PENGARUH METODE PERMAINAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II SD N PLEBENGAN.

(1)

i

PENGARUH METODE PERMAINAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

KELAS II SD N PLEBENGAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Iis Nurfitria Lestari NIM 11108244022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmu lah engkau berharap.” (Terjemahan QS Al-Insyirah:5-8)


(6)

ii

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan oleh-Nya dan juga mengharap ridha-Nya. Karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua yang saya cintai, terima kasih tak terhingga atas semua kasih sayang yang telah bapak dan ibu berikan, doa, dan semangat yang membuat saya semakin yakin dalam menjalani kehidupan ini.


(7)

iii

PENGARUH METODE PERMAINAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

KELAS II SD N PLEBENGAN

Oleh

Iis Nurfitria Lestari NIM 11108244022

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode permainan dan metode ceramah bervariasi terhadap motivasi belajar matematika serta perbedaan motivasi belajar matematika antara kelompok siswa yang diajar dengan metode permainan dan metode ceramah bervariasi di SD N Plebengan.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah quasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian populasi dengan subyek seluruh siswa kelas II SD N Plebengan yang berjumlah 62 siswa dengan rincian 30 siswa kelas IIA dan 32 siswa kelas IIB. Siswa kelas IIB sebagai kelompok eksperimen yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan metode permainan. Siswa kelas IIA sebagai kelompok kontrol yang mendapat pembelajaran matematika seperti biasa dengan metode ceramah bervariasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan skala motivasi belajar dan lembar observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan metode permainan terhadap motivasi belajar matematika (thitung = 3,18 > ttabel = 2,00),

tidak ada pengaruh yang signifikan metode ceramah bervariasi terhadap motivasi matematika (thitung = 1,03 < ttabel = 2,00) dan ada perbedaan yang signifikan

motivasi belajar matematika antara kelompok siswa yang diajar dengan metode permainan dan metode ceramah bervariasi (thitung = 2,375 > ttabel = 2,00).

Kata kunci : motivasi belajar, matematika, metode permainan, metode ceramah bervariasi.


(8)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia, serta petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Metode Permainan Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas II SD N Plebengan”.

Atas terselesaikannya penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan dalam penyusunan skripsi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY beserta staff yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.

3. Ketua jurusan PPSD FIP yang telah member kemudahan dalam melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi ini

4. Ibu Rahayu Condro Murti, M.Si. dan Bapak Banu Setyo Adi, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan, nasihat, dan motivasi kepada penulis dalam menyusun skripsi.

5. Seluruh dosen PGSD FIP UNY yang telah memberikan banyak bekal ilmu.

6. Kepala sekolah, segenap guru, karyawan, dan siswa kelas II SD N Plebengan, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul yang telah membantu selama proses penyusunan skripsi.


(9)

v

7. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan motivasi demi keberhasilan dalam menyusun skripsi ini.

8. Kakakku tercinta Mbak Ida, Mbak Wiwik, Mas Irwan dan Mas Agung, serta keponakanku tercinta Rafi, Shabrin, dan Rafa yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat.

9. Keluarga besar 11A PGSD yang selalu membantu selama perkuliahan dan penyusunan skripsi.

10.Rekan-rekan dan semua pihak yang telah memberikan bantuan baik materiil maupun spiritual dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna karena terbatasnya kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna semakin sempurnanya penulisan karya tulis ini. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 12 Juni 2015


(10)

vi DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori ... 9

1. Pembelajaran Matematika di SD ... 9

a. Pengertian Pembelajaran ... 9

b. Pembelajaran Matematika di SD ... 10

c. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD ... 12

d. Standar Kompetensi Matematika di SD ... 12

e. Bangun Datar ... 14

2. Metode Permainan ... 20


(11)

vii

b. Teori-teori Bermain ... 22

c. Teori Belajar Menurut Dienes ... 23

d. Langkah-langkah Metode Permainan ... 25

e. Manfaat Metode Permainan... 26

3. Metode Ceramah Bervariasi ... 27

4. Motivasi Belajar Matematika ... 29

a. Pengertian Motivasi Matematika ... 29

b. Fungsi Motivasi ... 32

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 34

d. Jenis-jenis Motivasi ... 34

e. Strategi Memotivasi Siswa ... 36

f. Indikator Motivasi Belajar ... 38

5. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 39

B. Penelitian yang Relevan ... 41

C. Kerangka Pikir ... 42

D. Hipotesis ... 44

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 45

B. Desain Penelitian ... 45

C. Subjek Penelitian ... 46

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

E. Variabel Penelitian ... 47

F. Teknik Pengumpulan Data ... 49

G. Instrumen Penelitian ... 51

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 52

I. Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 58

B. Pengujian Hipotesis ... 68

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70


(12)

viii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(13)

ix

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1 SK dan KD Matematika kelas II SD ………. 14

Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Skala Motivasi Belajar ……….. 52

Tabel 3 Interpretasi Nilai r ………. 54

Tabel 4 Kategori Motivasi Belajar ………. 56

Tabel 5 Klasifikasi Skor Skala Motivasi Belajar Matematika Awal Kelompok Eksperimen ………. 58

Tabel 6 Hasil Statistik Skala Motivasi Belajar Matematika Awal Kelompok Eksperimen ………. 59

Tabel 7 Klasifikasi Skor Skala Motivasi Belajar Matematika Akhir Kelompok Eksperimen ………. 60

Tabel 8 Hasil Statistik Skala Motivasi Belajar Matematika Akhir Kelompok Eksperimen……….. 61

Tabel 9 Klasifikasi Skor Skala Motivasi Belajar Matematika Awal Kelompok Kontrol ……… 62

Tabel 10 Hasil Statistik Skala Motivasi Belajar Matematika Awal Kelompok Kontrol ……… 63

Tabel 11 Klasifikasi Skor Skala Motivasi Belajar Matematika Akhir Kelompok Kontrol ……… 63

Tabel 12 Hasil Statistik Skala Motivasi Belajar Matematika Akhir Kelompok Kontrol ……… 64

Tabel 13 Hasil Observasi pada Kelompok Eksperimen ……… 65


(14)

x

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1 Kerangka Fikir ……….. 44 Gambar 2 Diagram Batang Skor Skala Motivasi Belajar Matematika

Awal ……….. 59 Gambar 3 Diagram Batang Skor Skala Motivasi Belajar Matematika

Akhir ………. 60 Gambar 4 Diagram Batang Skor Skala Motivasi Belajar Matematika

Awal ……….. 62 Gambar 5 Diagram Batang Skor Skala Motivasi Belajar Matematika

Akhir ………. 64 Gambar 6 Diagram Hasil Rata-rata Observasi Kelompok Eksperimen … 66 Gambar 7 Diagram Hasil Rata-rata Observasi Kelompok Kontrol ……... 67


(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 113

Lampiran 1.1 RPP Kelompok Ekperimen Pertemuan I ... 114

Lampiran 1.2 RPP Kelompok Eksperimen Pertemuan II ... 127

Lampiran 1.3 RPP Kelompok Eksperimen Pertemuan III ... 141

Lampiran 1.4 RPP Kelompok Kontrol Pertemuan I ... 155

Lampiran 1.5 RPP Kelompok Kontrol Pertemuan II ... 159

Lampiran 1.6 RPP Kelompok Kontrol Pertemuan III ... 164

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 168

Lampiran 2.1 Kisi-kisi Skala Motivasi Belajar Matematika ... 169

Lampiran 2.2 Skala Motivasi Belajar Matematika Sebelum Uji Coba ... 170

Lampiran 2.3 Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa ... 173

Lampiran 2.4 Pedoman Observasi Motivasi Belajar Matematika ... 174

Lampiran 2.6 Lembar Observasi Guru ... 177

Lampiran 3 Analisis Instrumen ... 179

Lampiran 3.1 Data Hasil Uji Coba Instrumen ... 180

Lampiran 3.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 184

Lampiran 3.3 Skala Motivasi Belajar Matematika Setelah Uji Coba ... 188

Lampiran 4 Data Hasil Penelitian Kelompok Eksperimn ... 192

Lampiran 4.1 Data Hasil Skala Motivasi Belajar Matematika Awal (Pretest) Kelompok Eksperimen ... 193

Lampiran 4.5 Data Hasil Skala Motivasi Belajar Matematika Akhir (Posttest) Kelompok Eksperimen ... 196

Lampiran 4.6 Hasil Observasi Pertemuan I Kelompok Eksperimen ... 199

Lampiran 4.7 Hasil Observasi Pertemuan II Kelompok Eksperimen ... 201

Lampiran 4.8 Hasil Observasi Pertemuan III Kelompok Eksperimen ... 203

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian Kelompok Kontrol ... 205

Lampiran 5.1 Data Hasil Skala Motivasi Belajar Matematika Awal (pretest) Kelompok Kontrol ... 206 Lampiran 5.5 Data Hasil Skala Motivasi Belajar Matematika Akhir


