Pengaruh edukasi tentang penyakit menular seksual terhadap perilaku pada pekerja seks komersial di lokasi pasar kembang Yogyakarta tahun 2006.
INTISARI
Penyebaran Penyakit Menular Seksual (PMS) di Indonesia semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pekerja Seks Komersial (PSK) perempuan merupakan suatu kelompok masyarakat yang beresiko tinggi tertular dan berpotensi menyebarkan PMS pada kelompok masyarakat yang lebih luas terutama para pelanggan atau pengguna layanan seks pada PSK.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan sikap PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta sebelum dan sesudah pemberian edukasi tentang PMS. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental kuasi, dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian one group pretest-posttest. Teknik sampling yang digunakan yaitu: Quota sampling, dengan mengambil responden sebanyak 50 orang untuk mengisi kuesioner dan melakukan wawancara terstruktur terhadap10 orang. Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif dan statistik uji menggunakan
Paired Sampel T Test dengan taraf kepercayaaan 90%.
Hasil untuk uji dengan Paired Sampel T Test menunjukkan perbedaan yang signifikan pada variabel pengetahuan dan sikap tentang PMS pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta sebelum dan sesudah pemberian edukasi. Persentase rata-rata peningkatan nilai pengetahuan paling tinggi pada responden yang tidak sekolah (13,6%), umur 41-60 tahun (7,3%), dan lama bekerja lebih dari 4 tahun (5,6%). Persentase rata-rata peningkatan nilai sikap paling tinggi pada responden dengan tingkat pendidikan SLTP (6,7%), umur <20 tahun (11,1%), dan lama bekerja 6 bulan-2 tahun (9,0%).
Kata kunci: edukasi, pekerja seks komersial, PMS.
(2)
ABSTRACT
The spreading of Sexually Transmitted Diseases (STD) in Indonesia increases in recent year. Prostitutes, are the groups of people that have high risk of being infected by STD. The less of information about STD causes the increase of the risk of being infected by STD to wider group of people, mostly to the customer of sex service.
The purpose of this research is to know the change of knowledge and prostitutes atitude in Pasar Kembang Yogyakarta before and after getting education about STD. This research is a Quasi Eksperimental Research with one group pretest-posttest plan research. Sampling technique that is used is a Quota Sampling, by taking 50 peoples as respondents, to fill the questionnaire and by doing structured interview to 10 peoples. The analysis of this research is a descriptive analysis and a statistic with Paired Sampel T test with 90% of signification.
The result for Paired Sampel T Test shows significant difference in knowledge variable and prostitutes attitude about STD in Pasar Kembang Yogyakarta before and after education. Percentage of changed knowledge by looking the level of education, age, work experience that shows highest value increase are; not get on school (13,6%), 41-60 years (7,3%), and over than 4 years (5,6%). The percentage of changed attitude by looking the level of education, age, work experience that shows highest value increase are; Junior High school (6,7%), less than 20 years (11,1%), and 6 months-20 years (9,0%).
Key words: education, prostitutes, STD.
(3)
PENGARUH EDUKASI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) TERHADAP PERILAKU PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL
(PSK) DI LOKASI PASAR KEMBANG YOGYAKARTA TAHUN 2006
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Adistyawan Yoga Wicaksono NIM : 028114029
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
(5)
(6)
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun
juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal
keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur.
(Filipi 4:6)
Karya ini kupersembahkan untuk:
Bapa di surga dan keluarga kudus,
Keluargaku tercinta: Bapak, Ibu dan Adikku,
sahabat dan Teman-temanku,
Almamaterku.
(7)
PRAKATA
Dengan penuh rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan anugerah serta kehendaknya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Walikota Yogyakarta c.q BAPEDA DIY yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di kota Yogyakarta.
2. Bapak Mukhotib, Md. selaku direktur PKBI DIY yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di lokasi Pasar Kembang.
3. Ibu Rita Suhadi, M.Si.,Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen pembimbing I atas kesabarannya dalam memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.
4. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen pembimbing II dan dosen pembimbing akademik yang telah memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.
5. Bapak Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
(8)
6. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
7. Bapak dan Mamaku tercinta atas kasih sayang, semangat, doa serta dukungannya baik moril maupun materiil.
8. Adikku Maria Dewi Puspitasari yang selalu memberikanku keceriaan dan semangat.
9. Semua staf dan relawan PKBI DIY atas bantuan dan kerjasamanya saat pengambilan data.
10. Teman-teman di lokasi Pasar Kembang yang sudah mau menjadi responden dalam penelitian ini, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
11. Anak-anak kost gamblliz : Tomi Baja Hartanto, Obex, Baroto, Heni, Samid, Ari, Aan, Ikok, Tori, Coro, David, Enggar terima kasih atas bantuan, dukungan dan kebersamaan kita yang indah.
12. Anak-anak kostku: Utinawamiri, Kumal, Gendut, Gopa bantuan dan kebersamaannya selama ini.
13. Adik-adikku: Rani, Novi, Vica, Mita, terimakasih atas doa, semangat, dan bantuannya.
14. A’chat atas bantuannya selama kuliah, terlebih kesediaannya menjadi pembimbing 3, thanks bro. A’fu, Handi, Yulius, Mardoni, Tono atas semangat, bantuan dan kebersamaannya.
15. Temen-temen seperjuangan: Ririn, Ano, Themy, Dio atas kerjasama, semangat, keceriaan, dan masukannya. Makasih semua.
16. Teman-teman angkatan 02 kelas A: atas persahabatan dan kebersamaannya.
(9)
17. Temen-temen kelompok praktikum B: Feri, Beni, Vicky, Kate, Christin, Kobohendra, Ancol, Doping, Supri, Thomas, Danu, Dewi, Dinta, Ameng, Vero atas pengalaman yang tak terlupakan waktu praktikum dulu.
18. Teman-teman alumni SMU Kolese De Britto angkatan 99: Bhule, Batax, Katrex, Wawan, Qrewool, Richard, Plenthonx, Harto, Bebex terima kasih atas persahabatan dan kebersamaannya. “Man for other Man with other”. 19. Teman-teman semua: Rio, Fretty, Pak Ecko, TG, Meta, Antok, Thomas,
Astu, Astri, Chipoet, Sindhu, Ulin, Dita, Tepe, Ema, Mas Nox, Himen atas bantuan, semangat dan keceriaannya.
20. Keluarga Squadra Viola Farmasi, terima kasih atas kerjasama, semangat dan kebersamaan selama ini.
21. Teman-teman di Akiyama, terima kasih atas jasa dan waktu yang diberikan. 22. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini lebih mendekati sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 25 Juli 2007
Penulis
(10)
(11)
INTISARI
Penyebaran Penyakit Menular Seksual (PMS) di Indonesia semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pekerja Seks Komersial (PSK) perempuan merupakan suatu kelompok masyarakat yang beresiko tinggi tertular dan berpotensi menyebarkan PMS pada kelompok masyarakat yang lebih luas terutama para pelanggan atau pengguna layanan seks pada PSK.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan sikap PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta sebelum dan sesudah pemberian edukasi tentang PMS. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental kuasi, dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian one group pretest-posttest. Teknik sampling yang digunakan yaitu: Quota sampling, dengan mengambil responden sebanyak 50 orang untuk mengisi kuesioner dan melakukan wawancara terstruktur terhadap10 orang. Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif dan statistik uji menggunakan
Paired Sampel T Test dengan taraf kepercayaaan 90%.
Hasil untuk uji dengan Paired Sampel T Test menunjukkan perbedaan yang signifikan pada variabel pengetahuan dan sikap tentang PMS pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta sebelum dan sesudah pemberian edukasi. Persentase rata-rata peningkatan nilai pengetahuan paling tinggi pada responden yang tidak sekolah (13,6%), umur 41-60 tahun (7,3%), dan lama bekerja lebih dari 4 tahun (5,6%). Persentase rata-rata peningkatan nilai sikap paling tinggi pada responden dengan tingkat pendidikan SLTP (6,7%), umur <20 tahun (11,1%), dan lama bekerja 6 bulan-2 tahun (9,0%).
Kata kunci: edukasi, pekerja seks komersial, PMS.
(12)
ABSTRACT
The spreading of Sexually Transmitted Diseases (STD) in Indonesia increases in recent year. Prostitutes, are the groups of people that have high risk of being infected by STD. The less of information about STD causes the increase of the risk of being infected by STD to wider group of people, mostly to the customer of sex service.
The purpose of this research is to know the change of knowledge and prostitutes atitude in Pasar Kembang Yogyakarta before and after getting education about STD. This research is a Quasi Eksperimental Research with one group pretest-posttest plan research. Sampling technique that is used is a Quota Sampling, by taking 50 peoples as respondents, to fill the questionnaire and by doing structured interview to 10 peoples. The analysis of this research is a descriptive analysis and a statistic with Paired Sampel T test with 90% of signification.
The result for Paired Sampel T Test shows significant difference in knowledge variable and prostitutes attitude about STD in Pasar Kembang Yogyakarta before and after education. Percentage of changed knowledge by looking the level of education, age, work experience that shows highest value increase are; not get on school (13,6%), 41-60 years (7,3%), and over than 4 years (5,6%). The percentage of changed attitude by looking the level of education, age, work experience that shows highest value increase are; Junior High school (6,7%), less than 20 years (11,1%), and 6 months-20 years (9,0%).
Key words: education, prostitutes, STD.
