PENGARUH BOARD DIVERSITY, INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS), DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008

(1)

commit to user

PENGARUH

BOARD DIVERSITY

,

INVESTMENT

OPPORTUNITY SET

(IOS), DAN KINERJA KEUANGAN

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh:

VIDYA RIA SHINTAWATI

NIM. F0306084

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

PENGARUH BOARD DIVERSITY, INVESTMENT OPPORTUNITY SET

(IOS), DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008

ABSTRAKSI

Vidya Ria Shintawati F0306084

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh board diversity, Investment Opportunity Set (IOS), dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Variabel board diversity diukur dengan keberadaan wanita dalam anggota dewan komisaris, keberadaan etnis Tionghoa dalam anggota dewan komisaris, proporsi outside directors, usia anggota dewan komisaris, dan latar belakang pendidikan anggota dewan komisaris. Set peluang investasi diproksikan menggunakan tiga proksi yaitu Book Value of Gross Property, Plant and Equipment to The Book Value of The Assets ratio (PPE/BVA), Market to Book Value of Equity ratio (MVE/BVE), dan Price Earning ratio (PER). Kinerja keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan CFROA (Cash Flow Return of Asset). Sedangkan variabel dependen nilai perusahaan diproksikan dengan tobin’s q.

Data penelitian ini diambil dari laporan keuangan, annual report, serta informasi dari media lain yang terkait dengan penelitian ini. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 75 perusahaan yang terdaftar pada periode 2008. Metoda pemilihan sampel menggunakan purposive sampling. Pengujian dilakukan menggunakan regresi berganda, uji regresi parsial (t hitung), uji koefisien determinasi (R2), dan uji regresi simultan (F hitung).

Hasil penelitian ini menunjukkan faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah keberadaan etnis Tionghoa dalam anggota dewan komisaris, usia anggota dewan komisaris, Book Value of Gross Property, Plant and Equipment to The Book Value of The Assets ratio (PPE/BVA), dan Market to Book Value of Equity ratio (MVE/BVE) sebagai proksi dari Investment Opportunity Set (IOS) juga mempengaruhi nilai perusahaan yang diukur dengan rasio tobin’s q.

Kata Kunci: board diversity, investment opportunity set (IOS), kinerja keuangan perusahaan, nilai perusahaan, tobin’s q


(3)

commit to user

iii

THE EFFECT OF BOARD DIVERSITY, INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS), AND FINANCIAL PERFORMANCE ON THE FIRM VALUE: (An Empirical Study on Public Companies Listed in Indonesia Stock Exchange

Year 2008)

ABSTRACT

Vidya Ria Shintawati F0306084

The purpose of this study is to examine the effect of board diversity, Investment Opportunity Set (IOS), and financial performance on the firm value. Board diversity aspect is measured by the presence of woman in the commissioners, the presence of Tionghoa ethnic in the commissioner, the propotion of outside directors, commissioners age, commissioners educational background. Investment opportunity set uses three proxies, they are Book Value of Gross Property, Plant and Equipment to The Book Value of The Assets ratio (PPE/BVA), Market to Book Value of Equity ratio (MVE/BVE), dan Price Earning ratio (PER). Company's financial performance is measured using CFROA (Cash Flow Return on Assets). Firm value as a dependent variable using tobin's q proxy.

The research data was extracted from financial statements, annual report, as well as information from other media associated with this research. The sample taken in this research was 75 companies listed on the period of 2008. The samples selection uses purposive sampling methods. This study employed a hypothesis test using multiple regression test, partial regression test (t test), the coefficient of determination test (R2), and simultaneous regression test (F test).

The results of this study indicate that factors influencing the value of the company is in existence Tionghoa Ethnic commissioners, commissioners age, Book Value of Gross Property, Plant and Equipment to The Book Value of The Assets ratio (PPE/BVA), and Market to Book Value of Equity ratio (MVE/BVE) as a proxy of the investment opportunity set also affects the value of the company.

Keywords: board diversity, investment opportunity set (IOS), company’s financial performance, firm value, tobin’s q


(4)

commit to user

iv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul:

PENGARUH BOARD DIVERSITY, INVESTMENT OPPORTUNITY SET

(IOS), DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008

Telah disetujui dan diterima dengan baik untuk diajukan kepada tim penguji skripsi.

Surakarta, 15 Desember 2010 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing

Drs. Sri Hartoko, MBA., Ak. NIP: 19610711 198703 1 002


(5)

commit to user

v

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi.

Surakarta, 21 Januari 2011 Tim Penguji Skripsi

1. Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak. Ketua (………...) (NIP. 19660919 199203 1 001)

2. Drs. Sri Hartoko, MBA., Ak. Pembimbing (………)

(NIP. 19610711 198703 1 002)

3. Drs. Nurmadi Harsa Sumarta, M.Si., Ak. Anggota (.…………..…) (NIP. 19651211 200003 1 001)


(6)

commit to user

vi

MOTTO

Bila kita belum menemukan pekerjaan yang sesuai dengan

bakat kita, bakatilah apapun pekerjaan kita sekarang.

Kita akan tampil secemerlang yang berbakat.

Success won’t come itself. It needs hard work.

Success is not the key to happiness. Happiness is the

key to success. If you love what you are doing, you will


(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

I Dedicated this Research for:

My Family and People who Love Me


(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat, rahmat, dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, penulis berusaha semaksimal mungkin agar skripsi ini bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dorongan dan bantuan berbagai pihak, oleh karenanya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Sri Hartoko, MBA., Ak., selaku pembimbing skripsi atas semua waktu, saran, dorongan, dan semangat yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak membantu selama masa kuliah.


(9)

commit to user

ix

5. Keluargaku, (Eyang, Pakdhe, Budhe, Om, Tante, Mas, Mbak, Dek), especially for Papa, Mama, and My Sista tercinta, terimakasih untuk

dukungannya.

6. Temen-temen seperjuanganku yang selalu mendukungku, Nova (Thankz for everything, berjuang kompre bareng bwt kita solid, hehe), Ganie (‘n

sodara kembarnya =P, like an angel heart, kLian b’2 baek bgth deh!!), Rika (kangen pisang ijonya), Nat”, Boii, Mo2n, Manda (makacie bwt bagi2 pengalamannya), Rina, Nduth, Iyah, Moer (‘n girlfriend-nya), dan gag lupa juga Irda (yg disebutin terakhir biasanya The most important ‘n special). Makaciee bgth yuaaa, kLian selalu dukung aQ. ILoveU, IMissU,

always 4ever. U’re d’bezt deh!!! XOXOXO

7. Temen-temenku di Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi, Manajemen, dan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta, angkatan berapa aja deh. (Maaf gag bisa disebutin satu per satu, Love U all!!!). 8. Temen-temen BAPEMA (Badan Pers Mahasiswa) Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta, terimakasih untuk kebersamaannya yang menyenangkan, Missyou!!!

9. Bapak Lilik Wahyudi, SE, M.Si., Staff Pusif, dan Teman-teman seperjuangan di Pusif, terimakasih untuk kepercayaan, pengalaman, dan kerjasamanya.

10.Temen-temen Dosen D3 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mas Puji, Mas Catur, Mas Pram, Pak Ahmad, seneng bisa kenal and ber-speak English bareng kalian.


(10)

commit to user

x

11.Special for gank SMA-ku yang masih bertahan sampai 4ever and ever, @MOR (Novi, Irma, Affa, and Vidya of course). Thanks girls buat semangat dan gila-gila-an-nya, wisuda bareng yuaaa… (InsyaALLAH). 12.Semua pihak yang tida dapat penulis sebutkan satu per satu (Thanks a

lot!!!).