(16)

xii

(posttest)Kelompok Kontrol... 209

Lampiran 5.6 Hasil Observasi Pertemuan I Kelompok Kontrol ... 212

Lampiran 5.7 Hasil Observasi Pertemuan II Kelompok Kontrol ... 214

Lampiran 5.8 Hasil Observasi Pertemuan III Kelompok Kontrol ... 216

Lampiran 6 Analisis Hasil Penelitian ... 218

Lampiran 6.1 Statistik Deskriptif Hasil Penelitian ... 219

Lampiran 6.2 Pengujian Hipotesis ... 221

Lampiran 7 Skala Motivasi Belajar Matematika dan Lembar Observasi .. 227

Lampiran 7.1 Contoh Hasil Skala Motivasi Belajar Matematika Kelompok Ekperimen ... 228

Lampiran 7.2 Contoh Hasil Skala Motivasi Belajar Matematika Kelompok Kontrol ... 232

Lampiran 7.3 Contoh Lembar Observasi Guru ... 236

Lampiran 7.4 Contoh Lembar Kerja Siswa ... 239

Lampiran 8 Dokumentasi Penelitan ... 243

Lampiran 8.1 Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 244

Lampiran 8.2 Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 247

Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian ... 249

Lampiran 9.1 Surat Ijin Uji Coba Instrumen ... 250

Lampiran 9.2 Surat Ijin Penelitian dari UNY ... 251

Lampiran 9.3 Surat Ijin Penelitian dari Propinsi DIY ... 252

Lampiran 9.4 Surat Ijin dari Bapedda Bantul ... 253

Lampiran 9.5 Surat Keterangan Expert Judgement ... 254

Lampiran 9.6 Surat Keterangan dari SD ... 255


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha yang telah dirancang dan direncanakan oleh seseorang atau sekumpulan orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah disusun dan ditetapkan. Tujuan pendidikan di Indonesia sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya yaitu dengan menyelenggarakan pendidikan yang mampu memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri mereka sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki masing-masing siswa. Selain itu agar pendidikan dapat berhasil maka perlu adanya inovasi pada proses belajar mengajar, seperti metode, media, strategi, dan materi pembelajaran yang digunakan.

Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah sering terarah pada proses pembelajaran yang berpusat pada guru dan membuat siswa menjadi pasif dalam proses pembelajaran. Tipe pembelajaran yang seperti ini akan menghambat kreativitas siswa dan proses mengemukakan ide dan gagasan yang dimiliki siswa. Proses pembelajaran yang ideal adalah proses pembelajaran berpusat pada siswa yang dapat membuat siswa menjadi aktif selama pembelajaran. Selain itu,


(18)

2

pembelajaran ini akan membuat siswa menjadi pusat dalam pembelajaran dan guru sebagai fasilitator selama pembelajaran. Siswa akan aktif dalam mengemukakan ide, gagasan dan kreatif selama proses pembelajaran.

Guru perlu kreatif dalam menyampaikan pelajaran dengan menggunakan media, metode dan strategi pembelajaran yang bervariasi, sehingga siswa sebagai penerima materi pelajaran menjadi termotivasi dan semangat dalam mengikuti pelajaran. Cara ini perlu dilakukan apalagi di kelas rendah sekolah dasar yaitu di kelas 1, 2 dan 3. Siswa di kelas rendah cenderung memerlukan benda-benda nyata (konkret) untuk memudahkan memahami pelajaran. Kenyataan ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru-guru yang mengajar di kelas rendah untuk membuat siswa menjadi mengerti dengan materi yang guru jelaskan.

Metode pelajaran yang digunakan guru juga turut berpengaruh terhadap keberhasilannya untuk membuat siswa menjadi paham dengan materi yang disampaikan. Guru perlu kreatif dalam menggunakan metode pelajaran yang beragam dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran yang digunakan guru perlu disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa. Tidak semua metode pelajaran sesuai dengan karakter dan gaya belajar siswa. Menurut Sugihartono (2007:53) jika gaya belajar mengajar guru tidak memperhatikan kebutuhan khusus mereka, maka belajar tidak akan terjadi. Seperti yang dijelaskan dalam PP No. 19 tahun 2005 bahwa proses pembelajaran harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memberikan ruang yang cukup untuk bagi pengembangan prakarsa, kreatifitas sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.


(19)

3

Metode pelajaran juga harus disesuaikan dengan mata pelajaran dan materi yang akan diajarkan. Salah satu mata pelajaran yang tidak digemari oleh siswa adalah mata pelajaran matematika. Siswa kurang antusias untuk mengikuti proses belajar matematika. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat sasaran diharapkan mampu membuat siswa yang tidak gemar pelajaran matematika menjadi senang belajar matematika.

Mata pelajaran matematika di sekolah dasar (SD) mempunyai tujuan membuat siswa menjadi terampil dalam menggunakan pengetahuan matematika yang mereka peroleh disekolah dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menyampaikan materi matematika diperlukan metode pelajaran yang sesuai. Dari berbagai pertimbangan mengenai metode pembelajaran yang digunakan pada proses belajar mengajar matematika, maka penelitian memilih menggunakan metode permainan. Pemilihan metode permainan dikarenakan metode ini jarang digunakan untuk menyampaikan materi matematika. Selain itu, metode permainan diharapkan cocok digunakan dalam menyampaikan materi matematika pada siswa kelas rendah. Metode permainan dapat menolong meningkatkan motivasi siswa, dengan cara ketika siswa terlihat tidak konsentrasi pada pelajaran yang diterangkan guru maka dialihkan kepada metode bermain dengan waktu tertentu sampai mereka kembali berkonsentrasi (Ali Hamzah dan Muhlisrarini, 2014:281).

Penggunaan metode permainan dengan efektif diharapkan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Penggunaan metode permainan akan membuat siswa belajar dengan suasana, kondisi dan semangat yang berbeda, yaitu


(20)

4

mempelajari matematika secara langsung, tidak hanya menghitung secara abstrak tetapi belajar metematika sambil bermain. Dengan motivasi belajar siswa yang meningkat maka hasil belajar siswa juga akan meningkat. Menurut Ngalim Purwanto (2002 : 87) bermain dan belajar memiliki persamaan yaitu keduanya terjadi perubahan, yang dapat mengubah tingkah laku, sikap dan pengalaman. Perubahan tingkah laku dan sikap yang positif dapat berpengaruh dalam proses meningkatnya motivasi yang dimiliki siswa. Pembelajaran akan menjadi efektif dan bermakna apabila siswa termotivasi untuk belajar sehingga tujuan dalam proses pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Materi pelajaran yang disampaikan tidak hanya dapat dipelajari dan menambah pengetahuan siswa, tetapi juga menjadi bermakna bagi siswa. Selain itu, pembelajaran akan membuat siswa kreatif dan dapat menyampaikan pendapat mereka.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di kelas II SD N Plebengan diperoleh informasi bahwa metode permainan jarang digunakan untuk menyampaikan materi matematika. Metode yang digunakan guru adalah metode yang belum bervariasi dan metode tersebut digunakan berulang kali. Metode yang sering digunakan guru adalah metode ceramah bervariasi yaitu metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Hal ini membuat guru kurang kreatif dalam mengemas materi pelajaran menggunakan metode yang bervariasi. Guru menyadari jika metode yang digunakan membuat siswa bosan saat mengikuti pelajaran. Akan tetapi keterbatasan waktu dan tenaga untuk berkreasi menggunakan metode pembelajaran yang lain dan lebih kreatif membuat guru tetap menggunakan metode yang sudah biasa digunakan. Selain itu, pada saat


(21)

5

proses belajar mengajar sedang berlangsung ada saja siswa yang kurang termotivasi dalam belajar. Menurut Esa Nur Wahyuni (2009:39) siswa yang tidak tertarik atau tidak termotivasi untuk belajar biasanya mereka menunjukkan tidak perhatian selama kegiatan belajar, tidak memiliki usaha yang sistematis dalam belajar, tidak melakukan monitoring terhadap pemahaman dan penguasaan dari materi yang telah dipelajari serta tidak memiliki komitmen untuk mencapai tujuan.

Ciri-ciri siswa yang kurang termotivasi untuk belajar terlihat pada siswa di kelas II SD N Plebengan. Ada siswa yang tidak memperhatikan materi yang disampaikan guru pada kegiatan pembelajaran berlangsung, mereka cenderung untuk bermain dan berbicara dengan teman. Kondisi kelas yang seperti itu akan menghambat kemampuan siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru. Motivasi siswa yang kurang akan mempengaruhi motivasi belajar siswa lainnya. Pada saat guru menanyakan kepada siswa tentang materi apa yang belum dipahami, siswa cenderung diam bahkan ada yang tidak memperhatikan pertanyaan yang ditanyakan guru. Selain itu, pada saat guru memberi tugas, tidak semua siswa langsung mengerjakan tugas yang diberikan guru. Ada kegiatan yang siswa lakukan sebelum mengerjakan tugas yang diberikan guru padahal kegiatan tersebut tidak berhubungan dengan tugas yang diberikan. Kondisi lainnya adalah ada saja siswa yang tidak mengerjakan PR yang diberikan dihari sebelumnya. Melihat kenyataan yang ada di sekolah, maka peneliti menyusun sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Permainan Terhadap Motivasi Belajar


(22)

6 B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru sehingga membuat siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran.