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PRAKATA... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii
INTISARI... ix
ABSTRACT... x
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN...xvii
BAB I PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Perumusan masalah... 3
2. Keaslian penelitian ... 4
3. Manfaat penelitian... 4
B. Tujuan Penelitian ... 5
1 Tujuan Umum ... 5
2 Tujuan Khusus ... 5
(14)
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 6
A. Penyakit Menular Seksual... 6
1. Pengertian... 6
2. Gejala-gejala Penyakit Menular Seksual ... 6
3. Jenis-jenis Penyakit Menular Seksual... 7
B. Kondom... 14
C. Edukasi... 16
D. Perilaku ... 18
E. Pengetahuan ... 20
F. Sikap... 22
G. Tindakan... 24
H. Pekerja Seks Komersial ... 25
I. Landasan Teori... 26
J. Hipotesis... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 27
B. Variabel Penelitian ... 27
1. Variabel bebas... 27
2. Variabel tergantung... 27
C. Definisi Operasional ... 28
D. Subyek Penelitian... 29
E. Tempat Penelitian ... 30
F. Teknik Sampling ... 30
(15)
G. Instrumen Penelitian ... 31
H. Tata Cara Penelitian ... 31
1. Analisis situasi ... 31
2. Pembuatan kuesioner ... 32
3. Pembuatan leaflet... 35
4. Penyebaran kuesioner ... 36
5. Pemberian edukasi ... 37
6. Wawancara terstruktur ... 37
7. Pengolahan data ... 38
8. Analisis data penelitian ... 38
I. Kesulitan Penelitian ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Karakteristik Responden ... 41
1. Tingkat Pendidikan ... 41
2. Umur ... 42
3. Lama Bekerja ... 43
B. Pengaruh Edukasi Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Responden tentang PMS ... 44
C. Peningkatan Pengetahuan Responden tentang PMS Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Umur dan Lama Bekerja... 47
D. Peningkatan Sikap Responden tentang PMS Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Umur dan Lama Bekerja ... 51
E. Rangkuman Pembahasan ... 54
(16)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 51
A. Kesimpulan ... 55
B. Saran... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 57
LAMPIRAN... 60
BIOGRAFI PENULIS ... 90
(17)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel I. Distribusi pertanyaan pengetahuan dan sikap yang terdapat dalam
kuisioner... 33 Tabel II. Distribusi pertanyaan favourabel dan non favourabel yang
terdapat dalam kuisioner ... 34 Tabel III. Tingkat Pendidikan PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta
tahun 2006... 41 Tabel IV. Umur PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 ... 42 Tabel V. Lama Bekerja PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun
2006 ... 43 Tabel VI. Hasil Jawaban Kuisioner Untuk Item Pertanyaan Pengetahuan... 46 Tabel VII. Hasil Jawaban Kuisioner Untuk Item Pertanyaan Sikap ... 47
(18)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Hubungan Perilaku dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan... 20 Gambar 2. Persentase rata-rata nilai sebelum pemberian edukasi (pretest) dan
setelah pemberian edukasi (posttest) PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006... 45 Gambar 3. Persentase rata-rata peningkatan nilai pengetahuan PSK di Lokasi
Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan tingkat pendidikan... 48 Gambar 4. Persentase rata-rata peningkatan nilai pengetahuan PSK di Lokasi
Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan umur ... 49 Gambar 5. Persentase rata-rata peningkatan nilai pengetahuan PSK di Lokasi
Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan lama bekerja .... 50 Gambar 6. Persentase rata-rata peningkatan nilai sikap PSK di Lokasi Pasar
Kembang Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan tingkat pendidikan .... 51 Gambar 7. Persentase peningkatan nilai sikap PSK di Lokasi Pasar Kembang
Yogyakarta berdasarkan umur ... 52 Gambar 8. Persentase Peningkatan nilai sikap PSK di Lokasi Pasar Kembang
Yogyakarta berdasarkan lama bekerja ... 53
(19)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat ijin penelitian... 60
Lampiran 2. Kuisioner penelitian... 62
Lampiran 3. Panduan wawancara ... 64
Lampiran 4. Hasil skoring pretest ... 65
Lampiran 5. Hasil skoring posttest... 67
Lampiran 6. Hasil uji normalitas data dan uji T-Test... 69
Lampiran 7. Hasil wawancara... 70
Lampiran 8. Leaflet PMS ... 81
(20)
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan informasi kesehatan khususnya di Indonesia telah mengalami kemajuan yang cukup memuaskan. Di sisi lain kemajuan tersebut hendaknya disertai dengan kesadaran seluruh lapisan masyarakat untuk terus menciptakan pola hidup sehat. Farmasis sebagai salah satu tenaga kesehatan dituntut untuk lebih berperan aktif dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat karena banyak kasus penyakit yang semakin meningkat dewasa ini. Farmasis dapat berperan aktif untuk memberi pelayanan informasi kesehatan kepada masyarakat secara intensif guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menciptakan pola hidup sehat.
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan salah satu Penyakit Menular Seksual (PMS) yang sampai saat ini masih menyita perhatian kita. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) didefinisikan sebagai sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik tertentu yang diakibatkan menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Duarsa, 2005). Hasil penelitian Lentera PKBI Yogyakarta pada tahun 1995, menyatakan bahwa 90% penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual dengan penderita HIV/AIDS. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS menjadi salah satu penyebab utama penyebaran virus HIV, karena dalam hubungan seksual terjadi proses pencampuran cairan tubuh. Human Immunodeficiency Virus
(21)
(HIV) ini sendiri hidup dan berkembang biak pada cairan tubuh yang mengandung sel darah putih, seperti cairan plasenta, air mani atau cairan sperma, cairan sumsum tulang, cairan vagina, air susu ibu dan cairan otak (Ba’ali, 2005). Sejak munculnya kasus pertamaAIDS di Indonesia yang dilaporkan pada tahun 1987 di Bali, pertumbuhan HIV/AIDS menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan data statistik, dilaporkan bahwa dalam triwulan Oktober sampai Desember 2006 perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia telah mencapai 1207 kasus untuk AIDS dan 986 kasus untuk infeksi HIV. Secara kumulatif infeksi HIV dan kasus AIDS dari 1 April 1987 sampai dengan 31 Desember 2006, sebanyak 5230 untuk infeksi HIV dan 8194 untuk kasus AIDS, dengan kasus kematian sebanyak 1871 (Anonim, 2006b). Klinik Griya Lentera mencatat sampai dengan Mei 2006 angka kasus HIV/AIDS di DIY mencapai 308 kasus. Jenis PMS yang lain seperti Gonore, Sifilis, Klamidia yang dilaporkan dari bulan Januari sampai dengan September 2006, angka kejadian tertinggi ditempati oleh penderita Gonore dengan jumlah 23 kasus, diikuti penderita Klamidia sebanyak 3 kasus dan untuk kasus Sifilis belum ditemukan angka kejadian selama periode tersebut.
Pekerja Seks Komersial (PSK) dan pelanggannya merupakan salah satu kelompok yang memiliki risiko tinggi terhadap tertularnya PMS. Pekerja Seks Komersial (PSK) dan pelanggannya merupakan populasi terbesar pengidap HIV di Asia (Aprilianingrum, 2002). Salah satu penyebabnya yaitu, tingkat pengetahuan PSK tentang PMS yang relatif rendah sehingga banyak diantara mereka dalam melayani tamu tanpa menggunakan alat pelindung (kondom),
(22)
kecuali atas permintaan si tamu (Sutama, 2005). Seorang PSK dapat menjadi hospes ataupun sebagai sumber dari penularan PMS sebagai akibat dari sikap mereka yang tidak sehat, yaitu: sering berganti pasangan dalam berhubungan seks dan kesadaran penggunaan kondom yang masih rendah.
Pernyataan di atas telah memberikan ketertarikan tersendiri bagi peneliti untuk melakukan pelayanan informasi berupa Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) tentang PMS pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta yang sudah dikenal sebagai tempat yang menyuguhkan layananan ekstra bagi kaum lelaki. Edukasi yang diberikan ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta agar mau mengubah perilaku mereka dari unsafe sex menjadi safe sex sebagai salah satu cara untuk mencegah penyebaran PMS khususnya HIV/AIDS yang semakin meningkat.
1. Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Seperti apakah karakteristik PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 yang menjadi responden dalam penelitian ini bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama bekerja?
b. Apakah terjadi perubahan nilai pengetahuan dan sikap yang signifikan setelah pemberian edukasi pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006?
c. Berapakah persentase peningkatan nilai pengetahuan PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 setelah pemberian edukasi bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama bekerja?
(23)
d. Berapakah persentase peningkatan nilai sikap PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 setelah pemberian edukasi bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama bekerja?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian dengan subjek PSK di lokasi Pasar Kembang pernah dilakukan oleh Putranto (2002) dengan judul “Kajian Penggunaan Antibiotika di Kalangan PSK perempuan di Lokalisasi Pasar Kembang Yogyakarta” dan Sutama (2005) tentang studi penggunaan antibiotika pada kalangan PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta. Dalam penelitian kali ini metitikberatkan pada pengaruh edukasi terhadap perubahan pengetahuan dan sikap tentang PMS pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006. Perbedaan dengan penelitian yang terdahulu terletak pada tema yang diangkat, waktu pelaksanaan serta metode penelitian yang digunakan. Penelitian ini dilakukan dengan metode pretest dan posttest untuk melihat pengaruh edukasi yang sudah diberikan dan dilakukan wawancara terstruktur sebagai penguat data kuisioner.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan digunakan sebagai wacana bagi pihak-pihak terkait yang menangani masalah PMS.
b. Manfaat praktis
Memberi pelayanan KIE tentang PMS pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta sehingga diharapkan timbul kesadaran untuk berperilaku safe sex.
(24)
B. Tujuan 1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh edukasi terhadap perubahan pengetahuan dan sikap tentang PMS pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta.
2. Tujuan khusus
a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik PSK di lokasi Pasar Kembang yang menjadi responden dalam penelitian ini.
b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan nilai pengetahuan dan sikap setelah pemberian edukasi pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta.
c. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase peningkatan nilai pengetahuan PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta setelah edukasi bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama bekerja.
d. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase peningkatan nilai sikap PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta setelah edukasi bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama bekerja.