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis meminta maaf atas kekurangan yang terjadi dan demi kesempurnaan skripsi ini penulis mengharap kritik dan saran yang membangun demi terciptanya karya yang sempurna.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan di kemudian hari.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Surakarta, Desember 2010


(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI………. ii

ABSTRACT……… iii

HALAMAN PERSETUJUAN……… iv

HALAMAN PENGESAHAN………. v

HALAMAN MOTTO……….. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. vii

KATA PENGANTAR……….. viii

DAFTAR ISI………. xi

DAFTAR TABEL……….. xiv

DAFTAR GAMBAR………. xv

BAB I. PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Perumusan Masalah………. 6

C. Tujuan Penelitian………. 7

D. Manfaat Penelitian……….. 7

E. Sistematika Penulisan……….. 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……… 10

A. Landasan Teori……… 10

1. Nilai Perusahaan……… 10


(12)

commit to user

xii

3. Set Peluang Investasi………. 22

4. Kinerja Keuangan………... 28

B. Kerangka Teoritis………. 31

C. Pengembangan Hipotesis……….. 32

BAB III. METODE PENELITIAN……… 39

A. Desain Penelitian……….. 39

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel………… 39

C. Data dan Metode Pengumpulan Data……… 40

D. Variabel dan Pengukurannya………. 40

1. Variabel Dependen……….. 40

2. Variabel Independen……… 41

E. Metode dan Analisis Data………. 45

1. Statistik Deskriptif……… 45

2. Uji Asumsi Klasik………. 45

3. Uji Hipotesis……….. 49

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN………. 51

A. Hasil Pengumpulan Data………. 51

B. Statistik Deskriptif………... 52

C. Pengujian Asumsi Klasik……….. 55

1. Uji Normalitas Data……… 55

2. Uji Multikolinearitas……… 56

3. Uji Autokorelasi……….. 57

4. Uji Heteroskedastisitas……… 58


(13)

commit to user

xiii

1. Pengujian Regresi Parsial (t hitung)……….... 61

2. Pengujian Regresi Simultan (F hitung)...………. 63

3. Pengujian Koefisien Determinasi (Goodness of Fit / R2)…… 64

E. Pembahasan Hasil Analisis……… 65

BAB V. PENUTUP………. 71

A. Kesimpulan………. 71

B. Saran………... 74

C. Keterbatasan……… 75

D. Rekomendasi……… 75 DAFTAR PUSTAKA


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Maping Penelitian IOS Terdahulu……… 26

3.1 Keterangan Persamaan Regresi Berganda………… 48

4.1 Sampel Penelitian……….. 52

4.2 Hasil Statistik Deskriptif……… 52

4.3 Hasil Uji Normalitas Data……….. 55

4.4 Hasil Uji Multikolinearitas……….. 56

4.5 Hasil Uji Autokorelasi………. 57

4.6 Hasil Analisis Regresi Berganda………. 60

4.7 Hasil Uji F hitung………. 64


(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Hubungan antara board diversity, Investment Opportunity Set (IOS), kinerja keuangan dan nilai

perusahaan……… 31 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas……… 59


(16)

commit to user

PENGARUH BOARD DIVERSITY, INVESTMENT OPPORTUNITY SET

(IOS), DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008

ABSTRAKSI

Vidya Ria Shintawati F0306084

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh board diversity, Investment Opportunity Set (IOS), dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Variabel board diversity diukur dengan keberadaan wanita dalam anggota dewan komisaris, keberadaan etnis Tionghoa dalam anggota dewan komisaris, proporsi outside directors, usia anggota dewan komisaris, dan latar belakang pendidikan anggota dewan komisaris. Set peluang investasi diproksikan menggunakan tiga proksi yaitu Book Value of Gross Property, Plant and Equipment to The Book Value of The Assets ratio (PPE/BVA), Market to Book Value of Equity ratio (MVE/BVE), dan Price Earning ratio (PER). Kinerja keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan CFROA (Cash Flow Return of Asset). Sedangkan variabel dependen nilai perusahaan diproksikan dengan tobin’s q.

Data penelitian ini diambil dari laporan keuangan, annual report, serta informasi dari media lain yang terkait dengan penelitian ini. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 75 perusahaan yang terdaftar pada periode 2008. Metoda pemilihan sampel menggunakan purposive sampling. Pengujian dilakukan menggunakan regresi berganda, uji regresi parsial (t hitung), uji koefisien determinasi (R2), dan uji regresi simultan (F hitung).

Hasil penelitian ini menunjukkan faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah keberadaan etnis Tionghoa dalam anggota dewan komisaris, usia anggota dewan komisaris, Book Value of Gross Property, Plant and Equipment to The Book Value of The Assets ratio (PPE/BVA), dan Market to Book Value of Equity ratio (MVE/BVE) sebagai proksi dari Investment Opportunity Set (IOS) juga mempengaruhi nilai perusahaan yang diukur dengan rasio tobin’s q.

Kata Kunci: board diversity, investment opportunity set (IOS), kinerja keuangan perusahaan, nilai perusahaan, tobin’s q


(17)

commit to user

THE EFFECT OF BOARD DIVERSITY, INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS), AND FINANCIAL PERFORMANCE ON THE FIRM VALUE: (An Empirical Study on Public Companies Listed in Indonesia Stock Exchange

Year 2008)

ABSTRACT

Vidya Ria Shintawati F0306084

The purpose of this study is to examine the effect of board diversity, Investment Opportunity Set (IOS), and financial performance on the firm value. Board diversity aspect is measured by the presence of woman in the commissioners, the presence of Tionghoa ethnic in the commissioner, the propotion of outside directors, commissioners age, commissioners educational background. Investment opportunity set uses three proxies, they are Book Value of Gross Property, Plant and Equipment to The Book Value of The Assets ratio (PPE/BVA), Market to Book Value of Equity ratio (MVE/BVE), dan Price Earning ratio (PER). Company's financial performance is measured using CFROA (Cash Flow Return on Assets). Firm value as a dependent variable using tobin's q proxy.

The research data was extracted from financial statements, annual report, as well as information from other media associated with this research. The sample taken in this research was 75 companies listed on the period of 2008. The samples selection uses purposive sampling methods. This study employed a hypothesis test using multiple regression test, partial regression test (t test), the coefficient of determination test (R2), and simultaneous regression test (F test).

The results of this study indicate that factors influencing the value of the company is in existence Tionghoa Ethnic commissioners, commissioners age, Book Value of Gross Property, Plant and Equipment to The Book Value of The Assets ratio (PPE/BVA), and Market to Book Value of Equity ratio (MVE/BVE) as a proxy of the investment opportunity set also affects the value of the company.

Keywords: board diversity, investment opportunity set (IOS), company’s financial performance, firm value, tobin’s q


(18)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

Pada Bab I berikut ini akan dijelaskan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan dari skripsi ini.

A. Latar Belakang

Penelitian ini bertujuan untuk mencari bukti empiris dari pengaruh board diversity, Investment Opportunity Set (IOS), dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008. Dalam jangka panjang, setiap entitas bisnis (perusahaan) mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan cara memaksimalkan kekayaan para pemegang saham (maximization wealth of stockholders). Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya (Sartono, 2004). Maka dari itu, untuk meningkatkan nilai perusahaan tersebut, semua aktivitas atau kegiatan perusahaan harus diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut.

Fama (1978) menyatakan nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Nilai pasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio tobin’s q. Dalam penelitiannya, Wirakusuma, Surjaningsih, dan Siswanto


(19)

commit to user

2 (2006) menjelaskan mengenai peranan teori tobin’s q dalam pasar saham perekonomian, yaitu apabila harga-harga saham mengalami peningkatan berarti nilai q menjadi lebih tinggi. Naiknya nilai q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik.

Penerapan corporate governane dipercaya mampu meningkatkan nilai perusahaan. Survei yang dilakukan oleh McKinsey & Company (2002) menunjukkan bahwa corporate governance telah menjadi perhatian utama investor. Investor cenderung menghindari perusahaan-perusahaan yang memiliki penerapan corporate governance yang buruk. Peran dan tuntutan investor dan kreditor asing mengenai penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu faktor dalam pengambilan

keputusan berinvestasi pada suatu perusahaan.

Salah satu isu yang berkaitan dengan corporate governance adalah komposisi dari dewan komisaris (Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra, 2007). Board diversity atau sebaran anggota dewan menjadi hal yang menarik untuk disimak berkaitan dengan corporate governance di Indonesia. Surya dan Yustiavandan (2006) menyatakan bahwa adanya organ-organ perusahaan seperti dewan komisaris yang menjalankan fungsi pengawasan dan arahan serta dewan direksi sebagai pengambil kebijakan di dalam perusahaan merupakan bukti pengaplikasian prinsip good corporate governance dalam tataran yang minimal.

