Hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua.

(1)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA SIKAP WIRAUSAHA DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA

DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA Studi Kasus di Program Studi Pendidikan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma

Arni Mariasiwi Universitas Sanata Dharma

2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh: (1) jenis pekerjaan orang tua; (2) tingkat pendapatan orang tua; (3) tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha.

Penelitian dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma pada bulan Juli sampai Agustus 2010. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode kuesioner, dokumentasi, dan wawancara. Populasi penelitian adalah 399 mahasiswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 163 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah model persamaan regresi yang dikembangkan Chow.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh: (1) jenis pekerjaan orang tua (ρ=0,833 > α=0,05); (2) tingkat pendapatan orang tua (ρ=0,152 > α=0,05); (3) tingkat pendidikan orang tua (ρ=0,535 > α=0,05) terhadap hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha.


(2)

ix ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN ENTREPRENEURSHIP ATTITUDES AND ENTREPRENEURSHIP INTEREST PERCEIVED FROM

PARENTS’ SOCIAL ECONOMY STATUS

A Case Study on Students of Accounting Education Department Sanata Dharma University

Arni Mariasiwi Sanata Dharma University

2010

This research aims to know the influence of: (1) parents’ occupation; (2) parents’ income; (3) parents’ education level towards the relationship between entrepreneurship attitude and interest of entrepreneurship.

The study was conducted at Accounting Education Sanata Dharma University in July and August 2010. The data were gathered by questionnaire method, documentation, and interview. The research population was 399 students. The number of research sample was 163 students. Samples were taken by purposive sampling technique. The data analysis technique was the model of regression equity developed by Chow..

The result of the research shows that there is no influence of: (1) parents’ occupation (ρ=0,833 > α=0,05); (2) parents’ income (ρ=0,152 > α=0,05); (3) parents’ education level (ρ=0,535 > α=0,05) towards the relationship between entrepreneurship attitude and interest of entrepreneurship.


(3)

STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

Studi Kasus di Program Studi Pendidikan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh: Arni Mariasiwi NIM: 061334017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2010


(4)

i

HUBUNGAN ANTARA SIKAP WIRAUSAHA

DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA DITINJAU DARI

STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

Studi Kasus di Program Studi Pendidikan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh: Arni Mariasiwi

061334017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2010


(5)

(6)

(7)

  iv

PERSEMBAHAN

Hasil karya berupa skripsi ini kupersembahkan pada. Bapak Ngadiman dan Ibu Wantini yang tercinta Kakakku Emmanuel Purwadi dan A. Dwi Wardani yang terkasih Keponakanku Gissela Putri Purdani yang terkasih Agustinus Andri Harmoko seseorang yang kusayangi Almamaterku Teman-teman seperjuangan angkatan 2006


(8)

v

MOTTO

Your beliefs become your thoughts

Your thoughts become your words

Your words become your actions

Your actions become your values

Values become your destiny

(Mahatma Gandhi)

Kebahagiaan tergantung pada apa yang dapat anda

berikan,

Bukan pada apa yang yang dapat anda peroleh

Jika kita tidak mengubah diri kita sekarang, maka

yang kita dapatkan hanyalah apa yang kini sudah


(9)

(10)

(11)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA SIKAP WIRAUSAHA DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA

DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA Studi Kasus di Program Studi Pendidikan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma

Arni Mariasiwi Universitas Sanata Dharma

2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh: (1) jenis pekerjaan orang tua; (2) tingkat pendapatan orang tua; (3) tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha.

Penelitian dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma pada bulan Juli sampai Agustus 2010. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode kuesioner, dokumentasi, dan wawancara. Populasi penelitian adalah 399 mahasiswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 163 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah model persamaan regresi yang dikembangkan Chow.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh: (1) jenis pekerjaan orang tua (ρ=0,833 > α=0,05); (2) tingkat pendapatan orang tua (ρ=0,152 > α=0,05); (3) tingkat pendidikan orang tua (ρ=0,535 > α=0,05) terhadap hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha.


(12)

ix ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN ENTREPRENEURSHIP ATTITUDES AND ENTREPRENEURSHIP INTEREST PERCEIVED FROM

PARENTS’ SOCIAL ECONOMY STATUS

A Case Study on Students of Accounting Education Department Sanata Dharma University

Arni Mariasiwi Sanata Dharma University

2010

This research aims to know the influence of: (1) parents’ occupation; (2) parents’ income; (3) parents’ education level towards the relationship between entrepreneurship attitude and interest of entrepreneurship.

The study was conducted at Accounting Education Sanata Dharma University in July and August 2010. The data were gathered by questionnaire method, documentation, and interview. The research population was 399 students. The number of research sample was 163 students. Samples were taken by purposive sampling technique. The data analysis technique was the model of regression equity developed by Chow..

The result of the research shows that there is no influence of: (1) parents’ occupation (ρ=0,833 > α=0,05); (2) parents’ income (ρ=0,152 > α=0,05); (3) parents’ education level (ρ=0,535 > α=0,05) towards the relationship between entrepreneurship attitude and interest of entrepreneurship.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari dukungan dan dorongan dari berbagai pihak, yang telah memberikan semangat, saran, kritik, ide, dan penghiburan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikaan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.


(14)

xi

5. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

8. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini.

9. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan dorongan, nasehat, dan selalu berdoa untuk penulis.

10.Mas Purwadi dan Mbak Agustin Dwi Wardani yang selalu memberikan dukungan untuk penulisan skripsi ini.

11.Mas Agustinus Andri Harmoko yang selalu setia menemaniku, memberikan dukungan doa, dan menyayangiku.

12.Om Agus Priyono, Tante Yuli Istuti, dan Bude Kristin yang selalu memberikan dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan kuliah ini. 13.M’ Rina, M’ Sigit, De’ Yoel, De’ Anneta, dan De’ Gissela yang memberikan

inspirasi dan memberikan warna-warni hidup penulis.

14.Herlina, Nita, Asmi, dan Mel yang menjadi sahabat terbaik dan selalu ada untuk penulis dalam keadaan suka dan duka.


(15)

xii

15.Pristi, Dety, Nita, Rara, Vivin, Ocha, dan Yoga teman-teman seperjuangan skripsi yang senantiasa memberikan dukungan dan masukan dalam mengerjakan skripsi.

16.Dian, Galih, Yuni, Novy, Putri, Dwi, Retno, Deta, Mela, Erlina, Inggit semua angkatan 2006, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang berkepentingan terhadap skripsi ini.


(16)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvii

DARTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Batasan Masalah... 5

C.Masalah Penelitian... 5

D.Tujuan Penelitian... 6


(17)

xiv BAB II KAJIAN TEORETIK

A.Tinjauan Teoritik ... 8

1. Sikap Wirausaha ... 8

2. Minat... 40

3. Status Sosial Ekonomi ... 45

B.Kerangka Berfikir... 54

1. Pengaruh Positif Jenis Pekerjaan Orang Tua terhadap Hubungan antara Sikap Wirausaha dengan Minat Berwirausaha ... 54

2. Pengaruh Positif Tingkat Pendapatan Orang Tua terhadap Hubungan antara Sikap Wirausaha dengan Minat Berwirausaha ... 55

3. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua terhadap Hubungan antara Sikap Wirausaha dengan Minat Berwirausa ... 57

C.Model Penelitian... 58

D.Hipotesis Penelitian ... 58

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 59

B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 59

C.Subjek dan Objek Penelitian ... 60

D.Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 60


(18)

xv

F. Teknik Pengumpulan Data ... 68

G.Teknik Pengujian Instrumen... 69

H.Teknik Analisis Data ... 73

BAB IV GAMBARAN UMUM A.Identitas ... 79

B.Sejarah Perkembangan Universitas Sanata Dharma... 79

C.Visi dan Misi Universitas Sanata Dharma... 88

D.Sejarah Program Studi Pendidikan Akuntansi ... 90

E. Visi, Misi, dan Sasaran Program Studi Pendidikan Akuntansi... 92

F. Kurikulum Program Studi Pendidikan Akuntansi... 94

G.Proses Pembelajaran Program Studi Pendidikan Akuntansi... 95

H.Sumber Daya Manusia Program Studi Pendidikan Akuntansi... 96

I. Sarana dan Prasarana Program Studi Pendidikan Akuntansi... 98

J. Beasiswa ... 98

K.Profil Lulusan ... 99

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 100

1. Deskripsi Responden ... 100


(19)

xvi

B.Analisis Data ... 104

1. Pengujian Prasyarat... 104

2. Uji Hipotesis... 106

C.Pembahasan ... 110

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A.Kesimpulan... 121

B.Keterbatasan Penelitian ... 122

C.Saran ... 122 DAFTAR PUSTAKA


(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tingkatan Pendidikan di Indonesia ... 53

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Sikap Wirausaha ... 63

Tabel 3.2 Skor Variabel Sikap Wirausaha ... 64

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Minat Berwirausaha ... 64

Tabel 3.4 Skor Variabel Minat Berwirausaha ... 65

Tabel 3.5 Interval Skor Tingkat Pendapatan Orang Tua... 67

Tabel 3.6 Interval Skor Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 68

Tabel 3.7 Kesimpulan Hasil Uji Validitas Sikap Wirausaha ... 70

Tabel 3.8 Kesimpulan Hasil Uji Validitas Minat Berwirausaha ... 71

Tabel 3.9 Kesimpulan Hasil Uji Reliabilitas... 73

Tabel 5.1 Sikap Wirausaha... 100

Tabel 5.2 Minat Berwirausaha ... 101

Tabel 5.3 Jenis Pekerjaan Orang Tua Responden ... 102

Tabel 5.4 Tingkat Pendapatan Orang Tua Responden ... 103

Tabel 5.5 Tingkat Pendidikan Orang Tua Responden ... 104

Tabel 5.6 Hasil Pengujian Normalitas... 104


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

A. Data Sikap Wirausaha ... 126 B. Data Minat Berwirausaha... 132 C. Data Status Sosial Ekonomi Orang Tua... 138 Lampiran II

A. Kuesioner ... 141 B. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 149 Lampiran III

A. PAP Tipe II ... 152 B. Hasil Uji Normalitas Menggunakan SPSS 12... 154 C. Hasil Uji Linieritas Menggunakan SPSS 12 ... 154 Lampiran IV

A. Hasil Uji Hipotesis ... 155 Lampiran V

A. Surat Ijin Penelitian... 159 B. Data Nama Mahasiswa Pendidikan Ekonomi yang Sudah

Mengambil Mata Kuliah Kewirausahaan... 162 C. Data Nama Mahasiswa Pendidikan Akuntansi yang Sudah


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era industrialisasi membutuhkan manusia yang berkemampuan professional di bidangnya masing-masing dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini akan menimbulkan persaingan ketat terhadap dunia kerja. Salah satu upaya untuk menghadapi industrialisasi adalah dengan berwirausaha. Ditinjau dari segi kemandirian berwirausaha akan memberikan peluang untuk diri sendiri dalam mencapai kesuksesan. Dari segi sosial akan memberikan peluang kerja bagi orang lain, lingkungan, dan masyarakat.