2. Metode pembelajaran yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran matematika belum bervariasi dan metode permainan jarang digunakan.

3. Siswa kurang termotivasi dalam belajar matematika. C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dipaparkan, maka peneliti melakukan pembatasan masalah agar penelitian yang dilakukan tidak terlalu luas. Oleh karena itu, pada penelitian ini masalah dibatasi pada Pengaruh Metode Permainan Terhadap Motivasi Belajar Matematika untuk siswa kelas II SD N Plebengan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh metode permainan terhadap motivasi belajar matematika siswa kelas II SD N Plebengan ?

2. Apakah ada pengaruh metode ceramah bervariasi terhadap motivasi belajar matematika siswa kelas II SD N Plebengan ?


(23)

7

3. Apakah ada perbedaan yang signifikan motivasi belajar matematika antara kelompok siswa yang diajar dengan metode permainan dan metode ceramah bervariasi di kelas II SD N Plebengan.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh metode permainan terhadap motivasi belajar matematika siswa kelas II SD N Plebengan .

2. Pengaruh metode ceramah bervariasi terhadap motivasi belajar matematika siswa kelas II SD N Plebengan.

3. Perbedaan motivasi belajar matematika antara kelompok siswa yang diajar dengan metode permainan dan metode ceramah bervariasi di kelas II SD N Plebengan.

F. Manfaat Penelitian

Secara rinci manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk pedoman dalam mengadakan penelitian selanjutnya.

b. Sebagai fakta dalam pembelajaran matematika yang dilaksanakan untuk kelas II dengan menggunakan metode permainan.

2. Manfaat Praktis


(24)

8

1) Mengembangkan wawasan dan pengetahuan peneliti tentang metode permainan yang digunakan pada pembelajaran matematika.

2) Menerapkan teori-teori yang telah diperoleh selama proses perkuliahan.

b. Manfaat bagi sekolah

1) Sekolah memiliki guru yang kreatif dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar terutama pada pembelajaran matematika.

2) Sekolah memiliki siswa yang berkualitas dan memiliki kompetensi lulusan yang baik.

c. Manfaat bagi Guru

1) Mendorong guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang kreatif.

2) Agar mengetahui penggunaan metode permainan yang dapat digunakan pada pembelajaran matematika.

3) Menciptakan suasana belajar mengajar yang tidak membosankan dan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.

d. Manfaat bagi Siswa

1) Agar siswa menjadi gemar dan senang belajar matematika.

2) Meningkatkan pemahaman siswa tentang materi matematika yang disampaikan oleh guru.


(25)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Matematika di SD a. Pengertian pembelajaran

Menurut Abdul Majid (2013:4) istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Selain itu pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu siswa agar dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan membantu memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran (Jamil Suprihatiningrum, 2013:75).

Hakikat pembelajaran menurut (Jamil Suprihatiningrum, 2013:75), antara lain :

1) pembelajaran terjadi apabila subjek didik secara aktif berinteraksi dengan pendidik dan lingkungan belajar yang diatur oleh pendidik,

2) proses pembelajaran yang efektif memerlukan strategi, metode, dan media pembelajaran yang tepat,

3) program pembelajaran dirancang secara matang dan dilaksanakan sesuai dengan rancangan yang dibuat,

4) pembelajaran harus memperhatikan aspek proses dan hasil belajar, dan 5) materi pembelajaran dan sistem penyampaiannya selalu berkembang.


(26)

10

Proses pembelajaran melibatkan komponen-komponen yang saling menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran tersebut seperti guru, siswa, metode, lingkungan, media, dan sarana prasarana perlu ada (Jamil Suprihatiningrum, 2013:77).

Selain melibatkan berbagai komponen, pembelajaran juga memiliki ciri-ciri. Ciri-ciri pembelajaran menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara (2010:13) adalah sebagai berikut :

1) merupakan upaya sadar dan disengaja, 2) pembelajaran harus membuat siswa belajar,

3) tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, dan 4) pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun hasilnya.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan upaya yang disengaja sehingga terjadi interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Dalam melangsungkan pembelajaran perlu menggunakan komponen-komponen pembelajaran yang tepat sehingga dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan. Salah satu komponen yang penting saat proses pembelajaran adalah metode pelajaran.

b. Pembelajaran Matematika di SD

Matematika berasal dari akar kata mathema artinya pengetahuan, mathanein artinya berfikir atau belajar (Ali Hamzah dan Muhlisrarini, 2014:48). Menurut Paul Suparno (1997:12) pada pembelajaran matematika di sekolah dasar didasarkan pada teori konstruktivisme. Pandangan konstruktivisme memahami hakikat belajar sebagai kegiatan manusia


(27)

11

membangun atau menciptakan pengetahuannya dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya (Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2007:116). Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Paul Suparno (1997:47) adalah sebagai berikut:

1) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri,

2) pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar,

3) murid aktif mengkonstruksi terus menerus sehingga terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih lengkap dan rinci, dan

4) guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.

Pembelajaran matematika di SD bukan diajarkan oleh guru tetapi dipelajari oleh siswa itu sendiri. Guru dalam pembelajaran bertugas sebagai fasilitator yang membantu keaktifan murid tersebut dalam pembentukkan pengetahuannya dan menciptakan lingkungan maupun suasana pembelajaran yang kondusif. Sedangkan peranan siswa dalam pembelajaran adalah berperan aktif dalam membangun sendiri pengetahuannya. Siswa mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari. Siswa sendiri yang akan bertanggung jawab atas hasil belajarnya. Sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa akan semakin bermakna dan siswa akan lebih memahami materi matematika yang dipelajarinya.


(28)

12

c. Tujuan Pembelajaran Matematika Di SD

Tujuan akhir pembelajaran matematika di SD yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari (Heruman, 2013:2). Sebagaimana tercantum dalam dokumen Standar Kompetensi mata pelajran matematika untuk satuan SD dan MI pada kurikulum 2004 dalam Antonius Cahyo Prihandoko (2006:17-18) disebutkan fungsi matematika adalah sebagai berikut :

Matematika berfungi untuk mengembangkan kemampuan menalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi,dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika, serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan (Depdiknas, 2003).

Dari berbagai pendapat tentang tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika mempunyai tujuan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan untuk memahami dan menggunakan konsep matematika. Selain itu, matematika bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan siswa dalam memanfaatkan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.

d. Standar Kompetensi Matematika di SD

Standar kompetensi untuk mata pelajaran matematika pada satuan Sekolah Dasar (SD) dan MI meliputi 3 aspek yaitu bilangan, pengukuran dan geometri, dan pengolahan data (Depdiknas, 2003) dalam Antonius Cahyo Prihandoko (2006:21-22). Penjabaran mengenai aspek pada standar kompetensi mata pelajaran matematika adalah sebagai berikut.


(29)

13 1) Aspek Bilangan

a) Menggunakan bilangan dalam pemecahan masalah,

b) Menggunakan operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah c) Menentukan sifat-sifat operasi hitung, faktor, kelipatan bilangan bulat,

dan pecahan serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

d) Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.

2) Aspek Pengukuran dan Geometri

a) Melakukan pengukuran, mengenal bangun datar dan bangun ruang, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah sehari-hari

b) Melakukan pengukuran, menentukan unsur bangun datar dan menggunakannya dalam pemecahan masalah,

c) Melakukan pengukuran, menentukan sifat dan unsur bangun ruang, menentukan kesimetrian bangun datar serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

d) Mengenal sistem koordinat pada bidang datar 3) Aspek Pengolahan Data

a) Mengumpulkan, menyajikan, dan menafsirkan data.