Cox dan Blake (1991) dan Robinson dan Dechant (1997) menyatakan bahwa sebaran dalam anggota dewan dipercaya dapat mempengaruhi nilai perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.


(20)

commit to user

3 Sebaran anggota dewan diduga mampu memberikan dampak yang positif. Semakin besar sebaran dalam anggota dewan dapat menimbulkan semakin banyak konflik, namun sebaran tersebut dapat memberikan alternatif penyelesaian terhadap suatu masalah yang semakin beragam daripada anggota dewan yang homogen. Selain itu, keragaman dalam dewan komisaris memberikan karakteristik yang unik bagi perusahaan sehingga dapat menciptakan nilai tambah (Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra, 2007).

Kallapur dan Trombley (2001) menyatakan bahwa kesempatan investasi perusahaan merupakan komponen penting dari nilai perusahaan. Hal ini disebabkan Investment Opportunity Set (IOS) atau set kesempatan investasi dari suatu perusahaan mempengaruhi cara pandang manajer, pemilik, investor dan kreditor terhadap perusahaan. IOS lebih ditekankan pada opsi investasi di masa depan. Opsi investasi di masa depan dapat diperoleh jika perusahaan memiliki proyek dengan net present value positif.

Myers (1977) menyatakan bahwa IOS merupakan komponen nilai perusahaan yang berasal dari opsi untuk melakukan investasi di masa depan, selain itu, investment opportunity set memberikan petunjuk yang lebih luas dimana nilai perusahaan sebagai tujuan utama tergantung pada pengeluaran perusahaan di masa yang akan datang.

Menurut Gaver dan Gaver (1993), IOS perusahaan merupakan sesuatu yang secara melekat bersifat tidak dapat diobservasi. Sifatnya yang tidak dapat diobservasi menyebabkan IOS memerlukan sebuah proksi. Pengukuran IOS sangat beragam, baik yang menggunakan faktor tunggal maupun dengan menggunakan kombinasi beberapa faktor. Dalam menghitung IOS, sebagian


(21)

commit to user

4 besar menggunakan ukuran data-data pasar modal karena lebih banyak menggunakan ukuran harga saham dan market value of equity sebagai proksi dari IOS. IOS dapat diamati dari pertumbuhan nilai buku perusahaan di masa mendatang.

Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan yang juga diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan. Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar penilaian kinerja perusahaan karena dengan melihat laporan keuangan dapat diukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu yaitu dengan melihat laporan laba ruginya (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Namun seringkali angka laba yang dihasilkan laporan laba rugi dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan, sehingga laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas yang besar.

Laba sebagai bagian dari laporan keuangan yang tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan dapat diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya (Boediono, 2005).

Dalam hal seperti ini penggunaan arus kas mempunyai nilai lebih baik untuk menjamin kinerja perusahaan di masa datang karena arus kas menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah


(22)

commit to user

5 dikeluarkan oleh perusahaan (Pradhono dan Christiawan, 2004). Cash Flow Return on Assets (CFROA) merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi. CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja perusahaan saat ini dan CFROA tidak terikat dengan harga saham (Cornett et al., 2006).

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra (2007) yang melihat board diversity dari lima aspek, yaitu keberadaan anggota komisaris wanita, keberadaan etnis Tionghoa, proporsi outsider directors, usia, dan latar belakang pendidikan anggota dewan

komisaris.

Perbedaannya terdapat pada sampel dan tahun penelitian serta jenis data dalam penelitian ini lebih disempurnakan agar mendapatkan data lebih valid. Penelitian ini mengambil sampel seluruh perusahaan di Bursa Efek Indonesia tahun 2008, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan sampel perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta tahun 2005. Perbedaan lainnya adalah dalam penelitian ini ditambah dengan variabel Investment Opportunity Set (IOS) dan kinerja keuangan sebagai variabel independen.

Dari keseluruhan penjelasan yang diungkapkan di atas maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Board Diversity, Investment Opportunity

Set (IOS), dan Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan yang


(23)

commit to user

6

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah board diversity, dalam hal ini keberadaan wanita dalam anggota dewan komisaris, keberadaan etnis Tionghoa dalam anggota dewan komisaris, proporsi outside directors, usia anggota dewan komisaris, dan latar belakang pendidikan anggota dewan komisaris mempengaruhi nilai perusahaan di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 yang diukur dengan rasio tobin’s q secara parsial?

2. Apakah Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan dengan Book Value of Gross Property, Plant and Equipment to The Book Value of The

Assets ratio (PPE/BVA), Market to Book Value of Equity ratio (MVE/BVE), dan Price Earning Ratio (PER) mempengaruhi nilai perusahaan di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 yang diukur dengan rasio tobin’s q secara parsial?

3. Apakah kinerja keuangan yang diproksikan dengan Cash Flow Return on Asset (CFROA) mempengaruhi nilai perusahaan di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 yang diukur dengan rasio tobin’s q?

4. Apakah board diversity, Investment Opportunity Set (IOS), dan kinerja keuangan secara bersama-sama mempengaruhi nilai perusahaan di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 yang diukur dengan rasio tobin’s q?


(24)

commit to user

7

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah mencari bukti empiris dari pengaruh board diversity, Investment Opportunity Set (IOS), dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 baik secara bersama-sama maupun parsial.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, antara lain:

1. Bagi Perusahaan yang digunakan sebagai objek penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan, khususnya mengenai pengaruh kinerja keuangan dan pengaruh salah satu isu yang berkaitan dengan corporate governance yaitu komposisi dari dewan komisaris, karena keragaman dalam dewan komisaris memberikan karakteristik yang unik bagi perusahaan yang dapat menciptakan nilai tambah. Selain itu, sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi perusahaan dalam rangka mengoptimalkan nilai perusahaan melalui kebijakan-kebijakan investasi perusahaan.


(25)

commit to user

8 2. Bagi Investor

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai hal-hal yang berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan khususnya sebaran anggota dewan komisaris (board diversity), kebijakan investasi dan kinerja keuangan perusahaan sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menanamkan modalnya pada perusahaan.

3. Bagi Kalangan Akademik

Manfaat bagi dunia akademik penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris dari penelitian-penelitian sebelumnya, menambah keyakinan akan kegunaan hasil penelitian, serta dapat berkontribusi dalam pengembangan teori mengenai sebaran anggota dewan komisaris (board diversity) dalam hal ini keberadaan wanita dalam anggota dewan

komisaris, keberadaan etnis Tionghoa dalam anggota dewan komisaris, proporsi outside directors, usia anggota anggota dewan komisaris, latar belakang pendidikan anggota dewan komisaris, investment opportunity set, dan kinerja keuangan berkaitan dengan nilai perusahaan.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa tambahan pengetahuan kepada penulis mengenai pengaruh sebaran anggota dewan (board diversity), investment opportunity set, dan kinerja keuangan perusahaan di Indonesia, khususnya pengaruh terhadap nilai perusahaan.


(26)

commit to user

9

E. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini diuraikan tinjauan pustaka yang memuat landasan teori yang terkait dengan topik penelitian, penelitian terdahulu, pengembangan hipotesis, dan kerangka teoritis.

Bab III : Metode Penelitian

Berisi tentang desain penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, variabel penelitian dan pengukurannya, dan metode analisis data yang terdiri dari pengujian data dan pengujian hipotesis.

Bab IV : Analisis Data

Bab ini menguraikan hasil pengumpulan data, analisis variabel independen dan variabel dependen, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil analisis data.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian serta saran bagi peneliti selanjutnya.


(27)

commit to user

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Setelah kita membahas pendahuluan di dalam Bab I, pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai landasan teori, kerangka teoritis, serta penelitian terdahulu dan pengembangan hipotesis dalam penelitian ini.

A. Landasan Teori

Landasan teori ini menerangkan teori yang mendasari komponen maupun variabel penelitian.

