Pemulihan Jepang TINJAUAN UMUM MASA RESTORASI MEIJI DAN SEJARAH

yang beraliran Sonnojyoui itu adalah daimyo dari Satsumahan dan dari Choshuhan dari barat daya Jepang. Mereka yang beraliran Sonnojyoui menyadari kekuatannya karena telah kalah perang dengan negara – negara maju, Eropa dan Amerika. Karena hal tersebut, para aliran Sonnojyoui merubah cara berpikirnya dan bermaksud menggulingkan Tokugawa Bakufu yang dianggap telah gagal mempertahankan Jepang atas negara – negara asing. Tahun 1867, Kekaisaran di Kyoto mengeluarkan surat keputusan rahasia yang memberikan kuasa kepada Sachou Satsuma dan Choshu untuk menggulingkan Bakufu. Bertepatan pada hari yang sama pada saat Sachou ingin menyerang Bakufu, Shogun yang terakhir dari keluarga Tokugawa yaitu Tokugawa Yoshinobu muncul di Kekaisaran di Kyoto untuk mengembalikan kekuasaan pada istana. Keshogunan Tokugawa secara resmi berakhir pada 9 November 1867 ketika Shogun Tokugawa ke – 15 yaitu Tokugawa Yoshinobu menyerahkan kekuasaan prerogatifnya kepada Kaisar. Sepuluh hari kemudian Yoshinobu mengundurkan diri dari jabatannya sebagai kepala negara. Kemudian istana menyatakan menerima kembali kekuasaan tertinggi yang pernah dimilikinya pada periode kuno. Maka dengan demikian berakhirlah Edo Bakufu yang berlangsung 265 tahun.

2.1.2 Pemulihan Jepang

Setelah berakhirnya masyarakat feodal yang panjang maka masuklah zaman yang baru yang disebut masyarakat modern atau kindai shakai. Memasuki zaman yang baru atau Kindai Shakai, berbagai tindakan dilakukan Jepang untuk memulihkan keadaan negaranya. Universitas Sumatera Utara Pemerintah Oligarki Meiji yang bertindak atas nama kekuasaan Kaisar memperkenalkan upaya – upaya mengonsolidasi kekuasaan untuk menghadapi sisa – sisa pemerintahan zaman Edo, keshogunan, daimyo dan kelas samurai. Setelah Restorasi Meiji, Jepang memperoleh kesempatan yang baik untuk mulai berkembang dengan melakukan pembaharuan – pembaharuan. Pembaharuan yang paling utama adalah penghapusan sistem feodal yang diterapkan oleh Tokugawa. Pada tahun1868, semua tanah feodal milik keshogunan Tokugawa disita dan dialihkan di bawah kendali kekaisaran. Tindakan ini sekaligus menempatkan mereka di bawah kekuasaan pemerintahan baru Meiji. Pada tahun 1869, daimyo Tosa, daimyo Hizen, Daimyo Satsuma dan daimyo Chosu yang telah berjasa melawan keshogunan, dibujuk untuk mau mengembalikan domain mereka kepada Kaisar. Daimyo lainnya juga selanjutnya diperintahkan untuk melakukan hal yang sama. Dengan adanya penghapusan wilayah domain, maka untuk pertama kalinya tercipta pemerintahan Jepang yang terpusat dan berkuasa di semua wilayah negeri. Pada tahun 1871, semua daimyo dan mantan daimyo dipanggil untuk menghadap Kaisar untuk menerima perintah pengembalian semua domain kepada Kaisar. Sekitar 300 han bentuknya menjadi prefektur yang dipimpin oleh gubernur yang ditunjuk oleh negara. Kemudian beberapa prefektur telah berhasil dilebur menjadi satu sehingga jumlah prefektur menyusut menjadi 75 prefektur dan sistem pertuanan wilayah diganti menjadi provinsi. Wilayah – wilayah kekuasaan dari tempat – tempat suci dan kuil – kuil juga disita. Kepada mantan daimyo, pemerintah berjanji untuk menggaji mereka sebesar 110 dari pendapatan bekas wilayah mereka sebagai penghasilan pribadi. Selanjutnya, utang – utang mereka berikut pembayaran gaji serta tunjangan untuk samurai diambil alih oleh Universitas Sumatera Utara negara. Para kelompok bushi juga tidak selamanya menjadi bushi lagi karena kebijakan pemerintah membuat peraturan Heimin Byoudo, yaitu persamaan kedudukan di dalam masyarakat. Di zaman yang baru ini, Edo dinamakan Tokyo kembali. Tepat pada tahun 1868, nama era diubah menjadi “Meiji” dengan maksud membuat semua nama era pada masa depan sesuai dengan masa pemerintahan kerajaan. Pada 1870 rakyat biasa mulai diizinkan mempunyai nama diri bukan nama keluarga besarmarga. Dan setahun kemudian, pada tahun 1871, pemerintah mengeluarkan undang – undang pendaftaran anggota keluarga. Perubahan juga terjadi dikalangan masyarakat bekas samurai. Para bekas samurai dipecah menjadi 2, yaitu samurai tingkat atas yang dinamakan shizoku, dan samurai tingkat rendah yang dinamakan sotsu. Namun pada tahun 1872, kelas sotsu dihapuskan dan eselonnya yang lebih tinggi berpadu menjadi satu dengan kelas shizoku, sisanya turun kelas menjadi rakyat biasa. Para bekas samurai tersebut diberi kebebasan oleh pemerintah untuk memilih menyandang pedang atau tidak. Sebaliknya bagi rakyat biasa dilarang menyandang pedang. Pada zaman Tokugawa, pasukan militer hanya terdiri dari bushi tapi pada zaman Meiji ini laki – laki yang berusia 20 tahun ke atas semua harus menjadi pasukan tentara. Dengan begitu mulailah sistem wajib militer di Jepang. Dibidang pertanahan juga mengalami perubahan. Misalnya saja, para pemilik tanah telah diperbolehkan untuk menanam apa saja yang mereka kehendaki. Keputusan mengenai tanah sertifikat tanah pada awalnya dikeluarkan pemerintah hanya bagi tanah yang letaknya di wilayah ibukota Tokyo, tetapi pada tahun 1872, pemerintah memutuskan untuk memberikan surat sertifikat tanah Universitas Sumatera Utara kepada semua orang yang memiliki shoji tanah. Pada tahun yang sama, sistem pendidikan umum dimulai, dan terbukalah peluang untuk rakyat Jepang terhadap pendidikan yang meniru sistem pendidikan Barat dan penanggalan Gregorian pun mulai diterima.

2.2 Pemerintahan Masa Meiji 1867 – 1912