Penelitian akan dilaksanakan pada kelas II SD N Plebengan. Pada mata pelajaran matematika terdapat SK dan KD yang harus diajarkan pada siswa kelas II. Berdasarkan kurikulum standar isi KTSP mata pelajaran matematika kelas II memiliki SK dan KD sebagai berikut :


(30)

14

Tabel 1. SK dan KD Matematika Kelas II

No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Bilangan

Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500

1.1 Membandingkan bilangan sampai 500

1.2 Mengurutkan bilangan sampai 500

1.3 Menentukan nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan 1.4 Melakukan penjumlahan dan

pengurangan bilangan sampai 500

2. Geometri dan Pengukuran Menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah

2.1 Menggunakan alat ukur waktu dengan satuan jam

2.2 Menggunakan alat ukur panjang tidak baku dan baku (cm, m) yang sering digunakan

2.3 Menggunakan alat ukur berat 2.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan berat benda 3. Bilangan

Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka

3.1 Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan dua angka 3.2 Melakukan pembagian bilangan

dua angka

3.3 Melakukan operasi hitung dua angka

4. Geometri dan Pengukuran Mengenal unsur-unsur bangun datar sederhana

4.1 Mengelompokkan bangun datar 4.2 Mengenal sisi-sisi bangun datar 4.3 Mengenal sudut-sudut bangun

datar

Berdasarkan penjabaran tentang SK dan KD matematika kelas II maka yang akan digunakan untuk penelitian di kelas II SD adalah tentang aspek geometri dan pengukuran dengan standar kompetensi mengenal unsur-unsur bangun datar sederhana. Sedangkan kompetensi dasar yang akan digunakan adalah mengelompokkan bangun datar, mengenal sisi-sisi bangun datar dan mengenal sudut-sudut bangun datar.

e. Bangun Datar

Bangun datar merupakan sebuah konsep abstrak, artinya bangun-bangun tersebut bukan merupakan sebuah benda konkret yang dapat dilihat


(31)

15

maupun dipegang (Pitadjeng, 2006:127). Macam-macam jenis bangun datar yang diajarkan pada pelajaran matematika kelas II adalah segiempat, segitiga dan lingkaran. Unsur-unsur pada bangun datar ada sisi dan sudut.

1) Sisi-sisi pada bangun datar adalah sebagai berikut : a) Segiempat

Persegi

Persegi merupakan segiempat yang keempat sisinya sama panjang dan keempat sudutnya siku-siku.

D C

A B

Persegi ABCD mempunyai sisi yang sama panjang yaitu AB = BC = CD = DA

Persegi Panjang

Persegi panjang mempunyai 4 sisi dengan 2 sisi panjang dan 2 sisi lainnya lebar. Selain itu keempat sudutnya siku-siku.

D C

A B

Persegi panjang ABCD mempunyai sisi AB = DC dan AD = BC. Trapesium

Trapesium adalah bangun segiempat yang mempunyai dua sisi yang sejajar (Heruman, 2013: 98).


(32)

16

A B

D C

Trapesium ABCD mempunyai sisi AB yang sejajar dengan sisi DC.

Jajar genjang

Jajar genjang adalah bangun segiempat yang sisinya berhadapan dan sama panjang (Heruman, 2013: 102).

A B

D C

Jajar genjang ABCD mempunyai sisi yang berhadapan dan sama panjang yaitu AB dengan DC dan sisi AD dengan BC.

b) Segitiga

Segitiga yang ketiga sisinya sama panjang A

B C

Segitiga ABC mempunyai sisi AB = BC = CA Segitiga yang kedua sisinya sama panjang

A


(33)

17

Segitiga ABC mempunyai sisi AB = AC Segitiga yang ketiga sisinya tidak sama panjang

A

B C

Segitiga ABC mempunyai sisi AB, BC, dan CA. Ketiga sisinya tidak sama panjang.

c) Lingkaran

Lingkaran hanya mempunyai 1 sisi. Sisinya melengkung yang disebut keliling lingkaran.

2) Sudut-sudut bangun datar a) Segiempat

Persegi

D C

A B


(34)

18

Titik sudut persegi ABCD yaitu A, B, C, dan D. Persegi panjang

D C

A B

Persegi panjang ABCD mempunyai empat sudut. Sudut yang berhadapan sama besar

Titik sudut persegi panjang ABCD yaitu A, B, C, dan D. b) Segitiga

A

B C Segitiga ABC mempunyai tiga sudut Titik sudut segitiga ABC yaitu A, B, dan C c) Lingkaran


(35)

19

Benda-benda di kehidupan sehari-hari yang berbentuk macam-macam bangun datar adalah sebagai berikut :

a. Persegi

Gambar ubin yang berbentuk persegi

b. Persegi panjang

Gambar penggaris yang berbentuk persegi panjang c. Jajar genjang

Gambar ubin yang berbentuk jajar genjang

d. Trapesium

Gambar atap rumah yang berbentuk trapesium e. Segitiga

Gambar petunjuk jalan yang berbentuk segitiga


(36)

20 f. Lingkaran

Gambar uang koin yang berbentuk lingkaran 2. Metode Permainan

a. Pengertian Metode Permainan

Metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar (Slameto, 2003:65). Metode pelajaran yang digunakan guru akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan jalannya pembelajaran. Metode pembelajaran yang kurang baik dapat berpengaruh kurang baik terhadap jalannya proses belajar mengajar.

Menurut Ali Hamzah dan Muhlisrarini (2014:258) metode mengajar matematika adalah cara yang dapat digunakan untuk membelajarkan suatu bahan pelajaran yang dalam realisasinya diperlukan satu atau lebih teknik. Metode-metode mengajar matematika menurut Ali Hamzah dan Muhlisrarini (2014:260) diantaranya adalah :

1) metode ceramah, 2) metode demonstasi, 3) metode ekspositori, 4) metode tanya jawab, 5) metode drill dan latihan, 6) metode pemberian tugas,


(37)

21 7) metode diskusi,

8) metode penemuan,

9) metode pemecahan masalah, 10) metode kegiatan lapangan, 11) metode permainan,

12) metode penemuan, 13) dll.

Metode permainan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam menjelaskan materi matematika. Metode ini dapat menolong meningkatkan motivasi siswa, dengan cara ketika siswa terlihat tidak konsentrasi pada pelajaran yang diterangkan guru maka dialihkan kepada metode bermain dengan waktu tertentu sampai mereka kembali berkonsentrasi (Ali Hamzah dan Muhlisrarini, 2014:281). Menurut Arisnawati dalam Ahmad Saefudin (2012:3) metode permainan sebagai cara yang digunakan guru dalam menyajikan pelajaran dengan menciptakan suasana yang menyenangkan, serius tapi santai dengan tidak mengabaikan tujuan pelajaran yang hendak dicapai

Dalam melakukan permainan diperlukan alat permainan yang edukatif sehingga akan membuat permainan menjadi lebih menarik. Ciri-ciri alat permaian yang edukatif menurut (Mayke S Tedjasaputra, 2007:81) adalah sebagai berikut:

1) dapat digunakan dalam berbagai cara, sehingga dapat mencapai bermacam-macam tujuan dan manfaat,


(38)

22

2) berfungsi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan kecerdasan serta motorik anak,

3) membuat anak terlibat secara aktif, dan 4) sifatnya konstruktif.

b. Teori-teori Bermain

Teori bermain banyak dijelaskan oleh beberapa ahli, seperti teori surplus energy yang dikemukakan oleh Herbert Spencer, teori praktis oleh Karl Groos, Psikolanalitik yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, teori kognitif-piaget oleh Jean Piaget dan teori kognitif-vygotsky oleh Lev Vygotsky (Mayke S Tedjasaputra, 2007:2-12). Dari beberapa teori tentang bermain yang telah dikemukakan oleh para ahli, ada beberapa teori bermain yang berkaitan dengan motivasi belajar. Teori tersebut adalah teori rekreasi yang dikemukakan oleh Moritz Lazarus dan teori Arousal Modulasi yang dikemukakan oleh Berlyne dan Ellis.

Pada teori rekreasi dijelaskan bahwa tujuan bermain adalah untuk memulihkan energi yang sudah terkuras saat bekerja. Bekerja pada siswa dapat dihubungkan dengan kerja otak dalam memahami dan menyelesaikan soal-soal pelajaran. Sehingga dengan adanya kegiatan bermain akan membuat energi siswa yang sudah dipakai untuk belajar dapat kembali lagi dan akan membuat siswa mempunyai energi atau semangat untuk melanjutkan belajar. Siswa yang sebelumnya sudah lelah akan mulai berkurang motivasi dalam diri mereka. Dengan adanya kegiatan bermain akan mengembalikan energi


(39)

23

mereka dan membuat mereka memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar kembali.

Teori bermain lainnya yang berhubungan dengan motivasi adalah teori arousal modulasi. Pada teori ini dijelaskan bahwa bermain dapat mengaktifkan dorongan dalam sistem syaraf sentral sehingga kita berada dalam kondisi optimal. Menurut Ellis bermain sebagai aktivitas mencari stimulasi yang dapat meningkatkan dorongan menuju tingkat yang optimal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan bermain dapat menjadi dorongan dalam mengaktifkan motivasi-motivasi yang ada pada diri siswa dan membuat mereka kembali memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti proses belajar di sekolah.

c. Teori Belajar Menurut Dienes

Menurut Dienes dalam Ruseffendi (1992:125-127), konsep-konsep matematika akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap tertentu. Dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi 6 tahap, yaitu :

1) Permainan bebas (free play)

Permainan bebas merupakan tahap belajar konsep yang aktivitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan. Dalam tahap ini anak mulai membentuk struktur mental dan struktur sikap dalam mempersiapkan diri untuk memahami konsep yang sedang dipelajari.

