Pengaruh edukasi tentang penyakit menular seksual terhadap perilaku dalam penggunaan antibiotika pada pekerja seks komersial di lokasi pasar kembang Yogyakarta tahun 2006.

(1)

INTISARI

Penyakit Menular Seksual (PMS) penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual yang setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup tajam di Indonesia. Pekerja Seks Komersial (PSK) perempuan yang bekerja dengan memberikan layanan seksual, merupakan kelompok yang berisiko tinggi dalam penyebaran dan penularan PMS. Rendahnya tingkat pengetahuan yang dimilikinya mempengaruhi dalam penggunaan antibiotika yang rasional dalam upaya penggobatan PMS. Pemahaman yang salah dan penggunaan antibiotika yang irasional menyebabkan resistensi kuman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan perilaku PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta pada tahun 2006 sebelum dan sesudah pemberian edukasi tentang PMS dan kerasionalan penggunaan antibiotika. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental kuasi, dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian one group pretest-posttest. Teknik sampling yang digunakan yaitu: Quota sampling, dengan pengambilan responden sebanyak 50 orang untuk pengisian kuisioner dan 10 orang untuk wawancara terstruktur. Analisis yang dilakukan adalah Two Related Samples T Test dengan taraf kepercayaan 90%.

Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk uji dengan Two Related Samples T Test terdapat perbedaan yang signifikan pada variabel pengetahuan dan sikap tentang PMS dan kerasionalan penggunaan antibiotika pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta sebelum dan sesudah pemberian edukasi. Persentase perubahan perilaku bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja paling tinggi yaitu: tidak sekolah (25%), 41-60 tahun (16%), dan 6 bulan-2 tahun (11,1%). Kata kunci : edukasi, pekerja seks komersial, PMS, antibiotika.


(2)

ABSTRACT

Sexually Transmitted Diseases (STD) is a disease which infected through sexual relation, whereas in each years were significantly increased in Indonesia. Woman Commercial Sex Worker who worked by giving sexual service, are groups who has high risk in spreading and infection of STD. The lower understanding of knowledge were affecting in rational the antibiotic usage in order to examining the STD. The wrong understanding and irrational the antibiotic usage can affect to the microbacterial resistance.

This research objective is to understanding the change behavior of commercial sex worker in Pasar Kembang location on 2006 before and after education about STD and rational antibiotic usage. This research consist of queasy experimental by research that planned is one group pretest-posttest research setting. The sampling technique that used is quota sampling, by respondent collection as much as 50 persons for filling the questionnaire and 10 persons for structured interview. The analysis that performed is Two Related Samples T Test by confidence degree as much as 90%.

The research result were shown that for test by Two Related Samples T Test there are the significant difference in understanding variable and attitude about STD and rational the antibiotic usage of commercial sex worker in Pasar Kembang Yogyakarta location before and after education. The behavior changes percentage if observed from education level, age, and job duration that higher is illiterate (25%), 41-60 years old (16%), and job duration about 6 month-2 years (11,1%)

Keyword: education, commercial sex worker, STD, antibiotic


(3)

PENGARUH EDUKASI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERILAKU DALAM PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA

PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKASI PASAR KEMBANG YOGYAKARTA

TAHUN 2006 Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

Program Studi Farmasi

Oleh:

Severina Sri Haryuni Wiratwanti NIM : 018114054

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

Allah mungkin tidak pernah menjanjikan langit yang selalu biru,

bunga yang bertaburan di sepanjang jalan hidup kita.

Allah mungkin tidak pernah menjanjikan matahari tanpa hujan,

sukacita tanpa kesedihan, dan kedamaian tanpa penderitaan.

Namun Allah menjanjikan kekuatan untuk menempuh hari ini;

Dia telah menjanjikan istirahat bagi para pekerja,

Terang di jalan yang gelap,

Rahmat untuk mengatasi percobaan,

Bantuan dari atas,

Simpati yang tak berkesudahan,

Dan kasih sayang yang tak kunjung padam kepada setiap orang yang

percaya kepada-Nya.

Karya ini kupersembahkan untuk :

My Saviour Yesus Kristus, Bunda Maria& Bapa Yosef,

Bapak Mama yang selalu mendukung& mendoakan aku,

Kakak-kakakku Mas Yoseph, Mas Totok& Mba Iin. Kedua kakak

iparku Mba Kusmi& Mba Sari yang telah memberikan semangat&

teladan bagiku,

kedua Ponakanku Tasya& Aurel yang memberi kecerian,

My love Ko’Didik tercinta atas doa serta dukungannya,

Sahabat& Teman-teman terbaikku yang selalu ada menemani&

mendukungku,

Almamaterku


(7)

KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan anugerah serta kehendaknya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Walikota Yogyakarta c.q BAPEDA DIY yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di kota Yogyakarta.

2. Bapak Mukhotib, Md selaku direktur PKBI DIY yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di lokasi Pasar Kembang.

3. Ibu Rita Suhadi, M.Si.,Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen pembimbing I atas kesabarannya dalam memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.

4. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes selaku dosen pembimbing II dan yang telah memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.


(8)

5. Bapak Yosef Wijoyo,M.Si., Apt selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

7. Bapak dan Mamaku tercinta atas kasih sayang, doa yang tiada putus-putusnya serta dukungannya baik moril maupun materiil.

8. Kakak-kakakku tersayang Yoseph Marry Punjung Winanto terimakasih untuk panutan dan teladan yang baik bagiku, Ignatius Punjung Winiharto yang penuh dengan kecerian memberi hari lebih berwarna, Irene Endah Tri Winihati terimakasih untuk sumber inspirasi, perhatian, semangat dan doa-doanya. Kedua keponakanku Anastasya dan Aureline dengan keceriaannya. Kedua kakak iparku mba Kusmi dan mba Sari terimakasih untuk doa-doanya.

9. Sahabat dan kekasihku tersayang Alexander Didik Tjahyadi Sulistiyo terimakasih atas perhatian, dukungan, kasih & sayangmu selama ini memberi semangat dan keceriaan dalam hari-hariku.

10. Terimakasih untuk keluarga bulik Wiwik yang sudah dengan baik hati memberi tumpangan tempat tinggal selama ini.

11. Teman-teman di lokasi Pasar Kembang yang sudah mau menjadi responden dalam penelitian ini, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

12. Kakak-kakakku dalam genk ” Kancil”: Mas Kristo kepala suku, Mba Dian centil, Mas Kerupuk, Mba Cicil ceria, Mas Boim, Mba Anggit, Mas Surya, Mba Beben sahabat& my trully sister, Mas Wiwid montir piyuku, Mba Nana


(9)

dan Mba Iin mbakku tersayang terimakasih atas petualangan menjelajah negeri & persahabatan yang indah.

13. Sahabat-sahabatku : Kiki sahabat kecilku, makasih ya untuk ketulusan& kesetianmu dalam persahabatan kita. Acan sahabat sejatiku, makasih untuk dukungan& semangat yang tak pernah padam. Wati sahabatku yang penuh kecerian, Ivan penghibur dikala sedih, Yoga yang baik hati, Sakti tempat curhatku, Hasta yang selalu ada dihatiku, Rosy, Diah, Asmawati makasih untuk semua ketulusan persahabatan kita.

14. Anak-anak kost Cinta : Mba Dian, Mba Indah, Merry, Betty, Lidia, Maria, Elin dan Ima terima kasih atas bantuan, dukungan dan kebersamaan kita selama dua tahun yang sangat indah.

15. Teman-teman seperjuangan : Adistyawan yang selalu memberi masukan& semangat, Themy teman serumahku yang baik hati, Dio, dan Ano yang ceria makasih ya untuk kebersamaan, masukan dan semangat dalam penelitian ini. 16. Saudara dan Adik-adikku : Soni dengan guyonannya, Rani yang sangat baik

hati, Ani, Dita, Wulan dan semua adik-adikku yang telah menemani dan membantu selama ini makasih ya, untuk semangat dan ketulusannya.

17. Relawan PKBI DIY: Dhini, Dewi, Maulana, Riza, mba Titin, Dudi, Mala, Indy atas bantuan dan kerjasamanya saat pengambilan data.

18. Teman-teman angkatan 01 kelas B, kelompok C : atas persahabatan dan kebersamaannya selama ini.


(10)

19. Untuk piyuku tersayang makasih karena dengan setia dan tak pernah mengeluh menemaniku dan mengantarkanku kemanapun aku pergi.

20. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini lebih mendekati sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 20 Agustus 2007

Penulis


(11)

(12)

INTISARI

Penyakit Menular Seksual (PMS) penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual yang setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup tajam di Indonesia. Pekerja Seks Komersial (PSK) perempuan yang bekerja dengan memberikan layanan seksual, merupakan kelompok yang berisiko tinggi dalam penyebaran dan penularan PMS. Rendahnya tingkat pengetahuan yang dimilikinya mempengaruhi dalam penggunaan antibiotika yang rasional dalam upaya penggobatan PMS. Pemahaman yang salah dan penggunaan antibiotika yang irasional menyebabkan resistensi kuman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan perilaku PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta pada tahun 2006 sebelum dan sesudah pemberian edukasi tentang PMS dan kerasionalan penggunaan antibiotika. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental kuasi, dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian one group pretest-posttest. Teknik sampling yang digunakan yaitu: Quota sampling, dengan pengambilan responden sebanyak 50 orang untuk pengisian kuisioner dan 10 orang untuk wawancara terstruktur. Analisis yang dilakukan adalah Two Related Samples T Test dengan taraf kepercayaan 90%.

Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk uji dengan Two Related Samples T Test terdapat perbedaan yang signifikan pada variabel pengetahuan dan sikap tentang PMS dan kerasionalan penggunaan antibiotika pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta sebelum dan sesudah pemberian edukasi. Persentase perubahan perilaku bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja paling tinggi yaitu: tidak sekolah (25%), 41-60 tahun (16%), dan 6 bulan-2 tahun (11,1%). Kata kunci : edukasi, pekerja seks komersial, PMS, antibiotika.


(13)

ABSTRACT

Sexually Transmitted Diseases (STD) is a disease which infected through sexual relation, whereas in each years were significantly increased in Indonesia. Woman Commercial Sex Worker who worked by giving sexual service, are groups who has high risk in spreading and infection of STD. The lower understanding of knowledge were affecting in rational the antibiotic usage in order to examining the STD. The wrong understanding and irrational the antibiotic usage can affect to the microbacterial resistance.