(25)
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Penyakit Menular Seksual (PMS) 1. Pengertian
Penyakit Menular Seksual didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis (Anonim, 2005a).
2. Gejala-gejala Penyakit Menular Seksual (PMS)
Tanda-tanda umum individu yang terkena PMS adalah:
a. keluar cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada perempuan, terjadi peningkatan keputihan yang berwarna. kekuningan atau kehijauan dan memiliki bau yang tidak sedap,
b. pada laki-laki gejalanya berupa rasa panas seperti terbakar dan sakit selama atau setelah kencing,
c. luka terbuka dan luka basah di sekitar alat kelamin atau mulut, dapat terasa sakit ataupun tidak,
d. tonjolan kecil-kecil (papules) di sekitar alat kelamin, e. kemerahan di sekitar alat kelamin,
f. pada laki-laki timbul rasa sakit atau kemerahan yang terjadi pada kantung zakar,
(26)
g. gejala pada perempuan berupa rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang dengan sendirinya seperti saat menstruasi,
h. pendarahan yang terjadi setelah berhubungan seksual
(Anonim, 2005).
3. Jenis-Jenis Penyakit Menular Seksual (PMS)
a. Gonore (GO)
Gonore disebabkan oleh gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879. Kuman tersebut dimasukkan dalam kelompok Neisseria sebagai Neisseria gonorrhoeae. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid yakni pada vagina perempuan sebelum pubertas.
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit GO pada perempuan berbeda dari laki-laki. Hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin laki-laki dan perempuan. Pada perempuan, penyakit dapat bersifat akut maupun kronik dan sering kali tanpa gejala sehingga umumnya perempuan datang berobat setelah terjadi komplikasi. Infeksi ini pada mulanya mengenai serviks uteri dan bersifat asimtomatik (Daili, 2005).
Gejala pada laki-laki berupa rasa sakit yang timbul pada waktu buang air kecil atau ereksi. Keluar nanah dari saluran kencing terutama pada pagi hari atau sering kali tidak timbul gejala pada stadium dini. Pada perempuan gejala yang sering dirasakan berupa nyeri di daerah perut bagian bawah,
(27)
kadang-kadang disertai keputihan dengan bau yang tidak sedap, serta rasa panas atau gatal saat buang air kecil.
b. Sifilis (Raja Singa)
Sifilis adalah penyakit penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini bersifat kronis dan sistemik, menyerang seluruh organ tubuh. Pada perempuan yang sedang hamil, Treponema pallidum dapat menular pada bayi dalam kandungan (Hutapea, 2005).
Pada fase awal, infeksi ini dapat menimbulkan luka yang tidak terasa sakit yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapat juga muncul di bagian tubuh lain. Jika tidak diobati penyakit akan berkembang ke fase berikutnya dengan gejala berupa ruam kulit, demam, luka pada tenggorokan, rambut rontok. Gejala lain berupa timbul luka yang bersih dan tidak nyeri di sekitar alat kelamin, anus dan mulut yang muncul 2-3 minggu setelah terkena infeksi. Pada 6-8 minggu kemudian, timbul pembengkakan kelenjar getah bening disusul dengan rasa badan yang tidak enak dan bercak kemerahan pada kulit. Gejala ini bisa hilang dengan sendirinya, tetapi infeksi tetap berlangsung sehingga dapat mempengaruhi organ tubuh yang lain untuk melakukan fungsi normalnya (Munajat, Nanang dan Bisri, 1998).
c. Herpes Genital
Herpes genital adalah penyakit pada alat kelamin yang disebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV) dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar eritema. Masa inkubasi umumnya berkisar
(28)
antara 3-7 hari atau lebih. Gejala yang timbul dapat bersifat berat, tetapi bisa juga asimtomatik dimulai dengan rasa gatal dan terbakar di daerah lesi yang terjadi beberapa jam setelah timbulnya lesi (Judanarso, 2005).
Herpes akan kelihatan 2-30 hari sesudah bersanggama. Gejala yang paling umum adalah bintil-bintil kecil berisi cairan yang terasa sakit, di alat kelamin, dubur atau mulut. Bintil-bintil akan timbul selama 1-3 minggu, dan kemudian hilang. Beberapa waktu kemudian bintil-bintil akan muncul dan hilang secara berulang. Sebelum bintil-bintil muncul, alat kelamin akan terasa gatal atau panas. Gejala seperti flu kadang dialami pada saat muncul bintil-bintil tersebut. Infeksi herpes pada alat kelamin pada dasarnya tidak bisa dihilangkan, tetapi perkembangan klinisnya bisa dikurangi dengan pengobatan yang benar (Anonim, 2005).
d. Klamidia
Klamidia adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Chlamydia trachomatis, terutama menyerang leher rahim. Masa tanpa gejala berlangsung 7-21 hari. Gejalanya adalah timbul peradangan pada alat reproduksi laki-laki dan perempuan. Gejala yang ditimbulkan mirip gonorea, tetapi biasanya lebih ringan atau bahkan tidak menunjukkan gejala apa pun. Pada perempuan, gejalanya berupa keluarnya cairan dari alat kelamin atau 'keputihan encer' berwarna putih kekuningan, rasa nyeri di rongga panggul, dan terjadi pendarahan setelah hubungan seksual (Munajat, Nanang dan Bisri, 1998).
(29)
Komplikasi dari penyakit ini dapat menyebabkan kemandulan terutama pada perempuan. Infeksi mata dapat dialami oleh bayi yang dilahirkan oleh perempuan yang terinfeksi klamidia (Anonim, 2005a). e. Trikomoniasis vaginalis
Trikomoniasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan sering menyerang saluran urogenital bagian bawah pada perempuan dan laki-laki. Gejala trikomoniasis yang khas berupa keputihan yang banyak, kadang berbusa, kehijauan, berbau busuk, gatal, nyeri saat buang air kecil atau berhubungan seksual (Djajakusumah, 2005).
Pada perempuan, infeksi ini menyebabkan peradangan di vagina sehingga banyak mengeluarkan cairan yang berwarna kuning dan berbau tidak enak. Penyakit ini bisa tidak memiliki gejala, tetapi bila timbul gejala dapat berupa peradangan pada saluran kencing. Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan mikrokopik dari lendir vagina atau penis untuk identitifikasi adanya parasit (Anonim, 2005a).
Prinsip umum untuk pengendalian PMS dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. mengurangi pajanan PMS dengan program penyuluhan untuk menjauhkan masyarakat terhadap perilaku risiko tinggi,
2. mencegah infeksi dengan anjuran pemakaian kondom bagi kelompok yang berisiko,
(30)
3. meningkatkan kemampuan diagnosis dan pengobatan serta anjuran untuk mencari pengobatan yang tepat,
4. membatasi komplikasi dengan melakukan pengobatan dini dan efektif baik untuk yang simtomatik maupun asimtomatik serta pasangan seksual
(Hakim, 2005). f. Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)
Acquired Immune Deficiency Syndrome memiliki arti yang dijelaskan secara harafiah sebagai berikut: Acquired berarti didapat, bukan keturunan. Immune terkait dengan sistem kekebalan tubuh kita. Deficiency berarti kekurangan. Syndrome atau sindrom berarti penyakit dengan kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir (Anonim, 2006).
Menurut Duarsa, AIDS adalah sindrom dengan gejala penyakit infeksi opportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini ditemukan oleh Luc Montagenier, seorang ilmuwan dari Institute Pasteur Perancis pada Januari 1983 yang mengisolasi virus dari seorang penderita dengan gejala Limfadenopati, sehinggga pada waktu itu dinamakan Lympadenopathy Associated Virus (LAV).
Robert Gallo pada tahun 1984 menemukan virus HTL - III (Human T Lymphotropic Virus) yang juga adalah penyebab AIDS. Pada penelitian lebih lanjut dibuktikan bahwa kedua virus itu sama, sehingga berdasarkan
(31)
hasil pertemuan International Commitee on Taxonomy of Viruses (1986) WHO memberikan nama resmi HIV (Duarsa, 2005).
Human Immunodeficiency Virus cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai permukaan Cluster of Designation 4 (CD4), terutama pada limfosit T4 yang mempunyai peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh. Virus yang masuk ke dalam limfosit T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri (Duarsa, 2005).
Satu cara untuk mengukur kerusakan pada sistem kekebalan tubuh adalah dengan menghitung jumlah sel CD4. Pada orang yang sehat jumlah sel CD4 berkisar antara 500-1500, sedangkan pada orang yang sudah terinfeksi HIV jumlah sel CD4nya bisa kurang dari 200 (Anonim, 2005b). Bila seseorang terinfeksi HIV maka virus tersebut terdapat pada seluruh cairan tubuhnya, namun yang memiliki potensi paling besar untuk menularkan hanya yang terdapat dalam sperma (air mani), darah, dan cairan vagina.
Secara umum, gejala utama yang terlihat pada seseorang yang sudah sampai pada tahapan AIDS adalah:
1. berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan, 2. demam tinggi berkepanjangan (lebih dari satu bulan), 3. diare kronik yang berkepanjangan (lebih dari satu bulan), 4. penurunan kesadaran dan gangguan neurologi.
(32)
Gejala-gejala tambahan berupa:
1. batuk berkepanjangan (lebih dari satu bulan), 2. kelainan kulit dan iritasi (gatal),
3. infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan,
4. pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh, seperti di bawah telinga, leher, ketiak dan lipatan paha (Anonim, 2006).
Penularan virus HIV dengan cara berikut ini.
1. Berhubungan seksual dengan orang yang terinfeksi HIV, baik melalui vaginal (genital), dubur (anal), maupun mulut (oral).