Banyaknya mahasiswa lulusan perguruan tinggi dan terbatasnya jumlah lapangan pekerjaan menyebabkan mahasiswa lulusan perguruan tinggi semakin sulit mencari pekerjaan, sehingga semakin menambah jumlah pengangguran di Indonesia. Kesempatan kerja dibanding dengan jumlah orang yang mencari kerja lebih banyak orang yang mencari kerja, sehingga banyak orang yang tidak mendapat kesempatan untuk bekerja. Belakangan ini juga semakin banyak perusahaan-perusahaan yang mengurangi jumlah pekerjanya sehingga pengangguran semakin bertambah. Hal ini dapat diatasi dengan penciptaan lapangan kerja sendiri sesuai dengan keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki.


(23)

Jumlah lulusan perguruan tinggi baik diploma maupun sarjana lebih dari 300.000 orang per tahun. Adapun jumlah mahasiswa vokasi perguruan tinggi negeri dan swasta pada tahun 2005 sebanyak 838.795 orang, pada tahun 2006 menjadi 1.256.136 orang, dan pada tahun 2007 turun menjadi 979.374 orang. Lapangan kerja rata-rata hanya menyerap 37 persen lulusan perguruan tinggi dan sekitar 63 persen menganggur. Bahkan, beberapa tahun ke depan diperkirakan daya serap itu menurun karena pengaruh resesi.

Dengan banyaknya jumlah lulusan perguruan tinggi yang tidak memperoleh lapangan pekerjaan, mahasiswa hendaknya berani membuka lapangan pekerjaan sendiri sesuai keterampilan yang dimiliki. Menciptakan lapangan pekerjaan sendiri atau berwirausaha dipengaruhi oleh berbagai hal baik dari diri sendiri atau dari lingkungan. Lingkungan pertama yang paling berpengaruh adalah lingkungan keluarga.

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dan mempunyai peranan yang penting dalam prestasi anak. Setiap orang tua menjadi teladan bagi anak-anaknya. Dengan bimbingan dan pengawasan dari orang tua maka unsur-unsur psikologis anak dapat didayagunakan secara optimal. Unsur-unsur psikologis adalah perhatian, pengawasan, tanggapan, fantasi, ingatan, pikiran, intelegensi, dan bakat.

Sikap wirausaha yaitu sifat-sifat yang dimiliki seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidupnya. Setiap orang mempunyai tujuan dan kebutuhan tertentu dalam hidupnya tetapi tidak semua orang memiliki tujuan hidup yang jelas. Orang yang mempunyai


(24)

sikap wirausaha mempunyai bayangan yang jelas tentang jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan hidupnya. Manusia yang memiliki sikap mental wirausaha memiliki keyakinan yang kuat atas kekuatan yang ada pada dirinya.

Minat berwirausaha adalah ketertarikan atau keinginan seseorang untuk berwirausaha. Minat dapat tumbuh setelah dipelajari dengan berbagai cara. Namun, seseorang yang memiliki minat dari dalam atau bakat dari keturunan akan lebih mudah dan lebih cepat beradaptasi dalam mengembangkan usahanya.

Status sosial ekonomi orang tua merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan terhadap minat berwirausaha pada anaknya. Status sosial ekonomi orang tua beragam misalnya jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan. Dengan latar belakang status sosial ekonomi orang tua yang berbeda-beda maka akan berbeda pula pengaruhnya terhadap minat berwirausaha pada anak. Anak yang mempunyai minat berwirausaha yang tinggi dan mendapat dukungan spiritual maupun material dari orang tuanya akan dapat meraih sukses. Dukungan spiritual contohnya cara orang tua memotivasi, perhatian, dan pengertian sedangkan dukungan material adalah modal.

Bekerja merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam satu keluarga orang tualah yang memegang peranan tersebut. Orang tua bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Latar belakang pekerjaan orang tua beraneka ragam yaitu petani, karyawan swasta, pegawai negeri sipil,


(25)

wirausaha dan lain sebagainya. Latar belakang pekerjaan orang tua akan berpengaruh pada pola pikir anak dalam menentukan pekerjaan. Anak-anak cenderung memilih cita-cita untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari orang tuanya, demikian juga orang tua menginginkan anaknya mendapat pekerjaan yang lebih baik dari dirinya. Maka latar belakang pekerjaan orang tua berperan penting pada anak dalam menentukan pekerjaannya di masa yang akan datang. Demikian juga dengan minat berwirausaha anak. Besar kecilnya minat berwirausaha anak dipengaruhi latar belakang pekerjaan orang tuanya, karena orang tua merupakan contoh teladan bagi anak-anaknya.

Pendapatan orang tua adalah seluruh pendapatan yang diperoleh orang tua untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika pendapatan orang tua tinggi akan membantu pembiayaan modal berwirausahan bagi anaknya. Hal demikian akan semakin meningkatkan minat berwirausaha bagi anak.

Pendidikan orang tua adalah pendidikan formal yang ditempuh oleh orang tua. Latar belakang pendidikan orang tua akan membantu anak dalam memotivasi dirinya untuk terjun ke dunia kewirausahaan. Orang tua mampu memberikan nasehat, motivasi, dan pengarahan yang tepat untuk anak.

Program Studi Pendidikan Akuntansi menyiapkan lulusannya menjadi seorang guru tetapi selain menjadi guru mahasiswa mempunyai pilihan untuk menjadi seorang wirausaha. Dalam Program Studi Pendidikan Akuntansi terdapat mata kuliah Kewirausahaan. Dengan adanya mata kuliah Kewirausahaan akan semakin menambah pengetahuan mahasiswa tentang bidang Kewirausahaan, hal ini diharapkan dapat menumbuhkan minat


(26)

mahasiswa untuk berwirausaha. Dengan diajarkannya Kewirausahaan mahasiswa setelah lulus diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

Alasan yang mendasari peneliti mengambil judul hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua adalah ingin mengetahui lebih lanjut mengenai seberapa besar pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha.

B. Batasan Masalah

Status sosial ekonomi orang tua meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, usia, dan jabatan. Status sosial ekonomi orang tua yang dibahas dalam penelitian ini adalah jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan orang tua. Adapun alasan penulis, karena ketiga faktor tersebut memberikan pengaruh yang dominan dan berhubungan langsung dengan minat berwirausaha mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi.

C. Masalah Penelitian

1. Apakah ada pengaruh positif jenis pekerjaan orang tua terhadap hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha?

2. Apakah ada pengaruh positif tingkat pendapatan orang tua terhadap hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha?


(27)

3. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh positif jenis pekerjaan orang tua terhadap hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha.

2. Untuk mengetahui pengaruh positif tingkat pendapatan orang tua terhadap hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha.

3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari adanya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan referensi tentang Kewirausahaan.

2. Bagi Dosen

Hasil penelitian ini dapat digunakan dosen untuk mendorong mahasiswa dalam perkuliahan Kewirausahaan agar dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.


(28)

3. Bagi mahasiswa

Hasil penelitian ini hendaknya dapat digunakan untuk mempertimbangkan agar mahasiswa mau membuka lapangan pekerjaan sendiri dan dapat mengurangi jumlah pengangguran.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan wawasan yang luas, sehingga peneliti dapat lebih mengembangkan ilmu-ilmu Kewirausahaan yang diperoleh di perkuliahan untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.


(29)

8 BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Tinjauan Teoritis 1. Sikap wirausaha

a. Pengertian Sikap

Definisi sikap, menurut Fishbein dalam Ali (2005:141), adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek. Sikap merupakan variabel laten yang mendasari, mengarahkan, dan mempengaruhi perilaku. Sikap tidak identik dengan respon dalam bentuk perilaku, tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat disimpulkan dari konsistensi perilaku yang diamati. Menurut Horocks dalam Ali (2005: 141) secara operasional, sikap dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata atau tindakan yang merupakan respon reaksi dari sikapnya terhadap objek, baik berupa orang, peristiwa, atau situasi.

Menurut Chaplin dalam Ali (2005: 141), mendefinisikan sikap sebagai predisposisi atau kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku dan bereaksi dengan cara tertentu terhadap orang lain, objek, lembaga, atau persoalan tertentu. Pengertian sikap menurut Ali (2005:142), adalah salah satu aspek psikologi individu yang sangat penting karena sikap merupakan kecenderungan untuk berperilaku sehingga akan banyak mewarnai perilaku seseorang.


(30)

Definisi sikap menurut Spencer dalam Ali (2005:143) adalah status mental seseorang, sikap dapat diekspresikan dengan berbagai cara, dengan kata-kata yang berbeda dan tingkat intensitas yang berbeda. b. Menurut Ali (2005:144), komponen dalam sikap dapat dijabarkan

lagi sebagai berikut:

1) Komponen kognitif, berhubungan dengan: belief (kepercayaan atau keyakinan), ide, dan konsep.

2) Komponen afektif, yang berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang.

3) Komponen konatif, yang merupakan kecenderungan bertingkah laku.

c. Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan, menurut Peter F. Drucker dalam Suryana (2006:14), adalah memampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi tercapainya peluang. Banyak orang, baik pengusaha maupun non pengusaha meraih sukses karena memiliki kemampuan berfikir kreatif dan inovatif. Kreatif adalah kemampuan mengembangkan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang, sedangkan inovatif adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan peluang.

Menurut Thomas W. Zimmerer dalam Suryana (2006:10), kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang


(31)

nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapi.

Kewirausahaan, Menurut Suryana (2006:13), adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda untuk menghasilkan nilai dengan mencurahkan waktu dan usaha, diikuti penggunaan uang, fisik , resiko, dan kemudian menghasilkan balas jasa berupa uang serta kepuasan dan kebebasan pribadi.

