakan untuk mengembangkan gagasan pemecahan masalah sebanyak mungkin. Salah satu cara untuk mengembangkan
gagasan adalah dengan cara sumbang saran Brainstorming. Dari sumbang saran yang dilakukan biasanya dilakukan oleh kelompok
kecil, tetapi tetap dapat dilakukan sendiri oleh individu.
d. Tahap menentukan solusi
Pada tahap ini individu dapat menyeleksi gagasan- gagasan yang telah dihasilkan sebelumnya berdasarkan kriteria evaluasi misalnya
berdasarkan waktu, biaya dan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan gagasan tersebut yang mempunyai hubungan dengan
masalah yang sedang dihadapi. Setiap gagasan dapat dinilai berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditentukan. Untuk kriteria
yang dianggap penting dapat diberi bobot penilaian. Penilaian dapat dilakukan dengan memberi angka, kata atau huruf.
e. Tahap penerimaan pelaksanaan
Pada tahap akhir ini individu yang telah memilih satu gagasan yang telah diseleksi dan mengambil gagasan tersebut sebagai suatu
keputusan untuk solusi pemecahan masalah yang sedang dihadapinya dan diharapkan untuk menerima dan menjalankan gagasan tersebut,
sehingga masalah yang sedang dihadapinya dapat dipecahkan.
Sebagai upaya pemecahan masalah Lubis 2005, menambahkan ada beberapa proses dalam menyelesaiakan masalah rumah tangga yang dapat diselesaikan
tanpa harus menimbulkan konflik atau pertengkaran., diantaranya:
a. Tenangkan diri dan introspeksi. Begitu merasa ada masalah, sebelum mengambil keputusan dan tindakan lanjutan, berhentilah sejenak
sebagai langkah awal untuk menata emosi, agar hati menjadi tenang. b. Komunikasikan segera. Bila masalah yang muncul masih dianggap
cukup mengganggu, sebaiknya jangan menunggu hingga berlarut- larut, apalagi sampai meninggikan ego. Mengungkapkan masalah
yang sedang dihadapi adalah dengan cara mengkomunikasikannya
secara efektif. Yang dimaksud dengan komunikasi yang efektif adalah dengan tidak tergantung pada “mengapa” dan “bagaimana”
menyampaikannya. Menggunakan bahasa komunikasi yang sama dengan pasangan, membuat pesan yang disampaikan dapat dipahami
sepenuhnya oleh masing- masing pasangan. c. Cari penengah yang terpercaya. Adakalanya permasalahan suami istri
sudah semakin jauh sehingga sulit untuk diperbaiki. Dalam situasi seperti ini diperlukan seorang penengah yang bisa bersikap netral,
misalnya orang tua, mertua, Ustadz, BP4 Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan atau psikolog. Tetapi sebelum
kita meminta bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalah, sebaiknya masalah itu diselesaikan dulu sendiri.
d. Mengalah untuk menang. Sangatlah wajar jika dalam sebuah permasalahan masing- masing pihak merasa paling benar, dan
karenanya dirinya harus memperoleh kemenangan. Oleh karena itu, kelanggengan pernikahan sangat dipengaruhi oleh banyaknya toleransi
yang terbangun antara suami istri, yang kadang- kadang diartikan sebagai mengalah. Memilih mengalah jelas tidak akan menjadi
masalah, bila diambil untuk memperoleh kebaikan, karena dengan bertoleransi kita sadar bahwa apa yang kita harapakan tidak selalu sama
dengan apa yang kita terima.
Singgih D. Gunarsa dalam bukunya Psikologi Untuk Keluarga 2007, menambahkan beberapa cara yang perlu diingat dalam usaha untuk mengurangi
sumber permasalahan di dalam keluarga, antara lain :
a. Mencari tahu. Bila timbul pertengkaran, usahakan mencari sebab mengapa peristiwa tersebut telah menimbulkan pertengkaran.
b. Kemampuan dalam memahami pasangan. Bila telah ditemukan penyebab pertengkaran, selama pihak suami atau istri sedang mengemukakan sebab-
sebab kesalahannya, usahakanlah suami atau istri mendengarkan dengan tenang dan sabar.
c. Kejujuran. Pikirkan dengan sejujurnya arti munculnya perstiwa tersebut, tanpa memberikan alasan- alasan untuk menutupi atau membenarkan diri
sendiri. d. Apabila ternyata peristiwa tersebut tidak berarti, maka dapat diselesaikan.
Tetapi bila peristiwa tersebut sangat berarti, maka perlu pemikiran yang lebih mendalam bahkan kemungkinan perlunya bantuan orang lain untk
mengatasinya. e. Dalam usaha penyelesaian persoalan maka pemikiran harus dipusatkan dan
ditujukan ke pemecahan masalah, agar tidak menyimpang dan mencari kekurangan- kekurangan dan kesalahan masing- masing. Hindarkan
sedapat- dapatnya ucapan- ucapan yang mungkin mengandung sindiran atau yang sangat peka dirasakan pihak yang lain.
f. Penyelesaian masalah. Usahakan penyelesaian masalah secara konstruktif
dengan dasar kasih sayang. Kasih sayang yang disalurkan melalui keinginan untuk membantu suami atau istri agar dapat membuatnya
merasa dirinya lebih kuat, lebih aman dengan menjauhkan diri dari ucapan- ucapan dan tindakan- tindakan yang mungkin dapat menimbulkan
rasa malu. g. Akhirnya berpedomanlah pada dasar bahwa: “Kasih sayang berarti
panjang sabar”. Kesabaran yang telah terlatih sejak sebelum pernikahan, harus dibina terus sesudah menikah. Dengan kesabaran dan porsi toleransi
yang makin besar, maka kekurangan- kekurangan dan perbedaan- perbedaan tidak dianggap sebagai sumber persoalan lagi dan masalah-
masalah pun akan berkurang.
Selain itu menurut Vuchinich 1987, permasalahan dalam keluarga dapat diselesaikan dengan beberapa cara, sebagai berikut :
a. Submission, salah satu orang di dalam keluarga yang memiliki permasalahan ”memberikan masukkan” berupa persetujuan kepada
pasangannya. b. Compromise, perdebatan di dalam keluarga ”memberikan sedikit” dan
menemukan ”jalan tengah” agar keduanya dapat menerimanya. c. Standoff, memberhentikan masalah tanpa resolusi berupa menyetujui yang
tidak disetujui. d. Withdrawal, permasalahan di dalam keluarga dapat mengacaukan adalah
efek yang negatif, tidak seperti 3 metode sebelumnya, keluarga tidak mampu untuk mengalihkan kegiatan yang lain dengan mudah.
Dengan teratasinya permasalahan- permasalahan, maka usaha penyesuaian diri dapat terus dilakukan dari hari ke hari untuk mencapai rumah tangga yang sesuai
dengan harapan sakinah, mawaddah, warahmah.
2.5. Kerangka Berpikir