This research objective is to understanding the change behavior of commercial sex worker in Pasar Kembang location on 2006 before and after education about STD and rational antibiotic usage. This research consist of queasy experimental by research that planned is one group pretest-posttest research setting. The sampling technique that used is quota sampling, by respondent collection as much as 50 persons for filling the questionnaire and 10 persons for structured interview. The analysis that performed is Two Related Samples T Test by confidence degree as much as 90%.

The research result were shown that for test by Two Related Samples T Test there are the significant difference in understanding variable and attitude about STD and rational the antibiotic usage of commercial sex worker in Pasar Kembang Yogyakarta location before and after education. The behavior changes percentage if observed from education level, age, and job duration that higher is illiterate (25%), 41-60 years old (16%), and job duration about 6 month-2 years (11,1%)

Keyword: education, commercial sex worker, STD, antibiotic


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix

INTISARI... x

ABSTRACT... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah... 5

2. Keaslian penelitian ... 6

3. Manfaat penelitian... 7

B. Tujuan Penelitian ... 8

1 Tujuan Umum ... 8

2 Tujuan Khusus ... 8

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 10


(15)

A. Penyakit Menular Seksual... 10

1. Pengertian... 10

2. Jenis-jenis Penyakit Menular Seksual... 11

B. Antibiotika ... 16

1. Pengertian... ....16

2. Klasifikasi antibiotika ... 16

3. Pencegahan dan Pengobatan PMS dengan Antibiotika ... 17

C. Resistensi ... 22

D. Pemakaian Antibiotika yang Rasional ... 23

E. Edukasi... 25

F. Pengetahuan ... 26

G. Sikap... 30

H. Perilaku ... 31

I. Pekerja Seks Komersial ... 32

J. Landasan Teori... 34

K. Hipotesis... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 36

B. Variabel Penelitian dan Definisi operasional... 37

1. Variabel Penelitian ... 37

a. Variabel bebas... 37

b. Variabel tergantung... 37


(16)

2. Definisi Operasional ... 37

C. Subyek Penelitian... 39

D. Tempat Penelitian ... 40

E. Teknik Sampling ... 40

F. Instrumen Penelitian ... 40

G. Tata Cara Penelitian ... 41

1. Analisis Situasi ... 41

2. Pembuatan Kuesioner ... 43

3. Pembuatan Booklet ... 46

4. Penyebaran Kuesioner... 46

5. Pemberian Edukasi... 47

6. Wawancara Terstruktur... 48

7. Pengolahan Data ... 48

G. Analisis Data Penelitian ... 49

H. Kesulitan Penelitian ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Karakteristik PSK di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta Tahun 2006 ... 51

1. Tingkat Pendidikan ... 51

2. Umur ... 52

3. Lama Bekerja ... 54


(17)

B. Pengaruh Pemberian Edukasi tentang PMS dan Kerasionalan Penggunaan Antibiotika terhadap Perubahan Perilaku PSK di lokasi Pasar Kembang

Yogyakarta ... 56

C. Rata-rata Persentase Pengaruh Tingkat Pendidikan, Umur dan Lama Kerja PSK Perempuan terhadap perubahan Perilaku dalam Kerasionalan Penggunaan Antibiotika ... 59

1. Tingkat Pendidikan ... 59

2. Umur ... 61

3. Lama Kerja... 63

D. Pengetahuan Responden tentang PMS dan Penggunan Antibiotika berdasarkan hasil Wawancara di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta 2006 ... 65

1. Pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual (PMS)... 65

2. Pengetahuan tentang Antibiotika ... 66

3. Tempat mendapatkan Antibiotika ... 66

4. Penggunaan terakhir dan Intensitas Penggunaan Antibiotika... 67

5. Profil Antibiotika di lokasi Pasar Kembang ... 68

6. Pengetahuan tentang Aturan Pakai ... 70

7. Tindakan Mengganti Antibiotika dan Hal-hal yang mempengaruhinya70 8. Efek yang merugikan (Adverse Drug Reaction)... 71

9. Pengetahuan tentang Resistensi ... 71

E. Rangkuman Pembahasan ... 72


(18)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN... 81

BIOGRAFI PENULIS ... 123


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Karakteristik Tingkat Pendidikan PSK di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta Tahun 2006 ... 49 Gambar 2. Karakteristik Umur PSK di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta

Tahun 2006 ... 51 Gambar 3. Karakteristik Lama Kerja PSK di Lokasi Yogyakarta Tahun 2006... 54 Gambar 4. Rata-rata hasil Persentase nilai sebelum pemberian edukasi (pretest)

dan sesudah edukasi (posttest ) PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006... 56 Gambar 5. Persentase peningkatan nilai perilaku PSK di lokasi Pasar Kembang

Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan faktor tingkat pendidikan... 58 Gambar 6. Persentase peningkatan nilai perilaku PSK di lokasi Pasar Kembang

Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan faktor umur ... 60 Gambar 7. Persentase peningkatan nilai perilaku PSK di lokasi Pasar Kembang

Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan faktor lama bekerja... 62


(20)

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Angka kejadian penyakit yang disebabkan oleh infeksi oleh virus dan bakteri berkembang dengan pesat. Data yang diperoleh dari American Social Health Association pada setiap tahunnya angka kejadian sifilis mencapai 74.000 kasus baru, 650.000 angka kejadian gonore dan 3 juta kasus untuk klamidia. Peran kita sebagai komponen masyarakat dan juga sebagai tenaga dalam bidang kesehatan dituntut untuk memberi contoh yang baik kepada masyarakat, terutama tentang pola hidup sehat dan memberikan layanan kesehatan sesuai dengan bidang kita.

Penyakit Menular Seksual (PMS) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis (Aprillianingrum, 2002).

Keberadaan Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau virus penyebab penyakit Acquired Immuno Deficiency Sindrome (AIDS) telah menarik perhatian dunia terhadap penanggulangan dan pemberantasan PMS. Terdapat kaitan erat antara penyebaran PMS dengan penularan HIV, dimana telah terbukti meningkatkan risiko penyebaran HIV melalui hubungan seksual (Anonim, 2005).

Pekerjaan yang dilakukan oleh para Pekerja Seks Komersial (PSK) memiliki risiko yang sangat tinggi. Mereka menjadi rentan akan berbagai macam penyakit


(21)

terutama yang dikarenakan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan. Pekerjaan yang sangat berisiko ini menyebabkan kelompok ini merupakan representasi dari kelompok yang mempunyai risiko terhadap PMS. Pemahaman yang sangat rendah dari PSK lokasi Pasar Kembang ini tentang PMS dan rendahnya tingkat pendidikan PSK ini mempengaruhi kesadaraan mereka dalam pentingnya taat penggunaan pelindung (kondom) dalam melayani tamu, kecuali atas permintaan tamu, juga mempengaruhi dalam hal penggunaan antibiotika yang rasional.

World Healthy Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 1999 terdapat 340 juta kasus baru PMS yang terdiri dari gonore, klamidia, sifilis dan trikomoniasis barunya dalam setiap tahun, sedangkan jumlah infeksi HIV atau virus penyebab penyakit AIDS di Indonesia saat ini lebih dari 33,6 juta kasus (Anonim, 2005). Penyakit gonore menempati urutan tertinggi dari semua jenis PMS.

Berdasarkan data yang diperoleh dari klinik Griya Lentera mencatat sampai dengan Mei 2006 angka kasus HIV/AIDS di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencapai 308 kasus, sedangkan untuk PMS dari bulan Januari sampai dengan September 2006 angka tertinggi dilaporkan ditempati oleh jenis penyakit gonore dengan jumlah penderita mencapai 23 kasus, diikuti penderita klamidia sebanyak 3 kasus, sedangkan untuk kasus sifilis belum ditemukan angka kejadian selama periode tersebut.

Hasil yang didapat dari penelitian Sutama diketahui bahwa dari 63 subyek penelitian yang diambil pada tahun 2005, 46% menggunakan ampisilin, 31,8% menggunakan amoksisilin, dan 22,2% menggunakan tetrasiklin. Drug Related


(22)

Problems yang terkait dengan penggunaan antibiotika tersebut adalah 54 orang mengalami dosis terlalu rendah, 43 orang tidak membutuhkan terapi obat, 22 orang perlu tambahan terapi, 2 orang tidak taat akan aturan pakai obat, dan 14 orang mengalami salah obat.

Masalah PMS dan PSK sangat menarik perhatian, baik para pengendali program maupun para peneliti, terutama dengan adanya krisis ekonomi dan ditutupnya beberapa lokalisasi PSK. Keadaan ini akan menambah kompleksnya masalah penanggulangan PMS. Salah satu akibatnya adalah terjadinya operasi PSK liar di jalan-jalan, yang mengakibatkan sulitnya pengawasan, baik dari segi kesehatan maupun keamanan. Hal ini akan memberikan peluang bagi terjadinya peningkatan HIV/AIDS di masyarakat.

Saat ini untuk mendapatkan antibiotika tanpa resep dokter semakin mudah maka penggunaan obat secara irasional pun semakin meningkat, akan makin meningkat pula kejadian resistensi kuman, khususnya kuman gonore yang memiliki proporsi terbesar sebagai penyebab PMS pada kelompok PSK terutama karena rendahnya pemahaman mereka tentang pengobatan penyakit. Kebanyakan dari mereka menggunakan obat berdasarkan rujukan dari teman, tetangga ataupun orang-orang yang berada dalam komunitasnya (Yuwono, 2001).

Informasi yang rendah tentang penggunaan obat secara benar dan pengobatan yang rasional membuat PSK meyakini bahwa dengan meminum obat antibiotika sebelum melakukan hubungan seksual dapat mencegah penularan PMS. Pemahaman yang sempit dan salah tersebut menuntut perhatian khusus terutama


(23)

dalam bidang pelayanan kesehatan reproduksi dan pelayanan bidang kefarmasiaan di kalangan PSK sehingga dalam penelitian ini menggunakan media edukasi untuk membantu mereka dalam gaya hidup sehat mencegah tertular dan terinfeksi PMS dan HIV/AIDS.