1. Nilai Perusahaan

Tujuan pokok yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah memaksimumkan profit, pandangan ini semakin lama telah bergeser akibat kelemahan-kelemahan yang ditemui dalam tujuan ini (Sartono, 2004). Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain: (1) standar ekonomi mikro dengan memaksimalkan profit adalah bersifat statis karena tidak memperhatikan dimensi waktu, sehingga tidak ada perbedaan antara profit dalam jangka pendek maupun panjang, (2) pengertian profit itu sendiri, apakah memaksimumkan jumlah profit secara nominal ataukah tingkat profit, (3) menyangkut risiko yang berkaitan dengan setiap alternatif keputusan, memaksimumkan profit tanpa mempertimbangkan risiko yang akan terjadi adalah suatu kesalahan fatal, (4) memaksimukan profit bisa


(28)

commit to user

11 saja dilakukan dengan menanamkan dana hasil penjualan saham melalui deposito, namun pemegang saham akan meminta tingkat keuntungan yang lebih besar dari tingkat deposito atas risiko yang lebih besar, sehingga harga pasar menurun akibatnya nilai perusahaan.akan menurun pula.

Berdasarkan kelemahan tersebut maka nilai perusahaan akan bergeser menjadi bentuk memaksimumkan tujuan perusahaan melalui peningkatan kemakmuran para pemegang saham (maximization wealth of stockholders), kemakmuran pemegang saham meningkat apabila harga

saham yang dimiliknya meningkat. Nilai perusahaan pada perusahaan publik ditentukan oleh pasar saham, sedangkan nilai perusahaan yang sahamnya tidak diperdagangkan kepada publik juga sangat dipengaruhi oleh pasar yang sama (Sartono, 2004).

Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah dengan menggunakan tobin’s q. Rasio ini dikembangkan oleh James Tobin. Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap mata uang investasi inkremental.

Jika rasio q diatas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Jika rasio q dibawah satu, investasi dalam aktiva tidak akan menarik (Herawaty, 2008). Hal ini terjadi karena semakin besar nilai pasar asset perusahaan, maka semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut.


(29)

commit to user

12 Jadi, rasio q merupakan ukuran yang lebih teliti tentang seberapa efektif manajemen memanfaatkan sumber-sumber daya ekonomis dalam kekuasaannya. Penelitian yang dilakukan oleh Lindenberg dan Ross (1981) dan Copeland (2002) yang dikutip oleh Darmawati, Rahayu, dan Khomsiyah (2004), menunjukkan bagaimana rasio q dapat diterapkan pada masing-masing perusahaan. Mereka menemukan bahwa beberapa perusahaan dapat mempertahankan rasio q yang lebih besar dari satu. Teori ekonomi mengatakan bahwa rasio q yang lebih besar dari satu akan menarik arus sumber daya dan kompetisi baru sampai rasio q mendekati satu.

Black et al. dalam Sukamulja (2004) menyatakan bahwa tobin’s q yang digunakan, memasukkan semua unsur utang dan modal saham perusahaan, tidak hanya unsur saham biasa. Asset yang diperhitungkan dalam tobin’s q juga menunjukkan semua asset perusahaan tidak hanya ekuitas perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dimana tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan, hal ini dinyatakan atau tercermin dari harga pasar sahamnya, dimana harga pasar saham ditunjukkan dari nilai kapitalisasi pasar yaitu dengan mengalikan jumlah saham beredar dengan harga saham penutupan (closing price). Harga saham cenderung tinggi pada saat perusahaan memiliki banyak kesempatan untuk berinvestasi, dimana semakin tinggi harga saham berarti saham tersebut diminati oleh investor dan dengan meningkanya permintaan saham akan menyebabkan nilai perusahaan juga akan meningkat.


(30)

commit to user

13 2. Board Diversity

Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Dengan demikian, penerapan corporate governance dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Agency theory yang merupakan pengembangan dari teori corporate governance yang sering digunakan dalam penelitian untuk memahami kaitan antara karakteristik dewan komisaris dengan nilai perusahaan (Carter et al., 2003).

Menurut Organization Economic Cooperation and Development (OECD), corporate governance merupakan struktur hubungan serta kaitannya dengan tanggung jawab di antara pihak-pihak terkait yang terdiri dari pemegang saham, anggota dewan direksi dan komisaris termasuk manajer, yang dirancang untuk mendorong terciptanya suatu kinerja yang kompetitif yang diperlukan dalam mencapai tujuan utama perusahaan.

Surya dan Yustiavandan (2006) menyatakan bahwa board diversity atau sebaran anggota dewan menjadi hal yang menarik untuk disimak berkaitan dengan corporate governance di Indonesia. Sebaran anggota dewan diduga mampu memberikan dampak yang positif. Semakin besar sebaran dalam anggota dewan dapat menimbulkan semakin banyak konflik, namun sebaran tersebut dapat memberikan alternatif penyelesaian terhadap suatu masalah yang semakin beragam daripada anggota dewan yang homogen. Selain itu, keragaman dalam dewan komisaris memberikan karakteristik


(31)

commit to user

14 yang unik bagi perusahaan sehingga dapat menciptakan nilai tambah (Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra, 2007).

Robinson dan Dechant (1997) memberikan beberapa proposisi dan bukti empiris yang berkaitan dengan sebaran dalam dewan: (1) sebaran dalam dewan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang market place, dimana hal ini berhubungan dengan demografi supplier dan customer perusahaan yang juga beragam, (2) sebaran dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi, (3) sebaran menghasilkan alternatif pemecahan masalah yang efektif, heterogenitas dalam dewan dapat menimbulkan semakin banyak konflik, namun alternatif pemecahan terhadap suatu masalah akan semakin banyak dan dapat menimbulkan kecermatan dalam mengkaji konsekuensi yang mungkin dihadapi dari alternatif yang diambil, (4) sebaran dapat meningkatkan efektivitas dalam perusahaan hal ini berkaitan dengan sudut pandang dalam anggota dewan, dimana anggota yang homogen akan menyebabkan perspektif terhadap sesuatu hal akan menjadi lebih sempit jika dibandingkan dengan anggota dewan yang beragam, (5) sebaran dapat meningkatkan hubungan global yang semakin efektif.

Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing sebaran yang digunakan dalam penelitian ini:

a) Dewan Komisaris Wanita

Pembicaraan mengenai gender akhir-akhir ini semakin hangat dalam perbincangan mengenai kemajuan perkembangan kaum perempuan maupun posisi dan status perempuan dalam kesetaraan dengan kaum


(32)

commit to user

15 pria. Fakih (1997) mengemukakan konsep gender yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Misalnya bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Asumsi dari kesenjangan gender di Indonesia ditandai berbagai bidang pembangunan terlihat masih rendahnya peluang yang dimiliki perempuan untuk bekerja dan berusaha serta rendahnya akses mereka terhadap sumber daya ekonomi seperti teknologi, informasi, pasar, kredit dan modal kerja. Data statistik Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menunjukkan bahwa jumlah penduduk wanita yang bekerja tahun 2008 dalam jenis pekerjaan tenaga kepemimpinan adalah sebanyak 121.782 jiwa (19%) dari total 648.719 jiwa yang bekerja sebagai tenaga kepemimpinan (http://www.nakertrans.go.id). Masih sedikitnya wanita yang ditempatkan di posisi puncak mungkin disebabkan oleh adanya pandangan yang berbeda tentang penyebab kesuksesan yang diraih pria dan wanita. Kesuksesan pria dianggap karena kemampuan yang tinggi (dalam hal talenta atau kecerdasan), sedangkan kesuksesan wanita dianggap lebih disebabkan oleh faktor keberuntungan (Crawford, 2006). Namun, di sisi lain wanita memiliki sikap kehati-hatian yang sangat tinggi, cenderung menghindari risiko, dan lebih teliti dibandingkan pria. Sisi inilah yang membuat wanita tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Untuk itu dengan adanya wanita dalam jajaran dewan komisaris dikatakan dapat


(33)

commit to user

16 membantu mengambil keputusan yang lebih tepat dan berisiko lebih rendah.

b) Etnis Tionghoa

Republik Rakyat Tiongkok dengan nama resmi Zhonghua Renmin Gongheguo secara geografis berada dalam bagian Asia Timur. Negeri yang memiliki 29 propinsi ini memiliki konteks budaya yang khas. Dengan latar belakang berdagang, menghindari bencana alam, dan menghindari ketidakstabilan politik, masyarakat Tionghoa merantau ke berbagai negara dengan sebutan perantau atau huaqiao. Walau sudah berpindah negara, mereka tetap membawa konteks budayanya yang sudah melekat pada diri mereka. Namun konteks budaya mereka akan berbaur dengan budaya negara dimana mereka tinggal dan bekerja, tanpa meninggalkan budaya leluhurnya (Setyawan, 2005). Etnis Tionghoa sebagai etnis yang memiliki kemampuan bisnis yang baik seringkali dijadikan sumber konflik pada beberapa negara, terutama di Asia Tenggara. Hal ini terjadi karena kekurangpahaman tentang konteks budaya yang berbeda dari setiap bangsa. Dalam suatu organisasi, masalah yang sering timbul terletak pada bagaimana konteks suatu tim dan orientasi anggota tim pada tempat baru (Salk dan Brannen, 2000).