Menurut Soeharto wirakusumo dalam Suryana (2006:13), kewirausahaan merupakan nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha atau proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan berbeda.

Kewirausahaan, menurut Soeparman Soemahamidjaja dalam Suryana (2006:14), berasal dari istilah entrepreneur yang artinya suatu kemampuan dalam berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak tujuan, kiat, dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.

d. Pengertian wirausaha

Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan dan mengkombinasikan sumber daya seperti keuangan, material, tenaga kerja, keterampilan untuk menghasilkan produk, proses produksi, bisnis, dan organisasi baru menurut Marzuki Usman dalam (Suryana, 2006:14).


(32)

Wirausaha, menurut Prawirokusumo dalam Suryana (2006:15), adalah mereka yang melakukan usaha-usaha kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang dan perbaikan hidup.

Wirausaha adalah orang yang mampu melakukan koordinasi, organisasi, dan pengawasan. Seorang wirausaha adalah orang yang memiliki pengetahuan yang luas tentang lingkungan dan membuat keputusan-keputusan tentang lingkungan usaha, mengelola sejumlah modal dan menghadapi kepastian untuk meraih keuntungan (http://tumoutou.net/702_05123/tjahja_m.html).

Menurut Argene dalam Suryana (2006:15), wirausaha adalah seseorang yang berani mengambil resiko dengan menyatukan berbagai fungsi produksi, termasuk modal, bahan baku, tenaga kerja, dan menerima imbalan dalam bentuk laba dari nilai pasar yang dihasilkannya. Ide kreatif wirausaha diawali dengan proses peniruan, kemudian berkembang menjadi proses pengembangan, dan berujung pada proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda. Tahap inovasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari pribadi maupun lingkungan. Faktor pribadi yang memicu kewirausahaan adalah motif berprestasi, komitmen, nilai-nilai pibadi, pendidikan, dan pengalaman. Faktor lingkungan yaitu peluang dan aktivitas.


(33)

e. Sikap wirausaha

Sikap wirausaha adalah predisposisi atau kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku dan bereaksi dengan cara tertentu terhadap bidang kewirausahaan.

Seorang wirausaha harus memiliki jiwa-jiwa kewirausahaan dalam semangatnya, sikap perilakunya, dan kemampuan yang cukup untuk dapat memulai, memiliki, dan mengelola perusahaan.

Karakteristik Wirausaha:

Seorang wirausaha adalah pribadi yang mandiri dalam mengejar prestasi, ia berani mengambil resiko untuk mulai mengelola bisnis demi mendapatkan laba.

Menurut David Mc. Clelland dalam Mudjiarto (2006:3-4), ada 9 karakteristik utama yang terdapat dalam diri seorang wirausaha yaitu sebagai berikut:

1) Dorongan berprestasi: semua wirausahawan yang berhasil memiliki keinginan besar untuk mencapai suatu prestasi.

2) Bekerja keras: sebagian wirausahawan ”mabuk kerja”, demi mencapai sasaran yang ingin dicita-citakan.

3) Memperhatikan kualitas: wirausahawan menangani dan mengawasi sendiri bisnisnya sampai mandiri, sebelum ia mulai dengan usaha baru lagi.

4) Sangat bertanggung jawab: wirausahawan sangat bertanggung jawab atas usaha mereka, baik secara moral, legal maupun mental.


(34)

5) Berorientasi pada imbalan: wirausahawan mau berprestasi, kerja keras, bertanggung jawab, dan mereka mengharapkan imbalan yang sepadan dengan usahanya.

6) Optimis: wirausahawan hidup dengan doktrin semua waktu baik untuk bisnis, dan segala sesuatu mungkin.

7) Berorientasi pada hasil karya yang baik: wirausahawan ingin mencapai sukses yang menonjol dan menuntut segala yang ”first class”.

8) Mampu mengorganisasikan: kebanyakan wirausahawan mampu memadukan bagian-bagian dari usahanya. Mereka umumnya diakui sebagai ”komandan” yang berhasil.

9) Berorientasi pada uang: uang yang dikejar oleh para wirausahawan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan pengembangan usaha saja, tetapi juga dilihat sebagai ukuran prestasi kerja dan keberhasilan.

Geoffrey G. Marideth dalam Mudjiarto (2006:4-5), mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan yaitu sebagai berikut:

1) Percaya diri

Watak: keyakinan, ketidaktergantungan, dan optimis. 2) Berorientasi pada tugas dan hasil

Watak: kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan, ketabahan, tekad kerja keras, enerjik, dan inisiatif.


(35)

3) Pengambilan resiko

Watak: kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar dan suka tantangan.

4) Kepemimpinan

Watak: perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran dan kritik.

5) Keorsinilan

Watak: inovatif dan kreatif serta fleksibel. 6) Berorientasi ke masa depan

Watak: pandangan ke depan dan perspektif.

M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer dalam Mudjiarto (2006:5-6), mengemukakan delapan karakteristik wirausaha, yang meliputi: 1) Desire for responsibility

Yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri.

2) Preference for moderate risk

Yaitu lebih memilih risiko yang moderat, artinya ia selalu menghindari risiko yang rendah dan menghindari risiko yang tinggi. 3) Confidence in their ability to success

Yaitu percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil. 4) Desire for immediate feedback


(36)

5) High level of energy

Yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.

6) Future orientation

Yaitu berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh ke depan.

7) Skill at organizing

Yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.

8) Value of achievement over money

Yaitu selalu menilai prestasi dengan uang.

Menurut Argene (2005:3-8), mengemukakan bahwa seorang pengusaha seharusnya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1) Confidence: percaya diri

Percaya diri adalah langkah paling awal menjadi pengusaha karena dengan percaya diri dapat memprioritaskan diri untuk bisa/sanggup dalam menjalani setiap usaha-usaha tanpa merasa malu untuk memulainya dari kecil (awal).

2) Energi: semangat/tenaga/kekuatan

Sebuah kekuatan akan begitu dahsyat apabila terus dipacu dan digerakkan dengan kemauan yang ada. Pengetahuan dan wawasan merupakan titik pertama dalam mencapai kekuatan diri.


(37)

3) Ability to take calculated risk: mengkalkulasi risiko

Kecermatan, ketelitian, kehati-hatian merupakan sikap yang harus dimiliki seorang wirausahawan. Penggabungan dari semua ini adalah memfokuskan kepada dampak yang akan terjadi setelah usaha dijalankan. Seorang wirausaha harus mampu dan bisa mengkalkulasi kesemuanya itu. Jangan ceroboh dalam mengambil sikap, menggampangkan apalagi menyepelekannya, ini akan membuat kesalahan yang fatal bagi kemajuan usaha.

4) Dinamism: melakukan perubahan/cara dalam penentuan lokasi usaha

Ini bisa dikatakan bahwa seorang wirausaha harus dapat melihat dan memilih tempat-tempat yang strategis untuk usaha yang akan dijalankan sehingga dapat memperoleh kemajuan yang pesat. Perlu diingat di sini wirausahawan dituntut lebih analis dalam melihat situasi yang terjadi di dalam usaha.

5) Leadership: mempunyai sifat memimpin

Sifat kepemimpinan selalu terpancar dalam diri seseorang. Karena setiap orang dituntut untuk dapat memimpin dirinya sendiri. Dari situ dapat dikatakan apabila di dalam dirinya mempunyai sifat kepemimpinan yang besar, ia akan menjadi orang hebat. Oleh karena itu, tanamkan pada diri Anda ”saya harus dapat menjadi pemimpin dan mau dipimpin”.


(38)

6) Optimism: optimis

Sikap positif inilah yang harus dimiliki oleh para wirausahawan. Mereka yang menanamkan sikap ini seakan-akan mempunyai gambaran keberhasilan yang akan diperolehnya. Lain halnya dengan kebalikan dalam sikap ini yaitu pesimis, sikap ini tak hanya akan merugikan kita bahkan akan menjatuhkan mental kita dalam menjalani roda usaha.

7) Need to achieve: kemampuan untuk mencapai target

Target merupakan penyokong sebuah usaha karena dengan target, kita dapat menentukan proyeksi keuntungan dengan jelas. Jika anda membuka usaha pasti mempunyai target-target yang harus dilakukan setiap bulannya.

8) Creativity: kreatif

Pencipta, mempunyai imajiner dan pembaharuan, ini adalah suatu gambaran yang dapat diberikan oleh para pengusaha/wirausahawan yang merubah keadaan, dari yang tidak ada menjadi ada dan nyata, serta dapat dipakai untuk kehidupan sehari-hari.

9) Flexibility: fleksibel

Usahawan yang fleksibel dapat memanfaatkan keadaan dan situasi yang ada, selalu mencari jalan untuk mengisi kebutuhan-kebutuhan yang ada dengan melihat apa yang saat ini digemari atau dibutuhkan oleh customer.


(39)

10)Responbility: rasa tanggung jawab

Setiap pekerjaan mempunyai dampak yang akan terjadi. Tanggung jawab yang besar dapat membantu anda dalam menghadapi masalah. Mereka yang mempunyai tanggung jawab lebih mengutamakan keberhasilan daripada ketidakberhasilan dalam memecahkan kejadian-kejadian.

11)Independence: merdeka/berdiri sendiri

Mandiri atau tidak mengandalkan orang lain adalah sikap yang harus dimiliki oleh para pengusaha. Biasanya orang melihat dari cara dan bagaimana ia menjalankan usahanya, setelah itu dipelajari secara benar-benar, dan apabila ada kesempatan, lalu membuka sendiri lapangan pekerjaan (berwiraswasta sendiri).

12)Initiative: inisiatif

Sifat akhir dari seorang pengusaha adalah inisiatif, strategi ini yang diberikan kepada para leader-leader dalam mengungkapkan gagasan-gagasan tentang cara menggunakan inisiatif kita.

Menurut Machfoedz (2005:10-12), mengemukakan bahwa ciri seorang wirausahawan ditunjukkan dengan profil pribadi sebagai berikut:

1) Mengejar prestasi

Wirausahawan bercirikan senantiasa menginginkan prestasi prima. Untuk itu mereka lebih memilih bekerja dengan pakar ketika menghadapi problema dan cenderung untuk berfikir cermat serta berfokus pada visi jangka panjang tentang bisnis.