2. Memakai jarum suntik atau alat-alat lain seperti tindik, tatto, cukur kumis, jenggot yang tercemar virus HIV.
3. Ibu hamil yang mengidap HIV kepada bayi dalam kandungannya. (Anonim, 2005a) Obat untuk penyembuhan penyakit AIDS sampai saat ini belum ditemukan, sehingga satu-satunya cara yang efektif untuk menghindari penularan HIV dengan melalui langkah-langkah pencegahan sebagai berikut ini.
1. Lebih aman berhubungan seksual dengan pasangan tetap. Hindari hubungan seksual di luar nikah.
2. Gunakan kondom, khususnya bagi kelompok risiko tinggi.
3. Sedapat mungkin menghindari tranfusi darah yang tak jelas asalnya. 4. Bagi ibu yang positif HIV, dianjurkan untuk tidak hamil karena dapat
(33)
5. Menjamin sterilitas alat-alat medis dan non medis (Munajat, Nanang dan Bisri, 1998).
B. Kondom
Kondom diartikan sebagai salah satu alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan karet/lateks, berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung yang berfungsi untuk menampung sperma (Anonim, 2006).
Luas permukaan kondom sebesar 80 cm2, dengan ketebalan 100 mikron. Rata-rata tebal serat hasil polimerisasi karet/lateks berdiameter 0,5 - 1,5 mm. Jalur dan lajur serat seperti tenunan kain tapi tidak beraturan dan saling bertumpuk dengan rata-rata 100 - 200 lapisan, jadi pori-pori tidak langsung menembus dari sisi lapisan dalam kesisi lapisan luar atau sebaliknya. Jumlah pori-pori (pinholes) maksimal 0,4 % berdasarkan uji kebenaran dengan pengisian 300 ml air pada suhu kamar. Diameter pinholes kondom rata-rata 1/60 mikron.
Studi laboratorium menunjukkan bahwa kondom lateks sangat kedap untuk mencegah masuknya virus HIV, hepatitis dan herpes. Kondom yang terbuat dari usus domba tidak bisa digunakan untuk mencegah masuknya HIV. Hal tersebut diketahui dari penelitian yang dilakukan pada kondom yang terbuat dari usus domba melalui mikroskop elektron dengan pembesaran 30.000 kali. Pada penelitian itu menunjukkan bahwa partikel virus HIV yang berukuran 0,1 mikron bisa terlihat sehingga dapat disimpulkan kondom yang terbuat dari usus domba mempunyai pori yang lebih besar dibandingkan dengan kondom yang terbuat dari lateks (Anonim, 2007a).
(34)
Kelebihan kondom:
1. efektif sebagai alat kontrasepsi bila dipakai dengan baik dan benar,
2. murah dan mudah didapat tanpa resep dokter dan dapat didistribusikan oleh dan untuk masyarakat,
3. praktis dan dapat dipakai sendiri, 4. tidak ada efek hormonal,
5. dapat mencegah kemungkinan penularan PMS khususnya HIV/AIDS, 6. mudah dibawa,
7. kondom menggunakan pelicin atau pelumas sehingga dapat menambah frekuensi hubungan seksual dan secara psikologis menambah kenikmatan, 8. kondom membantu suami yang mengalami ejakulasi dini,
9. membantu mencegah terjadinya kanker cerviks. Keterbatasan kondom:
1. kadang-kadang ada pasangan yang alergi terhadap karet kondom, 2. kondom hanya dapat dipakai satu kali,
3. secara psikologis kemungkinan mengganggu kenyamanan.
(Anonim, 2006c) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan kondom:
1. periksalah tanggal kadaluwarsa pada bungkus kondom. Periksalah kondisi bungkus kondom, jangan menerima atau membeli kondom yang bungkusnya sudah rusak, ada gelembung udara di dalamnya dan berlubang
2. gunakan kondom baru setiap kali bersanggama
(35)
4. pasang kondom sebelum kontak genital, untuk mencegah masuknya sperma atau bibit penyakit ke dalam vagina, (atau sebaliknya)
5. hati-hati dalam memasang dan melepaskan kondom bagi mereka yang memiliki kuku panjang atau cincin dengan bagian yang tajam
6. jika pelicin yang ada pada kondom dirasa kurang, gunakan lubrikan atau jelly yang dianjurkan. Jangan gunakan bahan-bahan seperti vaselin, lotion, atau produk minyak lainnya, karena dapat meningkatkan kemungkinan robeknya kondom
7. bila kondom pecah atau robek selama senggama, gunakan segera spermisida (busa atau gel), dan pertimbangkan menggunakan kontrasepsi darurat, untuk mencegah terjadinya kehamilan
8. simpan persediaan kondom di tempat yang sejuk dan kering. Jauhkan kondom dari sinar lampu neon dan letakan di tempat yang tidak terkena matahari langsung atau di tempat yang panas
9. sebaiknya tidak meletakan kondom di saku celana, karena suhu tubuh dapat mempengaruhi kualitas kondom. Jangan gunakan kondom bila terlihat rusak atau lapuk, karena cenderung mudah robek (Farida, 2006).
C. Edukasi
Pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku (tujuan). Pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara persuasi,
(36)
bujukan, himbauan, ajakan, memberi informasi, memberi kesadaran sebagai upaya agar masyarakat dapat berperilaku sehat. Pendidik kesehatan adalah semua petugas kesehatan dan siapa saja yang berusaha untuk mempengaruhi individu atau masyarakat guna meningkatkan kesehatan mereka. Oleh karena itu, individu, kelompok ataupun masyarakat dianggap sebagai sasaran (objek) pendidikan dan dapat pula sebagai subjek (pelaku) pendidikan kesehatan masyarakat apabila mereka diikutsertakan di dalam usaha kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan kesehatan pada dasarnya ialah suatu proses mendidik individu atau masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Seperti halnya proses pendidikan lainnya, pendidikan kesehatan mempunyai unsur masukan atau input (perilaku pemakai sarana kesehatan dan petugas kesehatan) yang setelah diolah dengan teknik-teknik pendidikan tertentu akan menghasilkan keluaran atau output (perubahan perilaku masyarakat sasaran) yang sesuai dengan harapan atau tujuan kegiatan itu (Sarwono, 2004).
Penyuluhan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi pengetahuan, sikap dan kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan agar individu, kelompok atau masyarakat mau dan mampu mengubah perilaku yang tidak mendukung nilai hidup sehat menjadi berperilaku yang mendukung nilai hidup sehat (Pratomo, 1989). Penyuluhan kesehatan dilaksanakan melalui penyuluhan massa, kelompok atau interpersonal dengan tujuan akhirnya adalah agar individu, kelompok atau masyarakat berada dalam kondisi derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Notoatmodjo, 2003).
(37)
Bentuk pendekatan yang dapat digunakan antara lain. 1. Bimbingan dan penyuluhan.
Merupakan salah satu metode dimana kontak antara subjek penelitian dan peneliti lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh subjek penelitian dapat dipantau oleh peneliti sehingga nantinya dapat dibantu dalam proses penyelesaiannya. Caranya yaitu dengan memberi masukan-masukan positif tentang pendidikan kesehatan, yang pada akhirnya dapat diterima dan dipahami oleh subjek penelitian, sehingga diharapkan tumbuh kesadaran dari dalam diri subjek penelitian untuk mau mengubah perilakunya.
2. Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan atau peneliti dengan subjek penelitian untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi (Notoatmodjo, 2003).
D. Perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku sebagai reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Reaksi ini dapat bersifat pasif
(38)
(tanpa tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Berdasarkan batasan tersebut maka perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
Perilaku dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus.
1. Perilaku tertutup
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikapyang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Secara umum, hubungan antara pengetahuan, sikap dan tindakan yang membentuk sebuah perilaku dapat dilihat pada gambar 1.
(39)
Tindakan Pengetahuan
Manifestasi Perilaku Sikap Lingkungan
Individu
Pengalaman
Gambar 1. Hubungan Perilaku dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
E. Pengetahuan
Pengetahuan adalah pandangan subjek terhadap suatu stimulus yang ditangkap melalui indera dan dikenal serta dipahami sehingga menimbulkan pembentukan sikap baik itu negatif maupun positif.
Penelitian Rogers (cit., Notoatmodjo, 1993) mengungkapkan bahwa sebelum orang berperilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus atau objek terlebih dahulu, interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus, evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya dan hal ini menunjukkan sikap responden yang lebih baik lagi, trial dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru, dan yang terakhir adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003).
(40)
Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan yang tercakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1. tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
(41)
5. sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Secara definitif, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu ditentukan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada.
F. Sikap
Menurut Thurstone (1928), Likert dan Osgood (1932) seperti yang dikutip Azwar (1995) sikap didefinisikan sebagai bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak, maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada suatu objek tertentu.
Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Manifestasi sikap tidak langsung dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
(42)
Diagram Proses Pembentukan Sikap dan Reaksi
Stimulus Rangsangan
Proses Stimulus Reaksi Tingkah laku
(terbuka) Sikap
(tertutup)
Struktur sikap itu sendiri terdiri atas tiga komponen. 1. Komponen kognitif
Komponen kognitif merupakan representasi dari apa yang dipercayai individu pemilik sikap. Jadi komponen ini berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan datang dari apa yang telah kita lihat atau kita ketahui. Berdasarkan apa yang kita lihat atau ketahui terbentuk ide atau gagasan tentang karakteristik suatu objek, dan ini menjadi dasar pengetahuan seseorang tentang apa yang diharapkan dari objek tertentu. Tetapi kadang-kadang kepercayaan terbentuk karena kurang atau tidak adanya informasi yang benar tentang objek yang dihadapi.
2. Komponen afektif
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhada suatu objek sikap. Reaksi emosional banyak dipengaruhi
(43)
oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek.
3. Komponen konatif
Komponen konatif merupakan kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri sendiri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi, banyak dipengaruhi oleh kepercayaan dan perasaan terhadap suatu objek. Komponen konatif meliputi bentuk perilaku yang dapat dilihat secara langsung, tetapi juga bentuk perilaku pernyataan atau perkataan yang diucapkan seseorang mengenai suatu objek (Azwar, 1995).