Fungsi orang Tionghoa dalam dunia perekonomian telah terasa berabad-abad yang lampau. Fungsi ini erat berhubungan dengan jati diri suatu wirausaha di bidang perekonomian. Di samping itu konteks


(34)

commit to user

17 interaksi sosial budaya dan politis yang telah berabad-abad lamanya, akan mengkristal memupuk jati diri seorang Tionghoa di tanah air dan masyarakat besar Indonesia. Barang tentu ini bersifat positif atau pun negatif bagi suatu komunitas tertentu. Etos kerja orang Tionghoa adalah berdasar pada disiplin, bakti keluarga, toleransi besar pada rutinitas, dan pragmatisme yang kuat (Ch’ng, 1995 dalam Musianto, 2003). Alur ekonomi wirausahanya segera muncul dalam bentuk:

1) Handal dan dapat dipercaya 2) Kekuatan hubungan dan jaringan 3) Sifat hemat

4) Kreativitas dan inovatif

5) Munculnya etos bisnis, etos kerja, dan etos wiraswasta, serta wirausaha.

Selain nilai-nilai sosial dan budaya yang merekat erat dan dianut oleh etnis Tionghoa dalam menjalankan bisnisnya, kesuksesan orang Tionghoa juga didukung oleh adanya sistem kerja berdasarkan kekeluargaan atau sistem familiisme. Dalam melakukan usaha, etnis Tionghoa memiliki jaringan usaha yang bersifat tertutup. Etnis Tionghoa, memiliki teknik yang lebih baik daripada pengusaha pribumi, mereka lebih suka mengatur pengeluaran mereka untuk kepentingan bisnis daripada prestis semata, hal ini berbeda dengan pengusaha pribumi, sebagian besar dari mereka lebih mementingan prestise sehingga mengadakan pengeluaran yang tidak produktif. Keadaan ini menyebabkan etnis Tionghoa lebih sukses dalam


(35)

commit to user

18 menjalankan usahanya daripada kaum pribumi. Sebelum era reformasi, etnis ini sering memperoleh perlakuan diskriminasi dalam masyarakat Indonesia. Namun sekarang di Indonesia, keberadaan etnis ini bahkan diakui telah memberikan kontribusi besar dalam memajukan perekonomian bangsa (Sugiyono, 2007).

c) Outside Directors

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2004). Dewan dengan komposisi outside directors yang cukup kuat akan memiliki perilaku pengawasan yang lebih ketat. Kemampuan para outside directors untuk mempengaruhi keputusan manajemen akan bertambah

seiring dengan peningkatan proporsi kedudukan dewan mereka (Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra, 2007).

Kriteria komisaris independen diambil oleh FCGI dari kriteria otoritas bursa efek Australia tentang outside directors. Kriteria untuk outside directors dalam one tier system tersebut telah diterjemahkan menjadi kriteria untuk komisaris independen dalam position paper FCGI kepada NCCG. Kriteria tentang komisaris independen tersebut adalah sebagai berikut:


(36)

commit to user

19 1) Komisaris Independen bukan merupakan anggota manajemen;

2) Komisaris Independen bukan merupakan pemegang saham mayoritas, atau seorang pejabat dari atau dengan cara lain yang berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari perusahaan;

3) Komisaris Independen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan atau perusahaan lainnya dalam satu kelompok usaha dan tidak pula dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai komisaris setelah tidak lagi menempati posisi seperti itu;

4) Komisaris Independen bukan merupakan penasehat profesional perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan perusahaan tersebut;

5) Komisaris Independen bukan merupakan seorang pemasok atau pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok, atau dengan cara lain berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemasok atau pelanggan tersebut;

6) Komisaris independen tidak memiliki kontraktual dengan perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok selain sebagai komisaris perusahaan tersebut;

7) Komisaris Independen harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis apapun atau hubungan lainnya yang dapat, atau secara wajar


(37)

commit to user

20 dapat dianggap sebagai campur tangan secara material dengan kemampuannya sebagai seorang komisaris untuk bertindak demi kepentingan yang menguntungkan perusahaan. (Surya dan Yustiavandana, 2006).

d) Usia Anggota Dewan Komisaris

Hurlock (1999), membagi masa dewasa menjadi tiga bagian:

1) Masa dewasa awal (young adult)

Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun.

2) Masa dewasa madya (middle adulthood)

Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur 40 sampai 60 tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial antara lain masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu priode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.


(38)

commit to user

21 3) Masa usia lanjut (older adult)

Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur 60 tahun sampai mati, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Adapun ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya adalah perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, perubahan kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan dalam sistem syaraf dan perubahan penampilan.

Pada usia 40 tahun pada orang-orang normal telah memiliki pengalaman yang cukup dalam pendidikan dan pergaulan, sehingga mereka telah memiliki sikap yang pasti serta nilai-nilai tentang hubungan sosial yang berkembang secara baik. Apabila situasi ini diikuti dengan kondisi fisik yang prima, maka mereka dapat menyatakan bahwa hidup dimulai di usia 40 tahun (life begin 40th). Biasanya usia pencapaian prestasi terjadi antara 40-50 tahun. Selain itu masyarakat sendiri nampaknya baru mengakui kemampuan atau prestasi seseorang secara mantap apabila yang bersangkutan telah memasuki usia dewasa madya.

e) Latar Belakang Pendidikan Anggota Dewan Komisaris

Santrock (1995) menyatakan bahwa pendidikan universitas membantu seseorang dalam kemajuan karirnya, dimana seseorang berpendidikan tinggi akan memiliki jenjang karir lebih tinggi dan lebih cepat. Latar


(39)

commit to user

22 belakang pendidikan yang dimiliki oleh anggota dewan berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki. Meskipun bukan menjadi suatu keharusan bagi seseorang yang akan masuk dunia bisnis untuk berpendidikan bisnis, akan lebih baik jika anggota dewan memiliki latar belakang pendidikan bisnis dan ekonomi. Dengan memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi yang ada, setidaknya anggota dewan memiliki kemampuan lebih baik untuk mengelola bisnis dan mengambil keputusan bisnis daripada tidak memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi. Pada akhirnya hal ini akan mempengaruhi nilai perusahaan.

3. Investment Opportunity Set (IOS)

Investment Opportunity Set (IOS) adalah kesempatan investasi yang merupakan pilihan investasi di masa yang akan datang dan mencerminkan adanya pertumbuhan aktiva dan ekuitas (Tjandra, 2005). Istilah investment opportunity set pertama kali dikemukakan oleh Myers (1977).

Pada dasarnya IOS merupakan pilihan kesempatan investasi masa depan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan aktiva perusahaan atau proyek yang memiliki net present value positif. Sehingga IOS memiliki peranan yang sangat penting bagi perusahaan, karena IOS merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi dari aktiva yang dimiliki (assets in place) dan opsi investasi di masa yang akan datang, dimana IOS tersebut akan mempengaruhi nilai suatu perusahaan (Pagalung, 2003). Menurut Gaver dan Gaver (1993), IOS merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di


(40)

commit to user

23 masa yang akan datang, yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar.