(40)

2) Berani mengambil resiko

Wirausahawan tidak takut menjalani pekerjaan yang disertai risiko dengan memperhitungkan besar kecilnya risiko. Dalam setiap kesempatan wirausahawan senantiasa menghindari risiko tinggi. Mereka menyadari bahwa prestasi yang lebih besar hanya mungkin dicapai jika mereka bersedia menerima risiko sebagai konsekuensi terwujudnya tujuan.

3) Mampu memecahkan permasalahan

Wirausahawan adalah orang yang memiliki kepemimpinan yang tumbuh secara alami, pada umumnya lebih cepat mengidentifikasikan permasalahan yang perlu diatasi. Jika mereka mengetahui bahwa solusi yang mereka lakukan kurang tepat berdasarkan alasan-alasan yang sahih, mereka dengan segera memberikan alternatif pendekatan pencegahan permasalahan.

4) Rendah hati

Wirausahawan mendapatkan kepuasan dalam lambang-lambang keberhasilan yang di luar dirinya. Mereka senang usaha yang mereka bangun dipuji orang, namun mereka menolak apabila pujian ditujukan kepada diri mereka. Itulah alasan mengapa kita sering menjumpai wirausaha yang meskipun sukses dalam bisnis, tetapi tampil bersahaja, misalnya berkendaraan mobil yang tidak tergolong mewah atau mungkin mobil bekas.


(41)

5) Bersemangat

Wirausahawan secara fisik senantiasa tampil lincah dan berbadan sehat. Mereka mampu bekerja melebihi jam rata-rata yang dilakukan orang lain ketika meritis usaha. Untuk itu mereka selalu berupaya menjaga stamina.

6) Memiliki rasa percaya diri

Wirausahawan adalah orang yang memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi dan tidak meragukan kecakapan serta kemampuannya. Mereka berfikir bahwa tindakan mereka akan mampu mengubah kejadian dan percaya bahwa mereka adalah pemimpin bagi diri mereka sendiri. Mereka melawan pendapat yang mengatakan bahwa kejadian lain dapat mempengaruhi dorongan untuk mencapai prestasi dan kesuksesan.

7) Menghindari sifat cengeng

Wirausahawan senantiasa menghindari sifat cengeng dalam membentuk pribadi mandiri sehingga sering kali mengalami kesulitan dalam membentuk ikatan emosional yang kental dengan konsekuensi kurang terjalinnya hubungan akrab dengan kawan atau anggota keluarga. Karena tidak mudahnya terjalin hubungan yang akrab, sering kali mereka lebih mengutamakan pekerjaan.

8) Mencari kepuasan diri

Karena wirausahawan termotivasi oleh kebutuhan untuk mewujudkan prestasi diri, mereka sering kali kurang berminat


(42)

terhadap struktur organisasi. Mereka mengabaikan aktivitas manajemen organisasi tradisional sehingga pada umumnya mereka mengalami kesulitan dengan waktu kerja apabila bekerja untuk suatu perusahaan besar.

Menurut Sanusi dalam Suryana (2006:28-29), ada beberapa kecenderungan profil pribadi wirausaha yang dapat diangkat dari kegiatan sehari-hari, diantaranya:

1) Tidak menyenangi lagi hal-hal yang sudah terbiasa/tetap/sudah diatur dan jelas.

2) Suka memandang keluar, berorientasi pada aspek-aspek yang lebih luas dari persoalan yang dihadapi untuk memperoleh peluang baru. 3) Semakin berani, karena merasa perlu untuk menunjukkan sikap

kemandirian atau prakarsa atas nama sendiri.

4) Suka berimajinasi dan mencoba menyatakan daya kreativitas serta memperkenalkan hasil-hasilnya kepada pihak lain.

5) Karena sendiri, maka ada keinginan berbeda atau maju, dan toleransi terhadap perbedaan pihak lain.

6) Menyatakan suatu prakarsa setelah gagasan awalnya diterima dan dikembangkan, serta dapat dipertanggungjawabkan dari beberapa sudut. Prakarsa dianggap tidak final, bahkan terbuka untuk modifikasi dan perubahan.

7) Dengan kerja keras dan kemajuan tahap demi tahap tercapai, timbul rasa percaya diri dan sikap optimisme yang lebih mendasar.


(43)

8) Sikap dan perilaku kewirausahaan di atas kemudian dikombinasikan dengan keterampilan manajemen usaha dalam bentuk perencanaan dan pengembangan produk, penetrasi/pengembangan pasar, organisasi dan komunikasi perusahaan, keuangan, dan lain-lain.

9) Meskipun asasnya bekerja keras, cermat, dan sungguh-sungguh, namun aspek risiko tidak bisa dilepaskan sampai batas yang dapat diterima.

10)Dengan risiko tersebut, dibulatkanlah tekad, komitmen, dan kekukuhan hati terhadap alternatif yang dipilih.

11)Berhubung yang dituju ada kemajuan yang terus menerus, maka ruang lingkup memandangpun jauh dan berdaya juang tinggi, karena sukses tidak datang tanpa dasar atau tiba-tiba.

12)Adanya perluasan pasar dan persaingan dengan pihak lain sehingga mendorong kemajuan keras untuk membuat perencanaan, usaha, dan hasil yang lebih baik, bahkan terbaik dan berbeda.

13)Sikap hati-hati dan cermat mendorong kesiapan bekerja sama dengan pihak lain yang sama-sama mencari kemajuan dan keuntungan. Akan tetapi, wirausaha harus memiliki kesiapan yang matang untuk bersaing.

14)Ujian, godaan, hambatan, dan hal-hal yang tidak terduga dianggap tantangan untuk melakukan berbagai usaha.


(44)

15)memiliki toleransi terhadap kesalahan operasional atau penilaian. Ada introspeksi dan kesediaan, serta sikap responsif dan arif terhadap umpan balik, kritik, dan saran.

16)Memiliki kemampuan intensif dan seimbang dalam memperhatikan dan menyimak informasi dari pihak lain dengan meletakkan posisi dan sikap sendiri, dan mengendalikan diri sendiri terhadap suatu persoalan yang dianggap belum jelas.

17)Menjaga dan memajukan nilai dan perilaku yang telah menjadi keyakinan diri, integritas pribadi yang mengandung citra dan harga diri, selalu bersikap adil, dan sangat menjaga kepercayaan yang telah diberikan orang lain.

Menurut Kasmir (2009:24-26), sikap dan perilaku yang harus dijalankan oleh seorang wirausaha dan seluruh karyawan adalah sebagai berikut: 1) Jujur dalam bertindak dan bersikap

Sikap jujur merupakan modal utama seorang wirausaha dalam melayani pelanggan. Kejujuran dalam berkata-kata, berbicara, bersikap, maupun bertindak akan menumbuhkan kepercayaan pelanggan atas layanan yang diberikan.

2) Rajin, tepat waktu, dan tidak pemalas

Seorang wirausaha dituntut untuk rajin dan tepat waktu dalam bekerja terutama dalam melayani pelanggan. Di samping itu, wirausaha juga dituntut untuk cekatan dalam bekerja, pantang menyerah, selalu ingin tahu, dan tidak mudah putus asa.


(45)

3) Selalu murah senyum

Dalam menghadapi pelanggan atau tamu, seorang wirausaha harus selalu murah senyum. Jangan sekali-kali bersikap murung atau cemberut. Dengan senyum kita mampu meruntuhkan hati pelanggan untuk menyukai produk atau perusahaan kita.

4) Lemah lembut dan ramah tamah

Dalam bersikap dan berbicara pada saat melayani pelanggan atau tamu hendaknya dengan suara yang lemah lembut dan sikap yang ramah-tamah. Sikap seperti ini dapat menarik minat tamu dan membuat pelanggan betah berhubungan dengan perusahaan.

5) Sopan santun dan hormat

Dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan hendaknya selalu bersikap sopan dan hormat. Dengan demikian, pelanggan juga akan menghormati pelayanan yang diberikan.

6) Selalu ceria dan pandai bergaul

Sikap selalu ceria yang ditunjukkan dapat mencurahkan kekakuan yang ada. Sementara itu, sikap pandai bergaul juga akan menyebabkan pelanggan merasa cepat akrab dan merasa seperti teman lama sehingga segala sesuatu berjalan lancar.

7) Fleksibel dan suka menolong pelanggan

Dalam menghadapi pelanggan, wirausaha harus dapat memberikan pengertian dan mau mengalah kepada pelanggan. Segala sesuatu dapat diselesaikan dan selalu ada jalan keluarnya dengan cara yang


(46)

fleksibel. Tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan asalkan mengikuti peraturan yang berlaku. Wirausaha juga diharapkan suka menolong pelanggan yang mengalami kesulitan sampai menemukan jalan keluarnya.

8) Serius dan memiliki rasa tanggung jawab

Dalam melayani pelanggan, wirausaha harus serius dan sungguh-singguh. Wirausaha harus tabah dalam menghadapi pelanggan yang sulit berkomunikasi atau suka ngeyel. Selain serius, wirausaha juga harus mampu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya sampai pelanggan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan.

Menurut Faisol dalam Mudjiarto (2006:28-37), mengemukakan ciri-ciri sikap seorang wirausaha sebagai berikut:

1) Berani mengambil resiko

Seorang wirausaha bila memiliki atau dipercayakan untuk mengelola uang ia tidak suka yang aman atau kecil sekali risikonya. Dalam hal ini ia berani mengambil risiko keuangan dalam bentuk kerugian yang mungkin dideritanya yang telah masuk dalam perhitungannya. Tetapi dalam kalkulasinya ia akan lebih banyak memperhitungkan kalkulasi kegagalan. Dengan demikian seorang wirausaha tidak akan menempatkan atau menginvestasikan dananya pada suatu kegiatan usaha yang mengandung risiko kegagalan yang tinggi, atau kemungkinan gagalnya daripada berhasilnya.


(47)

Singkatnya seorang wirausaha tidak menyukai suatu yang hasilnya sudah pasti dan mudah dicapai, seperti menabung uangnya atau kegiatan mengandung risiko rendah. Namun demikian juga seorang wirausaha tidak menyukai kegiatan dengan kemungkinan gagal dalam usahanya lebih besar daripada berhasilnya. Wirausaha adalah orang yang berani mengambil resiko wajar yang sudah diperhitungkan, ia optimis akan berhasil, tapi bukan pasti berhasil atau gagal.