2) Permainan yang menggunakan aturan (Games)

Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu.


(40)

24

Keteraturan ini mungkin terdapat dalam konsep tertentu tetapi tidak terdapat dalam konsep lainnya. Menurut Dienes, untuk membuat konsep abstrak, anak didik memerlukan suatu kegiatan untuk mengumpulkan bermacam-macam pengalaman, dan kegiatan untuk yang tidak relevan dengan pengalaman itu.

3) permainan kesamaan sifat (searching for communalitifies)

Dalam mencari kesamaan sifat siswa mulai diarahkan dalam kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti.

4) permainan representasi (representation)

Representasi adalah tahap pengambilan sifat dari beberapa situasi yang sejenis. Siswa akan menentukan representasi konsep-konsep tertentu setelah berhasil menyimpulkan kesamaan sifat yang terdapat dalam situasi-situasi yang dihadapinya. Representasi yang diperoleh ini bersifat abstrak.

5) permainan dengan simbol (symbolization)

Simbolisasi termasuk tahap belajar konsep yang membutuhkan kemampuan merumuskan representasi dari setiap konsep-konsep dengan menggunakan simbol matematika atau melalui perumusan verbal.

6) permainan dengan formalisasi (formalization)

Formalisasi merupakan tahap belajar konsep yang terakhir. Dalam tahap ini siswa dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut.


(41)

25

Dalam penelitian ini, tahap yang akan digunakan adalah tahap permainan yang menggunakan aturan (games) dan permainan kesaman sifat (searching for communalitifies). Permainan yang akan dilakukan dalam penelitian adalah permainan “siapa aku?”, permainan puzzle bangun datar, dan permainan bangun datar malu.

d. Langkah-langkah Metode Permainan

Pelaksanaan metode permainan dalam kegiatan pembelajaran terdapat langkah-langkah yang perlu dilakukan. Menurut Fandy dalam Ahmad Saefudin (2012:3) langkah-langkah metode permainan adalah :

1) Guru menentukan topik atau materi permainan yang akan digunakan dalam pembelajaran.

2) Guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

3) Guru menyusun petunjuk atau langkah-langkah pelaksanaan permainan. 4) Guru menjelaskan maksud dan tujuan serta aturan dalam permainan. 5) Siswa dibagi atas individu atau kelompok.

6) Siswa melakukan kegiatan permainan yang dipimpin oleh guru.

7) Siswa berhenti melakukan permainan dan melaporkan hasil dari permainan.

8) Guru memberikan kesimpulan tentang pengertian atau konsep yang dimaksud dalam tujuan tersebut.

Dalam Penelitian ini pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode permainan menggunakan langkah-langkah di atas


(42)

26

karena keruntutan langkah-langkah dan lebih mudah digunakan sebagai pedoman pelaksanaan permainan yang akan dilakukan.

e. Manfaat Metode Permainan

Pemilihan metode permainan sebagai salah satu metode permainan dikarenakan metode permainan memiliki beberapa manfaat dalam pembelajaran. Beberapa manfaat permainan sebagai metode permaian menurut Paul Ginnis (2008:214) diantaranya ialah :

1) Menciptakan hubungan kerja yang fleksibel antara siswa. 2) Memecahkan kebekuan antara siswa dan guru.

3) Meningkatkan atau menurunkan level energi. 4) Memfokuskan ulang perhatian.

Menurut Mayke S Tedjasaputra (2007:39-43) bermain memiliki beberapa manfaat antara lain ialah a. manfaat bermain untuk perkembangan aspek fisik, b. manfaat bermain untuk perkembangan aspek sosial, c. manfaat bermain untuk perkembangan aspek emosi atau kepribadian, d. manfaat bermain untuk perkembangan aspek kognisi. Dari beberapa pendapat tentang manfaat bermain dan metode permainan maka dapat disimpulkan bahwa metode permainan dapat digunakan untuk membantu siswa memfokuskan kembali perhatian terhadap pembelajaran.

Dari berbagai uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode permainan dapat digunakan untuk membuat siswa menjadi aktif. Penggunaaan metode permainan akan menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa pada saat mengalami kebosanan selama proses pembelajaran. Sehingga saat


(43)

27

siswa kurang berkonsentrasi saat pelajaran, metode permainan dapat digunakan dan akan membuat siswa menjadi konsentrasi kembali. Sehingga dalam melakukan proses belajar menggunakan metode permainan perlu memperhatikan ciri-ciri alat permainan yang edukatif, salah satunya adalah permainan tersebut dapat digunakan untuk mencapai berbagai tujuan dan membuat siswa terlibat aktif selama proses belajar mengajar berlangsung. Metode permainan digunakan sebagai treatment pada kelas eksperimen, yaitu dengan menerapkan metode permainan saat mengajar matematika di kelas eksperimen.

3. Metode Ceramah Bervariasi

Metode cermah bervariasi merupakan metode pembelajaran yang menggunakan metode ceramah dan metode lain dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode ceramah bervariasi digunakan untuk mengatasi kelemahan metode ceramah (W. Gulo, 2004:142). Metode ceramah menurut Mulyono (2011:82) adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Ciri metode ceramah adalah guru berbicara terus menerus di depan kelas, sedangkan para siswa sebagai pendengar (Ibrahim dan Suparni, 2008:106). Siswa sebagai pendengar membuat siswa kurang aktif selama pembelajaran. Ciri metode ceramah tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Ali Hamzah dan Muhlisrarini (2014:261) bahwa ada yang menyatakan metode ceramah kurang efisien karena bertentangan dengan metode mengajar yang harus banyak mengajak peserta didik aktif dalam interaksinya dengan pengajar. Untuk mengatasi kekurangan metode ceramah maka dapat


(44)

28

digunakan metode ceramah bervariasi. Metode ceramah bervariasi menggunakan metode ceramah sebagai metode utama dan digunakan juga metode lain dalam mencapai tujuan pengajaran. Dinamakan metode ceramah bervariasi karena dalam menggunakan metode terdapat beberapa komponen atau unsur yang masing-masing bervariasi yaitu metode, media, penampilan dan bahan sajian (W. Gulo, 2004:142). Pada pelaksanaan penelitian ini digunakan metode ceramah bervariasi dengan variasi metode yaitu menggunakan metode ceramah sebagai metode utama serta dilengkapi dengan metode tanya jawab dan metode pemberian tugas.

Metode tanya jawab menurut Mulyono (2011:104) adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan peserta didik. Tujuan penggunaan metode tanya jawab menurut (Nana Sudjana,2002:78) antara lain untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran telah dikuasai siswa, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum dipahami.

Metode pemberian tugas menurut Ali Hamzah dan Muhlisrarini (2014:268) adalah suatu cara yang dilakukan guru, baik di dalam kelas maupun di luar kelas dalam meningkatkan kualitas belajar siswa dengan memberikan tugas-tugas. Menurut Ali Hamzah dan Muhlisrarini (2014:269) jenis-jenis tugas yang diberikan kepada siswa yang dapat membantu berlangsungnya proses belajar mengajar adalah tugas membuat rangkuman,


(45)

29

tugas membuat makalah, menyelesaikan soal, tugas mengadakan observasi, tugas mempraktikkan sesuatu, dan tugas mendemonstrasikan observasi.

Langkah-langkah pelaksanaan metode ceramah bervariasi: a. Menciptakan kondisi belajar siswa.

b. Penyajian, tahap guru menyampaikan bahan atau materi pelajaran (metode ceramah).

c. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai materi yang telah diterima (metode tanya jawab).

d. Guru mengadakan penilaian terhadap pemahaman siswa mengenai materi yang telah diterima melalui tes lisan dan tulisan atau tugas lain (metode tugas).

4. Motivasi Belajar Matematika

a. Pengertian Motivasi Belajar Matematika

Motivasi berasal dari kata Latin movers yang berarti menggerakkan (Esa Nur Wahyuni, 2009:12). Selain itu menurut Sardiman (2007 : 73) motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Mc Donald dalam Oemar Hamalik (2011:158) menyebutkan bahwa motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory good reaction sehingga dapat diartikan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang mengajarkan tentang konsep-konsep matematika


(46)

30

dan meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam memanfaatkan konsep matematika di kehidupan sehari-hari. Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar matematika adalah upaya yang dilakukan untuk mendorong seseorang atau peserta didik dalam mempelajari konsep-konsep matematika dan mengembangkan ketrampilan dalam memanfaatkan konsep matematika di kehidupan sehari-hari.

Motivasi mengandung tiga unsur yang saling berkaitan seperti yang diungkapkan Oemar Hamalik (2007:158-159), yaitu sebagai berikut :

1) motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem neuropisiologis dalam organism manusia, misalnya karena terjadi perubahan dalam sistem pencernaan maka timbul motif lapar. Tapi ada juga perubahan energi yang tidak diketahui,

2) motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan. Seorang terlibat dalam suatu diskusi, karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-katanya dengan lancar dan cepat akan keluar, dan

3) motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengandalkan respon-respon yang tertuju kearah suatu tujuan. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang


(47)

31

disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respon merupakan suatu langkah kearah mencapai tujuan, misalnya si A ingin mendapatkan hadiah maka ia akan belajar, mengikuti ceramah, bertanya, membaca buku, dan mengikuti les.