G. Tindakan
Tindakan merupakan suatu bentuk respon aktif seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, yang dilanjutkan dengan mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Weber (cit., Sarwono, 2004) berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman, dan penafsirannya atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat.
(44)
H. Pekerja Seks Komersial (PSK)
Wijadi (1985) mendefinisikan perempuan pekerja seks komersial sebagai perempuan yang pekerjaannya menjual diri kepada siapa saja atas banyak laki-laki yang membutuhkan pemuasan nafsu seksual atau dengan kata lain perempuan yang melakukan hubungan seksual dengan banyak laki-laki.
Pekerja Seks Komersial merupakan kelompok yang terbiasa melakukan aktivitas seksualnya dengan pasangan yang tidak tetap, dengan kompensasi pemberian imbalan berupa uang yang telah disepakati sebelumnya, dan tingkat mobilitas yang sangat tinggi dikelompok tersebut, sehingga PSK merupakan kelompok risiko tinggi PMS (Anonim, 2002).
Menurut Kartono (1999), ciri-ciri khas dari PSK perempuan adalah :
1. Cantik, manis, atraktif, menarik, baik wajah maupun tubuhnya bisa merangsang selera seks kaum laki-laki.
2. Berusia muda, biasanya di bawah umur 30 tahun. Yang terbanyak adalah umur 17-25 tahun.
3. Pakaiannya sangat mencolok, beraneka ragam, sering eksentrik untuk menarik perhatian kaum laki-laki. Mereka sangat memperhatikan penampilan lahiriah, yaitu: wajah, rambut, pakaian, kosmetik dan parfum.
4. Menggunakan teknik-teknik seksual yang cepat, tanpa afeksi atau emosi, sangat provokotif dalam bersenggama, dan biasa dilakukan dengan kasar. 5. Mobilitas tinggi, kerap berpindah dari tempat/kota yang satu ke tempat/kota
(45)
I. Landasan Teori
Penyuluhan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi pengetahuan, sikap dan kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan agar individu, kelompok atau masyarakat mau dan mampu mengubah perilaku yang tidak mendukung nilai hidup sehat menjadi berperilaku yang mendukung nilai hidup sehat (Pratomo, 1989).
Pemberian edukasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap seseorang terhadap sesuatu hal yang baru bagi orang tersebut atau lebih memperjelas sesuatu yang sudah diketahui. Pemberian edukasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan responden tentang PMS. Berubahnya tingkat pengetahuan responden akan mempengaruhi perubahan sikapnya, sehingga diharapkan timbul kesadaran dari dalam diri responden untuk berpartisipasi secara aktif dalam usaha untuk mencegah penularan PMS yaitu dengan menggunakan kondom setiap melayani tamu.
J. Hipotesis
Edukasi tentang PMS berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai pengetahuan dan sikap PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006.
(46)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu ( Quasi-Experimental research) dengan rancangan penelitian one group pretest-posttest dan deskriptif evaluatif. Penelitian eksperimental semu adalah penelitian yang mencari hubungan sebab akibat dalam kehidupan nyata, pengendalian variabel pengacau sulit dilakukan atau tidak mungkin dilakukan, dan pengelompokkan secara acak sulit dilakukan. Jenis eksperimental semu digunakan dalam penelitian ini untuk melihat efek edukasi terhadap pengetahuan dan sikap PSK di lokasi Pasar Kembang. Rancangan penelitian deskriptif evaluatif digunakan untuk menggambarkan karakteristik dan pengaruh perbedaan tingkat pendidikan, umur dan lama kerja terhadap pengetahuan dan sikap PSK Pasar Kembang Yogyakarta.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian adalah edukasi tentang PMS yang diberikan pada PSK di lokasi Pasar Kembang.
2. Variabel tergantung dalam penelitian ini.
a. Pengetahuan PSK di lokasi Pasar Kembang tentang PMS dan HIV/ AIDS. b. Sikap PSK di lokasi Pasar Kembang terhadap PMS.
(47)
C. Definisi Operasional
1. Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang dapat menularkan melalui hubungan seksual. Kasus PMS yang sering muncul di kalangan PSK di lokasi Pasar Kembang yaitu; HIV/AIDS, GO, sifilis, klamidia.
2. Edukasi adalah pemberian informasi tentang PMS, terapi dan cara pencegahannya melalui media berupa leaflet untuk mempengaruhi pengetahuan dan sikap PSK di lokasi Pasar Kembang agar mau mengubah sikap dari unsafe sex menjadi safe sex.
3. Perilaku dalam penelitian kali ini lebih difokuskan pada aspek pengetahuan dan sikap responden tentang PMS setelah pemberian edukasi.
4. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman yang dimiliki oleh PSK di lokasi Pasar Kembang tentang PMS, meliputi gejala, cara penularan, dan cara pencegahannya.
5. Sikap adalah suatu kesadaran yang timbul dari dalam diri responden di lokasi Pasar Kembang dalam menghadapi PMS yaitu dengan menggunakan kondom saat berhubungan seks dengan pelanggan.
6. Pekerja Seks Komersial (PSK) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah PSK yang bekerja di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta yang bersedia bekerjasama untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan baik dalam bentuk kuisioner maupun wawancara terstruktur dan selanjutnya disebut dengan responden.
(48)
7. Tingkat pendidikan dalam penelitian ini dibagi menjadi 4 kelompok yaitu tidak sekolah, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).
8. Umur dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 kelompok yaitu <20 tahun, 21-40 tahun, dan 41-60 tahun.
9. Lama bekerja dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 kelompok yaitu 6 bulan-2 tahun, lebih dari 2 tahun sampai 4 tahun, dan lebih dari 4 tahun.
10.Persentase perubahan pengetahuan adalah rata-rata peningkatan nilai jawaban pengetahuan pada PSK di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta setelah pemberian edukasi yang dibuat dalam persen.
11.Persentase perubahan sikap adalah rata-rata peningkatan nilai jawaban sikap pada PSK di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta setelah pemberian edukasi yang dibuat dalam persen.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan adalah PSK perempuan di Lokasi Pasar Kembang dampingan PKBI DIY yang bersedia bekerjasama dengan menjawab pertanyaan dari peneliti baik melalui wawancara maupun pengisian kuisioner sebelum dan sesudah edukasi. Kriteria subjek yang diambil oleh peneliti adalah PSK dampingan PKBI yaitu: sudah menjalani profesinya minimal selama 6 bulan, dan tinggal di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006.
(49)
E. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lokasi Pasar Kembang atau masyarakat sering menyebutnya dengan “Sarkem”. Terletak di dalam kampung bernama Sosrowijayan Kulon, kelurahan Sosromenduran kecamatan Gedongtengen, kotamadya Yogyakarta. Letaknya sangat strategis karena berada di pinggir jalan Pasar Kembang, sebuah jalan yang panjangnya tidak lebih dari satu kilometer menuju kawasan Malioboro. Di dalam lokasi Pasar Kembang terdapat losmen-losmen yang digunakan sebagai tempat praktek prostitusi. Ada sekitar 40 losmen-losmen di lokasi Pasar Kembang, dengan jumlah penghuni setiap losmen sekitar 2 sampai 10 PSK.
F. Teknik Sampling
Teknik sampling yang dipergunakan pada penelitian ini adalah quota sampling, jadi peneliti terlebih dahulu menentukan jumlah PSK yang akan menjadi reponden dalam penelitian ini. Responden dibatasi juga pada PSK perempuan yang memiliki kesediaan untuk bekerja sama, baik dalam pengisian kuisioner maupun pada saat wawancara. Dari data yang diperoleh dari PKBI, PSK yang sudah berhasil didampingi di lokasi Pasar Kembang sejumlah 101 orang. Menurut (Gay cit. Sevilla, 1993), pengambilan sampel minimal yang dapat diterima untuk suatu penelitian deskriptif yaitu 10 persen dari populasi, bila populasi sangat kecil diperlukan minimum 20 persen dari populasi. Dalam penelitian ini, responden minimal yang dapat diterima berdasarkan pernyataan diatas yaitu sebanyak 11 orang. Peneliti mengambil 50 responden untuk mengisi
(50)
kuisioner dan 10 responden untuk diwawancarai, yang berarti sudah memenuhi ukuran minimum pengambilan sampel untuk suatu penelitian deskriptif.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuisioner yang dibuat setelah dilakukan perumusan masalah dan menentukan variable-variabel yang akan diteliti. Kuisioner dibuat dengan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami dan tidak terjadi perbedaan penafsiran yang dapat mempengaruhi hasil dalam penelitian. Peneliti juga membuat panduan wawancara yang disesuaikan dengan permasalahan yang dialami oleh para responden di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta untuk mendukung hasil dari kuisioner, sedangkan materi edukasi dibuat dalam bentuk leaflet mengenai PMS.
H. Tata Cara Penelitian 1. Analisis situasi
Tahap ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai kemungkinan bisa tidaknya diadakan penelitian, dan melihat keseharian subjek sebelum dilakukan penelitian. Peneliti mulai turun ke Lokasi Pasar Kembang dusun Sosrowijayan untuk melakukan observasi pada awal bulan Oktober. Pada saat observasi peneliti banyak dibantu oleh teman-teman dari LSM PKBI agar mudah diterima oleh komunitas PSK Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta. Observasi dilakukan untuk melihat situasi di lokasi Pasar Kembang, sikap responden tentang dan sejauh mana pengetahuan responden mengenai masalah PMS. Observasi berfungsi untuk menentukan metode dan
(51)
materi edukasi yang tepat bagi responden di lokasi Pasar Kembang. Pada awalnya, peneliti mengalami kesulitan pada saat observasi karena sikap responden yang cenderung tertutup dengan orang yang baru dikenal. Tetapi dengan pendekatan secara personal dan dalam waktu yang cukup lama, akhirnya peneliti mulai dekat dan dapat diterima dengan baik oleh komunitas PSK di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarata.
