Contoh : Tau dong. Pemarkah “Tau dong”, yang tersematkan pada kalimat di atas membuka diri
dan berlaku sebagai tandda pengenal terhadap kode-kode lain yang merupakan unsur amplifikasi.
1.5 Landasan Teori 1.5.1 Pengertian Amplifikasi
Secara etimologis, amplifikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu dari kata yang
artinya penguat, pembesaran, dan penembangan sesuatu dalam amplification
Indrawan, 2001:103 dan dalam Rosna, 2002:50. Menurut Harimurti Kridalaksana 1978 dan dalam Hasan, 1991:103
amplifikasi adalah penguatan suatu bagian-bagian kalimat dengan kalimat yang lain.
1.5.2 Fungsi Amplifikasi
Fungsi amplifikasi untuk memperkuat kalimat-kalimat atau pernyataan karenayang diucapkan kadang-kadang kurang dipercayai atau bahkan tidak
dipercayai oleh lawan tutur dalam Hasan, 1991:103. Contoh: Itu lho yang pake ransel item, yang megang fruit tea...
Amplifikasi ini berfungsi untuk meyakinkan Mayang bahwa laki-laki yang selama ini membuat dia penasaran itulah orangnya.
Masda Pardosi : Amplifikasi Dalam Ciri-Ciri Konteks Pada Novel Backstreet Aja Karya Gisantia Bestari, 2007 USU e-Repository © 2009
1.5.3 Ciri – ciri Konteks
Menurut Dell Hymes dalam Brown dan Yule, 1993:38; Sumarsono dan Pranata, 2002:335; Chaer, 1994:631, dan Pemil.2006. Peristiwa Tutur pada Seminar
Internasional Tradisi Lisan Indonesia-Malaysia dalam skripsi, hal. 1-2 mengemukakan faktor yang menandai peristiwa komunikasi yang disingkat
SPEAKING, yang terdiri atas: S : Setting atau scene yaitu tempat bicara dan suasana bicara ruang diskusi dan
suasana diskusi. P : Partipant yaitu pembicara, pendengar\lawan tutur misalnya, dalam diskusi
partisipan-nya adalah peserta diskusi. E : End yaitu tujuan akhir pembicaraandiskusi.
A :
Act yaitu suatu peristiwa dimana seorang pembicara mempergunakan kesempatan bicaranya.
K : Key yaitu nada suara dan ragam bahasa yang digunakan dalam menyampaikan pendapatnya dan cara menggunakan pendapatnya.
I : Instrument yaitu alat yang digunakan dalam menyampaikan pendapatnya
misalnya secara lisan, tulisan, lewat telepon, dan sebagainya. N : Norm yaitu aturan permainan yang ditaati oleh setiap peserta diskusi, penutur,
dan pendengar. G : Genre yaitu jenis kegiatan diskusipercakapan yang mempunyai sifat-sifat lain
misalnya, panel, seremoni, dan debat.
Masda Pardosi : Amplifikasi Dalam Ciri-Ciri Konteks Pada Novel Backstreet Aja Karya Gisantia Bestari, 2007 USU e-Repository © 2009
Contoh: Participant :
Pembicara Mayang : “Gosip apa yang enak diomongin kali ini?”
Pendengar Tya :
“Aduh,Mayang ini bukan gosip, Tapi fakta” Setting
: Bel istirahat telah usai.Kelas 1-2 seperti kapal pecah di
saat tak ada guru. Kelas yang dihiasi canda tawa para murid yang menempatinya. Kelas tempat anak-anak
cowok sering menjaili anak cewek. Kelas di mana gosip-gosip sedap meluncur dari bibir-bibir anak
cewek. End
: Membicarakan seorang laki-laki yang namanya Fajri.
Act :
Tya melanjutkan pembicaraan setelah Mayang meresponnya.
Key :
Bahasa nonformal dialek Jakarta. Instrument :
secara lisan.
Norm :
komunikasi secara timbal-balik antara Tya dan Mayang.
Genre : percakapan
nonformalsantai. Pembicara
Pembicara adalah penuturatau penulis yang membuat ujaran. Mengetahui si
pembicara pada suatu situasi akan mempermudah untuk mengitrpretasikan siapa pembicaranya dalam Brown da Yule, 1993:39. Misalnya, dalam novel terdapat
Masda Pardosi : Amplifikasi Dalam Ciri-Ciri Konteks Pada Novel Backstreet Aja Karya Gisantia Bestari, 2007 USU e-Repository © 2009
ujaran pembicara mengenai sekretaris OSIS itu merupakan suatu alat interpretasi bahwa pembicara adalah seorang siswa.
Pendengar Pendengar adalah lawan bicara atau pembaca yang yanng menjadi penerima
ujaran dalam Brown dan Yule, 1993:39. Mengetahui pendengar sama halnya dengan mengetahui pembicara.
1.5.4 Lokusi