2) Kreatif dan inovatif

Seorang wirausaha sejati tidak menyukai pekerjaan yang mendatar atau bersifat rutin. Ia lebih suka melakukan penyempurnaan dari apa yang sudah ada sebelumnya, senang menemukan, dan mengusahakan sesuatu yang belum pernah dibuat orang sebelumya. Ia senang memikirkan dan menciptakan hal-hal yang baru. Biasanya, dalam usaha tidak mau ikut-ikutan, ia lebih menyukai penemuan baru dan daya ciptanya.

Kalaupun ia membuat produk atau membuka jenis usaha yang sama dengan orang lain, tapi bukan karena ikut-ikutan, itu karena ia melihat peluangnya masih besar. Ia akan melakukan modifikasi, pengembangan penyempurnaan-penyempurnaan agar lebih menarik konsumen. Ia juga tidak mudah puas dengan yang telah dicapai, selalu ada ide atau gagasannya untuk mengembangkan yang telah ada. Dan ada beberapa cara yang mungkin ditempuh.


(48)

3) Mempunyai Visi

Wirausaha sukses adalah orang yang visioner, yang memiliki bayangan atau gambaran masa depan yang akan dicapai. Ia mampu membuat gambaran tentang wujud masa depan yang akan diraih. Berdasarkan visi yang ditetapkan, ia mampu menyusun rencana dan strategi untuk meraihnya. Dan dengan tekun melaksanakannya secara konsisten, meskipun banyak rintangan, kesulitan dan hambatan ataupun orang lain meragukan.

4) Mempunyai tujuan yang berkelanjutan

Sebagai bagian dari upaya mencapai harapan masa depan atau visinya, seorang wirausaha sukses mampu merumuskan tujuan yang jelas, menantang namun realitas. Baik tujuan jangka panjang, menengah maupun jangka pendek. Ia juga mampu untuk senantiasa melakukan evaluasi dan penyesuaian-penyesuaian tujuan yang telah dirumuskan, untuk memastikan bahwa tujuan tersebut konsisten dengan visi pribadi dan perusahaan yang berkembang. Seorang wirausaha sukses tidak hanya puas terhadap pencapaian tujuan, lebih dari itu ia senantiasa membuat tujuan baru yang lebih menantang. 5) Percaya diri

Wirausaha yang sukses mempunyai rasa percaya diri yang kuat. Ia optimis bahwa apa yang dilakukan akan berhasil sesuai dengan harapannya, walaupun banyak orang yang meragukan. Ketika memulai bisnis, meskipun awalnya kecil-kecilan ia percaya


(49)

bahwa apa yang dilakukan merupakan sesuatu yang tepat sehingga tanpa ragu berani mewujudkannya dan yakin pada saatnya akan sukses. Ia merasa yakin bahwa dirinya mampu memenangkan persaingan dengan cara sehat.

Sebagai orang yang kuat rasa percaya dirinya, setiap wirausaha yang menemui kegagalan akan mengoreksi kesalahan dirinya, tidak mencari kambing hitam atau menyalahkan nasib. Ia akan melihat apa kesalahan dalam dirinya. Ia akan membandingkan dirinya dengan orang lain yang lebih maju, kemudian ia memperbaiki kekurangan-kekurangannya. Ia yakin bahwa dengan memperbaiki diri persoalan akan dapat diatasi.

6) Mandiri

Seorang wirausaha adalah orang mandiri, tidak mau hidupnya tergantung orang lain. Ia mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi pemimpin atau ”boss” minimal bagi diri sendiri, terbebas dari perintah atau kontrol orang lain. Ia mampu melaksanakan pekerjaan secara disiplin dalam kondisi kerja yang terisolasi. Dan memiliki kemampuan mengorganisasi aktivitas untuk mencapai tujuan pribadi dan usahanya.

Ia juga pantang diberi pertolongan orang lain, kecuali kalau memang benar-benar sudah tidak mampu untuk berbuat. Kalaupun minta tolong, maka pertolongan yang diperolehnya akan dianggap sebagai hutang yang nanti harus dibayar kembali.


(50)

7) Aktif, energik, menghargai waktu

Seorang wirausaha sejati biasanya tidak mau diam dan tidak mudah puas dengan yang sudah ada. Apabila sedang menjalankan usahanya, ia tidak puas kalau tidak menggunakan waktu sebaik-baiknya. Ia bekerja kalau perlu sampai 24 jam sehari dalam rangka mencapai prestasi usahanya. Waktu sangat penting dan berharga bagi dirinya. Setiap waktu berarti untuk kepentingan usahanya, memikirkan, merencanakan, mempelajari data, membuat laporan, melakukan negosiasi bisnis, membuat kontrak dan seterusnya. Seorang wirausaha sukses nampak dikejar sesuatu, dan waktu terasa terlalu singkat untuk menyelesaikan segalanya. Waktu baginya sangat berharga. Dalam pandangannya, orang yang menyia-nyiakan waktu adalah orang yang merugi.

8) Memiliki kosep diri positif

Wirausaha sejati adalah orang yang memiliki konsep diri positif. Ia adalah orang yang terbuka terhadap kritik, karena kritik sangat berguna bagi diri atau usahanya. Berbeda dengan orang yang memiliki konsep diri negatif, akan sangat peka terhadap kritik, orang ini mudah tersinggung bahkan marah jika dikritik, karena kritik dianggap menjatuhkan harga diri.

Wirausaha sejati juga tidak bangga terhadap pujian. Keberhasilan adalah sesuatu yang wajar sebagai hasil kerja keras dan bukan untuk dibangga-banggakan. Meskipun ada perasaan


(51)

senang bila dipuji namun ia sadar bahwa keberhasilannya bukan sepenuhnya karena dirinya tetapi berkat dukungan kerjasama dengan orang lain. Sebaliknya orang yang mempunyai konsep diri negatif sangat senang terhadap pujian dan suka membanggakan diri dan keluarganya.

Ciri lain orang yang mempunyai konsep diri positif adalah sanggup mengungkapkan penghargaan dan pengakuan atas kelebihan orang lain. Ia mampu melahirkan kenyamanan, keakraban dan kehangatan dalam persahabatan. Ia tidak serta merta atau dengan mudah menilai negatif orang lain.

9) Berfikir positif

Berfikir positif bagian dari sikap hidup sehari-hari seorang wirausaha berhasil. Ia senantiasa membiasakan diri bersikap dan berperilaku positif terhadap konsumen, karyawan, pesaing, mitra bisnis, serta kegagalan yang pernah menimpanya.

Wirausaha sukses selalu menempatkan konsumen dengan cara pandang positif. Konsumen ibarat raja yang harus dilayani untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Ia berusaha untuk selalu memuaskan konsumen dengan memberikan produk dan pelayanan terbaik. Ia sadar betul bahwa konsumen yang puas akan kembali membeli, dan konsumen yang kecewa akan lari bahkan menceritakan kekecewaannya kepada orang lain. Wirausaha yang sukses sadar bahwa dirinya harus siap melayani banyak orang.


(52)

Wirausaha tidak senang ketika menemui kegagalan, namun seorang wirausaha sejati tidak akan berlama-lama larut dalam kesedihan. Ia tidak berprasangka negatif terhadap pihak lain, tetapi akan merenung mencari penyebabnya, melakukan introspeksi, apa kekurangan-kekurangan dalam dirinya dan usahanya sehingga gagal. Ia mengambil hikmah dari sebuah kegagalan untuk menemukan kekuatan-kekuatan baru agar bisa meraih kesuksesan kembali. Kegagalan dipandangnya sebagai sukses yang tertunda, dirinya meyakini akan menemui kesuksesan di penghujung kegagalan. 10)Bertanggung jawab secara pribadi

Seorang wirausaha sejati, apabila kurang atau belum berhasil mencapai tujuan usahanya, maka ia tidak begitu mudah menyalahkan faktor-faktor diluar dirinya, seperti orang lain yang bersalah, mesin atau peralatan yang kurang baik, persaingan yang tidak sehat, krisis ekonomi, kebijakan pemerintah yang kaku dan sebagainya. Sebaliknya ia akan lebih melihat kekurang berhasilan isi dari sisi kekurang mampuan dirinya menyesuaikan terhadap perkembangan yang terjadi dan mengatasi masalah yang dihadapi. Ia akan konsisten bertanggung jawab ketika keputusan-keputusan yang telah diambilnya ternyata kurang tepat. Sekali berani mengambil keputusan ia akan bertanggung jawab terhadap segala akibatnya.


(53)

11)Selalu belajar dan menggunakan umpan balik

Apabila menghadapi suatu kepahitan dalam usahanya, seorang wirausaha sejati tidak mudah begitu saja meloncat ke usaha lain yang sama sekali berbeda. Ia akan berusaha mengumpulkan informasi dan mempelajari faktor-faktor apa saja dari dalam diri dan dari luar diri yang menyebabkan kegagalannya. Selama faktor-faktor tadi masih dapat diatasinya baik sendiri maupun dengan bantuan orang lain, maka ia akan melanjutkan usahanya dengan penyesuaian-penyesuaian baru. Ia senang mempelajari apa saja yang menyebabkan dirinya berhasil atau gagal, dari waktu ke waktu dan hasilnya dapat dipergunakan untuk lebih menyempurnakan usaha selanjutnya.

Wirausaha sukses umumnya adalah orang yang menyadari akan kelemahan dirinya dan mau selalu belajar untuk memperbaiki. Belajar merupakan kebutuhannya, baik melalui bahan bacaan seperti buku, majalah, koran, kursus untuk menambah pengetahuan, wawasan atau keterampilan. Dan terutama belajar dari pengalaman hidup sehari-hari dalam menjalankan bisnisnya.

Menurut Suryana (2006:30) ciri-ciri kewirausahaan yaitu: 1) Memiliki motif berprestasi tinggi

Seorang wirausaha selalu berprinsip bahwa apa yang dilakukan merupakan usaha optimal untuk menghasilkan nilai maksimal. Artinya, wirausaha melakukan sesuatu hal secara tidak asal-asalan,


(54)

sekalipun hal tersebut dapat dilakukan oleh orang lain. Nilai prestasi merupakan hal yang justru membedakan antara hasil karyanya sebagai seorang wirausaha dengan orang lain yang tidak memiliki jiwa kewirausahaan. Dorongan untuk selalu berprestasi tinggi harus ada dalam diri seorang wirausaha, karena dapat membentuk mental yang ada pada diri mereka untuk selalu lebih unggul dan mengerjakan segala sesuatu melebihi standar yang ada.