2. Pembuatan kuisioner
Pertanyaan dalam kuisioner disusun dan dikelompokkan berdasarkan atas variabel-variabel penelitian yang ingin diketahui yaitu pengetahuan dan sikap. Dalam penyusunan kuisioner ini peneliti perlu bertanya kepada dosen pembimbing dan rekan dari fakultas psikologi yang dianggap menguasai tata cara pembuatan kuisioner penelitian. Sebelum dilakukan penyebaran kuisioner dilakukan uji coba terlebih dahulu, supaya pertanyaan yang diajukan pada kuisioner dapat dipahami oleh subjek penelitian.
Kuisioner yang digunakan terdiri dari 20 item pertanyaan berbentuk objektif dengan dua pilihan jawaban (ya atau tidak). Peneliti menggunakan format pertanyaan ya dan tidak dengan pertimbangan sederhana, mudah dipahami dan mudah dikerjakan oleh subjek penelitian. Kuisioner dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pertanyaan untuk mengukur variabel pengetahuan tentang PMS dan pertanyaan untuk variabel sikap dalam penggunaan kondom. Distribusi pertanyaan pengetahuan dan sikap dapat dilihat pada tabel I. Pada tabel ditunjukkan bahwa untuk variabel pengetahuan, terdapat 7 item pertanyaan pengetahuan tentang PMS yang disebabkan oleh bakteri dan 4 item
(52)
pertanyaan PMS yang disebabkan oleh virus. Untuk variabel sikap terdapat 9 pertanyaan tentang penggunaan kondom sebagai salah satu cara untuk mencegah penularan penyakit AIDS.
Tabel I. Distribusi pertanyaan pengetahuan dan sikap yang terdapat dalam kuisioner
Pengetahuan Nomor item dalam kuisioner
Total Pertanyaan pengetahuan tentang
PMS 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 18 11 Sikap Nomor item dalam kuisioner Total Pertanyaan sikap tentang
penggunaan kondom
10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19,
20 9
Skor dalam setiap item pertanyaan hanya terdapat satu jawaban yang benar, sehingga cara penilaian adalah dikotomi, yaitu dengan memberikan skor 0 bagi setiap jawaban yang salah atau tidak diisi, dan 1 bagi jawaban yang benar. Bila responden menjawab “ya” untuk item pertanyaan jenis favourable maka akan mendapatkan skor 1 dan jika pertanyaan tidak diisi atau dijawab “tidak” maka akan mendapat skor 0. Hal ini berlaku sebaliknya untuk item pertanyaan jenis non favourable . Distribusi pertanyaan yang ada dalam kuisioner, terdiri dari 15 item untuk pertanyaan jenis favourable dan 5 item untuk pertanyaan jenis non favourable. Distribusi pertanyaan favourable dan non favourable dapat dilihat pada table II.
(53)
Tabel II. Distribusi pertanyaan favourable dan non favourable yang terdapat dalam kuisioner
Nomor item dalam kuisioner Pengetahuan
Favourable Non Favourable Pertanyaan pengetahuan tentang
PMS 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 9, 18
Total 9 2
Sikap
Pertanyaan sikap tentang
penggunaan kondom 10, 12, 13, 17, 19, 20 14, 15, 16
Total 6 3
a. Uji validitas
Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberi hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2004).
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tipe validitas isi (content validity). Validitas yang diestimasi lewat pengujian pengujian terhadap isi tes dengan rasional atau lewat profesional judgement, yaitu melalui diskusi dengan dosen pembimbing dan dosen dari fakultas psikologi. Uji validitas dilihat dari item pertanyaan dari kuisioner yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yang diinginkan. b. Uji reliabilitas
Suatu alat ukur dikatakan reliabel (dapat dipercaya) jika alat ukur tersebut stabil, tepat, dan homogen. Alat ukur dikatakan stabil apabila
(54)
dalam mengukur sesuatu berulangkali, alat ukur tersebut memberikan hasil yang sama, dengan syarat kondisi saat pengukuran tidak berubah. Kuisioner dikatakan tepat apabila pertanyaan tersebut mudah dimengerti dan terperinci. Suatu alat ukur dikatakan homogen apabila pertanyaan-pertanyaan yang dibuat untuk mengukur suatu karakteristik mempunyai kaitan yang erat satu sama lain (Adi, 2004).
Uji reliabilitas dalam penelitian ditinjau dari segi pemahaman bahasa dari kuisioner apakah sudah dimengerti oleh responden atau belum. Dilakukan dengan cara mengujikan kuisioner pada responden sebagai uji coba. Selama uji coba, peneliti mendampingi responden saat proses pengisian kuisioner, untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dari kuisioner dan melihat item pertanyaan yang kurang dimengerti oleh responden. Berdasarkan hasil uji coba, ada beberapa item pertanyaan yang belum dapat dimengerti oleh responden. Hasil ini kemudian didiskusikan kembali dengan dosen pembimbing untuk dilakukan beberapa perbaikan.
3. Pembuatan leaflet
Leaflet adalah salah satu bentuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat (Notoatmodjo,1993). Leaflet berfungsi sebagai media pemberian edukasi tentang PMS pada responden yang berisi tentang hal-hal yang terkait dengan PMS. Media edukasi dibuat semenarik mungkin, jelas, singkat, dan lengkap dengan bahasa yang mudah dipahami oleh subjek penelitian sehingga diharapkan timbul kesadaran dari responden akan bahaya PMS.
(55)
4. Penyebaran kuisioner
Dalam penelitian ini, penyebaran kuisioner tidak dilakukan oleh peneliti sendiri karena peneliti tergabung dalam satu tim penelitian yang terdiri dari 5 orang dengan tema yang berbeda, tetapi subjek penelitian sama. Kuisioner disebarkan di 3 lokasi yang berbeda yaitu, responden di lokasi Pasar Kembang dan responden di lokasi Badran dan jalan Magelang. Penyebaran kuisioner di lokasi Pasar Kembang dilakukan oleh peneliti bersama dengan Severina Sri Haryuni Wiratwanti, sedangkan lokasi Badran dilakukan oleh Themy Roestian Lavatinova dan Ferawati Klaudia Ida, untuk lokasi jalan Magelang dilakukan oleh Vincensius Anjar Trilaksono.
Penyebaran kuisioner dilakukan 2 kali pada subjek uji yaitu: sebelum pemberian edukasi (pretest) dan setelah pemberian edukasi (posttest) dengan kuisioner yang sama. Pemberian pretest untuk lokasi Pasar Kembang dimulai pada pertengahan bulan Oktober hingga awal bulan November 2006, sedang pemberian posttest dilakukan pada akhir bulan Desember. Peneliti bersama dengan Severina menyebarkan kuisioner pada 50 responden di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta. Kuisioner yang didapatkan kembali oleh peneliti sebanyak 50, karena kuisioner diberikan secara personal dan peneliti mendampingi responden pada saat pengisian kuisioner untuk menghindari kesalahan-kesalahan saat pengisian kuisioner.
Perbedaan fokus penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Severina yaitu pada penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh edukasi tentang PMS terhadap ketaatan pengunaan kondom, sedangkan penelitian
(56)
yang dilakukan oleh Severina difokuskan pada pengaruh edukasi tentang PMS terhadap kerasionalan penggunaan antibiotika.
5. Pemberian edukasi
Edukasi dilakukan untuk memberi pengetahuan tentang PMS melalui media edukasi yang berupa leaflet. Pemberian edukasi dilakukan setelah responden mengisi kuisioner pretest. Peneliti mulai memberikan edukasi pada awal bulan November hingga mendekati akhir Desember. Edukasi disampaikan secara personal atau kadang-kadang secara berkelompok dan dilakukan secara berulang-ulang untuk mengingatkan responden.
6. Wawancara terstruktur
Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Narbuko, 2005) dan dilakukan dengan bantuan kerangka atau garis-garis besar yang dibutuhkan dan berkaitan dengan permasalahan. Pada penelitian ini, wawancara berfungsi untuk mendukung hasil dari kuisioner dan melihat fenomena yang ada dalam komunitas PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta. Wawancara dilakukan pada tahap setelah pengisian pretest dan sebelum diberi edukasi, tujuannya adalah untuk melihat sejauh mana para PSK di lokasi Pasar Kembang tahu tentang PMS. Peneliti melakukan wawancara secara personal dan jauh dari kesan formal, tetapi tetap dalam kerangka yang sudah ditentukan.
(57)
7. Pengolahan data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menjumlahkan angka dari setiap item pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh responden, kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik yang tepat. Selain itu, peneliti mengelompokkan item pertanyaan dalam kuisioner berdasarkan variabel-variabel yang akan diteliti yaitu variabel pengetahuan dan variabel sikap. Hasil yang diperoleh disajikan dalam bentuk persentase dan dianalisis dengan menggunakan statistika deskriptif.
8. Analisis data penelitian
Analisis data menggunakan dua metode, yaitu metode statistik parametrik dan metode statistik deskriptif. Metode statistik parametrik menggunakan Paired Sampel T Test dengan taraf kepercayaaan 90% yang bertujuan untuk melihat signifikansi perubahan nilai pengetahuan dan sikap pada responden di lokasi Pasar Kembang tentang PMS dengan membandingkan hasil data pretest dengan hasil data posttest.
Uji normalitas data dilakukan dengan program statistik menggunakan uji Kolmogorov Smirnor. Distribusi data dikatakan normal bila nilai Asymp.Asg lebih besar dari 0,1 dan analisis selanjutnya dapat menggunakan metode uji hipotesis Paired Sampel T Test. Hasil uji normalitas diperoleh nilai Asymp.Asg lebih besar dari 0,1 yaitu sebesar 0,12. Hal ini berarti bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal sehingga metode uji hipotesis Paired Sampel T Test dapat digunakan.
