Net Income Loss. DATA DAN FAKTA PERUSAHAAN

Earning Per Share 2,000 - 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 ANTM BNBR BUMI INKP INTP INDF ISAT INCO KLBF MEDCO PGAS LSIP PTBA UNTR UNVR EPS 05 EPS 06 EPS 07 Sumber : Jakarta Stock Exchange Monthly Statistics Data diolah Dengan Menggunakan Microsoft Office Excel 2003 Selama tiga tahun penelitian INCO melampaui kinerja perusahaan lainnya dalam memakmurkan para pemilik modalnya. Pada tahun 2005 INCO memperoleh laba sebesar Rp2.975 M kemudian pada tahun 2006 perolehan earning pershare INCO hanya beranjak sedikit nilainya menjadi Rp3.072 M atau hanya tumbuh 3.2 dari tahun 2005, namun nilai ini kemudian dikoreksi dengan lompatan pertumbuhan nilai earning pershare INCO yang mencapai angka Rp11.924 M atau tumbuh sebesar 288 dari earning pershare tahun 2006.

B. Net Income Loss.

Tabel 4.2 Net Income Company . 3 1 Net Icm 06 . 3 1 ANTM 809 2 BNBR 216 BUMI 2 1,413 2 INKP 764 INTP 558 INDF 506 ISAT 2 927 INCO 2 2,289 2 KLBF 677 MEDCO 436 PGAS 1,565 2 LSIP 221 PTBA 374 UNTR 2 930 2 UNVR 2 1,722 2 Sumber : Jakarta Stock Exchange Monthly Statistics Data diolah Dengan Menggunakan Microsoft Office Excel 2003 Dari paparan data diatas dapat kita cermati bahwa semua emiten yang menjadi objek dalam penelitian meraih laba kecuali Indah Kiat yang mengalami kerugian loss pada tahun 2006. Data diatas menunjukkan bagaimana dominasi perusahaan pertambangan merajai dalam perolehan laba bersih perusahaan pertahunnya. Pada dua tahun pertama periode penelitian 2005 2006 Aneka Tambang dan Bumi Resources BUMI memang sempat ketinggalan dalam perolehan laba bersih dari Unilever yang merupakan perusahaan consumer goods, namum pada tahun 2007 semua perusahaan tambang berada diatas angin. Dominasi perusahaan pertambangan pada tahun 2007 ini menunjukkan bagaimana tingginya permintaan pasar terhadap produk-produk hasil tambang. Tingginya laba bersih perusahaan ini mestinya didukung pula oleh biaya produksi yang rendah serta minimnya kendalam yang dihadapi perusahaan dalam berproduksi. Dari ketiga perusahaan tambang ini International Nickel INCO menjadi yang tertinggi dalam perolehan laba bersihnya. Sedangkan nilai laba rugi terendah dimiliki oleh Indah Kiat PulpPaper yang mengalami kerugian pada tahun 2006. Grafik 4.2 Net Income Loss Net Income Loss 2,000 - 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 ANTM BNBR BUMI INKP INTP INDF ISAT INCO KLBF MEDCO PGAS LSIP PTBA UNTR UNVR NI 05 NI 06 NI 07 Sumber : Jakarta Stock Exchange Monthly Statistics Data diolah Dengan Menggunakan Microsoft Office Excel 2003 Secara umum gambaran keseluruhan dari kinerja perusahaan yang menjadi objek penelitian tergambar pada grafik diatas. Pada tahun 2005 rata-rata perolehan laba bersih dari 15 perusahaan adalah Rp771 M, sedangkan pada tahun 2006 nilai rata-rata perolehan laba seluruh perusahaan adalah Rp792 M atau bila dipersentasekan hanya mengalami peningkatan 2.70 dari tahun 2005, nilai ini kemudian menanjak naik pada tahun 2007 menjadi Rp1.992 M yang bila dipersentasekan berarti mengalami peningkatan sebesar 143 dari tahun 2006. Peningkatan nilai rata-rata ini tidak lepas dari pertumbuhan laba perusahaan pertambangan. C. Liabilitas. Tabel 4.3 Liabilitas Emiten Company , 4 1 Liabilities 06 , 4 1 ANTM 2 3,139 2 BNBR 2 3,162 2 BUMI 2 17,383 2 INKP 2 30,887 2 INTP 2 4,126 2 INDF 2 11,305 2 ISAT 2 18,889 2 INCO 2 3,223 2 KLBF 2 1,080 2 MDCO 2 9,983 2 PGAS 2 8,467 2 LSIP 2 1,558 2 PTBA 889 2 UNTR 2 5,721 2 UNVR 2 2,248 2 Sumber : Jakarta Stock Exchange Monthly Statistics Data diolah Dengan Menggunakan Microsoft Office Excel 2003 Dalam perolehan nilai liabilitas Indah Kiat