2) Memiliki perspektif ke depan

Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan. Setiap mencapai target, sasaran, atau impian, maka segeralah membuat impian-impian baru yang dapat memacu serta memberi semangat dan antusiasme kepada kita untuk mencapainya. Biasakan untuk memiliki target harian, bulanan, maupun tahunan, baik berupa peningkatan prestasi belajar, peningkatan omset usaha, tingkat keuntungan, mobil idaman, rumah baru, kantor baru, maupun banyak hal lainnya. Apapun impian atau target kita, ingat kata kunci SMART (Specific, Measurable, Achieveable, Reality-based, Time-frame), yang berarti harus spesifik dan jelas, terukur, dapat dicapai, berdasarkan realitas atau kondisi kita saat ini, dan memiliki jangka waktu tertentu. Arah pandangan seorang wirausaha juga harus berorientasi ke masa depan. Perspektif seorang wirausaha akan dapat membuktikan apakah ia berhasil atau tidak.


(55)

3) Memiliki kreativitas tinggi

Seorang wirausaha umumnya memiliki daya kreasi dan inovasi yang lebih. Hal-hal yang belum terpikirkan oleh orang lain sudah terpikirkan olehnya dan wirausaha mampu membuat hasil inovasinya tersebut menjadi permintaan.

4) Memiliki sifat inovasi tinggi

Seorang wirausaha harus segera menerjemahkan mimpi-mimpinya menjadi inovasi untuk mengembangkan bisnisnya. Jika impian dan tujuan hidup merupakan fondasi bangunan hidup dan bisnis, maka inovasi dapat diibaratkan sebagai pilar-pilar yang menunjang kukuhnya hidup dan bisnis. Impian saja tidak cukup. Impian harus senantiasa ditunjang oleh inovasi yang tiada henti sehingga bangunan hidup dan bisnis menjadi kukuh dalam situasi apa pun, entah badai kesulitan ataupun tantangan. Setiap fondasi baru yang dibuat harus ditunjang oleh pilar-pilar bangunan sebagai kerangka bangunan keseluruhan. Setiap impian harus diikuti dengan inovasi sebagai kerangka pengembangan, kemudian diikuti dengan manajemen produk, manajemen konsumen, manajemen arus kas, sistem pengendalian, dan sebagainya. Inovasi adalah kreativitas yang diterjemahkan menjadi sesuatu yang dapat diimplementasikan dan memberikan nilai tambah atas sumber daya yang kita miliki. Jadi, untuk senantiasa dapat berinovasi, kita memerlukan kecerdasan kreatif. Caranya adalah dengan berlatih untuk senantiasa


(56)

menurunkan gelombang otak sedemikian sehingga kita dapat menggali sumber kreativitas dan intuisi bisnis. Sifat inovatif dapat ditumbuhkembangkan dengan memahami bahwa inovasi adalah suatu kerja keras, terobosan, dan perbaikan terus-menerus.

5) Memiliki komitmen terhadap pekerjaan

Menurut Sony Sugema, terdapat tiga hal yang harus dimiliki seorang wirausaha yang sukses, yaitu mimpi, kerja keras, dan ilmu. Ilmu disertai kerja keras namun tanpa impian bagaikan perahu yang berlayar tanpa tujuan. Impian disertai ilmu namun tanpa kerja keras seperti seorang pertapa. Impian disertai kerja keras, tanpa ilmu, ibarat berlayar tanpa nahkoda, tidak jelas kemana arah yang akan dituju. Sering kali orang berhenti diantara sukses dan kegagalan. Namun, seorang wirausaha harus menancapkan komitmen yang kuat dalam pekerjaannya, karena jika tidak akan berakibat fatal terhadap segala sesuatu yang telah dirintisnya.

6) Memiliki tanggung jawab

Ide dan perilaku seorang wirausaha tidak terlepas dari tuntutan tanggung jawab. Oleh karena itulah komitmen sangat diperlukan dalam pekerjaan sehingga mampu melahirkan tanggung jawab. Indikator orang yang bertanggung jawab adalah berdisiplin, penuh komitmen, bersungguh-sungguh, jujur, berdedikasi tinggi, dan konsisten.


(57)

7) Memiliki kemandirian

Orang yang mandiri adalah orang yang tidak suka mengandalkan orang lain namun justru mengoptimalkan segala daya dan upaya yang dimilikinya sendiri. Intinya adalah kepandaian dalam memanfaatkan potensi diri tanpa harus diatur oleh orang lain. Untuk menjadi seorang wirausaha mandiri, harus memiliki berbagai jenis modal. Ada tiga jenis modal utama yang menjadi syarat, yaitu: a) Sumber daya internal calon wirausaha, misalnya kepandaian,

keterampilan, kemampuan menganalisis dan menghitung risiko, serta keberanian atau visi jauh ke depan.

b) Sumber daya eksternal, misalnya uang yang cukup untuk membiayai modal usaha dan modal kerja, jaringan sosial serta jalur permintaan/penawaran, dan lain sebagainya.

c) Faktor X, misalnya kesempatan dan keberuntungan.

Seorang calon wirausaha harus menghitung dengan saksama apakah ketiga sumber daya ini dimiliki sebagai modal atau tidak. Jika faktor-faktor tersebut dapat dimiliki, maka ia akan merasa optimis dan boleh berharap bahwa impiannya dapat menjadi kenyataan. 8) Memiliki keberanian menghadapi risiko

Seorang wirausaha harus berani mengambil risiko. Semakin besar risiko yang dihadapinya, semakin besar pula kesempatan untuk meraih keuntungan. Hal ini dikarenakan jumlah pemain semakin sedikit. Tentunya, risiko-risiko ini sudah harus


(58)

diperhitungkan terlebih dahulu. Berani mengambil risiko yang telah diperhitungkan sebelumnya merupakan kunci awal dari dunia usaha, karena hasil yang akan dicapai akan proporsional terhadap risiko yang akan diambil. Risiko yang diperhitungkan dengan baik akan lebih banyak memberikan kemungkinan berhasil. Inilah faktor penentu yang membedakan wirausaha dengan manajer. Wirausaha akan lebih dibutuhkan pada tahap awal pengembangan perusahaan, sedangkan manajer dibutuhkan dalam mengatur perusahaan. Inti dan tugas manajer adalah berani mengambil dan membuat keputusan untuk meraih sukses dalam mengelola sumber daya, sedangkan inti kewirausahaan adalah berani mengambil risiko untuk meraih peluang.

Wirausaha harus bisa belajar mengelola risiko dengan cara mentransfer atau berbagi risiko ke pihak lain seperti bank, investor, konsumen, pemasok, dan lain sebagainya. Wirausaha yang sukses dinilai dari keinginannya untuk mulai bermimpi dan berani menanggung risiko dalam upaya mewujudkannya.

9) Selalu mencari peluang

Seorang wirausaha sejati mampu melihat sesuatu dalam perspektif atau dimensi yang berlainan pada satu waktu. Bahkan, ia juga harus mampu melakukan beberapa hal sekaligus dalam satu waktu. Kemampuan inilah yang membuatnya piawai dalam menangani berbagai persoalan yang dihadapi oleh perusahaan.


(59)

Semakin tinggi kemampuan seorang wirausaha dalam mengerjakan berbagai tugas sekaligus, semakin besar pula kemungkinan untuk mengolah peluang menjadi sumber daya produktif. Seorang wirausaha senantiasa belajar, belajar, dan belajar. Kehidupan ini penuh dengan berbagai peluang dan kesempatan untuk maju, bertumbuh, dan berkembang. Banyak sekali rahasia kehidupan yang harus dipecahkan dan hal-hal baru yang diciptakan oleh umat manusia untuk memenuhi impian dan membangun kenyamanan hidup. Oleh karenanya, senantiasa tersedia ruang bagi munculnya gagasan ataupun ide-ide baru, perubahan, dan penyempurnaan dalam setiap aspek kehidupan manusia. Karena itulah ilmu pengetahuan dan teknologi senantiasa berkembang.

Bila kita berfikir kreatif, sesungguhnya masih banyak rahasia yang harus dipecahkan oleh umat manusia dalam kehidupan ini melalui pengalaman dan pencarian yang tiada henti akan kebenaran. Makna lain dari pernyataan ini adalah bahwa setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupan adalah bagian dan proses alami untuk membantu kita dalam belajar, berubah, dan bertumbuh ke arah yang lebih baik.

Ketika seorang wirausaha berhenti belajar dan memperbaiki diri, saat itulah ia mengambil keputusan untuk berhenti menjadi seorang wirausaha. Belajar, bagi seorang wirausaha sejati adalah


(60)

proses yang dilakukan seumur hidup, seperti halnya perubahan senantiasa terjadi sepanjang perjalanan hidup.

10)Memiliki jiwa kepemimpinan

Untuk dapat mampu menggunakan waktu dan tenaga orang lain mengelola dan mengembangkan bisnisnya, seorang wirausaha harus memiliki kemampuan dan semangat untuk mengembangkan orang-orang disekelilingnya. Seorang-orang pemimpin yang baik tidak diukur dari berapa banyak pengikut atau pegawainya, tetapi dari kualitas orang-orang yang mengikutinya serta berapa banyak pemimpin baru di sekelilingnya. Inilah proses yang disebut dengan pengembangan, yang tidak sekedar meningkatkan keterampilan, namun secara lebih penting, mengembangkan karakter dan kemampuan intra maupun interpersonal sebagai pemimpin bisnis. Jadi seorang wirausaha yang cerdas harus senantiasa mengembangkan orang-orang disekelilingnya agar pada gilirannya dapat menggunakan konsep pengungkit untuk mengembangkan bisnisnya.

Jiwa kepemimpinan, sebagai faktor penting untuk dapat mempengaruhi kinerja orang lain, memberikan sinergi yang kuat demi tercapainya suatu tujuan. Sikap orang yang memiliki jiwa kepemimpinan dapat tercermin pada praktik sehari-hari, seperti seorang kakak yang membimbing adik-adinya untuk belajar.

11)Memiliki kemampuan manajerial

Kemampuan manajerial seseorang dapat dilihat dari tiga kemampuan, yaitu:


(61)

a) Kemampuan teknik

b) Kemampuan pribadi/personal c) Kemampuan emosional.

Seorang wirausaha yang cerdas harus mampu menggunakan tenaga dan waktu orang lain untuk mencapai impiannya.