(58)
Uji hipotesis menggunakan Paired Sampel T Test melihat nilai signifikansi (p). Apabila nilai signifikansi (p) lebih kecil dari 0,1 maka hipotesisnol (Ho) ditolak, yang berarti terjadi perubahan yang signifikan pada nilai pengetahuan dan sikap responden dengan adanya pemberian edukasi (Triton, 2006).
Analisis dengan metode statistik deskriptif digunakan untuk melihat persentase perubahan pengetahuan dan sikap responden berdasarkan tingkat pendidikan, umur, dan lama bekerja setelah pemberian edukasi. Analisis data dilakukan dengan menghitung selisih antara nilai posttest dan pretest yang kemudian dicari nilai rata-ratanya (mean). Hasil dari rata-rata dibagi dengan jumlah item pertanyaan dan dibuat dalam bentuk persentase.
P = N X
x 100%
Keterangan:
P : Persentase
X: Rata- rata nilai selisih antara posttest dan pretest N: Jumlah item pertanyaan
I. Kesulitan Penelitian
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama penelitian ini adalah cuaca yang tidak menentu karena pada saat penelitian ini dilakukan masuk dalam musim hujan dimana kecenderungan hujan terjadi pada malam hari sehingga sulit untuk menemukan PSK yang tetap bekerja, selain itu sikap mereka yang cenderung tertutup dengan orang yang baru dikenal menyebabkan peneliti membutuhkan waktu yang cukup lama agar dapat diterima dengan baik dalam komunitas. Peneliti membutuhkan waktu kurang lebih satu bulan untuk melakukan
(59)
pendekatan dengan responden dan pada akhirnya peneliti dapat diterima dengan baik dalam komunitas. Banyaknya para PSK yang berpendidikan rendah menuntut peneliti untuk lebih sabar dalam mendampingi responden pada saat pengisian kuisioner maupun saat pemberian edukasi Kesulitan lain yang dilami yaitu ketika peneliti mencari responden yang sama pada saat pemberian posttest. Hal ini disebabkan karena mobilitas mereka yang tinggi di lingkungan tersebut.
(60)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Karakteristik Pekerja Seks Komersial (PSK) di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta yang menjadi responden dalam penelitian ini meliputi tingkat pendidikan, umur dan lama bekerja sebagai PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006.
1. Tingkat pendidikan
Responden dikelompokkan menjadi 4 kategori berdasarkan pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh responden yaitu: tidak sekolah, SD, SLTP,dan SLTA Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden merupakan lulusan SD yaitu sebesar 40%. Hasil lainnya dapat dilihat pada tabel III.
Tabel III. Tingkat Pendidikan PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 No Pendidikan
Terakhir
Jumlah
Responden Persentase (%)
1. Tidak Sekolah 2 4
2. SD 20 40
3. SLTP 15 30
4. SLTA 13 26
∑ 50 100
Faktor utama responden memilih pekerjaan sebagai PSK adalah masalah ekonomi khususnya responden yang berpendidikan terakhir lulusan SD yang persentasenya terbesar. Hal ini berpengaruh pada saat pemberian edukasi. Responden yang berpendidikan SD akan lebih sulit untuk diberikan
(61)
edukasi karena kemampuan dalam memahami suatu informasi yang diberikan dapat dikatakan lebih rendah dibanding yang berpendidikan lebih tinggi.
2. Umur
Responden dibagi menjadi IV kelompok umur dan hasil penelitian menunjukkan responden dengan umur antara 21-40 tahun paling besar persentasenya yaitu 78%. Hasil lainnya dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Tabel IV. Umur PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006
No Umur Jumlah
Responden Persentase (%)
1 <20 tahun 6 12
2 21 - 40 tahun 39 78
3 41 - 60 tahun 5 10
∑ 50 100
Responden yang menjadi PSK sebagian besar berumur antara 21-40 tahun dipengaruhi oleh usia produktif karena pada usia produktif mereka cenderung memiliki keinginan untuk berinteraksi dengan lawan jenis. Responden yang berumur antara 21-40 tahun termasuk kelompok responden yang banyak dicari oleh pelanggan sehingga menyulitkan bagi peneliti dalam pemberian edukasi dan mengisi kuisioner apabila responden didatangi oleh pelanggan. Hal ini juga dapat berpengaruh pada respon dari responden dalam menjawab kuisioner yang diberikan dan saat pemberian edukasi.
Responden yang berumur 41-60 tahun menduduki urutan paling bawah, hal ini berkaitan dengan kehidupan responden yang sudah berkeluarga sehingga meninggalkan pekerjaan sebagai PSK. Kesulitan yang diperoleh oleh
(62)
peneliti dalam berinteraksi dengan responden ini adalah responden kurang responsif karena memikirkan masalah ekonomi keluarga.
3. Lama bekerja
Hasil dari penelitian berdasarkan lama bekerja menunjukkan hasil bahwa responden sebagian besar sudah bekerja 6 bulan–2 tahun yaitu sebesar 40% di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta. Hasil dari penelitian dapat dilihat pada tabel V berikut ini.
Tabel V. Lama Bekerja PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 No Lama Bekerja Jumlah
Responden Persentase (%)
1 6 bulan - 2 tahun 21 42 2 >2 tahun - 4 tahun 16 32
3 >4 tahun 13 26
∑ 50 100
Faktor-faktor yang menyebabkan responden memilih pekerjaan sebagai PSK 6 bulan-2 tahun didominasi masalah ekonomi dan responden menganggap bahwa pekerjaan ini paling mudah menghasilkan uang. Selain itu, responden tidak memiliki ketrampilan dalam bidang lain, sehingga memilih pekerjaan ini untuk mencari uang. Responden dengan lama bekerja 6 bulan-2 tahun masih cenderung tertutup dengan lingkungannya, sehingga peneliti membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses pendekatannya.
Proses pendekatan yang dilakukan oleh peneliti pada responden dengan lama bekerja lebih dari 4 cenderung lebih mudah, hal ini dikarenakan responden yang jarang didatangi oleh pelanggan sehingga lebih memiliki banyak waktu untuk berinteraksi dengan peneliti.
(63)
B. Pengaruh Edukasi terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Responden tentang PMS.
Uji statistik dilakukan untuk mengetahui adanya signifikansi peningkatan variabel pengetahuan dan sikap dengan adanya edukasi tentang PMS dan HIV/AIDS pada responden di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006. Dalam penelitian ini analisisnya menggunakan metode statistik Paired Sampel T Test dengan taraf kepercayaan 90%.
Pada uji hipotesis diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0,00 dimana nilai p kurang dari 0,1 berarti edukasi tentang PMS pada responden di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta 2006 dikatakan berhasil, atau dengan kata lain yaitu: terjadi peningkatan yang signifikan pada variabel pengetahuan dan sikap responden tentang PMS. Hal ini sejalan dengan pernyataan Pratomo, bahwa penyuluhan kesehatan adalah usaha untuk mempengaruhi pengetahuan, sikap dan kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan agar individu, kelompok serta masyarakat mau dan mampu mengubah perilaku yang tidak mendukung nilai hidup sehat menjadi berperilaku yang mendukung nilai hidup sehat.
Persentase hasil pretest dan posttest dapat dilihat pada gambar 2, yaitu sebesar 73,40% untuk pretest dan 77,70% untuk posttest. Hasil ini menunjukkan bahwa sebelum diberi edukasi responden dapat menjawab dengan benar setiap item pertanyaan dari kuisioner dengan persentase sebesar 73,40% dan setelah pemberian edukasi meningkat menjadi 77,70%. Nilai responden sebelum pemberian edukasi tergolong tinggi karena di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta sudah sering diberikan penyuluhan kesehatan tentang PMS baik oleh relawan dari
(64)
LSM terkait maupun dari tenaga kesehatan yang pernah melakukan penelitian di Lokasi Pasar Kembang.
73,4% 77,7% 70% 72% 74% 76% 78% P er se n ta se pe ni ng ka ta n si ka p da n pe ng et a h ua n Pretest Posttest
Gambar 2. Persentase rata-rata nilai sebelum pemberian edukasi (pretest) dan setelah pemberian edukasi (posttest) PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006.
Secara umum tingkat pengetahuan responden tentang PMS di lokasi Pasar Kembang dapat dikatakan baik berdasarkan hasil pretest dengan jumlah responden yang menjawab benar lebih dari 50% Pertanyaan item 5 menunjukkan peningkatan jumlah responden yang menjawab benar setelah pemberian edukasi sebanyak 14 responden, hal ini berarti bahwa responden telah memahami penyakit kelamin disebabkan oleh virus, bakteri, parasit yang menular melalui hubungan seksual. Untuk item 2, 3, 4, 6, 7 yang berisi tentang gejala dari PMS menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang gejala-gejala PMS masih tergolong rendah meskipun setelah pemberian edukasi. Hal ini dikarenakan tingkat pemahaman responden yang rendah dalam menangkap suatu informasi. Hasil lengkap dari jawaban kuisioner untuk item pertanyaan pengetahuan dapat dilihat pada tabel VI
(65)
Tabel VI. Hasil Jawaban Kuisioner Untuk Item Pertanyaan Pengetahuan
Jumlah responden menjawab benar Item pertanyaan
pengetahuan tentang
PMS Pretes Posttes
i1 42 48
i2 14 17
i3 4 7
i4 10 9
i5 31 45
i6 37 41
i7 34 40
i8 46 49
i9 45 47
i11 48 50
i18 45 48
Berdasarkan jawaban pretest-posttest tentang sikap, pada item 10 menunjukkan bahwa responden menyadari akan bahaya HIV/AIDS. Responden juga menyadari bahwa pentingnya penggunaan kondom sebagai upaya untuk mencegah tertular PMS berdasarkan jawaban item 12, 13,16, 20. Pada dasarnya responden sadar bahwa pekerjaan yang dijalaninya rentan terhadap tertularnya PMS, tetapi karena kebutuhan ekonomi menyebabkan ketaatan penggunaan kondom sangat dipengaruhi oleh pelanggan atau dapat dikatakan bahwa penggunaan kondom sangat tergantung pada permintaan pelanggan dari hasil jawaban item 14, 15, 17. Hasil lengkap dari jawaban kuisioner untuk item pertanyaan pengetahuan dapat dilihat pada tabel VII
(66)
Tabel VII. Hasil Jawaban Kuisioner Untuk Item Pertanyaan Sikap
Jumlah responden menjawab benar Item pertanyaan sikap
Pretes Posttes
i10 48 50
i12 49 49
i13 47 49
i14 33 40
i15 27 34
i16 44 48
i17 21 25
i19 49 48
i20 46 47
C. Peningkatan Pengetahuan Responden tentang PMS Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Umur, dan Lama Bekerja.