McConnel dan Muscarella (1984) menguji gagasan dalam kaitannya dengan tingkat pengeluaran research and development perusahaan. Ternyata kenaikan dalam pengeluaran modal, relatif terhadap harapan-harapan sebelumnya, mengakibatkan kenaikan return atas saham sekitar waktu pengumuman, dan sebaliknya return negatif atas perusahaan melakukan penurunan pengeluaran modal. Temuan tersebut telah membawa kepada suatu hasil yang menyatakan bahwa keputusan investasi yang dilakukan mengandung informasi yang berisi sinyal-sinyal akan prospek perusahaan di masa yang akan datang.

Menurut Gaver dan Gaver (1993) opsi investasi masa depan tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya. Kemampuan perusahaan yang lebih tinggi ini bersifat tidak dapat diobservasi (unobservable), sehingga perlu dipilih suatu proksi yang dapat dihubungkan dengan variabel lain dalam perusahaan. Berbagai macam proksi pertumbuhan perusahaan yang dinyatakan dalam satu set kesempatan investasi atau IOS telah digunakan oleh peneliti. Proksi IOS dalam penelitan Kallapur dan Trombley (1999) dibagi menjadi tiga proksi, yaitu:


(41)

commit to user

24 a) Proksi berdasar harga (price-based proxies)

Mendasarkan pada perbedaan antara asset dan nilai pasar saham. Jadi proksi ini sangat tergantung pada harga saham. Proksi ini mendasarkan pada suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dengan harga harga saham, selanjutnya perusahaan yang memiliki pertumbuhan tinggi akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif dari aktiva-aktiva yang dimiliki (assets in place). Proksi-proksi ini meliputi, Market value of equity plus book value of debt (V), Ratio of book to market value of asset (A/V), Ratio of book to market value of equity (BE/MVE), Ratio of book value of. property, plant, and equipment to firm value, (PPE/V) dan Ratio of replacement value of assets to market

value, Ratio of depreciation expense to value (DEP/V), dan Earning Price Ratio (PER).

b) Proksi berdasar investasi (investment-based proxies)

Menunjukkan tingkat aktivitas investasi yang tinggi secara positif berhubungan dengan IOS perusahaan (Kallapur dan Trombley, 1999). Perusahaan dengan IOS tinggi akan memiliki investasi yang tinggi. Selanjutnya ditemukan bahwa aktivitas investasi modal yang diukur dengan ratio capital expenditures to assets sebagai proksi IOS mempunyai hubungan positif dengan realisasi pertumbuhan. Proksi ini mencakup Ratio R&D expense to firm value (R&D/V), Ratio of R&D expense to total assets (R&D/A), Ratio of R&D expense to sales


(42)

commit to user

25 (R&D/S), Ratio of capital addition to firm value (CAP/X), dan Ratio of

capital addition to asset book value (CAPX/A).

c) Proksi berdasar varian (variance measures)

Mendasarkan pada ide pilihan akan menjadi lebih bernilai sebagai variabilitas dari return dengan dasar pada peningkatan asset. Kallapur dan Trombley (1999) menggunakan proksi variance of total return dan market model beta. Sedangkan Gaver dan Gaver (1993) menggunakan

varian return. Saputro dan Jogiyanto (2002) di Indonesia menggunakan varian return dan beta asset seperti penelitian sebelumnya misalnya Smith dan Watts (1992) dan Gaver dan Gaver (1993).

Smith dan Watts (1992) dan Gaver dan Gaver (1993) menyatakan bahwa terdapat alternatif proksi gabungan sebagai upaya untuk mengurangi adanya kesalahan pengukuran yang terdapat pada proksi dengan rasio individual. Penggabungan dari beberapa alternatif proksi IOS dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi measurement error yang ada pada proksi dengan rasio individual, sehingga akan menghasilkan pengukuran yang baik untuk set kesempatan investasi.

Supaya lebih jelas, beberapa mapping penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penggunaan proksi IOS dapat diringkas dalam tabel berikut ini:


(43)

commit to user

26 Tabel 2.1

Maping Penelitian IOS Terdahulu

No. Proksi Penelitian Sebelumnya

Proksi Berbasis Harga 1 Market Value of Equity +

Book Value of Debt

Kallapur dan Trombley (1999)

2 Market Book to Value of Equity ratio

Hartono (1999), Cahan dan Hossain (1996), Sami et al (1999), Fajrijanti dan Hartono (2000), Subekti (2000), Prasetyo (2000), dan Nopratiwi (2001).

3 Market to Value of Equity ratio

Lewelen, Loderer dan Martin 1990, Collin Kothari, 1989; Chung dan Charoenwong, 1991; Cahan dan Hossain, 1996; Sami etr sl (1999), Hartono (1999), Gaver dan Gaver (1993), Fijrijanti (2000), Norpratiwi (2001) 4 Book to Value of Equity ratio Kallapur Trombley (1999)

5 Book to market value of asset ratio

Kallapur Trombley (1999), Gaver dan Gaver (1993), Smith dan Watts (1992)

6 Market Value of the firm to book value of assets

Cahan dan Hossain (1996), Gaver dan Gaver (1993)

7 Property, Plant and equipment to firm value ratio

Kallapur Trombley (1999), Skinner (1993)

8 Tobin’s Q, ratio replacement value of assets to market value

Kallapur Trombley (1999), Skinner (1993)

9 Depreciation to firm value ratio

Kallapur Trombley (1999), Smith dan Watts (1992)

10 Earning to price ratio Kester (1984); Chung dan Charoenwong, 1991; Smith dan Watts, (1992); Cahan dan Hossain, 1996; Sami et. al (1999), Kallapur dan Trombley, (1989); Gaver dan Gaver (1993); Prasetyo (2000), Norpratiwi (2001)


(44)

commit to user

27 11 Price to earning ratio Subekti, (2000); Fijrijanti, (2000); Hartono,

(1999) 12 Gross Property, Plant, and

equipment to market value of assets ratio

Sami, et al, (1999)

13 Book value of gross property, plant, and equipment to the book value of assets ratio

Subekti, (2000)

14 Depreciation to total assets ratio

Sami et al (1999)

Proksi Berbasis Investasi 1 R&D expense to firm value

ratio

Kallapur dan Trombley, (1989); Smith dan Watts (1992)

2 R&D expenses to total assets ratio

Kallapur dan Trombley, (1989); Gaver dan Gaver (1993); Hartono, (1999)

3 R&D expenses to sales ratio Kallapur dan Trombley, (1989); Skinner (1993)

4 Capital expenditure to firm value ratio

Smith dan Watts (1992)

5 Capital expenditure commited to total assets ratio

Sami et al (1999)

6 Total capital expenditure to book total assets ratio

Smith dan Watts (1992); Fijrijanti, (2000); Prasetyo (2000), Norpratiwi (2001)

7 Capital addition to firm value ratio

Kallapur dan Trombley, (1989)

8 Capital addition to assets book value ratio

Kallapur dan Trombley, (1989); Surbekti, (2000)

9 Investment to sales ratio Hartono, (1999) 10 Investment to earning ratio Hartono (1999)

Proksi berbasis Varian


(45)

commit to user

28 Watts (1992); Gaver dan Gaver (1993) 2 Market Model beta Kallapur dan Trombley, (1989)

3 Assets beta Skinner, (1993)

4 Variance of asset-deflated sales

Christy, (1989); Sami et. Al (1999)

Proksi berbasis Gabungan

1 Skor faktor Gaver dan Gaver, (1993); Semi et al, (1999); Kallapur dan Trombley, (1999); Fijrijanti, (2000); Subekti, (2000); Prasetyo, (2000) 2 Variable instrumental Gaver dan Gaver, (1993); Smith dan Watts,

(1992); Kallapur dan Trombley, (1999); Hartono, (1999); Fijrijanti, (2000);

3 Gabungan proxy individu menurut klasifikasi

Saputro, (2003)

Sumber: Makalah RUII

4. Kinerja Keuangan

Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan perusahaan pada periode tertentu yang mengacu pada standar. Hasil dari kinerja tersebut harus dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik perusahaan tersebut (Hawkins, 1979). Kinerja perusahaan merupakan indikator tingkatan prestasi yang dapat dicapai dan mencerminkan keberhasilan manajer. Jadi kinerja perusahaan merupakan hasil yang diinginkan perusahaan dari perilaku orang-orang di dalamnya. Penilaian kinerja dilakukan untuk mengetahui kinerja yang dicapai. Kata penilaian sering diartikan dengan kata assesment. Penilaian kinerja perusahaan mengandung makna suatu proses atau sistem penilaian mengenai


(46)

commit to user

29 pelaksanaan kemampuan kerja suatu perusahaan (organisasi) berdasarkan standar tertentu (Kaplan dan Norton, 1996).