Berdasarkan informasi dan masukkan yang didapatkan dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang merupakan LSM diluar intansi pemerintah yang sangat perduli dengan kesehatan reproduksi, menyatakan bahwa PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta merupakan kelompok yang sangat tertutup terhadap orang atau kelompok lain diluar komunitasnya sehingga mempengaruhinya terutama dalam pengetahuan, sikap serta tindakannya. Kecenderungan yang terjadi mereka lebih percaya akan teman seprofesi dibandingkan informasi yang didapat dari luar komunitasnya. Berdasarkan informasi ini pendekatan yang dilakukan lebih secara personal dan pemberian edukasi yang diberikan dibuat semenarik mungkin sehingga ada ketertarikan dari PSK untuk mau mendengarkan dan memperhatikan edukasi yang disampaikan dalam penelitian ini.

Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta yang berada dalam jantung kota Yogyakarta, merupakan daerah yang berada dekat dengan wisata khas Yogyakarta Malioboro, selain itu berada di depan stasiun Tugu dimana dengan mudah orang dapat mengakses tempat ini, walaupun tempat prostitusi ini belum diakui secara legal atau resmi namun keberadaan tempat ini diyakini sudah berlangsung puluhan tahun lalu bahkan mungkin ratusan tahun lalu. Tempat yang menyuguhkan layananan ekstra


(24)

bagi kaum lelaki hidung belang ini akan mencapai puncaknya pada malam hari dimana akan jumpai banyak wanita-wanita penjaja cinta.

Pemberian edukasi dalam penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para PSK tentang PMS dan penggunaan antibiotika yang rasional. Jika pengetahuan mereka meningkat akan mempengaruhi perilaku mereka terutama perilaku sehat yang pada akhirnya mempengaruhi sikap dan tindakan PSK dalam melayani tamu.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang disebut di atas maka penelitian ini difokoskan pada pemberian layanan informasi berupa Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang PMS dan pencegahannya serta pemakaian antibiotika yang benar, sehingga nantinya diharapkan adanya perubahan perilaku sehat dari PSK di lokasi Pasar Kembang.

1. Perumusan masalah

a. Seperti apakah karakteristik PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 yang diambil sebagai responden dalam penelitian ini ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja ?

b. Adakah pengaruh edukasi tentang PMS dan kerasionalan penggunaan antibiotika terhadap perubahan perilaku (pengetahuan dan sikap) PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 ?

c. Adakah pengaruh tingkat pendidikan, umur dan lama kerja PSK terhadap perubahan perilakunya dalam kerasionalan penggunaan antibiotika ?


(25)

d. Seperti apakah pengetahuan responden tentang PMS dan penggunaan antibiotika berdasarkan hasil wawancara pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006?

2. Keaslian penelitian

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan yaitu “Kajian Penggunaan Antibiotika di Kalangan Pekerja Seks Komersil (PSK) Perempuan di Lokalisasi Pasar Kembang Yogyakarta ” oleh Putranto (2002) dan “ Studi Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika di Kalangan Pekerja Seks Komersil (PSK) di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta ”oleh Sutama (2005).

Penelitian ini berpijak pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sutama dimana dari penelitian tersebut diketahui bahwa pengetahuan PSK di lokasi Pasar Kembang akan penggunaan antibiotika yang baik, benar dan rasional masih rendah, sehingga perlu penelitian kelanjutan yang diharapkan membawa perubahan serta manfaat yang berarti bagi PSK di lokasi Pasar Kembang khususnya pengetahuan tentang PMS dan Penggunaan antibiotika yang rasional.

Dalam penelitian ini digunakan metode kuisioner yang terstuktur yang diberikan sebelum dan sesudah pemberian edukasi (penyuluhan) dengan pemberian booklet, stiker dan wawancara terstruktur yang dimaksudkan untuk menguatkan hasil analisis dengan para PSK. Pekerjaan yang dilakukan oleh para wanita ini memiliki risiko yang sangat tinggi terutama karena mereka menjadi rentan akan berbagai macam penyakit terutama yang dikarenakan hubungan seks dengan berganti-ganti


(26)

pasangan. Pekerjaan yang sangat berisiko ini menyebabkan kelompok ini merupakan representasi dari kelompok yang mempunyai risiko terhadap PMS. Pemahaman yang sangat minim tentang PMS dan rendahnya tingkat pendidikan PSK ini mempengaruhi kesadaraan mereka dalam pentingnya taat penggunaan pelindung (kondom) dalam melayani tamu, kecuali atas permintaan tamu.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian ini tidak hanya melihat sejauh mana PSK memahami PMS dan pemahamannya tentang pemilihan penggunaan antibiotika tapi dengan pemberian edukasi membantu PSK untuk memahami tentang PMS dan berusaha untuk mencegah penyakit tersebut dengan pola hidup yang lebih baik atau perilaku “safe-sex”. Selain itu PSK dengan bekal edukasi yang diberikan dapat memahami dan menerapkan penggunaan antibiotika secara baik, benar dan rasional.

3. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat terutama pihak-pihak yang terkait dalam menangani masalah PMS untuk dapat mencegah dan menekan penyebarannya dan ketepatan serta kerasionalan dalam penggunaan antibiotika.


(27)

b. Manfaat praktis

Memberi pelayanan KIE bagi PSK di lokasi Pasar Kembang khususnya terkait dalam menangani masalah PMS dan penggunaan antibiotika yang rasional sehingga timbul kesadaran untuk berperilaku sehat.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh edukasi tentang PMS dan penggunaan antibiotika yang rasional terhadap perubahan pengetahuan dan sikap PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta dalam pencegahan PMS dan penggunaan antibiotika yang rasional.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden para PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006.

b. Untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi tentang PMS dan kerasionalan antibiotika terhadap perubahan pengetahuan dan sikap PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 dalam penggunaan antibiotika yang rasional.

c. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, umur dan lama kerja para PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 terhadap perubahan perilakunya dalam penggunaan antibiotika yang rasional.


(28)

d. Untuk mengetahui pengetahuan responden tentang PMS dan penggunaan antibiotika berdasarkan hasil wawancara pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006.


(29)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Penyakit Menular Seksual (PMS) 1. Pengertian

Penyakit Menular Seksual adalah berbagai penyakit yang dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui kontak seksual (oral, anal atau lewat vagina) (Qomariyah, 2003). Ada pula yang menyatakan bahwa PMS penyakit yang disebabkan adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik antara sesama maupun berlainan jenis (Aprilianingrum, 2002).

Penyakit Menular Seksual disebabkan oleh bakteri ada juga yang disebabkan oleh virus. Penyakit Menular Seksual yang disebabkan oleh bakteri dan jamur umumnya relatif mudah untuk disembuhkan dengan antibiotika tertentu asal diketahui dan diobati sedini mungkin dengan obat yang sesuai dengan penyakitnya. Untuk PMS yang disebabkan oleh virus lebih sulit untuk diobati, bahkan sering kali tidak dapat disembuhkan. Pada kenyataanya adapula antibiotika generasi lama yang menjadi tidak mampu dalam melawan bakteri seperti penyebab gonore yang telah menjadi resisten, padahal jenis infeksi ini pada mulanya mudah diobati. Beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan. Perlu dilakukan pendidikan mengenai penyakit ini dan upaya-upaya pencegahannya.


(30)

Kontak seksual tidak hanya hubungan seksual melalui alat kelamin. Kontak seksual juga meliputi ciuman, kontak oral-genital. Kebanyakan orang menganggap berciuman sebagai aktifitas yang aman. Sayangnya sifilis, herpes, dan penyakit-penyakit lain dapat menular lewat aktifitas yang nampaknya tidak berbahaya ini. Semua bentuk lain kontak seksual juga berisiko. Kondom umumnya dianggap merupakan perlindungan yang cukup aman terhadap PMS.

2. Jenis-Jenis Penyakit Menular Seksual (PMS) a. Gonore (GO)

Gonore atau yang lebih dikenal dengan istilah kencing nanah, merupakan jenis PMS tipe bakterial, penyebabnya adalah Neisseria gonorrhoeae. Penularan penyakit ini melalui hubungan seks vaginal dan anal. Walaupun beberapa kasus tidak menunjukkan gejala, jika gejala muncul, sering hanya muncul dalam 2-10 hari setelah terpapar.

Gejala-gejala meliputi pada laki-laki akan timbul rasa sakit pada waktu buang air kecil dan ereksi. Keluar nanah dari saluran kencing terutama pada pagi hari, sering kali tidak ada gejala pada stadium dini. Pada perempuan sering tanpa gejala apapun, nyeri di daerah perut bagian bawah, kadang-kadang disertai keputihan dan dengan bau yang tidak sedap, serta panas atau gatal saat buang air kecil.

Penyakit GO pada laki-laki maupun pada perempuan mengakibatkan kemandulan. Pada perempuan biasa juga mengakibatkan terjadinya radang


(31)

panggul, dan dapat diturunkan kepada bayi yang baru lahir berupa infeksi pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan (Qomariyah, 2003).

b. Sifilis

Kuman penyebabnya adalah Treponema pallidum. Lebih dikenal dengan raja singa. Cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks vaginal, anal atau oral. Namun, penyakit ini juga ditularkan melalui hubungan non-seksual jika ulkus atau lapisan mukosa yang disebabkan oleh sifilis kontak dengan lapisan kulit yang tidak utuh dengan orang yang tidak terinfeksi.

Gejala-gejala pada fase awal, penyakit ini menimbulkan luka yang tidak terasa sakit atau chancres yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapat juga muncul di bagian tubuh lain, jika tidak diobati penyakit akan berkembang ke fase berikutnya yang dapat meliputi adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada tenggorokan, rambut rontok dan pembengkakan kelenjar seluruh tubuh dengan rasa badan tidak enak dan bercak kemerahan pada kulit yang terjadi setelah 6-8 minggu setelah terjadinya luka pada alat-alat vital. Ada juga gejala luka yang bersih dan tidak nyeri di sekitar alat kelamin, anus dan mulut yang muncul 2-3 minggu setelah terkena infeksi. Jika tidak diobati dengan benar maka sifilis akan menyebabkan kerusakan serius pada hati, otak, mata, sistem saraf, tulang dan sendi dan dapat menyebabkan kematian.


(32)

Seseorang yang sedang menderita sifilis aktif risikonya untuk terinfeksi HIV jika terkapar virus tersebut akan meningkat karena luka merupakan pintu masuk virus HIV (Qomariyah, 2003).

c. Herpes Genital

Penyakit yang disebabkan oleh virus Herpes simplex dengan masa tenggang 4-7 hari sesudah virus masuk ke dalam tubuh melalui hubungan seks vaginal, anal atau oral, selain itu kontak seksual melalui kulit juga membantu penyebaran virus ini.

Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan mungkin meliputi rasa gatal atau terbakar rasa nyeri di kaki, pantat atau daerah kelamin adanya keputihan. Bintil-bintil berair atau luka terbuka yang terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah kelamin, pantat, anus dan paha, walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh yang lain. Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa minggu tetapi dapat muncul kembali.

Orang yang terinfeksi memiliki luka akan meningkatkan risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar sebab luka tersebut jalan masuk virus HIV. Pada perempuan yang mengalami episode pertama dari herpes genital pada saat hamil akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya kelahiran prematur. Kejadian akut pada masa persalinan merupakan indikasi untuk dilakukannya persalinan dengan operasi caesar sebab infeksi yang mengenai bayi yang baru lahir akan dapat menyebabkan kematian atau kerusakan otak yang serius (Qomariyah, 2003).


(33)

d. Klamidia

Klamidia adalah PMS yang disebabkan bakteri Chlamydia trachomatis. Bakteri ini terutama yang menyerang leher rahim. Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25% kasus pada laki-laki tidak menunjukkan gejala.

Gejala yang ada meliputi keputihan yang abnormal, pendarahan saat berhubungan seksual, dan rasa nyeri saat kencing baik pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan juga dapat mengalami rasa nyeri pada perut bagian bawah. Penularan tidak disadari, karena kebanyakan wanita yang terinfeksi bakteri ini tidak merasakan gejalanya.

Pada infeksi kronik dapat terjadi penyebaran ke saluran telur yang menimbulkan nyeri perut bagian bawah, dan mengakibatkan kemandulan atau kehamilan di luar kandungan. Pada perempuan, jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami PRP yang pada gilirannya akan menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul kronis.

Pada laki-laki jika tidak diobati, klamidia akan menyebabkan nyeri pada testis sampai dengan epididimitis atau peradangan pada testis yang menyebabkan kemandulan. Pada bayi yang baru lahir yang terinfeksi bakteri ini dari ibunya dapat mengalami kebutaan atau radang paru. Individu yang terinfeksi akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut (Qomariyah, 2003).


(34)

e. Trikomoniasis vaginalis

Trikomoniasis adalah PMS yang disebabkan parasit Trichomonas vaginalis. Trikomoniasis dapat diobati. Penyakit Menular Seksual ini paling banyak terjadi pada perempuan muda dan aktif seksual. Diperkirakan, 5 juta kasus baru terjadi pada perempuan dan laki-laki.

Penularan penyakit ini melalui kontak seksual. Trichomonas vaginalis dapat bertahan hidup pada benda-benda seperti baju-baju yang dicuci, dan dapat menular dengan pinjam meminjam pakaian tersebut. Gejala yang timbul pada perempuan terjadi keputihan yang banyak, berbusa, dan berwarna kuning kehijauan.

Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang air kecil dan atau saat berhubungan juga sering terjadi. Terdapat juga nyeri vagina, gatal terkadang tanpa gejala sama sekali. Pada laki-laki akan terjadi radang pada saluran kencing, kelenjar, luka pada penis, sering kali pada laki-laki tidak ada gejala. Risiko tinggi baik pada laki-laki maupun perempuan dalam meningkatnya penularan HIV pada pasangan seksualnya. Pada wanita hamil dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan terjadi kelahiran prematur (Qomariyah, 2003).


(35)

B. Antibiotika 1. Pengertian

Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama jenis fungi yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Waskman menyimpulkan bahwa antibiotika pada mulanya merupakan zat yang dibentuk oleh mikroorganisme yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain, tetapi definisi ini harus diperluas karena zat yang bersifat antibiotika ini dapat pula dibentuk oleh beberapa hewan dan tanaman tinggi (Mutchler,1986). Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada manusia harus memiliki toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Sifat toksisitas selektif yang absolut belum atau mungkin juga tidak akan diperoleh (Setiabudy,1995).

2. Klasifikasi Antibiotika

Menurut Neal (1997) berdasarkan mekanisme kerjanya antibiotika dibagi dalam tiga kelompok yaitu :

a. antimikrobia yang menghambat sintesis dinding sel b. antimikrobia yang menghambat sintesis asam nukleat c. antimikrobia yang menghambat sintesis protein

Berdasarkan sifat toksisitas selektif, dikenal dua jenis aktivitas antibiotika yaitu: a. aktifitas bakteriostatik yaitu yang menghambat pertumbuhan sel mikroba.


(36)

b. aktifitas bakterisid yaitu antibiotika yang membunuh pertumbuhan sel mikroba (Setiabudy,1995).

3. Pencegahan dan Pengobatan PMS dengan Antibiotika 1. Gonore (GO)

Pencegahan: tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah salah satu cara yang 100% efektif untuk pencegahan. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini.

Pengobatan: infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotika, namun pengobatan tersebut tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan dilakukan. Antibiotika yang dapat digunakan dalam penyakit ini adalah

Macam-macam obat yang dapat dipakai adalah : 1) penisilin

Penisilin yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 3-4,8 juta unit ditambah 1 gram probenesid. Obat tersebut dapat menutup gejala sifilis. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin.

2) ampisilin dan amoksisilin

Ampisilin dosisnya ialah 3,5 gram ditambah 1 gram probenesid, dan amoksisilin 3 gram ditambah 1 gram probenesid. Suntikan ampisilin tidak dianjurkan. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin.


(37)

3) sefalosporin

Sefriakson (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m. Sefoperazon dengan dosis 0,50 sampai 1,00 g secara i.m. Sefiksim 400 mg merupakan obat pilihan baru dari golongan sefalosporm yang dapat diberikan secara oral. Dosis ini cukup aman dan efektif untuk mengobati gonore tanpa komplikasi di semua tempat. Obat ini dapat menutupi gejala sifilis.

4) spektinomisin

Dosisnya ialah 2 gram i.m baik untuk penderita yang alergi penisilin, yang mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang juga tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis. Namun obat ini relatif tidak efektif untuk infeksi gonore pada farings. 5) kanamisin

Dosisnya 2 gram i.m. Kebaikan obat ini sama dengan spektinomisin. 6) tiamfenikol

Dosisnya 2,5-3,5 gram, secara oral. Tidak dianjurkan pemakaian pada kehamilan.

7) kuinolon

Obat yang menjadi pilihan adalah ofloksin 400 mg dan siprofloksasin 500 mg, secara oral.

Obat dosis tunggal yang tidak efektif lagi untuk pengobatan gonore saat ini adalah tetrasiklin, streptomisin, dan spiramisin. Obat-obatan yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore dengan galur NGPP ialah


(38)

spektinomisin, kanamisin, sefalosporin, ofloksasin, sefiksim, dan tiamfenikol. Peningkatan frekuensi timbulnya galur pengobatan gonore dengan penisilin dan derivatnya perlu dipikirkan efektivitasnya (Daili, 2001).

2. Sifilis

Pencegahan: tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan sifilis. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seksual. Masih ada kemungkinan tertular sifilis walaupun memakai kondom yaitu melalui luka yang ada di daerah kelamin. Usaha untuk mencegah kontak non seksual dengan luka, ruam atau lapisan bermukosa karena adanya sifilis juga perlu dilakukan.

Pengobatan: menggunakan antibiotika, namun kerusakan yang terjadi pada organ tubuh yang telah terjadi tidak dapat diperbaiki. Pengobatan sifilis dini (primer, sekunder, laten dini tidak lebih dari 2 tahun).

1) Penisilin G benzatin 2,4 unit satu kali suntikan i.m, atau

2) Penisilin G prokain dalam akua 600.000 unit i.m selama 10 hari. Pemberian 10 hari pada sifilis primer seronegatif, sedangkan pada keadaan seropositf dan sifilis sekunder diberikan selama 14 hari. Pada laten dini sering sulit diketahui lamanya infeksi, sebaiknya dilakukan pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang, sebab bila ada kelainan, diagnosis sudah menunjukkan neurosifilis asimtomatik sehingga pemberian penisilin perlu selama 21 hari. Pengobatan terhadap sifilis dini dan yang alergi terhadap


(39)

penisilin menggunakan tetrasiklin hidrokarbon, 4 x 500 mg oral selama 30 hari (bukan estolat).

Pengobatan terhadap sifilis lanjut, sifilis dengan waktu lebih dari 2 tahun, sifilis laten yang tidak diketahui lama infeksi, atau lebih dari dua tahun, sifilis kardiovaskuler, sifilis lanjut benigna, kecuali neurosifilis.

1) Penisilin G benzatin 2,4 juta unit, i.m setiap minggu, selama 3 x berturut-turut, atau

2) Dengan penisilin G prokain 600.000 i.m hari selama 21 hari.

Hutapea (cit; Daili, 2001). 3. Herpes Genital

Pencegahan: tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan virus herpes genital melalui hubungan seks. Kondom dapat mengurangi risiko tetapi tidak dapat sama sekali menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Walaupun memakai kondom saat melakukan hubungan seks, masih ada kemungkinan tertular penyakit ini melalui luka di daerah kelamin.

Pengobatan: belum ada obat yang benar-benar untuk mengobati penyakit ini sampai tuntas terutama HSV-2, obat anti virus hanya bekerja dalam mengurangi frekuensi dan durasi (lamanya) timbul gejala.

Obat yang dapat dipakai untuk mengobati Herpes Genital adalah asiklovir 400 mg 3 kali sehari selama 7-10 hari, famsiklovir 250 mg 3 kali


(40)

sehari selama 7-10 hari, dan valasiklovir 1 g 2 kali sehari selama 7-10 hari (Wells, Dipiro, Schwinghammer, Hamilton, 2003).

4. Klamidia

Pencegahan: tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah salah satu cara yang 100% efektif untuk pencegahan. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini.

Pengobatan: yang direkomendasikan untuk infeksi Chlamidia trachomatis adalah single-dose azithromisin (1 g peroral), doksisiklin 100 mg peroral 2 kali sehari selama 7 hari, dan eritromisin 50 mg/kg setiap hari 4 kali sehari selama 10-14 hari (Wells, Dipiro, Schwinghammer, Hamilton, 2003). 5. Trikomoniasis vaginalis

Pencegahan: tidak melakukan hubungan seks secara vaginal dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satu cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan trikomoniasis melalui hubungan seksual. Kondom dan berbagai metode penghalang sejenis yang lain dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko untuk tertular penyakit ini melalui hubungan seksual. Hindari untuk saling pinjam meminjam handuk atau pakaian dengan orang lain untuk mencegah penularan non-seksual penyakit ini.

