Hubungan hipertrofi tonsil dan riwayat tonsilektomi terhadap

studi yang ia lakukan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara mallampati score yang tinggi dengan indeks apnea hipoapnea dengan nilai p = 0,0227 dan OR = 5.053, 95 yakni pengaruh mallampati score pada OSA sebesar 83.4. Pada penelitian ini, hasil kedua variabel ini dapat terlihat bahwa presentase normoglosi dan mallampati score derajat II dengan keadaan EDS lebih tinggi. Lowe pada penelitiannya telah menyatakan bahwa indeks apnea hipoapnea berhubungan dengan keadaan makroglosi dengan menggunakan Computed Tomographic sebagai alat ukur. Hasil tersebut berbeda dengan literatur dan penelitian sebelumnya dikarenakan adanya faktor lain yang berpengaruh pada keadaan EDS seperti individu dengan makroglosi namun perbandingan bagian rongga mulutnya cukup besar maka tidak timbul kesulitan dalam bernapas. 37,38

4.3.6. Hubungan deviasi septum dan hipertrofi konka dengan EDS

Berdasarkan analisis statistik dapat terlihat bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara deviasi septum p = 0.658 dan hipertrofi konka p = 0.892 dengan keadaan EDS. Pada beberapa literatur disebutkan bahwa kedua variabel tersebut menjadi salah satu faktor risiko dari kondisi OSA yang ditandai dengan gejala EDS namun belum ada penelitian sebelumnya yang menyebutkan seberapa besar pengaruh hipertrofi konka dan deviasi septum terhadap EDS. Rodrigues dkk, pada penelitiannya menyatakan bahwa hubungan obstruksi nasal dengan OSA tidak bermakna dengan nilai p = 0,667. Penelitian ini tidak menunjukkan hubungan yang signifikan tetapi terlihat bahwa dari 73 orang dengan hipertrofi konka terdapat sekitar 43 orang 58.9 yang positif EDS dibandingkan yang non EDS. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara klinis kemungkinan timbul gejala EDS namun belum terbuktikan secara statistik. 37

4.4. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian adalah jumlah sampel, keterbatasan alat-alat untuk pemeriksaan fisik, serta waktu pemeriksaan yang tidak sesuai dengan responden.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan bahwa prevalensi EDS pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 dengan penilaian Epworth Sleepiness Scale adalah 55 dari seluruh populasi. Analisa bivariat pada faktor risiko yang mempengaruhi EDS sebagai gejala utama dari OSA yaitu; jenis kelamin, IMT, kebiasaan olahraga, merokok, riwayat tonsilektomi, hipertrofi tonsil, makroglosia, mallampati score, hipertrofi konka dan deviasi septum tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan p 0,05 karena beberapa dari faktor tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya dan keadaan ini merupakan hal yang multifaktorial. 5.2. Saran Sebagai saran untuk penelitian selanjutnya diperlukan : 1. Jumlah sampel yang lebih luas untuk dilakukan penelitian lanjutan mengenai EDS. 2. Penelitian lanjutan yang menghubungkan antara variabel-variabel lain selain yang terdapat pada penelitian ini dengan menggunakan alat ukur yang berbeda. 3. Penelitian lanjutan mengenai faktor risiko EDS pada populasi yang berbeda. 4. Kategorisasi ukuran lingkar leher yang dapat mempengaruhi keadaan EDS pada remaja di Indonesia. 50