2.5.1 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Menurut Sawir 2005:31 tujuan rasio profitabilitas adalah untuk mengetahui kemampuan perusahan dalam menganalisis laba selama periode
tertentu juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya.
Menurut Kasmir 2008:197, tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi suatu usaha ataupun bagi pihak luar, yaitu :
1. Untuk menghitung atau mengukur laba yang diperoleh dalam satu periode
tertentu. 2.
Untuk menilai posisi laba tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3.
Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4.
Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5.
Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri. Adapun manfaat yang diperoleh dari penggunaan rasio profitabilitas adalah
untuk : 1.
Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh dalam satu periode. 2.
Mengetahui posisi laba tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3.
Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4.
Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana yang digunakan baik modal
pinjaman maupun modal sendiri. 6.
Manfaat lainnya
2.5.2 Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas
Sesuai dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran
tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya, maka terdapat beberapa jenis rasio yang digunakan. Menurut Agus Sartono
2005:123 terdapat beberapa rasio untuk mengukur seberapa besar efektivitas manajemen mengelola assets dan equity untuk menghasilkan laba, yaitu:
1. Margin Laba Kotor Gross Profit Margin
Gross profit margin merupakan persentase dari laba kotor sales-cost of good sold dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit
margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa cost of goods sold realtif lebih rendah
dibandingkan dengan sales Syamsuddin, 2013:61. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin, semakin kurang baik
operasi perusahaan.
Gross Profit Margin =
Atau
= 100
Contoh : Sebagai contoh, ringkasan kinerja Daria Varia Laboratoria Tbk
DVLA Berdasarkan ringkasan kinerja Daria Varia Laboratoria Tbk DVLA per 31 januari 2014, Gross Profit Margin DVLA tahun 2009-
2013 adalah sebagai berikut.
Tabel 2.3 Ringkasan Kinerja Daria Varia Laboratoria Tbk DVLA
Keterangan 2009 2010
2011 2012
2013 Gross
Profit 536,076
587,647 623,278
651,110 520,484
Sales 869.124
929,233 927,352
1087,358 848,522 GPM
61,68 63,24
64,10 59,88
61,34 Sumber : Laporan Keuangan IDX
Artinya setiap rupiah dari penjualan akan menghasilkan laba pada tahun 2009 sebesar Rp 61,68, laba pada tahun 2010 sebesar Rp 63,24,
laba pada tahun 2011 sebesar Rp 64,10, laba pada tahun 2012 sebesar Rp 59,88 dan laba pada tahun 2013 sebesar Rp 61,34.
2. Margin Laba bersih Net profit Margin
Net Profit Margin adalah rasio antara laba bersih net profit yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expenses termasuk
pajak dibandingkan dengan penjualan Syamsuddin, 2013:62. Semakin tinggi net profit margin, semakin baik operasi suatu
perusahaan. Suatu net profit margin yang dikatakan “baik” akan sangat tergantung dari jenis industri di dalam mana perusahaan
berusaha. Net profit Margin =
100 Contoh :
Ringkasan kinerja dari Daria Varia Laboratoria Tbk DVLA per 31 januari 2014, Net Profit Margin DVLA tahun 2009-2013 adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.4 Ringkasan Kinerja Daria Varia Laboratoria Tbk DVLA
Keterangan 2009 2010
2011 2012
2013 Net Profit
after Tax 72,272
110,881 120,915 148,909 95,094
Sales 868,653 924,430 971,985 1087,720 848,296
NPM 8,32
11,93 12,44
13,69 11,21
Sumber : Laporan Keuangan IDX Artinya, setiap rupiah dari penjualan akan menghasilkan laba pada
tahun 2009 sebesar Rp.8,32, pada tahun 2010 sebesar 11,93, pada tahun 2011 sebesar Rp.12,44 dan pada tahun 2013 sebesar Rp.
11,21.
3. Return on Investment ROI
ROI =
Return On Investment ROI atau yang sering juga disebut dengan “return on total assets” adalah pengukuran kemampuan perusahaan
secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah seluruh aktiva yang tersedia di dalam
perusahaan.Syamsuddin, 2013:63. Semakin tinggi ROI, semakin baik keadaan suatu perusahaan.
Contoh : Ringkasan kinerja dari perusahaan Kimia Farma Persero Tbk
pada 30 Desember 2013 yang menunjukkan data berikut : Total Laba Bersih setelah pajak
: 215,642 Total Aktiva
: 2,471,940 Maka, ROI tahun 2013
= 100
= 8,72 Sumber : Laporan Keuangan IDX
Artinya, setiap rupiah dari total aktiva akan menghasilkan laba sebesar 8,72.
4.