Pengobatan: penyakit ini dapat disembuhkan. Pasangan seks juga harus diobati. Obat yang efektif untuk melawan infeksi Trichomonas vaginalis adalah metronidazole dengan dosis 500 mg 2 kali sehari selama 7


(41)

hari. Efek samping yang biasa dirasakan adalah tidak bisa tidur, nausea, muntah dan diare (Wells, Dipiro, Schwinghammer, Hamilton, 2003).

C. Resistensi

Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh anti mikroba (Setiabudy,1995). Menurut Warsa (2004) kejadian mikroba resisten terhadap kemoterapi telah terjadi pada bakteri, jamur, virus, maupun parasit. Menurutnya, hasil penelitian para ahli penyakit infeksi menyebutkan ada penderita penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri resisten antibiotika. Akibatnya penyakit makin berat, makin lama menderita, lebih lama di rumah sakit, dan biaya mahal. Sifat ini dapat merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan hidup. Mekanisme mikroorganisme menjadi resisten terhadap antibiotika dapat terjadi dengan cara sebagai berikut :

1. mikroorganisme mengembangkan suatu enzim yang telah berubah. 2. mikroorganisme menghasilkan enzim yang merusak obat aktif. 3. mikroorganisme merubah permeabilitasnya terhadap obat.

4. mikroorganisme mengembangkan suatu perubahan struktur sasaran bagi obat. 5. mikroorganisme mengembangkan perubahan lintas metabolisme yang meminta

reaksi yang dihambat oleh obat ini. yang masih tetap dapat melakukan fungsi metabolismenya, tetapi jauh kurang dipergunakan oleh obat dari pada enzim di dalam kuman yang rentan (Jawetz,1987).


(42)

Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya resistensi yaitu :

1. menghindari penggunaan antibiotika yang tidak tepat.

2. pemilihan antibiotika sedapat mungkin didasarkan pada pemeriksaan bakteriologis.

3. menghindari penggunaan antibiotika yang menunjukkan resistensi silang dengan antibiotika lainnya.

4. mengkombinasikan satu atau lebih antibiotika yang dapat menghambat timbulnya resistensi, misalnya kotrimoksasol (Sastramihardja,1997).

D. Pemakaian Antibiotika Yang Rasional

Terapi antibiotika yang efektif memerlukan penentuan kuman penyebab infeksi dan kepekaannya terhadap antibiotika tertentu. Setelah ditentukan semua obat yang efektif, harus diputuskan obat mana yang sebaiknya digunakan. Pengobatan secara rasional, efektif dan aman seharusnya berlaku untuk semua tindakan pengobatan dan termasuk pada pengobatan antibiotika.

Pengobatan yang rasional memiliki arti bahwa diagnosis penyakit harus ditegakkan dengan tepat sehingga pemilihan obat dapat dilakukan dengan tepat pada sasarannya dengan efek samping yang ditimbulkan seminimal mungkin.

Pengobatan antibiotika secara rasional, efektif dan aman dapat dicapai melalui beberapa kriteria sebagai berikut ini.


(43)

1. Obat yang benar. 2. Indikasi yang tepat.

3. Obat yang tepat mempertimbangkan kemanjuran, keamanan, kecocokan bagi pasien dan harga.

4. Dosis pemberian, dan durasi pengobatan yang tepat.

5. Pasien yang tepat yaitu, tidak ada kontraindikasi dan kemungkinan reaksi merugikan adalah minimal

6. Dispensing yang benar, termasuk informasi yang tepat bagi pasien tentang obat yang ditulis.

7. kepatuhan pasien terhadap pengobatan (Siregar, 2004).

Penggunan antibiotika yang tidak rasional seperti dosis yang keliru, rute pemberian yang salah, frekuensi pemberian yang kurang atau terlalu banyak, akan membawa dampak yang sangat beragam, mulai dari risiko efek samping dan efek toksis, terjadinya resistensi kuman dan tingginya biaya pengobatan (Wijoyo,1999).

E. Edukasi

Edukasi adalah upaya yang dilakukan agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Penyuluhan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi pengetahuan, sikap dan kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan agar


(44)

individu/kelompok/masyarakat mau dan mampu mengubah perilaku yang tidak mendukung nilai hidup sehat menjadi berperilaku yang mendukung nilai hidup sehat (Pratomo,1989).

Pendidikan kesehatan sendiri pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan adanya pesan tersebut diharapkan dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya dapat berpengaruh terhadap perilaku individu. Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk pendekatan yang dapat digunakan antara lain.

1. Bimbingan dan penyuluhan.

Dengan cara ini kontak antara subyek penelitian dan peneliti lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh subyek penelitian dapat diteliti oleh peneliti sehingga dapat dibantu dalam penyelesaiannya. Dengan memberi masukan-masukan positif tentang pendidikan kesehatan, yang pada akhirnya oleh subyek penelitian menangkap dan menerimanya kemudian berdasarkan kesadaran penuh pengertian dapat mengubah perilaku sehatnya.


(45)

2. Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan atau peneliti dengan subyek penelitian untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi (Notoatmodjo, 2003).

F. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan menurut Bloom cit Notoadmodjo (2003), yaitu di bawah ini.

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)


(46)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari pengguna kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

4. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.


(47)

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan pengetahuan, yaitu : 1. pengalaman

artinya berdasarkan pemikiran kritis, akan tetapi pengalaman belum tentu teratur dan bertujuan mungkin pengalaman hanya dicatat saja. Pengalaman yang disusun sistematis oleh otak maka hasilnya adalah ilmu pengetahuan (Soekamto, 2002). 2. keyakinan

merupakan kepercayaan yang sungguh-sungguh dan juga panutan/pegangan seseoarang misal agama yang dianutnya (Badudu dan Zain, 1996).

3. fasilitas

kemudian mendapatkan fasilitas untuk meningkatkan pengetahuan dipengaruhi oleh media. Media cetak misalnya poster, majalah, leaflet, sedangkan media elektronika misalnya televisi, radio, video, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).


(48)

4. sosial budaya

semua orang hidup dalam kelompok-kelompok dan saling berhubungan melalui lambang-lambang, khususnya bahasa. Manusia mempelajari kelakuan orang lain dilingkungan sosialnya. Hampir segala sesuatu yang dipikirkan, dirasakan bertalian dengan orang lain, bahasa, kebiasaan makan, pakaian dan sebagainya dipelajari dari lingkungan sosial budayanya (Nasution, 1998)

5. pendidikan

pendidikan berhubungan dengan pengembangan dan perubahan kelakuan anak didik. Pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, ketrampilan, dan aspek kelakuan yang lain. (Nasution, 1998)

6. informasi

dengan pemberian informasi tentang kebiasaan hidup sehat dan cara pencegahan penyakit diharapkan akan terjadi peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan dalam diri individu/kelompok sasaran yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu yang bersangkutan (Sarwono, 1997).

G. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Atau dapat dikatakan sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah orang tersebut mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau


(49)

objek kesehatan dimana indikator untuk sikap kesehatan sejalan dengan pengetahuan kesehatan (Notoadmodjo, 2003).

Ada tiga komponen sikap yaitu: kognisi, afeksi, dan konasi. Komponen kognisi berupa pengetahuan, kepercayaan, atau pikiran yang didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan objek. Komponen afeksi merupakan dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan objek, objek disini dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Komponen konasi atau perilaku merupakan kecenderungan individu untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu objek, peritiwa atau situasi. Dengan adanya ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (Notoadmodjo, 2003).

Menurut Kurniawati (1999), berdasarkan Health Belief Model, perubahan sikap dan perilaku PSK perempuan yang positif dipengaruhi oleh 5 komponen, yaitu: 1. kepercayaan PSK perempuan terhadap anggapan bahwa dirinya rentan terhadap

PMS atau tidak.

2. persepsi PSK perempuan apakah PMS merupakan ancaman yang serius. 3. kepercayaan terhadap pencegahan yang telah dilakukan.

4. kemampuan pembiayaan untuk pencegahan yang dilakukan.


(50)

H. Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu: 1. faktor predisposing

faktor predisposing meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma dan unsur lain yang terkait pada individu.

2. faktor enabling

faktor enabling meliputi semua karakter lingkungan dan semua sumberdaya atau fasilitas yang mendukung terjadinya perilaku. Yang termasuk sebagai faktor pendukung ini adalah ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas pelayanan kesehatan.

3. faktor reinforcing

yaitu sikap perilaku diluar individu yang menguatkan perilaku seseorang, karena pengaruh dari teman atau kelompok sebaya, tokoh masyarakat, pemimpin dan sebagainya.

Perilaku seksual adalah perilaku yang berhubungan dengan fungsi-fungsi reproduksi atau merangsang sensasi dalam reseptor-reseptor yang terletak pada atau di sekitar organ-organ reproduksi. Perilaku seksual seseorang juga dapat dipengaruhi oleh hubungan seseorang dengan orang lain, oleh lingkungan dan kultur yang dimiliki oleh individu tersebut tinggal.


(51)

Pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang sesuatu hal akan berpengaruh terhadap sikap, dan sikap tersebut selanjutnya mempengaruhi adanya niat seseorang untuk melakukan tindakan atau berperilaku. Dengan demikian dapat diartikan bahwa tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi sikap dan perilaku dalam kehidupannya. Begitu pula dengan tingkat pendidikan yang dimiliki PSK, tingkat pendidikan tersebut akan mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku PSK dalam melakukan hubungan seksual. Dalam hal ini, PSK dengan tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung mampu bersikap lebih hati-hati dalam melakukan hubungan seksual dan tindakan pencegahan penularan sifilis dan infeksi HIV (Aprilianingrum, 2002).

I. Pekerja Seks Komersial (PSK)

Pekerja seks dan prostitusi atau pelacuran merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan, sebab istilah pekerja seks mengacu pada seseorang yang melakukan praktik prostitusi atau pelacuran.

Prostitusi adalah suatu perbuatan dimana seorang wanita memperdagangkan atau menjual tubuhnya yang dilakukan untuk memperoleh pembayaran dari laki-laki yang datang membayarnya dan wanita tersebut tidak ada mata pencaharian nafkah lain dalam hidupnya kecuali yang diperoleh dengan melakukan hubungan sebentar-sebentar dengan banyak orang (Mudjijono, 2005).