Penilaian kinerja menurut Mulyadi (1997) adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian bagi perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain.

Bagi investor, informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kreditibilitas yang baik (Munawir, 2004). Menurut Lesmana dan Surjanto (2003), analisis kinerja keuangan pada dasarnya dilakukan untuk mengevaluasi kinerja di masa lalu dengan melakukan berbagai analisis, sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang mewakili realitas perusahaan dan potensi-potensi kinerja yang akan berlanjut.

Modigliani dan Miller dalam Ulupui (2007) menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari asset perusahaan. Hasil positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran asset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Kinerja perusahaan mencakup kinerja perusahaan


(47)

commit to user

30 secara keseluruhan sehingga dihasilkan ukuran kinerja yang obyektif (Govindarajan dan Fisher, 1990). Arus kas (cash flow) menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan (Pradhono dan Christiawan, 2004).

Cash Flow Return on Assets (CFROA) merupakan salah satu pengukuran

kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi. CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja perusahaan saat ini dan CFROA tidak terikat dengan harga saham (Cornett et al., 2006).


(48)

commit to user

31

B. Kerangka Teoritis

Gambar 2.1

Hubungan antara board diversity, Investment Opportunity Set (IOS), kinerja keuangan dan nilai perusahaan

Variabel Dependen Variabel Independen

Board Diversity

1. Keberadaan wanita dalam anggota dewan komisaris

2. Keberadaan minoritas (etnis Tionghoa) dalam anggota dewan komisaris 3. Proporsi outside directors

4. Usia anggota dewan komisaris

5. Latar belakang pendidikan anggota dewan komisaris

Kinerja Keuangan

Cash Flow Return on Asset (CFROA)

Nilai Perusahaan

Tobin’s q Investment Opportunity Set (IOS)

1. Book Value of Gross Property, Plant and Equipment to The Book Value of The Assets ratio (PPE/BVA)

2. Market to Book Value of Equity ratio (MVE/BVE)


(49)

commit to user

32

C. Pengembangan Hipotesis

Di dalam penelitian ini terdapat beberapa hipotesis yang akan diuji, yaitu:

1. Board Diversity

a) Keberadaan wanita dalam dewan komisaris

Adanya wanita dalam jajaran dewan komisaris dikatakan dapat membantu mengambil keputusan yang lebih tepat dan berisiko lebih rendah. Carter et al. (2003) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki dua orang atau lebih wanita dalam anggota dewan, memiliki nilai perusahaan (yang diproksikan dengan rasio tobin’s q) lebih tinggi daripada perusahaan dengan jumlah wanita dalam anggota dewan kurang dari dua orang. Dari uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1: Keberadaan wanita dalam anggota dewan komisaris

mempengaruhi nilai perusahaan.

b) Keberadaan etnis Tionghoa dalam dewan komisaris

Keunggulan etnis Tionghoa adalah keunggulan dalam menerapkan strategi bisnis yang fleksibel. Seperti yang diungkapkan Berrel et al. (2001) dalam Setyawan (2005), mereka juga cenderung berani menghadapi risiko dalam hal strategi bisnis. Fleksibilitas mereka dalam mengembangkan ilmu manajemen (bergaya Barat) ini juga ternyata ditempa dari nilai budaya tradisional, berbagai cara bernegosiasi dengan etnis lain, dan tambahan yang kuat dalam aksi


(50)

commit to user

33 kolektif dalam manajemen. Karakteristik budaya Tionghoa menurut Bjerke (2000) seperti yang dikutip oleh Setyawan (2005) antara lain kekuasaan dan otokrasi (power and autocracy), kekeluargaan (familism), jaringan relasi (guanxi), harga diri dan wibawa (face and prestige), serta fleksibel dan bertahan hidup (flexibility and

endurance). Dengan karakteristik inilah dianggap etnis Tionghoa di

Indonesia memiliki pengaruh terhadap dunia perekonomian, terutama sektor bisnis. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Keberadaan etnis Tionghoa dalam anggota dewan komisaris mempengaruhi nilai perusahaan.

c) Proporsi outside directors

Menurut Utama dan Afriani (2005), semakin baik implementasi corporate governance maka nilai yang diciptakan bagi investor pun semakin tinggi. Matolcsy et al. (1997) dalam Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra (2007) berpendapat bahwa dewan yang didominasi oleh direksi dari dalam perusahaan (inside directors) cenderung akan memiliki tata kelola yang lemah (weak governance), hal ini dikarenakan sebagai orang dalam mereka wajib untuk memonitor dirinya sendiri (selfmonitor). Sedangkan dewan yang didominasi oleh outsider akan menghasilkan tata kelola yang lebih kuat karena mereka

bertindak sebagai pihak yang independen. Beasley (1996) menyarankan bahwa masuknya dewan komisaris yang berasal dari luar


(51)

commit to user

34 perusahaan meningkatkan efektivitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk mencegah kecurangan laporan keuangan. Dari uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H3: Proporsi outside directors mempengaruhi nilai perusahaan.

d) Usia anggota dewan komisaris

Levinson dan Peskin (1981) sebagaimana dikutip oleh Santrock (1995) yang menyatakan bahwa usia 34–50 tahun adalah kelompok usia yang paling sehat, paling tenang, paling bisa mengontrol diri, dan paling bertanggung jawab. Pada usia 40–45 tahun, seseorang telah menapaki jenjang karir sejauh yang mereka mampu dan telah mencapai tempat yang stabil dalam karirnya pada usia 40 tahun. Menurut Brandstadter dan Renner dalam Santrock (1995) satu hal yang diperhatikan sehubungan dengan usia dewasa lanjut adalah meningkatnya kebijaksanaan saat seseorang beranjak tua. Usia dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam perusahaan yang kemudian dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Selain itu, para pekerja yang lebih tua biasanya memperlihatkan lebih banyak kesetiaan kepada perusahaan daripada pekerja yang masih muda (Dessler, 1997). Dari beberapa penelitian di atas maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah:

H4: Usia anggota dewan komisaris mempengaruhi nilai


(52)

commit to user

35 e) Latar belakang pendidikan anggota dewan komisaris

Latar belakang pendidikan yang dimiliki anggota dewan berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki. Meskipun bukan menjadi suatu keharusan bagi seseorang yang akan masuk dunia bisnis untuk berpendidikan bisnis, akan lebih baik jika anggota dewan memiliki latar belakang pendidikan bisnis dan ekonomi. Dengan memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi yang ada, setidaknya anggota dewan memiliki kemampuan lebih baik untuk mengelola bisnis dan mengambil keputusan bisnis daripada tidak memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi. Pada akhirnya hal ini akan mempengaruhi nilai perusahaan (Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra, 2007). Dari uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H5: Latar belakang pendidikan anggota dewan komisaris

mempengaruhi nilai perusahaan.