Return on Equity ROE
ROE = 100
Return On Equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan income yang tersedia bagi para pemilik perusahaan baik
pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan
Syamsuddin, 2013:64. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan
pemilik perusahaan. Contoh :
Ringkasan hasil kinerja dari perusahaan Tembaga Mulia Semanan Tbk. Berikut ini ringkasan kinerja laporan keuangan pada tahun
2011 dan 2012. Tabel 2.5
Ringkasan Kinerja Tembaga Mulia Semanan Tbk
Keterangan 2011 2012
Net Profit After Tax
21.034 25.675
Total Eqiuty
138.585 190.241
ROE 15.18
13.50 Sumber :Laporan Keuangan IDX
Artinya, setiap rupiah dari modal pada tahun 2011 akan menghasilkan laba sebesar Rp.15,18 dan modal pada tahun 2012
akan menghasilkan laba sebesar Rp.13,50.
5. Earning Power
Earning power = x
Earning power merupakan tolok ukur kemampuan suatu usaha dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang digunakan. Rasio ini
menunjukkan pula tingkat efisiensi investasi yang nampak pada tingkat perputaran aktiva. Apabila tingkat perputaran aktiva
meningkat dan net profit margin tetap maka earning power juga akan meningkat.
Contoh: Total Penjualan
: 2,823,170,138 Laba bersih setelah pajak : 870,355,116
Total Aktiva : 11,082,197,952
Earning Power = x
= 0,25 x
0,31 =
0,0775 =
7,75 Artinya, setiap rupiah dari total aktiva dan penjualan akan
menghasilkan laba Rp 7,75.
2.5.3 Upaya-Upaya Untuk Meningkatkan Profitabilitas 2.5.3.1
Profitabilitas Ekonomis Return On Assets = ROA =ROI a.
Meningkatkan Persentase Laba Profit Margin 1.
Pertambahan Penjualan lebih dibandingkan Pertambahan Total Biaya
2. Berkurangnya Total Biaya lebih besar dibandingkan
berkurangnya Penjualan b.
Meningkatkan Kecepatan Peredaran Total Aset Total Aset Turn Over
1. Bertambahnya Penjualan lebih besar daripada bertambahnya
Total Aset 2.
Berkurangnya Total Aset lebih besar bila dibandingkan dengan berkurangnya Total Penjualan.
2.5.3.2 Profitabilitas Modal Sendiri Return On Equity = ROE
ROE =
100
Contoh :
PT ABC Alternatif Laporan Keuangan
NERACA Dalam Ribuan Rupiah
Neraca Perencanaan
Perencanaan Tanpa Pinjaman Dengan Pinjaman
Aset Lancar Rp 40.000
Rp 40.000 Aset Tetap
Rp 60.000 Rp 60.000
Total Aset Rp 100.000
Rp 100.000 Liabilitas bunga 12
Rp 0 Rp 50.000
Modal Ekuitas Rp 100.000
Rp 50.000 Total LiabiltasModal
Rp 100.000 Rp 50.000
PT ABC PERHITUNGAN RUGILABA
Dalam Ribuan Rupiah
Neraca
Perencanaan Perencanaan
Tanpa Pinjaman Dengan Pinjaman
Penjualan Rp 60.000
Rp 60.000 HPP + Biaya Operasi
Rp 36.000 Rp 36.000
Laba Operasi Rp 24.000
Rp 24.000 Biaya Bunga
Rp 0 Rp 6.000
Laba Bersih Sebelum Pajak Rp 24.000
Rp 18.000 PPh. Badan 30
Rp 7.200 Rp 5.400
Laba Bersih Sesudah Pajak Rp. 16.800
Rp 12.600
Return On Equity = 16.8 =
25.12 Sumber : Sjahrial 2012 :53
Dari alternatif laporan keuangan PT ABC tersebut menunjukkan perencanaan dengan pinjaman dan tanpa pinjaman. Terdapat perbandingan dalam
laporan neraca dan laba rugi. Pada laporan neraca perbedaan pada bagian liabilitas. Perencanaan dengan pinjaman memiliki liabilitas Rp 50.000 dengan
bunga 12 sedangkan pada perencanaan tanpa pinjaman tidak memiliki liabilitas. Pada bagian laba rugi terdapat juga perbedaan yang terlihat dari laba yang
dihasilkan. Pada perencanaan tanpa pinjaman menghasilkan laba yang tinggi dibandingkan dengan perencanaan dengan pinjaman. Hal ini dikarenakan pada
perencanaan dengan pinjaman membayar beban bunga atas pinjaman yang dilakukan. Penilaian ROE menunjukkan perencanaan dengan pinjaman memiliki
ROE yang tinggi dikarenakan modal yang dimilliki berasal dari pinjaman dan modal sendiri sehingga ROE menjadi tinggi dibandingan dengan perencanaan
tanpa pinjaman dimana modal yang dimiliki hanya berasal dari modal sendiri. Jadi dapat disimpulkan laba yang tinggi tidak selamanya menghasilkan ROE yang
tinggi tetapi dapat dilihat dari perbandingan modal yang dimiliki perusahaan apakah berasal dari modal sendiri atau modal pinjaman.
2.6 Usaha Kecil Menengah
2.6.1 Definisi UKM atau Usaha Kecil
Di Indonesia terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UKM termasuk usaha kecil berdasarkan kepentingan lembaga yang memberi definisi.
1. Badan Pusat Statistik BPS : UKM adalah perusahaan atau industri
dengan pekerja antara 5-19 orang.