Pengetahuan responden dalam penelitian ini difokuskan pada pengetahuan mengenai masalah PMS. Persentase yang dihitung pada penelitian ini didasarkan pada karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, umur, dan lama bekerja.
1. Tingkat pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase pengetahuan untuk responden yang tidak sekolah yaitu sebesar 13,6%, kemudian diikuti lulusan SD sebesar 1,8%, lulusan SLTP sebesar 2,5%, dan yang terakhir yaitu lulusan SLTA yaitu sebesar 4,9%. Hasil ini dapat dilihat pada gambar 3.
(67)
Gambar 3. Persentase rata-rata peningkatan nilai pengetahuan PSK di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan tingkat pendidikan
Persentase peningkatan pengetahuan responden yang tidak sekolah setelah pemberian edukasi tertinggi karena responden yang tidak bersekolah belum banyak tahu tentang PMS secara detail sehingga mereka sangat antusias ketika peneliti memberi informasi mengenai masalah PMS. Responden pada tingkat pendidikan ini memiliki rasa ingin tahu tentang PMS yang lebih besar dibandingkan dengan responden pada kelompok tingkat pendidikan lain, sehingga mereka dapat menerima semua informasi yang diberikan oleh peneliti dengan baik.
13,6% 1,8% 2,5% 4,9% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% P er se n ta se pe ni ng ka ta n pe ng et a h ua n TIDAK SEKOLAH
SD SLTP SLTA Tingkat Pendidikan
2. Umur
Berdasarkan tinjauan umur, responden yang berumur antara >20 tahun mengalami peningkatan sebesar 4,5%, umur antara 21-40 tahun mengalami peningkatan sebesar 2,5% dan umur 41-60 tahun mengalami peningkatan pengetahuan sebesar 7,3%. Pada umur 41-60 mengalami peningkatan paling
(68)
besar, sedangkan umur 21-40 mengalami peningkatan paling rendah. Hasil ini dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Persentase rata-rata peningkatan nilai pengetahuan PSK di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan umur
Hasil dari data penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan paling tinggi pada responden dengan umur 41-60 tahun. Hal ini disebabkan karena responden lebih banyak memiliki waktu luang sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada saat pengisian kuesioner maupun saat pemberian edukasi.
Penyebab dari hasil penelitian untuk umur 21-40 tahun paling rendah adalah saat dilakukan pengambilan data di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006, responden mendapatkan banyak tawaran dari pengguna jasa sehingga responden terpecah konsentrasinya dalam menjawab kuisioner yang diberikan maupun saat pemberian edukasi. Selain itu, responden juga merupakan responden yang paling banyak dijumpai karena jumlah yang paling banyak yaitu sebesar 78% (39 responden).
4,5% 2,5% 7,3% 0% 2% 4% 6% 8% 10% P er se n ta se pe ni ng ka ta n pe ng et a hua n
<20 thn 21 - 40 thn 41 - 60 thn Umur
(1)
(2)
(3)
HIV/AIDS DAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL LAINNYA
HUMAN IMMUNODEFICIENCY
VIRUS HIV
KLAMIDIA HERPES GENITAL
APAKAH ITU
Virus yang menurunkan sistem kekebalan tubuh yang
dapat menyebabkan AIDS Infeksi bakteri di sekitar genital Virus yang menginfeksi daerah genital dan kadang di sekitar mulut.
BERAPA JUMLAH PENDERITANYA
60 juta orang terkena HIV
20 juta orang sudah meninggal karena
AIDS
Kira-kira 3 juta kasus baru/ tahun. Kejadian tertinggi pada umur 15-19 tahun.
45 juta orang menderita penyakit ini. 1 juta penderita
baru/tahun.
TANDA
Berat badan turun, gejala seperti flu, diare, lelah, demam
terus menerus, berkeringat malam,
sakit kepala, gangguan mental, infeksi jamur berat vagina yang berulang Kadang tanpa tanda ±
10 tahun. Sebagian pasien wanita tanpa tanda, tetapi pasien pria mengalami tanda. Perdarahan vagina (yang bukan haid), lendir yang tidak normal, nyeri sewaktu kencing terjadi 1-3 minggu setelah terinfeksi. Sebagian besar tanpa tanda. Herpes 1: bisul
di mulut yang bisa menyebar ke genital. Herpes 2: umumnya di genital tetapi dapat menyebar ke mulut Bisa timbul bengkak nyeri di berbagai bagian tubuh. Infeksi awal: gejala seperti flu, demam, sakit kepala, pembengkakan kelenjar. CARA PENYEBARAN Hubungan seks melalui vagina, oral, dan anal yang tanpa kondom, air susu ibu,
dan jarum yang tercemar. Risiko terjangkit HIV melalui hubungan seks vagina
lebih tinggi pada wanita.
Hubungan seks melalui vagina, oral, dan anal yang
tanpa kondom.
Hubungan seks melalui vagina, oral, dan anal
yang tanpa kondom. Tersentuh bagian yang terinfeksi (tidak selalu terlihat jelas).
(4)
PENGOBATAN
AIDS belum ada obatnya. Antivirus
menghambat perkembangan virus dan munculnya AIDS.
Makin cepat diobati hasilnya lebih baik.
Antibiotika untuk pasien dan pasangannya saat bersamaan.
Belum ada obat yang menyembuhkan.
Antivirus dapat digunakan untuk
mengurangi nyeri, gatal, dan
kekambuhan. AKIBAT SELANJUTNYA HIV melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi, rentan terkena kanker
tertentu dan infeksi tertentu, contoh infeksi
paru: Pneumocystis carinii pneumonia dan
TBC; 30% bayi dari wanita HIV akan
menderita HIV. Kemandulan dan meningkatkan risiko terinfeksi HIV. Pada wanita, infeksi dapat menyebar ke rahim dan panggul. Bisul yang sering kambuh. Penularan ke janin lewat ibu jarang. Tetapi
bayi yang terinfeksi herpes
sangat sakit.
UJI Apus sel dari mulut,
tes darah, dan urin.
Apus sel atau lendir dari tenggorokan, leher rahim, dubur, dan mulut saluran penis. Tes kencing. Tanda diperiksa secara penglihatan. Tes darah untuk membedakan
herpes tipe 1 atau tipe 2.
SIFILIS GONORRHEA
(GO) TRIKOMONAS
APAKAH ITU
Infeksi yang disebabkan organisme
kecil, yang menyebar di seluruh tubuh
Infeksi bakteri di sekitar
genital
Infeksi parasit di daerah genital.
BERAPA JUMLAH PENDERITANYA
Kira-kira 70.000 kasus baru per tahun
Kira-kira 650.000 kasus baru/ tahun. Kejadian tertinggi pada umur 15-19 tahun.
5 juta kasus baru per tahun.
TANDA
Tahap awal antara 3 bulan setelah infeksi, bisul tunggal di genital
atau mulut muncul 1-5minggu. Sering tanpa
tanda.
Tahap 2, setelah bisul
Rasa terbakar saat kencing, keluar cairan vagina/penis hijau kekuningan, dan untuk Sering tanpa tanda terutama pada pria. Lendir vagina/ penis berbusa, bau, kuning kehijauan, rasa
(5)
hilang, muncul kemerahan di telapak
tangan-kaki, dan genital. wanita bisa terjadi perdarahan vagina yang tidak normal dan nyeri panggul. Sebagian pasien tanpa gejala.
tidak nyaman di sekitar vagina terjadi antara 4
hari-1 bulan setelah terinfeksi. CARA PENYEBARAN Hubungan seks melalui vagina, oral, dan anal yang tanpa kondom serta saat
berciuman.
Hubungan seks melalui vagina, oral, dan anal yang
tanpa kondom.
Hubungan seks melalui vagina, oral, dan anal
yang tanpa kondom.
PENGOBATAN
Bila cepat diobati antibiotika infeksi dapat sembuh. Tetapi kerusakan tubuh tidak
dapat diperbaiki. Pasien dan pasangannya harus diobati bersamaan. Antibiotika untuk pasien dan pasangannya saat bersamaan. Antibiotika untuk pasien dan pasangannya saat bersamaan. AKIBAT SELANJUTNYA
Bila tidak diobati, tanda bisa hilang tetapi infeksinya tetap.
Tahap 3, merusak otak, jantung, sistem
saraf, dan dapat menimbulkan kematian. Selama kehamilan, penyakit ini
bisa merusak janin.
Kemandulan dan meningkatkan risiko terinfeksi HIV. Pada wanita, infeksi dapat menyebar ke rahim dan panggul, pada kehamilan dapat menyebabkan bayi lahir buta dan infeksi selaput otak. Meningkatkan risiko terinfeksi HIV, komplikasi selama kehamilan. Infeksi sering berulang-ulang.
UJI Tes darah, apus bisul
dan luka.
Apus sel atau sampel lendir mulut, servik, anus, dan penis. Tes urin. Apus lendir vagina dan penis.
(6)