IPA – SMP
| 288 SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013
4. Penilaian Tertulis
Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap
lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda,
pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi,
dan sebagainya atasmateri yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya
sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi
pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya alam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap
terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka extended-
response atau jawaban terbatas restricted-response. Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru
untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.
Daftar Pustaka
1. Ibrahim, Muslimin. 2005. Asesmen Berkelanjutan: Konsep dasar, Tahapan
Pengembangan dan Contoh. Surabaya: UNESA University Press Anggota IKAPI
2. Coutinho, M., Malouf, D. 1993. Performance assessment and children with disabilities:
Issues and possibilities. Teaching Exceptional Children, 254, 63–67. 3.
Cumming, J. J., Maxwell, G. S. 1999. Contextualizing Authentic Assessment. Assessment in Education, 62, 177–194.
4.
Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Autentik Sebagai Penilaian Proses Dan Produk Dalam Pembelajaran Yang Berbasis Kompetensi Makalah disampaikan pada
In House Training IHT SMA N 1 Kuta Utara. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
IPA – SMP
| 289 SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013 5.
Gatlin, L., Jacob, S. 2002. Standards-based digital portfolios: A component of authentic assessment for preservice teachers. Action in Teacher Education, 234, 28–34.
6. Grisham-Brown, J., Hallam, R., Brookshire, R. 2006. Using authentic assessment to
evidence childrens progress toward early learning standards. Early Childhood Education Journal, 341, 45–51.
7. Salvia, J., Ysseldyke, J. E. 2004. Assessment in special and inclusive education 9th ed..
New York: Houghton Mifflin. 8.
Wiggins, G. 1993. Assessment: Authenticity, context and validity. Phi Delta Kappan, 753,
200–214.
IPA – SMP
| 290 SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013
CONTOH PENERAPAN PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN IPA
Dalam American Librabry Association asesmen autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang
relevan dalam pembelajaran Sudarwan, 2013. Beberapa jenis asesmen autentik diantaranya adalah penilaian kinerja, proyek, portofolio dan tertulis.
A. Penilaian Kinerja