Pekerja Seks Komersial merupakan kelompok yang terbiasa melakukan aktivitas seksualnya dengan pasangan yang tidak tetap, dengan kompensasi


(52)

pemberian imbalan berupa uang yang telah disepakati sebelumnya, dan tingkat mobilitas yang sangat tinggi dikelompok tersebut, sehingga PSK merupakan kelompok risiko tinggi PMS, diantaranya adalah sifilis dan HIV/AIDS (Aprilianingrum, 2002).

Pekerja Seks Komersial perempuan merupakan profesi yang rawan dari ancaman berbagai jenis penyakit PMS, mereka termasuk di dalam kelompok risiko tinggi untuk terkena PMS. Qomariyah, (2003) menyatakan bahwa angka prevalensi dijangkit klamida (8-73,2%) merupakan yang paling tinggi jika dibandingkan PMS lainnya seperti kandida (11,2-28,9%) atau bakteria vaginosis (30%). Seseorang pekerja seks perempuan dapat menjadi hospes ataupun dapat sebagai sumber dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.

Pengetahuan PSK tentang pengobatan penyakit menggunakan obat sebagian besar hanya berdasarkan atas sistem rujukan dari teman, tetangga atau orang-orang dalam suatu komunitas. Informasi mengenai penggunaan obat dan sistem pengobatan yang benar dan rasional jarang mereka dapatkan. Adanya mitos yang berkembang di kalangan PSK bahwa PMS dapat dicegah melalui penggunaan antibiotika sampai saat ini masih mereka yakini (Putranto, 2002).

Motif-motif yang mendorong banyak perempuan memilih pelacuran sebagai mata pencarian menurut Kartono (1989), yaitu :

a. ada nafsu seks yang abnormal

b. aspirasi materiil tinggi dibarengi dengan usaha mencari kekayaan lewat jalan yang mudah dan bermalas-malasan


(53)

c. kompensasi terhadap rasa diri inferior sebagai pola adjustment yang negatif d. memberontak terhadap otoritas orangtua, tabu-tabu religius dan norma sosial e. ada disorganisasi kehidupan keluarga atau broken home

f. penundaan perkawinan jauh sesudah kematangan biologis

g. bermotifkan standar hidup/ekonomis yang tinggi mendorong makin pesat tumbuhnya pelacuran

h. banyak gadis-gadis pecandu Napza yang terpaksa menjual diri dan menjalankan profesi secara intensif.

J. Landasan Teori

Edukasi adalah upaya yang dilakukan agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kasadaran dan sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Kurangnya pemahaman dari responden tentang PMS dan penggunaan antibiotika secara baik dan benar mempengaruhi pengetahuan dan sikap responden. Pemberian edukasi tentang PMS serta penggunaan antibiotika yang baik dan benar akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap responden.

Perubahan tingkat pengetahuan dan sikap responden, diharapkan akan timbul kesadaran dari dalam dirinya untuk mencegah penularan PMS dan menekan penggunaan antibiotika yang tidak rasional dengan menghindari penggunaan dosis yang keliru, rute pemberian yang salah, frekuensi pemberian yang kurang maupun


(54)

terlalu banyak juga akan membawa dampak lainnya seperti risiko efek samping, efek toksis sampai dengan tingginya biaya penggobatan.

Pengetahuan seseorang tentang suatu hal akan berpengaruh terhadap sikap dan sikap tersebut selanjutnya mempengaruhi adanya niat seseorang untuk melakukan tindakan atau berperilaku. Pemberian edukasi PMS dan penggunaan antibiotika yang benar akan mempengaruhi pengetahuan PSK, dengan bekal pengetahuan tentang PMS dan penggunaan antibiotika yang rasional akan mempengaruhi sikap PSK di lokasi Pasar Kembang. Mereka akan berusaha dalam mencegah tertular PMS dengan perilaku sehat, begitu pula dengan pengetahuannya tentang penggunaan antibiotika yang benar akan membentuk suatu pola perilaku yang lebih baik dari sebelumnya.

K. Hipotesis

Pemberian edukasi tentang PMS dan kerasionalan penggunaan antibiotika akan berpengaruh terhadap perubahan pengetahuan dan sikap PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006.


(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan dua jenis penelitian yaitu penelitian eksperimental semu (Quasi-Experimental research) dengan jenis rancangan penelitian one group pretest-posttest. Pada rancangan penelitian ini pengukuran dilakukan dua kali kemudian hasil pada pengukuran pertama dibandingkan dengan hasil pada pengukuran kedua. Pada penelitian yang pertama ini melihat pengaruh edukasi tentang PMS dan kerasionalan penggunaan antibiotika terhadap perubahan perilaku (pengetahuan dan sikap) responden di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006. Jenis penelitian yang kedua adalah penelitian deskriptif evaluatif, dengan mengambarkan suatu keadaan secara objektif kemudian dilakukan evaluasi menilai suatu program yang sedang atau yang sudah dilakukan. Evaluasi berupa karakteristik PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 yang diambil sebagai responden serta melihat pengaruh tingkat pendidikan, umur dan lama kerja responden terhadap perubahan perilakunya dalam kerasionalan penggunaan antibiotika selain itu juga mengevaluasi pengetahuan responden tentang PMS dan penggunaan antibiotika dari hasil wawancara pada responden di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 (Sudjarwo, 2001).


(56)

B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas

1) Pemberian edukasi tentang PMS. b. Variabel tergantung

1) Tingkat pengetahuan Pekerja Seks Komersial (PSK). 2) Sikap Pekerja Seks Komersial (PSK).

2. Definisi Operasional

a. Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang disebarkan melalui hubungan seksual, yang dialami oleh PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006.

b. Edukasi adalah penyuluhan kesehatan kepada PSK yang diambil sebagai responden di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 tentang PMS dan pencegahannya serta kerasionalan penggunaan antibiotika yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap PSK dalam upaya perilaku sehat dalam bentuk booklet dan stiker.

c. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman yang dimiliki oleh PSK yang diambil sebagai responden di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 tentang gejala yang timbul, penularan, pencegahan, pengobatan PMS.

d. Sikap adalah kesadaran yang timbul dalam diri responden di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 akibat dari pengetahuan yang pada akhirnya


(57)

membentuk pola dalam dirinya dalam pencegahan PMS dan penggunaan antibiotika yang rasional.

e. Perilaku adalah hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi responden dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakannya dalam upaya pencegahan PMS dan penggunaan antibiotika yang rasional.

f. Persentase perubahan perilaku adalah rata-rata peningkatan nilai jawaban perilaku pada responden di lokasi Pasar Kembang setelah pemberian edukasi yang dibuat dalam bentuk persen.

g. Pekerja Seks Komersial perempuan adalah istilah yang diberikan oleh masyarakat umum kepada perempuan yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memberikan pelayanan seksual dengan imbalan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Aktifitas seksual yang dilakukan terjadi dengan pasangan yang tidak tetap.

h. Responden adalah PSK di lokasi Pasar Kembang yang mau diajak bekerja sama dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini baik dalam bentuk wawancara terstuktur maupun kuisioner.

i. Antibiotika adalah obat yang digunakan dalam pengobatan penyakit infeksi, salah satunya adalah PMS, yang digunakan oleh PSK perempuan di lokasi Pasar Kembang.


(58)

j. Resisten adalah suatu keadaan dimana obat yang digunakan tidak mampu membasmi kuman penyebab penyakit lagi. Hal ini disebabkan karena obat tidak mencapai sasaran, obat tidak aktif, dan sasaran mengalami perubahan. k. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh

PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006.

l. Umur adalah lamanya rentang waktu dalam tahun yang dihitung mulai seorang lahir ke dunia sampai saat perhitungan terakhir penelitian dilakukan. m. Masa kerja adalah rentang waktu dalam tahun yang dihitung mulai responden

bekerja di lokasi Pasar Kembang.

C. Subyek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan adalah para PSK perempuan di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta yang telah menjalani pekerjaannya minimal selama 6 bulan dan merupakan penghuni tetap. Dari data yang diperoleh di Griya Lentera, pada tahun 2006, PSK yang tinggal menetap di daerah Pasar Kembang sejumlah 101 orang yang merupakan bimbingan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), angka ini menurun dari angka tahun sebelumnya 168 di tahun 2005. Dari populasi tersebut diambil 50 subyek penelitian. Jumlah subjek ditentukan berdasarkan syarat penelitian deskriptif oleh (Gay cit. Sevilla, 1993) menyatakan pengambilan sampel dapat dilakukan minimum 10 persen dari keseluruhan populasi atau 20 persen untuk populasi yang sangat kecil. Sehingga dapat dikatakan memenuhi kriteria.


(59)

D. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah lokasi Pasar Kembang Yogyakarta atau yang lebih populer dengan istilah Sarkem, di kampung Sosrowijayan Kulon, Kelurahan Sosromenduran, Kecamatan Gedong Tengen, Kotamadya Yogyakarta. Letaknya persis di depan pintu selatan stasiun Tugu Yogyakarta, di pinggir Jalan Pasar Kembang, jalan menuju kawasan Malioboro.

E. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah non random sampling dengan cara pengambilan secara Quota sampling, jadi peneliti terlebih dahulu menentukan jumlah PSK yang akan menjadi reponden dimana sebelumnya peneliti menanyakan kesanggupan dari responden baik dalam pengisian kuisioner dan bersedia untuk diwawancarai dalam penelitian ini. Subyek penelitian dibatasi juga pada PSK perempuan yang memiliki kesediaan untuk bekerjasama.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuisioner yang dibuat setelah perumusan masalah dimana sebelumnya telah ditentukan variabel-variabel yang akan diteliti, booklet berisi edukasi tentang PMS yang dibuat semenarik mungkin sehingga responden tertarik dan mudah memahami informasi yang diberikan. Peneliti membuat panduan wawancara terstuktur dibuat berdasarkan permasalahan yang dihadapi dan disesuaikan dengan topik yang akan dibahas. Untuk


(60)

mendapatkan hasil yang diinginkan harus disesuaikan dengan bahasa yang dipergunakan pada lembar kuisioner dan panduan wawancara dengan subyek penelitian yang akan diamati yaitu PSK perempuan. Bahasa yang dipergunakan diusahakan supaya mudah dimengerti sehingga tidak terjadi perbedaan interprestasi yang nantinya akan menyulitkan jalannya penelitian.