12)Memiliki kemampuan personal

Semua orang yang berkeinginan untuk menjadi seorang wirausaha harus memperkaya diri dengan berbagai keterampilan personal. 2. Minat

a. Pengertian minat

Menurut Carl Safran dalam Ketut Sukardi (1988:61) minat dapat didefinisikan sebagai suatu sikap atau perasaaan yang positif terhadap suatu aktivitas, orang, pengalaman, atau benda.

Menurut Cony semiawan dalam ketut Sukardi (1988:61) Minat adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan kepadanya. Minat dapat menimbulkan sikap yang merupakan suatu kesiapan berbuat bila ada stimulasi khusus sesuai dengan keadaan tersebut.

Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian minat:

1) Minat adalah perasaan tertarik atau berkaitan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Pada dasarnya minat


(62)

merupakan penerimaan hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu dari luar pribadi (Ketut Sukardi, 1988: 61-62).

2) Minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau merasa senang berkecimpung di bidang itu W.S. Winkel (1983:30).

Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian minat adalah keadaan seseorang yang dapat menimbulkan adanya keinginan yang akan memuaskan kebutuhan.

b. Macam-macam minat

Carl Safran dalam Ketut Sukardi (1988:64), minat dibagi menjadi tiga macam yaitu:

1) Minat yang diekspresikan

Yaitu seseorang yang dapat mengungkapkan minat dengan kata-kata tertentu. Contohnya: seseorang yang tertarik mengoleksi perangko, tertarik menciptakan model pesawat udara, dan mengumpulkan mata uang logam.

2) Minat yang diwujudkan

Yaitu seseorang dapat mengekspresikan minat bukan dengan kata-kata tetapi melakukan tindakan atau perbuatan, serta ikut melakukannya.


(63)

3) Minat yang diinventarisasikan

Yaitu seseorang memiliki minat dapat diukur dengan menjawab sejumlah pertanyaan tertentu atau pilihan untuk kelompok aktivitas tertentu.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat

Minat seseorang pada dasarnya mengalami perkembangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan minat adalah (Winkel, 1983:31-33):

1) Faktor fisik

Kondisi fisik seseorang akan sangat berpengaruh terhadap minat. Orang yang memiliki fisik yang sehat tentu akan berbeda minatnya dibandingkan orang yang lemah dan tidak sehat. Faktor fisik merupakan pendukung utama dari setiap aktivitas yang dilakukan oleh individu karena fisik yang sehat akan membantu seseorang bekerja lebih teliti dan cepat selesai. Contoh dalam berdagang orang yang fisiknya lemah akan lebih lama dalam melayani pembelinya sedangkan orang yang fisiknya sehat akan lebih cepat dalam memberikan pelayanan kepada pembelinya.

2) Faktor psikis

Faktor psikis yang mempengaruhi minat diantaranya adalah: a) Motif

Motif adalah dorongan yang datang dari diri manusia untuk berbuat sesuatu. Motif diartikan suatu kekuatan yang terdapat


(64)

dalam diri organisme untuk bertindak atau berbuat sesuatu. Dorongan ini tertuju kepada suatu tujuan tertentu.

b) Perhatian

Perhatian merupakan pemusatan konsentrasi dari seluruh aktivitas yang ditujukan kepada sesuatu atau sekelompok objek. Perhatian akan menimbulkan minat seseorang jika subjek mengalami keterlibatan dengan objek.

c) Perasaan

Perasaan adalah aktivitas psikis yang di dalamnya subjek mengalami nilai-nilai objek. Hubungan perasaan dalam mencapai minat adalah sebagai berikut: perasaan senang akan menimbulkan minat yang diperkuat dengan adanya sikap positif, sebab perasaan senang merupakan suatu keadaan jiwa akibat adanya peristiwa yang datang pada subyek bersangkutan. Sebagai contoh jika siswa mengikuti praktik mempunyai perasaan senang, maka ia akan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan aktivitasnya dengan harapan akan memperoleh pengalaman dalam bidang tersebut yang kemudian akan menumbuhkan minat untuk melakukan usaha sendiri.


(65)

3) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan di antaranya adalah: a) Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga merupakan satu kesatuan antara ayah, ibu, anak dan keluarga lainnya. Keluarga mempunyai peranan penting dalam mempersiapkan anak untuk mencapai cita-cita yang baik bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Keluarga merupakan peletak dasar bagi pola tingkah laku, karakter, intelegensi, bakat, minat dan potensi anak yang dimiliki untuk dapat berkembang secara optimal. Dengan demikian, keluarga merupakan faktor yang paling penting bagi tumbuh dan berkembangnya potensi yang dimiliki anak.

b) Lingkungan kampus

Lingkungan sekolah (kampus) adalah kondisi di sekitar individu yang mempengaruhi proses belajar. Sebagai pendidik, guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar mengajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar, sehingga anak merasa nyaman, tenteram dan senang. Dengan demikian, anak akan termotivasi sehingga hasil belajar yang dicapai dapat maksimal.

c) Lingkungan masyarakat

Semua hubungan di luar keluarga dan luar sekolah dinamakan masyarakat. Lingkungan yang mempengaruhi minat mahasiswa


(66)

adalah pergaulan dengan teman sebaya, televisi, surat kabar dan lain-lain. Dalam pembentukan watak dan menumbuhkan minat, lingkungan masyarakat memiliki andil yang sangat besar.

Minat berwirausaha meliputi: kesediaan untuk bekerja keras dan tekun untuk mencapai usahanya, kesediaan untuk menanggung resiko yang berkaitan dengan usaha yang dilakukan, belajar dari kegagalan yang dialami. Jadi yang dimaksud minat berwirausaha adalah kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik atau merasa senang berkecimpung di bidang kewirausahaan.

3. Status Sosial Ekonomi

Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orang tuanya, karena ketika ia dilahirkan tidak ada satu manusiapun yang memiliki status sosialnya sendiri. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orang tuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri di lapisan sosial yang lebih tinggi, tentu saja dengan melihat kemampuan dan jalan yang dapat ditempuh.

Status sosial ekonomi erat kaitannya dengan karakteristik pendidikan anak seperti motivasi pencapaian hasil, putus sekolah, dan keberhasilan akademis. Kedudukan dan pekerjaan merupakan unsur status sosial ekonomi yang penting, yang berhubungan erat dengan inteligensi. Beberapa macam pengukuran status sosial ekonomi, semuanya menggunakan kombinasi sebagai berikut: tingkat pendidikan, tingkat


(67)

jabatan, jenis tempat tinggal, besarnya pendapatan, sumber pendapatan (Narwoko dan Suyanto, 2007:160).

a. Jabatan atau pekerjaan orang tua (Narwoko dan Suyanto, 2007:161)

1) Profesional dan pemilikan (dokter, ahli hukum, akuntan)

2) Profesional dan pemilikan minor (pemula atau dokter dan ahli hukum yang setengah berhasil, petani besar)

3) Semi profesional (pedagang eceran dan pemegang kas)

4) Pekerja-pekerja terampil (penata buku, mandor pabrik, ahli rekayasa jalan kereta api)

5) Pekerja terampil menengah (operator telepon, pertukangan kayu, tukang ledeng, tukang cukur, pemadam api)

6) Pekerja semi terampil (pengemudi taksi dan truk, penjaga pompa bensin, pramuwisma)

7) Pekerja tak terampil (buruh kasar, penambang, jaga malam) Pekerjaan orang tua, meliputi:

1). Wirausaha contohnya pedagang, peternak, bengkel dan orang yang menjalankan perusahaannya sendiri.

2). Pegawai Negeri Sipil contohnya guru, polisi, ABRI, dan orang yang menerima gaji dari negara.

3). Karyawan swasta contohnya pekerja pabrik dan karyawan perusahaan swasta.


(68)

Secara umum dapat dikatakan bahwa orang tua adalah kelompok sosial terkecil yang terdiri dari ayah dan ibu atau salah satu dari keduanya serta wali yang bertanggung jawab terhadap anak.

Pekerjaan atau lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari usaha/perusahaan/instansi di mana seseorang bekerja atau pernah bekerja.

Sumber pendapatan orang tua diperoleh dari bekerja atau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Contohnya berdagang, menjadi guru, menjadi perawat, menjadi dokter, dan membuat usaha sendiri.

Tugas orang tua adalah mengarahkan anak mejadi pribadi yang mandiri. Membina anak menuju kemandirian memerlukan prinsip-prinsip psikologi yang menjelaskan tentang maksud tingkah laku dan emosi pada anak dan orang dewasa.

Walaupun orang tua sibuk dalam mengerjakan berbagai kegiatan tetapi harus tetap punya waktu untuk anak. Interaksi antara anak dengan orang tua sangat diperlukan untuk perkembangan anak. Tujuan utama dari kerjasama antara orang tua dan anak adalah untuk melatih keterampilan agar anak mengerti kewajiban serta bertanggung jawab terhadap pekerjaannya . Di samping itu melalui kebiasaan bekerjasama, anak tidak terbentuk sifat malas dan menolak tugas.

Pembinaan dalam hal ini hendaknya diarahkan kepada sifat optimis, kreatif mengarah kehidupan yang tidak tergantung pada orang


(69)

lain, berani, dan tidak merasa malu untuk bekerja mandiri menjadi wirausaha yang berhasil.

b. Pendapatan

Sumber pendapatan orang tua diperoleh dari bekerja atau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Contohnya berdagang, menjadi guru, menjadi perawat, menjadi dokter, dan membuat usaha sendiri.

pendapatan adalah segala bentuk balas jasa yang diperoleh seseorang terhadap proses produksi. Setiap keluarga memperoleh pendapatan yang berbeda-beda. Menurut Gilarso (2004:63), pada dasarnya sumber pendapatan keluarga adalah:

1) Usaha sendiri

Usaha sendiri adalah mereka yang melakukan kegiatan usaha dengan menanggung resiko usaha sendiri apabila mengalami kerugian maupun keuntungan. Contohnya: berdagang, bengkel motor, penjahit, dan mengelola usaha sendiri.

2) Bekerja dengan orang lain

Yaitu bekerja dengan instansi atau perusahaan orang lain dengan imbalan gaji berupa barang dan uang. Misalnya karyawan atau pegawai negeri sipil.


(70)

3) Hasil dari milik sendiri

Harta milik sendiri dapat menghasilkan barang dan jasa sebagai penghasilan tambahan. Misalnya: mempunyai sawah yang disewakan atau rumah yang disewakan.

c. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan#Filosofi pendidikan)

Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan dapat

dikelompokkan menjadi empat yaitu (http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan#Filosofi pendidikan) :

1) Pendidikan anak usia dini

Mengacu Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, Pasal 1 Butir 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan


(71)

dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

2) Pendidikan dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

3) Pendidikan menengah

Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.

4) Pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Jalur Pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Jalur pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, diantaranya (http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan#Filosofi pendidikan):

1) Pendidikan formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai


(72)

jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

2) Pendidikan non formal

Pendidikan non formal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar yaitu sekolah minggu yang terdapat di semua gereja. Selain itu, ada juga berbagai kursus diantaranya kursus musik, bimbingan belajar dan sebagainya. Program-program pendidikan non formal yaitu Pendidikan Kesetaraan A, B, C. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Magang, dan sebagainya. 3) Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.

Jenis Pendidikan

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Jenis pendidikan dapat

dibedakan menjadi enam yaitu (http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan#Filosofi pendidikan):

1) Pendidikan umum

Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.


(73)

Bentuknya: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

2) Pendidikan kejuruan

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

3) Pendidikan akademik

Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.

4) Pendidikan profesi

Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional.

5) Pendidikan vokasi

Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).

6) Pendidikan keagamaan

Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama atau menjadi ahli ilmu agama.


(74)

7) Pendidikan khusus

Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk sekolah luar biasa/SLB).

Tingkatan pendidikan di Indonesia

(http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan#Filosofi pendidikan) Tabel 2.1

Tingkatan Pendidikan di Indonesia

Kelas Usia Taman kanak-kanak

Kelompok bermain 4 Kelompok A 5 Kelompok B 6

Sekolah dasar

Kelas 1 7

Kelas 2 8

Kelas 3 9

Kelas 4 10

Kelas 5 11

Kelas 6 12

Sekolah menengah pertama

Kelas 7 13

Kelas 8 14

Kelas 9 15

Sekolah menengah atas/kejuruan Kelas 10 16

Kelas 11 17 Kelas 12 18

Akademi/Institut/Politeknik/Sekolah Tinggi/Universitas Sarjana berbagai usia (selama kurang lebih 4 tahun) Magister berbagai usia (selama kurang lebih 2 tahun) Doktor berbagai usia (selama kurang lebih 2 tahun)


(75)

B. Kerangka Berfikir

1. Pengaruh Positif Jenis Pekerjaan Orang Tua terhadap Hubungan antara Sikap Wirausaha dengan Minat Berwirausaha.

Sikap wirausaha adalah predisposisi atau kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku dan bereaksi dengan cara tertentu terhadap bidang kewirausahaan. Sedangkan minat berwirausaha adalah kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik atau merasa senang berkecimpung di bidang kewirausahaan.

Menurut Saiman (2009:2) ada hal-hal penting yang mempengaruhi minat berwirausaha yaitu memiliki tekad dan semangat yang kuat, memiliki percaya diri yang tinggi, senantiasa melahirkan ide-ide baru, semangat, mengantisipasi masa depan, dan selalu menggunakan modal kegigihan atau kemauan dalam mengerjakan sesuatu.

Menurut Suryana (2006:63), minat berwirausaha dipengaruhi lingkungan sosial yang meliputi keluarga, orang tua, dan jaringan kelompok. Keputusan untuk terjun dan memilih profesi sebagai seorang wirausaha didorong oleh kondisi bahwa orang tersebut lahir atau dibesarkan dalam keluarga yang memiliki tradisi yang kuat di bidang usaha (confidence modalities). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mc. Slelland pada tahun 1961 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 50% pengusaha yang menjadi sampel penelitian (di ambil secara acak) berasal dari keluarga pengusaha. Penelitian yang dilakukan Sulasmi pada


(76)

tahun 1989 terhadap 22 orang pengusaha wanita di Bandung menunjukkan bahwa sekitar 55% pengusaha tersebut memiliki keluarga pengusaha seperti orang tua, suami, dan saudara pengusaha (www.tumoutou.net/702_05123/tjahja_m.htm).

Jenis pekerjaan orang tua adalah macam pekerjaan yang ditekuni oleh orang tua sebagai sumber penghasilan yang diduga berpengaruh pada tingkat hubungan sikap wirausaha dengan minat berwirausaha. Apabila jenis pekerjaan orang tua yaitu wirausaha akan memotivasi anak untuk berwirausaha. Anak dapat melihat, belajar bahkan dapat secara langsung ikut ambil bagian dalam kegiatan berwirausaha.

2. Pengaruh Positif Pendapatan Orang Tua terhadap Hubungan antara Sikap Wirausaha dengan Minat Berwirausaha.

Sikap wirausaha adalah predisposisi atau kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku dan bereaksi dengan cara tertentu terhadap bidang kewirausahaan. Sedangkan minat berwirausaha adalah kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik atau merasa senang berkecimpung di bidang kewirausahaan.

Menurut Saiman (2009:2) ada hal-hal penting yang mempengaruhi minat berwirausaha yaitu memiliki tekad dan semangat yang kuat, memiliki percaya diri yang tinggi, senantiasa melahirkan ide-ide baru, semangat, mengantisipasi masa depan, dan selalu menggunakan modal kegigihan atau kemauan dalam mengerjakan sesuatu.


(77)

Menurut Handito Joewono (2010:69) ada beberapa sumber dana yang bisa diakses pebisnis baru salah satunya yaitu dari keluarga atau teman. Keluarga dan teman merupakan sumber dana yang umum didapat bagi para pebisnis baru. Berbeda dengan investor profesional, keluarga dan teman tidak perlu mempelajari skema bisnis yang akan dijalankan, mereka cukup percaya saja dengan penjelasan yang disampaikan oleh calon pebisnis baru, dan umumnya mereka lebih terdorong oleh rasa ingin menolong.

Menurut Kasmir (2009:37), minat dan bakat merupakan faktor penentu dalam menjalankan usaha. Disamping faktor minat dan bakat, faktor penentu yang lain adalah modal yang dimiliki. Setiap bidang usaha memerlukan modal yang besarnya tergantung dari usahanya. Faktor modal dapat dicari dari berbagai sumber, baik dari kantong pribadi, para sanak famili, rekan-rekan sejawat, atau pinjaman.

Tingkat pendapatan orang tua adalah jumlah penghasilan riil keluarga untuk mencukupi kebutuhan dalam keluarga yang diduga berpengaruh pada tingkat hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha karena keluarga yang memiliki pendapatan memadai dapat semakin mendorong seseorang untuk berwirausaha.


(78)

3. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua terhadap Hubungan antara Sikap Wirausaha dengan Minat Berwirausaha.

Sikap wirausaha adalah predisposisi atau kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku dan bereaksi dengan cara tertentu terhadap bidang kewirausahaan. Sedangkan minat berwirausaha adalah kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik atau merasa senang berkecimpung di bidang kewirausahaan.

Menurut Saiman (2009:2) ada hal-hal penting yang mempengaruhi minat berwirausaha yaitu memiliki tekad dan semangat yang kuat, memiliki percaya diri yang tinggi, senantiasa melahirkan ide-ide baru, semangat, mengantisipasi masa depan, dan selalu menggunakan modal kegigihan atau kemauan dalam mengerjakan sesuatu.

Menurut Seomanto (2006:36-37) setiap perlakuan orang tua terhadap anak-anak berhubungan dengan beberapa faktor, antara lain: latar belakang pendidikan orang tua, latar belakang sosial ekonomi orang tua, dan pandangan orang tua mengenai pendidikan anak. Orang tua atau keluarga merupakan peletak dasar bagi perkembangan pribadi anak. Agar orang tua atau keluarga dapat memainkan peranan sebagai peletak dasar persiapan manusia-manusia pekerja yang efektif, maka salah satu persyaratan yang hendaknya dimiliki orang tua adalah berpendidikan tinggi dan memiliki sikap wirausaha. Dengan dimilikinya kualifikasi itu,


(79)

diharapkan orang tua akan dapat memberikan andil dalam usaha membelajarkan anak-anak untuk berwirausaha.

Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan formal orang tua yang berhasil ditamatkan yang diduga berpengaruh pada tingkat hubungan sikap wirausaha dengan minat berwirausaha. Bila pendidikan orang tua tinggi diharapkan semakin mendorong anaknya untuk berwirausaha.

C. Model Penelitian

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha 1 : Ada pengaruh positif jenis pekerjaan orang tua terhadap hubungan

antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha.

Ha 2 : Ada pengaruh positif tingkat pendapatan orang tua terhadap hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha.

Ha 3 : Ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha.

Sikap wirausaha

Minat berwirausaha

Status sosial ekonomi orang tua


(80)

59 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian studi kasus pada Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Studi kasus merupakan penelitian pada objek tertentu, sehingga kesimpulan yang diambil berdasarkan penelitian tersebut hanya berlaku bagi obyek yang diteliti.

Berdasarkan tingkat kedalaman analisisnya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-eksploratif (dilakukan dengan studi kasus). Penelitian deskriptif eksploratif ini bertujuan mengungkapkan dan mendeskripsikan variabel-variabel penelitian. Dalam penelitian ini akan diungkapkan mengenai hubungan antar sikap wirausaha dengan minat berwirausaha ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

Universitas Sanata Dharma mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, dan 2007 yang sudah mengambil mata kuliah Kewirausahaan.

2. Waktu penelitian


(1)

173 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

174 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

175 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

176 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

177 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

178 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

MINAT BERWIRAUSAHA DI TINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN SIKAP MANDIRI PADA MAHASISWA Minat Berwirausaha Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Sikap Mandiri Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi Universitas Mu

0 3 11

MINAT BERWIRAUSAHA DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN SIKAP MANDIRI PADA MAHASISWA Minat Berwirausaha Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Sikap Mandiri Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi Universitas Muh

0 2 15

KESEJAHTERAAN SISWA SMP DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA Kesejahteraan Siswa Smp Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua.

0 1 17

PERBEDAAN KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA Perbedaan Kenakalan Remaja Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua.

0 1 12

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa.

0 0 13

Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua, faktor lingkungan belajar dan prestasi belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa.

1 4 188

PERBEDAAN MINAT BERWIRAUSAHA REMAJA DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DI DESA WASIAT, KECAMATAN NGOMBOL, KABUPATEN PURWOREJO.

0 2 141

HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA SMK DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

0 0 116

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, FAKTOR LINGKUNGAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

0 0 186

HUBUNGAN ANTARA SIKAP WIRAUSAHA DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

0 7 203