Menurut Sardiman (2007:75) dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh sumber belajar itu dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut movitasi memiliki beberapa komponen yang berpengaruh. Motivasi memiliki dua komponen yaitu komponen dalam (inner component) yaitu kebutuhan yang ingin dipuaskan (perubahan dalam diri seseorang, keadaan tidak puas) dan komponen luar (outer component) yaitu tujuan yang hendak dicapai (tujuan yang menjadi arah kelakuannya) (Oemar Hamalik, 2011:159).

Motivasi dan belajar saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik (Hamzah B Uno, 2013:23).


(48)

32 b. Fungsi Motivasi

Beberapa fungsi motivasi adalah sebagai berikut (Oemar Hamalik, 2011:161) :

1) mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, 2) motivasi berfungai sebagai pengarah, dan

3) motivasi berfungsi sebagai penggerak.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini (2012:151), menyatakan bahwa dalam belajar motivasi memiliki beberapa fungsi, yaitu :

1) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir, 2) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar,

3) mengarahkan kegiatan belajar, 4) membesarkan semangat belajar, dan

5) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja. Selain itu, menurut Sardiman (2007:85) motivasi juga mempunyai fungsi untuk menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Motivasi belajar memiliki fungsi-fungsi untuk mengubah perilaku individu agar dapat mencapai tujuan. Akan tetapi tidak semua siswa akan termotivasi. Siswa yang termotivasi dan tidak termotiasi memiliki ciri-ciri tersendiri.


(49)

33

1) Ciri-ciri siswa yang termotivasi (Printich&Schunk dalam Esa Nur Wahyuni, 2009:39), adalah sebagai berikut :

a) menunjukkan antusiasme terhadap aktivitas-aktivitas belajar,

b) memberikan perhatian penuh terhadap apa yang diinstruksikan oleh guru,

c) selalu melakukan evaluasi diri terhadap pemahaman materi-materi yang dipelajarinya, dan

d) memiliki komitmen yang tinggi untuk mencapai tujuan belajar. 2) Ciri-ciri siswa yang tidak termotivasi (Esa Nur Wahyuni, 2009:39),

adalah sebagai berikut :

a) menunjukkan tidak perhatian selama kegiatan belajar, b) tidak memiliki usaha yang sistematis dalam belajar,

c) tidak melakukan monitoring terhadap pemahaman dan penguasaan dari materi yang telah dipelajari, dan

d) kurang memiliki komitmen untuk mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi memiliki fungsi yang sangat penting dalam kegiatan belajar seseorang. Motivasi yang dalam diri seorang siswa berbeda-beda. Tidak semua siswa dapat termotivasi dengan baik, ada juga siswa yang tidak termotivasi. Salah satu ciri siswa yang termotivasi adalah adanya semangat yang tinggi selama proses belajar. Sedangkan siswa yang tidak termotivasi memiliki ciri-ciri salah satunya adalah tidak adanya semangat dan perhatian


(50)

34

selama proses pelajaran. Oleh karena itu, maka tugas guru adalah merancang pembelajaran yang mampu membangkitkan motivasi siswa.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Ali Imron dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara (2011:53-54) mengemukakan enam unsur atau faktor yang mempengaruhi motivasi pembelajaran. Keenam faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1) cita-cita atau aspirasi pembelajar, 2) kemampuan pembelajar,

3) kondisi pembelajar,

4) kondisi lingkungan pembelajar,

5) unsur-unsur dinamis belajar atau pembelajaran, dan 6) upaya guru dalam membelajarkan pembelajaran.

Dalam meningkatkan motivasi belajar siswa maka faktor dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar atau dari lingkungan siswa. Kedua faktor tersebut saling terkait dan saling berpengaruh dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. Jika hanya salah satu faktor saja maka upaya meningkatkan motivasi belajar tidak akan maksimal.

d. Jenis-Jenis Motivasi 1) Motivasi Intrinsik

Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. Motivasi intrinsik ada di dalam diri siswa, misalnya keinginan untuk menambah pengetahuan, informasi, dan keterampilan. (Oemar Hamalik, 2011:162).


(51)

35

Selain itu menurut Esa Nur Wahyuni (2009:25) motivasi intrinsik merupakan motivasi yang tumbuh dari dalam diri individu dan telah menjadi fenomena yang penting dalam pendidikan, bukan hanya bagi siswa, tetapi juga bagi guru, dosen, dan semua personil yang terlibat dalam pendidikan.

Dari mengkaji beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli psikologi, Brewster&Fager (2000) dalam Esa Nur Wahyuni (2009:28-29) menemukan ada beberapa karakteristik siswa yang termotivasi secara intrinsik, antara lain :

a) siswa yang termotivasi secara intrinsik akan menunjukkan skor tes berprestasi lebih tinggi dari siswa yang termotivasi secara ekstrinsik (Dev, 1997, Skinner & Belmont, 1991),

b) lebih mudah beradaptasi dengan situasi lingkungan di sekolah (Skinner & Belmont, 1991),

c) lebih banyak menggunakan strategi-strategi dalam memproses dan memahami informasi (Lumsden, 1994),

d) lebih memiliki percaya diri akan kemampuannya pada saat menerima atau mempelajari materi baru,

e) lebih banyak menggunakan logika dan strategi dalam mengumpulkan informasi, serta menggunakan strategi-strategi dalam mengambil keputusan dari pada siswa yang termotivasi secara ekstrinsik (Dev, 1997),


(52)

36

f) mengingat informasi dan konsep-konsep lebih lama, sehingga tidak terlalu membutuhkan remedial atau review (Dev, 1997),

g) lebih memiliki semangat atau keinginan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi (belajar sepanjang hayat) dari pada siswa yang termoticasi secara ekstrinsik dalam belajar (Khon, 1993).

2) Motivasi Ekstrinsik

Menurut Esa Nur Wahyuni (2009:30) motivasi ekstrinsik merupakan sebuah konstruk yang berkaitan dengan sebuah aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan beberapa hasil karena faktor di luar individu. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2011:163) Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, misalnya ijazah, tingkat hadiah, dan hukuman.

Dari pendapat tersebut, motivasi dapat berasal dari dalam diri siswa (motivasi intrinsik) dan motivasi yang berasal dari luar diri siswa (motivasi ekstrinsik). Berdasarkan dua jenis motivasi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik dan ekstrinsik saling mempengaruhi terhadap perkembangan belajar siswa. Penggunaan metode pelajaran merupakan motivasi ekstrinsik yang akan menimbulkan keinginan untuk belajar dan keinginan memperoleh pengetahuan baru yang merupakan motivasi intrinsik yang muncul dalam diri siswa.

e. Strategi Memotivasi Siswa

Guru sebagai pengelola pelajaran perlu kreatif dalam membuat strategi untuk meningkatkan motivasi siswa. Menurut Abdul Majid (2013:321-324)


(53)

37

ada beberapa ide yang dapat digunakan oleh guru untuk memotivasi siswa di dalam kelas, yaitu :

1) gunakan metode dan keinginan yang beragam, 2) jadikan siswa peserta aktif,

3) buatlah tugas yang menantang namun realistis dan sesuai, 4) ciptakan suasana kelas yang kondusif,

5) berilah tugas secara proporsional,

6) libatkan diri anda untuk membantu siswa mencapai hasil, 7) berikan petunjuk pada siswa agar sukses dalam belajar, 8) hindari kompetisi antarpribadi

9) berikan masukan

10) hargai kesuksesan dan keteladanan, 11) antusias dalam mengajar, dan 12) dll

Berdasarkan beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi siswa dapat ditingkatkan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan metode pelajaran yang beragam. Penggunaan metode pelajaran yang digunakan guru dengan kreatif akan membuat siswa menjadi aktif dan suasana kelas menjadi kondusif. Selain itu, metode pembelajaran yang kreatif dan beragam akan membuat siswa semangat dan tertarik dalam mengikuti pelajaran.


(54)

38 f. Indikator Motivasi Belajar

Motivasi pada diri seseorang dapat dilihat dari berbagai indikator yang ada pada diri seseorang tersebut. Menurut Sardiman (2007:83) motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai),

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya),

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah 4) Lebih senang bekerja mandiri,

5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif),

6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu), 7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu,

8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Selain itu, menurut Hamzah B Uno (2013:23) indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4) Adanya penghargaan dalam belajar 5) Adanya kegiatan yang menarik


(55)

39

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif

Dari berbagai pendapat tentang indikator motivasi belajar tersebut maka indikator yang akan digunakan sebagai pedoman pembuatan instrumen adalah indikator motivasi yang dikemukakan oleh Hamzah B. Uno yang terdiri dari enam indikator motivasi.

5. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Karakteristik siswa adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya (Sardiman,2007:120). Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun (Heruman,2013:1). Di dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (sisdiknas), peserta didik didefinisikan sebagai setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan non-formal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu (Sudarwan Danim, 2014:2). Masa sekolah dasar merupakan masa kanak-kanak akhir. Menurut piaget dalam Rita Eka Izzaty,dkk (2008:105), masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasional konkret dalam berpikir (usia 7-12 tahun), dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret.

Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa (Heruman,2013:1-2).


(56)

40

Menurut Rita Eka Izzaty, dkk (2008:116) masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase, yaitu :

a. masa kelas-kelas rendah sekolah dasar yang berlangsung antara usia 6/7 tahun–9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 sekolah dasar.

b. masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, yang berlangsung antara usia 9/10 tahun–12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5, dan 6 sekolah dasar.

Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan (Sunarto dan B. Agung Hartono, 2013:4). Karakteristik anak di usia sekolah dasar adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan atau memperagakan sesuatu secara langsung.

Ciri-ciri anak kelas rendah sekolah dasar menurut Rita Eka Izzaty, dkk (2008:116) adalah sebagai berikut :

a. ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah, b. suka memuji diri sendiri,

c. kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggapnya tidak penting,

d. suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya,


(57)

41

Perkembangan kognitif seseorang menurut Piaget (Sarlito, 1991:81) dalam (Sunarto dan B. Agung Hartono, 2013:24-25) mengikuti tahap-tahap sebagai berikut :

a. tahap pertama : masa sensori motor (0,0-2,5 tahun) b. tahap kedua : masa pra-operasional (2,0 – 7,0 tahun) c. tahap ketiga : masa konkret operasional (7,0 – 11,0 tahun) d. tahap keempat : masa operasional (11,0 - dewasa)

Dari beberapa pendapat tentang karakteristik siswa dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa sekolah dasar adalah senang bergerak dan senang bermain. Selain itu, siswa SD kelas rendah masih belum mampu berpikir secara abstrak sehingga mereka cenderung suka belajar dengan memperagakan secara langsung. Dengan bantuan alat peraga dan praktek secara langsung akan membuat siswa lebih cepat menangkap dan memahami materi yang disampaikan guru.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang metode permainan sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Istiqomah Rahayu dari Universitas Islam Negeri, dengan judul “Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar dalam Pembelajaran Matematika Melalui Permainan untuk Siswa Kelas II MI YAPPI Baleharjo tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian dilakukan di daerah Wonosari, Gunung kidul dengan mengambil sampel 6 siswa kelas II MI YAPPI Baleharjo. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah bahwa penggunaan permainan ular tangga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas II.


(58)

42

Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Fenny Jayanita Ritonga dari Universitas Negeri Medan, dengan judul Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Permainan pada Pembelajaran IPA Kelas V SD Negeri 066430 Pasar Nippon Medan. Penelitian ini dilakukan pada tahun ajaran 2011/2012. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V dengan jumlah 30 siswa. Penelitian dilaksanakan selama dua siklus dengan 4 tahap pada setiap siklusnya. Keempat tahap tersebut adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode permainan motivasi dapat meningkat jika diterapkan pada pelajaran IPA materi pesawat sederhana kelas V SD Negeri 066430 Pasar Nippon Medan.

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka akan diterapkan metode pembelajaran yang berbeda untuk memecahkan masalah yang ada. Permasalahan terkait dengan penggunaan metode pembelajaran yang monoton. Guru tidak menggunakan metode pembelajaran yang beragam. Metode yang digunakan guru adalah metode ceramah bervariasi dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Pada pembelajaran dengan metode ceramah bervariasi siswa dituntut untuk menyimak penjelasan guru dengan seksama. Metode ceramah bervariasi merupakan bentuk pendekatan yang berpusat pada guru sehingga saat pembelajaran guru mendominasi saat pembelajaran dan siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran. Hal ini berakibat pada adanya siswa yang kurang termotivasi dalam


(59)

43

mengikuti pembelajaran matematika. Penyampaian materi dilakukan secara verbal dengan tujuan agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.

Alternatif yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut adalah penggunaan metode pembelajaran yang berbeda dan jarang digunakan dalam menyampaikan materi matematika. Metode pembelajaran tersebut adalah metode permainan. Metode permainan dipilih karena metode tersebut jarang digunakan dalam penyampaian materi matematika,. Metode permainan yang akan dilaksanakan akan dibuat secara menarik dan melibatkan semua siswa, sehingga semua siswa dapat aktif dalam proses permainan tersebut. Berpedoman pada pelaksanaan metode permainan yang bermanfaat untuk membuat siswa aktif bergerak, kreatif dan berpikir secara konkret sehingga sesuai dengan karakter siswa kelas rendah. Selain itu, penggunaan metode yang jarang digunakan di kelas akan menjadi daya tarik tersendiri sehingga diharapkan dapat meningkatkan antusias siswa dalam mempelajari materi matematika yang disampaikan. Antusias siswa yang tinggi akan berpengaruh pada motivasi belajar siswa yang tinggi dalam mengikuti proses belajar. Dengan demikian penggunaan metode permainan diharapkan akan membantu meningkatkan motivasi belajar matematika.

Secara skematis, kerangka pikir dalam penelitian ini akan digambarkan sebagai berikut :


(60)

44

Gambar 1. Kerangka Pikir D. Hipotesis

Berdasarkan Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

a. Terdapat pengaruh yang signifikan metode permainan terhadap motivasi belajar matematika siswa kelas II SD N Plebengan .

b. Terdapat pengaruh yang signifikan metode ceramah bervariasi terhadap motivasi belajar matematika siswa kelas II SD N Plebengan.

c. Terdapat perbedaan yang signifikan motivasi belajar matematika antara kelompok siswa yang diajar dengan metode permainan dan metode ceramah bervariasi di kelas II SD N Plebengan.

Siswa

Proses pembelajaran: Tujuan

Guru Materi Metode

Media Sarana prasarana

Evaluasi

Metode Permainan

Metode Ceramah Bervariasi

Motivasi Belajar Matematika


(61)

45 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2012:7) penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan data yang diperoleh berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

Metode eksperimen diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lainnya dalam kondisi yang dikendalikan (Sugiyono, 2012:72). Eksperimen dilakukan untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.Ada beberapa variasi dalam penelitian eksperimen, yaitu eksperimen murni, eksperimen semu atau kuasi, eksperimen lemah dan subjek tunggal. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah metode eksperimen semu (quasi experimental). Metode eksperimen semu pada dasarnya sama dengan eksperimen murni, bedanya adalah dalam pengontolan variabel, pengontrolannya hanya dilakukan terhadap satu variabel yang paling dominan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2010:59).

B. Desain Penelitian

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design. Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design tetapi pada desain ini kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2012:79). Rancangan tentang desain nonequivalent control group design adalah :


(62)

46 Keterangan :

O1= data angket awal motivasi belajar matematika (pretest) sebelum

pelajaran berlangsung menggunakan metode permainan.

O2= data angket akhir motivasi belajar matematika (posstest) setelah

pelajaran berlangsung menggunakan metode permainan. X = perlakuan pada kelas eksperimen (metode permainan)

O3= data angket awal motivasi belajar matematika (pretest) sebelum

pelajaran berlangsung menggunakan metode ceramah bervariasi. O4= data angket akhir motivasi belajar matematika (pretest) setelah

pelajaran berlangsung menggunakan metode ceramah bervariasi. Penentuan kelas yang menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan cara pengundian. Kelas yang muncul pertama saat pengundian dijadikan kelompok eksperimen dan yang muncul kedua akan menjadi kelompok kontrol. Berdasarkan hasil pengundian, kelas IIB muncul pertama sehingga menjadi kelompok eksperimen dan kelas IIA yang muncul kedua menjadi kelompok kontrol. Hal ini dilakukan untuk menghindari subjektifitas dari peneliti.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah subjek yang diteliti. Subjek penelitian dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas II SD N Plebengan. Jumlah keseluruhan

O1 X O2


(63)

47

siswa kelas II yaitu 62 siswa, dengan rincian siswa kelas IIA berjumlah 30 siswa dan siswa kelas IIB berjumlah 32 siswa.

D. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SD N Plebengan Sidomulyo Bambanglipuro Bantul dengan pertimbangan yang diperoleh berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru maka pelajaran yang dilaksanakan di sekolah tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pembelajaran matematika di SD N Plebengan sering menggunakan metode yang monoton yaitu metode ceramah bervariasi dengan menggunakan metode ceramah sebagai metode utama, tanya jawab dan pemberian tugas b. Metode permainan masih jarang digunakan dalam mengajarkan pelajaran

matematika.

c. Dalam proses belajar mengajar matematika siswa SD N Plebengan masih ada siswa yang kurang termotivasi belajar

d. Respon baik dari pihak sekolah terhadap penelitian yang akan dilakukan. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 yaitu tepatnya bulan april sampai dengan mei 2015.