PulpPaper juga menjadi yang tertinggi. Jumlah dan nilai aset Indah Kiat PulpPaper yang tinggi juga dibarengi dengan tingginya nilai kewajiban emiten. Nilai liabilitas Indah Kiat PulpPaper pada tahun 2005 mencapai Rp33.761 M nilai kewajiban yang tinggi ini mengalami penurunan pada tahun berikutnya untuk kemudian naik lagi pada tahun 2007 dengan raihan nilai kewajiban sebesar Rp 32.805 M. Diantara ke 15 emiten ini, perusahan yang memiliki nilai kewajiban terendah adalah Tambang Batu Bara Bukit Asam dengan nilai kewajiban yang sangat rendah yaitu Rp 721 M pada tahun 2005, nilai ini juga hanya beranjak sedikit pada tahun 2006 yang mengalami peningkatan ke nilai kewajiban sebesar Rp 889 M, nilai ini kemudian beranjak naik sedikit pada tahun 2007 menjadi Rp 1.027 M. Grafik 4.3 Liabilitas Emiten Liabilities - 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 ANTM BNBR BUMI INKP INTP INDF ISAT INCO KLBF MEDCO PGAS LSIP PTBA UNTR UNVR Series1 Series2 Series3 Sumber : Jakarta Stock Exchange Monthly Statistics Data diolah Dengan Menggunakan Microsoft Office Excel 2003 Pergerakan nilai liabilitas emiten selama tiga tahun periode penelitian ini dapat kita lihat pada tampilan grafik diatas. Rata-rata total nilai liabilitas seluruh emiten pada tahun pertama penelitian 2005 adalah Rp7.824 M, nilai liabilitas ini kemudian mengalami peningkatan menjadi Rp8.137 M pada tahun 2006 yang bila dipersentasekan berarti nilai liabilitas seluruh emiten mengalami peningkatan sebanyak 4 dari total rata- rata tahun 2005, kemudian pada tahun 2007 nilai rata-rata total liabilitas seluruh emiten adalah Rp 9.312 M atau bila dipersentasekan berarti nilai liabilitas seluruh emiten bertambah 14.40 dari tahun 2006. Peningkatan pada pos liabilitas emiten umumnya disebabkan oleh adanya peningkatan pada kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang emiten. Pada sisi kewajiban jangka pendek umumnya peningkatan paling signifikan terjadi pada hutang usaha pada pihak yang mempunyai hubungan istimewa, peningkatan pada jumlah biaya serta peningkatan pada hutang pajak emiten. Sedangkan untuk peningkatan pada pos kewajiban tidak lancar umumnya terjadi pada kewajiban pajak tangguhan serta peningkatan pada pinjaman jangka panjang dan hutang obligasi emiten.

D. Pertumbuhan Penjualan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

5 84 90

Pengaruh Economic Value Added ( EVA), Market Value Added (MVA) Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Tambang Yang Terdaftar Di BEI

4 65 80

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP MARKET VALUE ADDED (MVA) PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA

2 79 15

Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA) pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia

0 34 88

Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Market Value Added (MVA) Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2011 - 2012

0 73 84

Analisis Perbandingan Economic Value Added (EVA) dan Financial Value Added (FVA) Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Souci Indoprima

12 71 81

Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) Saham Tiga Emiten Terbaik 2008

2 31 89

Analisis Perbandingan Economic Value Added (EVA) Dan Financial Value Added (FVA) Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah

30 128 84

Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) Dan Market Value Added (MVA) Pada Tiga Emiten Terbaik 2006

14 91 86

Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Profitabilitas, dan Kebijakan Dividen terhadap Harga Saham pada Perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia 2012-2014

6 87 92