6
adanya efek rumah kaca, perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda A.Razak, 2007.
Dengan adanya isu tentang pemanasan global, negara-negara maju saat ini, mengalihkan teknologi yang lebih ramah lingkungan untuk mengatasi
permasalahan menebalnya emisi karbon dioksida, dan Indonesia memulainya dari alam. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi menemukan bahwa mikroalga
efektif menyerap karbon dioksida di udara. Dengan memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi mikroalga dapat menggunakan nutrien anorganik seperti
karbon dioksida, melalui proses fotosintesis.
2.2. Karbon dioksida
Karbon dioksida CO
2
atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah
atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir di atmosfer bumi. Kandungan karbon dioksida di udara segar bervariasi
antara 0,03 300ppm sampai dengan 0,06 600 ppm bergantung pada lokasi. Karbon dioksida adalah salah satu gas rumah kaca yang penting karena ia
menyerap gelombang inframerah dengan kuat Daniel M, 2003. Karbon dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Ketika
dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, ia akan terasa asam di mulut dan menyengat di hidung dan tenggorokan.
Efek ini disebabkan oleh pelarutan gas di membran mukosa dan saliva, membentuk larutan asam karbonat yang lemah. Sensasi ini juga dapat dirasakan
ketika seseorang bersendawa setelah meminum air berkarbonat misalnya Coca-
7
Cola. Konsentrasi yang lebih besar dari 5.000 ppm tidak baik untuk kesehatan, sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000 ppm dapat membahayakan kehidupan
hewan Daniel M, 2003. Molekul karbon dioksida O=C=O mengandung dua ikatan rangkap yang
berbentuk linear. Pada suhu −78,51° C, karbon dioksida langsung menyublim menjadi padat melalui proses deposisi. Bentuk padat karbon dioksida biasa
disebut sebagai es kering. Fenomena ini pertama kali dipantau oleh seorang kimiawan Perancis, Charles Thilorier, pada tahun 1825. Es kering biasanya
digunakan sebagai zat pendingin yang relatif murah Anonim, 2006. Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi,
dan mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada proses fotosintesis. Tumbuh-tumbuhan mengurangi kadar karbon dioksida di
atomosfer dengan melakukan fotosintesis, disebut juga sebagai asimilasi karbon, yang menggunakan energi cahaya untuk memproduksi materi organik dengan
mengkombinasi karbon dioksida dengan air. Oksigen bebas dilepaskan sebagai gas dari penguraian molekul air, sedangkan hidrogen dipisahkan menjadi proton
dan elektron, dan digunakan untuk menghasilkan energi kimia melalui fotofosforilasi. Energi ini diperlukan untuk fiksasi karbon dioksida pada siklus
Kalvin untuk membentuk gula. Gula ini kemudian digunakan untuk pertumbuhan tumbuhan melalui respirasi. Tumbuh-tumbuhan juga mengeluarkan CO
2
selama pernapasan, sehingga tumbuhan yang berada pada tahap pertumbuhan sajalah
yang merupakan penyerap bersih CO
2
. Sebagai contoh, hutan tumbuh akan menyerap berton-ton CO
2
setiap tahunnya, namun hutan matang akan menghasilkan CO
2
dari pernapasan dan dekomposisi sel-sel mati sebanyak yang
8
dia gunakan untuk biosintesis tumbuhan Walaupun demikian, hutan matang jugalah penting sebagai buangan karbon, membantu menjaga keseimbangan
atmosfer bumi. Selain itu, fitoplankton juga menyerap CO
2
yang larut di air laut, sehingga mempromosikan penyerapan CO
2
dari atmosfer Robert N dan Kenneth R, 2005.
2.3. Fotosintesis