G. Tata Cara Penelitian 1. Analisis Situasi

Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi atau tahap observasi mengenai kemungkinan bisa tidaknya diadakan penelitian, melihat keseharian responden sebelum dilakukan penelitian, pengumpulan informasi tentang data jumlah PSK, dan situasi di lokasi diperoleh dari Griya Lentera. Observasi ini dilakukan di kompleks lokasi Pasar Kembang dusun Sosrowijayan. Data yang diperoleh tidak dikerjakan sendiri namun dikerjakan berdua dengan rekan Adistyawan, dibagi berdasarkan wilayah kerja masing-masing.

Observasi pertama kali dilakukan pada akhir bulan September. Observasi pada penelitian ini dibantu oleh teman-teman dari LSM PKBI sehingga memudahkan diterima dalam komunitas PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta. Setiap kali pengamatan baik observasi maupun pengambilan data atau yang biasa disebut turun lokasi harus dibimbing oleh seorang pendamping wilayah dari LSM PKBI, sehingga penentuan waktu turun lokasi menyesuaikan dengan pendamping dalam penelitian ini.


(61)

Waktu turun lokasi dimulai sekitar jam delapan tiga puluh malam karena pada jam-jam itu aktifitas Sarkem dimulai dan berakhir menjelang subuh. Penelitian ini sendiri biasanya diakhiri sekitar jam duabelas malam hingga duabelas tiga puluh malam. Selain observasi pada malam hari observasi pagi dan siang hari juga pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan. Hasil yang dilakukan pada observasi pagi dan siang hari untuk pengambilan data baik pengisian kuisioner, wawancara maupun edukasi tidak dapat dilakukan pada saat-saat tersebut hal ini dikarenakan tidak semua dari responden berdomisili di wilayah tersebut, mereka banyak yang kos diluar wilayah Sarkem atau menjadikan Sarkem hanya sebagai tempat bekerja.

Pada saat peneliti melakukan observasi pada pagi sampai dengan sore hari kompleks ini tidak berbeda jauh dengan kompleks perumahan-perumahan padat penduduk yang berada ditengah-tengah kota karena akan banyak dijumpai banyak anak kecil sedang bermain-main di sepanjang gang-gang yang sempit, banyak penjual makanan yang lewat dan berlalu lalang hal ini disebabkan karena lokasi ini berada dan berbaur dalam masyarakat umum dimana para PSK hidup berdampingan dengan keluarga-keluarga yang menjadi suatu komunitas. Namun sangat berbeda jika peneliti melakukan observasi di malam hari yang tercipta suasana remang-remang banyak kaum adam berjalan mondar-mandir, banyak wanita-wanita cantik duduk-duduk di depan losmen sambil bersendagurau. Dari dalam losmen-losmen tersebut akan terdengar suara musik yang cukup keras.


(62)

Pada awalnya responden sangat susah untuk bekerja sama, mereka cenderung menutup diri dengan pendekatan secara personal segala hambatan itu dapat diatasi.

2. Pembuatan Kuisioner

Pertanyaan disusun dan dikelompokkan berdasarkan atas variabel-variabel penelitian yang ingin diketahui. Dalam penelitian ini penyusunan kuisioner lebih banyak bertanya pada tenaga ahli ataupun rekan dari fakultas psikologi yang dianggap menguasai tata cara pembuatan kuisioner penelitian. Sebelum dilakukan penyebaran kuisioner dilakukan uji validitas dan uji realibilitas.

Kuisioner yang digunakan terdiri dari 20 item yang telah disaring dari 38 item jumlah keseluruhan pertanyaan dalam kuisioner yang dibagikan penyaringan ini bertujuan untuk lebih mengkhususkan pada item yang berhubungan dengan PMS dan antibiotika saja. Duapuluh item pertanyaan berbentuk obyektif dengan dua pilihan jawaban (ya atau tidak). Penelitian ini menggunakan format pertanyaan ya dan tidak dengan pertimbangan sederhana, mudah dipahami dan mudah dikerjakan oleh subjek penelitian. Kuisioner dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pertanyaan untuk mengukur variabel pengetahuan dan pertanyaan untuk variabel sikap. Skor dalam setiap item pertanyaan hanya terdapat satu jawaban yang benar, sehingga cara penilaian adalah dikotomi, yaitu dengan memberikan skor 0 bagi setiap jawaban yang salah atau tidak diisi, dan 1 bagi jawaban yang benar. Bila responden menjawab “ya” untuk item pertanyaan jenis favourable maka akan mendapatkan skor 1 dan jika pertanyaan tidak diisi atau dijawab


(63)

“tidak” maka akan mendapat skor 0. Hal ini berlaku sebaliknya untuk item pertanyaan jenis non favourable.

Pertanyaan pengetahuan sebanyak 17 item, yang dibagi dalam kategori 9 pertanyaan tentang PMS dan 8 pertanyaan tentang antibiotika. Pertanyaan sikap sebanyak 3 item oleh sebab itu dalam perhitungan statistika digabungkan antara pengetahuan dan sikap. Tiga item tersebut terdiri dari 2 pertanyaan sikap tentang antibiotika dan 1 pertanyaan tentang PMS. Pertanyaan favourable sebanyak 17 item dan 3 item non favourable.

a. Uji validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Suatu instrumen yang digunakan dapat dikatakan valid apabila alat tersebut dapat menjalankan fungsinya dengan pengukuran dengan hasil yang sesuai dengan maksud dari pengukuran tersebut (Notoadmodjo, 2002).

Dua ciri validitas suatu pengukuran, yaitu: ketepatukuran dan ketelitian, kecermatan. Ketepatukuran disini berarti, di samping secara tepat mengukur apa yang memang akan diukur (sensitivitas), juga dengan pengukuran tersebut tidak terukur hal lain yang selain yang akan diukur (spesifitas). Sedangkan ciri ketelitian adalah penggambaran bahwa pengukuran yang dilakukan memenuhi syarat reliabilitas.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam validitas isi (content validity) yaitu validitas yang pengujiannya dilakukan terhadap isi tes


(64)

dengan rasional atau lebih dikenal dengan istilah profesional judgement yaitu peneliti melakukan diskusi sebelumnya kepada orang yang berpengalaman yaitu dosen pembimbing dan dosen dari fakultas psikologi. Pengujiannya dilakukan dengan menelusuri setiap pertanyaan yang ada dalam kuisioner harus sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Uji reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil penggukuran itu tetap konsisten atau tetap stabil bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmodjo, 2002).

Uji reliabilitas dalam penelitian ini ditinjau kembali dari segi pemahaman bahasa dari kuisioner apakah sudah dimengerti oleh responden atau belum. Cara yang dilakukan mengujikan kuisioner pada responden sebagai uji coba. Selama uji coba, peneliti mendampingi responden saat proses pengisian kuisioner, untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dari kuisioner dan melihat item pertanyaan yang kurang dimengerti oleh responden. Berdasarkan hasil uji coba, ada beberapa item pertanyaan yang belum dapat dimengerti oleh responden. Hasil ini kemudian didiskusikan kembali dengan dosen pembimbing untuk dilakukan beberapa perbaikan.


(65)

3. Pembuatan Booklet

Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar. Booklet berfungsi sebagai media pemberian edukasi tentang PMS pada PSK. Berisi tentang hal-hal yang terkait dengan PMS. Dibuat semenarik mungkin, jelas, singkat dan lengkap dengan bahasa yang mudah dipahami oleh subyek penelitian.

4. Penyebaran Kuisioner

Kuisioner ditujukan kepada responden yaitu para PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006, sebelum kuisioner disebarkan terlebih dahulu dilakukan pendekatan-pendekatan secara personal pada waktu observasi sehingga memudahkan pada waktu penyebaran kuisioner. Kuisioner diberikan sebelum dan sesudah pemberian edukasi oleh peneliti. Dalam penyebaran kuisioner ini ada pembagian tugas antara rekan-rekan satu kelompok penelitian dengan maksud memudahkan dalam mendapatkan data, mempercepat proses pengumpulan data. Pada penelitian ini tidak dikerjakan sendiri namun dalam suatu kelompok tim, dimana dibagi berdasarkan wilayah penelitian.

Kelompok yang membantu dalam penelitian ini terdiri dari, Adistyawan Yoga Wicaksono yang bekerja pada wilayah Sosrowijayan atau Pasar Kembang, dengan membagi menjadi dua bagian wilayah yaitu Sosro depan sampai tengah dan bagian Sosro tengah sampai belakang. Selain wilayah Sosrowijayan penelitian juga dilakukan di wilayah Badran dan wilayah jalan Magelang. Themy Roestian Lavatinova dan Ferawati Klaudia Ida mengambil data di wilayah


(66)

Badran tepatnya di belakang stasiun tugu dulunya tempat ini lebih dikenal dengan istilah ”Bong Suwung”. Rekan Vincensius Anjar Trilaksono mengambil data di seputaran jalan Magelang.

Penyebaran kuisioner ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat sebelum pemberian edukasi(pretest) dan pada saat sesudah pemberian edukasi (posttest) dengan kuisioner yang sama. Pada pertengahan bulan Oktober sampai dengan awal November 2006, merupakan waktu penyebaran pretest, sedangkan pemberian posttest dilakukan setelah edukasi yaitu pada akhir bulan Desember. Pada penyebaran penelitian ini di bantu oleh rekan Adistyawan. Penyebaran kuisioner ini kepada 50 responden di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta, secara personal dan pada waktu pengisian didampingi langsung sehingga responden dapat bertanya jika tidak mengerti dan memahami pertanyaan.

Perbedaan fokus penelitian ini dan penelitian yang dilakukan rekan Adistyawan adalah pada penelitian ini melihat pengaruh edukasi PMS dan kerasionalan penggunaan antibiotika, sedangkan penelitian yang dikerjakan rekan Adistyawan pengaruh edukasi PMS terhadap ketaatan pengunaan kondom. 5. Pemberian Edukasi

Dilakukan untuk memberikan pengetahuan tentang PMS yang berupa booklet, pada lokasi Pasar Kembang yang berlangsung secara berulang untuk mengingatkan subyek penelitian. Selain dengan pemberian bookflet, pendekatan personal dalam penelitian ini juga memberikan edukasi dengan membuka sesi tanya jawab yang masih berada dalam lingkup PMS dan Antibiotika, yang sangat


(67)

direspon baik oleh subyek penelitian. Pemberian edukasi ini berlangsung setelah pemberian pretest yang berlangsung dari awal bulan November hingga akhir bulan Desember.