E. Variabel Penelitian

Menurut Sutrisno Hadi dalam Suharsimi Arikunto (2006:116) variabel adalah gejala yang bervariasi. Sedangkan menurut Sugiyono (2012:38) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh


(64)

48

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini, variabel penelitian yang digunakan adalah :

1. Variabel Bebas (Variabel Independen)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat atau dependen (sugiyono, 2012:39).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode permainan dan metode ceramah bervariasi.

Definisi operasional mengenai metode permainan dan metode ceramah bervariasi adalah:

a. Metode Permainan

Metode permainan adalah salah satu metode pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan cara bermain. Metode permainan yang akan digunakan dalam penelitian adalah dengan sistem perlombaan antar kelompok. Permainan yang akan dilakukan berjumlah 3 permainan dengan pelaksanaan 1 permainan untuk setiap pertemuannya. Permainannya adalah siapa aku?, puzzle bangun datar, dan bangun datar malu.

b. Metode Ceramah bervariasi

Metode ceramah bervariasi merupakan metode yang menekankan penyampaian materi secara langsung kepada siswa sehingga diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan optimal. Pada metode ceramah bervariasi guru menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode


(65)

49

ceramah sebagai metode utama serta dilengkapi dengan metode lainnya seperti tanya jawab dan metode pemberian tugas.

2. Variabel Terkait (Variabel Dependen)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (sugiyono, 2012:39).Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar matematika.

Definisi operasional mengenai motivasi belajar matematika yaitu motivasi belajar matematika yang dimiliki setiap siswa akan berpengaruh dalam proses belajar mengajar mata pelajaran matematika yang sedang berlangsung. Pada penelitian ini, motivasi belajar matematika akan diukur menggunakan skala motivasi belajar dan observasi.. Pada teknik observasi, setiap siswa akan diberi skor oleh observer. Indikator motivasi yang akan dinilai yaitu adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan adalah dengan wawancara, angket, observasi dan studi dokumenter (Nana Syaodih Sukmadinata, 2010:217). Pada penelitian yang akan dilakukan, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :


(66)

50 1. Angket atau kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012:142). Dalam penelitian yang akan dilakukan angket atau kuesioner akan digunakan untuk memperoleh data tentang motivasi belajar matematika. Skala pengukuran yang akan digunakan pada kuesioner adalah skala guttman. Sehingga pilihan yang tersedia untuk menjawab kuesioner ada dua yaitu ya dan tidak. Untuk membantu pemahaman siswa dalam mengisi angket maka dilakukan pendampingan dalam mengisi angket. Dalam kegiatan ini pendamping tidak boleh mempengaruhi jawaban siswa.Skala motivasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan indikator yang dikemukakan oleh Hamzah B. Uno yaitu sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. Adanya dorongan dan kebutuhan daam belajar c. Adana harapan dan cita-cita masa depan d. Adanya penghargaan dalam belajar

e. Adanya kegiatan yang menaarik dalam belajar f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif 2. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri-ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lainnya (Sugiyono, 2012:145). Dalam melakukan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan


(67)

51

menjadi participant observation (obserasi berperan serta), dan non participant observation. Dalam penelitian yang akan dilakukan, observasi yang akan digunakan adalah observasi nonpartisipan. Dalam observasi nonpartisipan peneliti hanya sebagai pengamat dan tidak terlibat dalam kegiatan. Melalui kegiatan observasi, observer dapat mengamati siswa dan motivasi belajar matematika siswa selama pelajaran berlangsung. Selain siswa, observasi digunakan untuk mengamati penggunaan metode permainan dalam pembelajaran matematika oleh guru.

G. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2013:203) instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Pada penelitian yang dilakukan menggunakan instrumen penelitian berupa skala motivasi belajar matematika dan lembar observasi. Berikut adalah instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Skala Motivasi Belajar Matematika

Skala motivasi matematika digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika. Penyusunan skala motivasi belajar matematika berpedoman pada indikator skala motivasi belajar. Indikator yang digunakan sebagai pedoman penyusunan skala motivasi belajar matematika adalah indikator motivasi belajar yang diungkapkan Hamzah B. Uno yang


(68)

52

berjumlah enam indikator. Kisi-kisi instrumen skala motivsi belajar matematika adalah sebagai berikut.

Tabel 2.Kisi-Kisi Instrumen Skalamotivasi Belajar

No. Indikator Variabel Nomor butir pertanyaan Jumlah butir positif Negatif

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

3, 4, 5, 8 1, 2, 6, 7, 8 2. Adanya dorongan dan

kebutuhan dalam belajar

9, 11, 12, 13 10 5 3. Adanya harapan dan cita-cita

masa depan

14, 15, 16, 17, 18

- 5

4. Adanya penghargaan dalam belajar

19, 20, 21 22 4

5. Adanya kegiatan yang menarik

23, 25,26,27 24 5

6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif

29, 30 28 3

Jumlah soal 30

2. Lembar Observasi

Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui motivasi belajar matematika siswa selama pembelajaran dan aktivitas siswa selama mengikuti pelajaran. Observasi dilakukan di kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Lembar observasi dalam penelitian ini berbentuk rating-scale. Selain observasi pada siswa, obervasi juga dilakukan pada guru.

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validasi Instrumen

Validitas instrumen dapat menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur (Nana Syaodih Sukmadinata, 2010:228). Suatu instrumen yang sudah dinyatakan valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapat data penelitian adalah valid.


(69)

53

Dalam penelitian ini validasi instrumen menggunakan validasi konstruksi (Construct Validity). Pada pengujian validitas konstruksi dapat menggunakan pendapat ahli (Experts Judgement). Setelah instrumen disusun berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur, maka selanjutnya dikonsultasikan kepada ahli. Menurut Sugiyono (2012:125) setelah pengujian kontruksi dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Untuk mengetahui validitas instrumen maka digunakan rumus Korelasi Product Moment dengan angka kasar. Rumus product moment dengan angka kasar yang digunakan adalah sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 2006:170) :

Keterangan :

n = jumlah responden

= jumlah nilai perbutir dikalikan nilai per responden = jumlah nilai per butir

= jumlah nilai per responden

Suatu instrumen dinyatakan valid apabila mempunyai r hitung > r kritis atau r hitung. Sehingga instrumen yang digunakan valid apabila r hitung > 0.30.

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas berhubungan dengan keajegan atau ketetapan hasil pengukuran. Maksudnya suatu instrumen yang reliable akan menunjukkan hasil pengukuran yang sama walaupun digunakan dalam waktu yang berbeda.


(70)

54

Pada penelitian ini akan dilakukan uji reliabilitas pada motivasi belajar matematika menggunakan rumus reliabilitas KR21. Rumus reliabilitas KR21

digunakan karena pada penelitian ini data instrumen yang akan dicari reliabilitasnya mempunyai skor 1 dan 0. Suatu instrumen dinyatakan reliable apabila rhitung > rminimal, yaitu rhitung > 0,7. Rumus reliabilitas KR21 adalah

sebagai berikut:

Rumus reliabilitas KR21

( ) ( )

keterangan :

k = jumlah item dalam instrumen M = rerata skor total

S2 = varian total

Tabel 3.Interpretasi Nilai r (Suharsimi Arikunto, 2013: 319) Besarnya nilai r Interpretasi Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendah Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah (tidak berkorelasi) I. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2012:147). Pada suatu penelitian telah dibuat hipotesis yang perlu dibuktikan kebenarannya.


(71)

55

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan uji t. Uji t hanya digunakan untuk populasi ini (populasi yang menjadi subjek penelitian) dan tidak bermaksud untuk digeneralisasikan. Uji t digunakan untuk menekankan pada perbedaan dan pengaruh pada hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menghitung hasil penelitian yang diperoleh untuk menjawab rumusan masalah. Sebelum melakukan uji t dilakukan perhitungan mean pada skor awal dan skor akhir. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t dengan rumus sebagai berikut :

2 1 1 1 n n S x xi t    Keterangan:

xi = rata-rata kelompok eksperimen x =rata-rata kelompok kontrol S = varian gabungan

n1 = jumlah subjek kelompok eksperimen

n2 = jumlah subjek kelompok kontrol

langkah-langkah uji t adalah sebagai berikut : 1. Menghitung varian gabungan

2

1

1

2 1 2 1 2 2 2 1

n

n

S

n

S

n

S

Keterangan :

S = varian gabungan

n1 = jumlah subjek kelompok eksperimen


(1)

213


(2)

214 Lampiran 9.2 Surat Ijin Uji Coba Instrumen


(3)

215 Lampiran 9.3 Surat Ijin Penelitian dari UNY


(4)

216


(5)

217 Lampiran 9.5 Surat Ijin dari Bapedda Bantul


(6)

218 Lampiran 9.6 Surat Keterangan dari SD