6. Wawancara Terstuktur

Dilakukan dengan bantuan kerangka atau garis-garis besar yang dibutuhkan dan berkaitan dengan permasalahan, melalui pembicaran informal dan pembicaraan yang dikaitkan dengan permasalahan. Wawancara berfungsi untuk mendukung hasil kuisioner dan fenomena yang terjadi di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta. Wawancara dilakukan setelah pengisian kuisioner dan sebelum pemberian edukasi, dengan tujuan untuk melihat sejauh mana para PSK di lokasi Pasar Kembang tahu mengenai PMS dan penggunan antibiotika yang rasional.

Wawancara dalam penelitian ini sangat membantu dalam melihat tingkat pengetahuan responden yang diwakili oleh 10 orang yang dinilai telah representatif dan sudah mewakili dari karekteristik responden yaitu faktor umur, tingkat pendidikan dan lama kerja dari jumlah keseluruhan responden, kemudian dari hasil wawancara ini dianalisis secara deskriptif evaluatif. Wawancara secara personal dan jauh dari kesan formal, tetapi tetap dalam kerangka yang sudah ditentukan.

7. Pengolahan data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menjumlahkan angka dari setiap item pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh responden, kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik secara non


(1)

Lampiran 9. Lefleat Antibiotika


(2)

HIV/AIDS DAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL LAINNYA

HUMAN

IMMUNODEFICIENCY VIRUS HIV

KLAMIDIA HERPES GENITAL

APAKAH ITU

Virus yang menurunkan sistem kekebalan tubuh yang

dapat menyebabkan AIDS Infeksi bakteri di sekitar genital Virus yang menginfeksi daerah genital dan kadang di sekitar mulut.

BERAPA JUMLAH PENDERITANYA

60 juta orang terkena HIV

20 juta orang sudah meninggal karena

AIDS

Kira-kira 3 juta kasus baru/ tahun. Kejadian tertinggi pada umur 15-19 tahun.

45 juta orang menderita penyakit ini. 1 juta penderita

baru/tahun.

TANDA

Berat badan turun, gejala seperti flu, diare, lelah, demam

terus menerus, berkeringat malam,

sakit kepala, gangguan mental, infeksi jamur berat vagina yang berulang Kadang tanpa tanda ±

10 tahun. Sebagian pasien wanita tanpa tanda, tetapi pasien pria mengalami tanda. Perdarahan vagina (yang bukan haid), lendir yang tidak normal, nyeri sewaktu kencing terjadi 1-3 minggu setelah terinfeksi. Sebagian besar tanpa tanda. Herpes 1: bisul

di mulut yang bisa menyebar ke genital. Herpes 2: umumnya di genital tetapi dapat menyebar ke mulut Bisa timbul bengkak nyeri di berbagai bagian tubuh. Infeksi awal: gejala seperti flu, demam, sakit kepala, pembengkakan kelenjar. CARA PENYEBARAN Hubungan seks melalui vagina, oral, dan anal yang tanpa kondom, air susu ibu,

dan jarum yang tercemar. Risiko terjangkit HIV melalui hubungan seks vagina

Hubungan seks melalui vagina, oral, dan anal yang

tanpa kondom.

Hubungan seks melalui vagina, oral, dan anal

yang tanpa kondom. Tersentuh bagian yang terinfeksi (tidak selalu terlihat


(3)

lebih tinggi pada wanita.

jelas).

PENGOBATAN

AIDS belum ada obatnya. Antivirus

menghambat perkembangan virus dan munculnya AIDS.

Makin cepat diobati hasilnya lebih baik.

Antibiotika untuk pasien dan pasangannya saat bersamaan.

Belum ada obat yang menyembuhkan.

Antivirus dapat digunakan untuk

mengurangi nyeri, gatal, dan

kekambuhan. AKIBAT SELANJUTNYA HIV melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi, rentan terkena kanker

tertentu dan infeksi tertentu, contoh infeksi

paru: Pneumocystis carinii pneumonia dan

TBC; 30% bayi dari wanita HIV akan

menderita HIV. Kemandulan dan meningkatkan risiko terinfeksi HIV. Pada wanita, infeksi dapat menyebar ke rahim dan panggul. Bisul yang sering kambuh. Penularan ke janin lewat ibu

jarang. Tetapi bayi yang terinfeksi herpes

sangat sakit.

UJI Apus sel dari mulut,

tes darah, dan urin.

Apus sel atau lendir dari tenggorokan, leher rahim, dubur, dan mulut saluran penis. Tes kencing. Tanda diperiksa secara penglihatan. Tes darah untuk membedakan

herpes tipe 1 atau tipe 2.

SIFILIS GONORRHEA

(GO) TRIKOMONAS

APAKAH ITU

Infeksi yang disebabkan organisme

kecil, yang menyebar di seluruh tubuh

Infeksi bakteri di sekitar

genital

Infeksi parasit di daerah genital.

BERAPA JUMLAH PENDERITANYA

Kira-kira 70.000 kasus baru per tahun

Kira-kira 650.000 kasus baru/ tahun. Kejadian tertinggi pada umur 15-19 tahun.

5 juta kasus baru per tahun.


(4)

Tahap awal antara 3 bulan setelah infeksi, bisul tunggal di genital

atau mulut muncul 1-5minggu. Sering tanpa

tanda.

Tahap 2, setelah bisul hilang, muncul kemerahan di telapak

tangan-kaki, dan genital. Rasa terbakar saat kencing, keluar cairan vagina/penis hijau kekuningan, dan untuk wanita bisa terjadi perdarahan vagina yang tidak normal dan nyeri panggul. Sebagian pasien tanpa gejala. Sering tanpa tanda terutama pada pria. Lendir vagina/ penis berbusa, bau, kuning kehijauan, rasa tidak nyaman di sekitar vagina terjadi antara 4

hari-1 bulan setelah terinfeksi. CARA PENYEBARAN Hubungan seks melalui vagina, oral, dan anal yang tanpa kondom serta saat

berciuman.

Hubungan seks melalui vagina, oral, dan anal yang

tanpa kondom.

Hubungan seks melalui vagina, oral, dan anal

yang tanpa kondom.

PENGOBATAN

Bila cepat diobati antibiotika infeksi dapat sembuh. Tetapi kerusakan tubuh tidak

dapat diperbaiki. Pasien dan pasangannya harus diobati bersamaan. Antibiotika untuk pasien dan pasangannya saat bersamaan. Antibiotika untuk pasien dan pasangannya saat bersamaan. AKIBAT SELANJUTNYA

Bila tidak diobati, tanda bisa hilang tetapi infeksinya tetap.

Tahap 3, merusak otak, jantung, sistem

saraf, dan dapat menimbulkan kematian. Selama kehamilan, penyakit ini

bisa merusak janin.

Kemandulan dan meningkatkan risiko terinfeksi HIV. Pada wanita, infeksi dapat menyebar ke rahim dan panggul, pada kehamilan dapat menyebabkan bayi lahir buta

Meningkatkan risiko terinfeksi HIV, komplikasi selama kehamilan. Infeksi sering berulang-ulang.


(5)

dan infeksi selaput otak.

UJI Tes darah, apus bisul

dan luka.

Apus sel atau sampel lendir mulut, servik, anus, dan penis. Tes

urin.

Apus lendir vagina dan


(6)

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi yang berjudul Pengaruh Edukasi Tentang

Penyakit Menular Seksual Terhadap Perilaku dalam

Penggunaan Antibiotika pada Pekerja Seks Komersial

di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta Tahun 2006

mempunyai nama lengkap Severina Sri Haryuni

Wiratwanti. Penulis dilahirkan di Merauke, 8 Januari 1983,

anak keempat dari empat bersaudara, pasangan Bapak

Johanes Muchalif dan Ibu Maria Gorreti Sri Mulyani.

Penulis mulai mengenal bangku sekolah di TK Santa Maria

Gorreti Merauke pada tahun 1987-1989, melanjutkan sekolah dasar di SD Santo

Agustinus Bambu pemali tahun 1989-1995, kemudian melanjutkan pendidikan ke

SLTPN 1 Merauke tahun 1995-1998. Tahun 1998 melanjutkan pendidikan di SMUN

1 Merauke sampai tahun 2001. Tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah di Fakultas

Farmasi Sanata Dharma, penulis pernah mengikuti kegiatan kepanitiaan seperti

Titrasi 2003, Sumpahan Apoteker Angkatan VIII dan Sumpahan Apoteker Angkatan

IX.


Dokumen yang terkait

Pengaruh edukasi tentang penyakit menular seksual terhadap perilaku dalam penggunaan antibiotika pada pekerja seks komersial di lokasi jalanan Yogyakarta.

0 4 89

Pengaruh edukasi tentang penyakit menular seksual [PMS] terhadap pengetahuan dan sikap pekerja seks komersial [PSK] jalanan Yogyakarta tahun 2006.

0 0 76

Evaluasi kerasionalan penggunaan antibiotika untuk Infeksi Menular Seksual [IMS] pada tahun 2006 di kalangan Pekerja Seks Komersial [PSK] di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta.

0 1 115

Pengaruh edukasi tentang penyakit menular seksual terhadap perilaku pada pekerja seks komersial di lokasi pasar kembang Yogyakarta tahun 2006.

0 0 109

PENGETAHUAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

0 1 5

Pengaruh edukasi tentang penyakit menular seksual terhadap perilaku pada pekerja seks komersial di lokasi pasar kembang Yogyakarta tahun 2006 - USD Repository

0 0 107

Pengaruh edukasi tentang penyakit menular seksual terhadap perilaku dalam penggunaan antibiotika pada pekerja seks komersial di lokasi pasar kembang Yogyakarta tahun 2006 - USD Repository

0 0 140

Evaluasi kerasionalan penggunaan antibiotika untuk Infeksi Menular Seksual [IMS] pada tahun 2006 di kalangan Pekerja Seks Komersial [PSK] di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta - USD Repository

0 0 113

Pengaruh edukasi tentang penyakit menular seksual [PMS] terhadap pengetahuan dan sikap pekerja seks komersial [PSK] jalanan Yogyakarta tahun 2006 - USD Repository

0 0 74

Pengaruh edukasi tentang penyakit menular seksual terhadap perilaku dalam penggunaan antibiotika pada pekerja seks komersial di lokasi jalanan Yogyakarta - USD Repository

0 0 87