2. Investment Opportunity Set (IOS)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga proksi Investment Opportunity Set (IOS), yaitu :

a) Book Value of Gross Property, Plant and Equipment to The Book Value of The Assets ratio (PPE/BVA)

Rasio ini mengukur perbandingan antara nilai buku aktiva tetap dengan nilai buku total aktiva. Penelitian yang dilakukan Adam dan Goyal (2008) menyatakan bahwa perusahaan dengan jumlah PPE/BVA yang tinggi mempunyai kemungkinan untuk dapat beroperasi secara lancar


(53)

commit to user

36 oleh karena adanya ketersediaan PPE/BVA dalam proses operasional perusahaan. Jaminan kelancaran proses operasional yang lancar tersebut dipandang baik oleh investor sehingga mampu menciptakan harga saham perusahaan yang tinggi. Oleh karena harga perusahaan yang tinggi, maka nilai perusahaan menjadi tinggi pula. Berdasarkan uraian di atas hipotesis yang disusun adalah:

H6: Book Value of Gross Property, Plant and Equipment to The Book Value of The Assets ratio (PPE/BVA) sebagai proksi IOS berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

b) Market to Book Value of Equity ratio (MVE/BVE)

Rasio nilai buku ekuitas terhadap nilai pasar (MVE/BVE) juga dapat mencerminkan adanya IOS bagi suatu perusahaan. Collin and Kothari (1989) dalam Norpratiwi (2005) menyatakan bahwa perbedaan nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku merupakan cerminan peluang investasi. Proksi ini dapat mencerminkan besarnya return dari aktiva yang ada dan investasi yang diharapkan di masa yang akan datang dapat melebihi return dari ekuitas yang diinginkan. Rasio MVE/BVE digunakan dengan mempertimbangkan pendapat Gaver dan Gaver (1993) bahwa nilai pasar dapat mengindikasikan kesempatan perusahaan untuk bertumbuh dan melakukan kegiatan investasi sehingga perusahaan dapat memperoleh pertumbuhan ekuitas dan aktiva. Maka, berdasarkan hal tersebut dirumuskan hipotesis sebagai berikut:


(54)

commit to user

37 H7: Market to Book Value of Equity ratio (MVE/BVE) sebagai

proksi IOS berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

c) Price Earning Ratio (PER)

PER menunjukkan rasio harga saham terhadap earnings per share (Kaaro, 2002). PER merupakan ekspektasi dari nilai saham pada masa yang akan datang, sehingga suatu saham dari perusahaan dengan kinerja dan prospek usaha yang menguntungkan akan memiliki nilai PER yang tinggi. Sebaliknya saham perusahaan yang tidak memiliki kinerja dan prospek usaha yang menguntungkan akan memiliki nilai PER yang rendah.

Rasio PER dapat menjadi indikasi pertumbuhan perusahaan, semakin besar nilai PER maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk bertumbuh. Rasio PER juga dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya laba. Chung dan Charoenwong (1991), dalam Adam dan Goyal (2007) berpendapat bahwa semakin tinggi rasio PER mengindikasikan bahwa proporsi nilai ekuitas yang lebih besar dapat diatributkan pada assets in place daripada growth opportunities. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang disusun adalah:

H8: Price Earning Ratio (PER) sebagai proksi IOS berpengaruh terhadap nilai perusahaan.


(55)

commit to user

38

3. Kinerja Keuangan

Teori yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller dalam Ulupui (2007) menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari asset perusahaan. Hasil positif menunjukkan bahwa semakin tinggi

earnings power semakin efisien perputaran asset dan atau semakin tinggi

profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini akan berdampak pada nilai perusahaan. Cash Flow Return on Assets (CFROA) merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi. CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja perusahaan saat ini dan CFROA tidak terikat dengan harga saham (Cornett et al., 2006). Dari uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:


(56)

commit to user

39 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada Bab III berikut ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pengujian hipotesis untuk memperoleh bukti empiris pengaruh board diversity, Investment Opportunity Set (IOS), dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008.

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2008, yaitu sebesar 380 perusahaan. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling pada perusahaan yang datanya tersedia dengan lengkap di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada situs www.idx.co.id berupa laporan keuangan, annual report dan harga saham. Harga saham ditentukan berdasarkan harga saham


(57)

commit to user

40

C. Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari laporan tahunan perusahaan tahun 2008. Laporan tahunan dipilih karena memiliki kredibilitas yang tinggi, selain itu laporan tahunan digunakan oleh stakeholder sebagai sumber informasi utama yang pasti, memiliki potensi yang besar untuk mempengaruhi persebaran distribusi secara luas, mendeskripsikan manajemen pada periode tertentu, serta dapat diakses untuk tujuan penelitian.

Data yang digunakan berasal dari laporan keuangan tahunan serta annual report masing-masing perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2008 diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia. Selain itu, untuk crosscheck data yang berkaitan dengan variabel board diversity, penulis menggunakan sumber lain seperti website perusahaan maupun media lain yang berkaitan, sehingga data lebih valid.

D. Variabel dan Pengukurannya

Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen atau variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan rasio tobin’s q.

Rasio tobin’s q yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Chung dan Pruitt (1994),


(58)

commit to user

41 sejalan dengan penelitian Yuniasih dan Wirakusuma (2007) yang dihitung dengan rumus :

Tobin’s q = {(CP x Jumlah saham beredar) + TL + I} – CA TA

Keterangan:

CP = Closing Price

TL = Total Liabilities

I = Inventory

CA = Current Assets

TA = Total Assets

2. Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang diduga mempengaruhi variabel dependen atau variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Board Diversity

Berikut ini merupakan berbagai variabel yang digunakan untuk menjelaskan masing-masing variabel board diversity atau sebaran anggota dewan yang digunakan dalam penelitian ini:


(59)

commit to user

42 1) Keberadaan wanita dalam anggota dewan komisaris

(WOMDUM)

Keberadaan dewan direksi wanita dalam anggota dewan komisaris diukur dengan variabel dummy, dimana 0 menyatakan tidak ada direksi wanita dalam anggota dewan dan 1 menyatakan ada direksi wanita dalam anggota dewan komisaris.

2) Keberadaan etnis Tionghoa dalam anggota dewan komisaris (MINORITY)

Keberadaan etnis Tionghoa diukur dengan variabel dummy, dimana 0 menyatakan tidak ada ras minoritas keturunan Tionghoa dan 1 menyatakan ada ras minoritas keturunan Tionghoa dalam anggota dewan komisaris

3) Proporsi outside directors (OUTSIDER)

Proporsi outside directors atau anggota dewan komisaris independen diukur menggunakan persentase outside directors dalam anggota dewan komisaris.

4) Usia anggota dewan komisaris (AGE)

Proksi usia anggota dewan komisaris diukur menggunakan proposi anggota dewan komisaris yang berusia lebih dari 40 tahun.


(60)

commit to user

43 5) Latar belakang pendidikan (BSTUDY)

Latar belakang pendidikan diukur menggunakan proporsi anggota dewan komisaris yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi atau bisnis.

b. Investment Opportunity Set (IOS)

Penelitian ini menggunakan proksi IOS mengukur keputusan keuangan sebagai berikut:

1) Book Value of Gross Property, Plant and Equipment to The Book Value of The Assets ratio (PPE/BVA)

Rasio ini mengukur perbandingan antara nilai buku aktiva tetap dengan nilai buku total aktiva, dengan rumusan:

Nilai buku aktiva tetap PPE/BVA =

Nilai buku total aktiva

2) Market to Book Value of Equity ratio (MVE/BVE)

Rasio ini diukur berdasarkan perbandingan total harga saham saat penutupan dengan total ekuitas yang tersedia, rumus:

Jumlah lembar saham beredar x closing price

MVE/BVE =


(1)

commit to user

71 BAB V

PENUTUP

Sebagai bagian akhir dari penulisan skripsi, maka dalam bab ini akan disajikan kesimpulan, saran, dan rekomendasi bagi peneliti selanjutnya. Kesimpulan dan saran yang disampaikan dalam bab ini seluruhnya didasarkan pada hasil analisis data dan pengujian hipotesis.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda, maka diperoleh kesimpulan:

1. Variabel independen yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah sebagai

berikut:

a. Keberadaan etnis Tionghoa di dalam anggota dewan berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan seorang komisaris yang berlatar belakang etnis Tionghoa mempunyai kemampuan bisnis yang baik serta etos kerja yang tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Carter, Simkins, dan Simpson (2003).

b. Proporsi jumlah anggota dewan komisaris yang berumur lebih dari 40

tahun terhadap seluruh jumlah anggota dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hal ini dimungkinkan karena adanya penurunan kinerja anggota dewan komisaris seiring bertambahnya


(2)

commit to user

72

usia. Hasil ini tidak mendukung penelitian sebelumnya yaitu penelitian milik Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra (2007).

c. Investment opportunity set yang diproksikan dengan Book Value of Gross Property, Plant and Equipment to The Book Value of The Assets ratio (PPE/BVA) atau perbandingan antara nilai buku aktiva tetap dengan nilai buku total aktiva berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Pada dasarnya, perusahaan dapat beroperasi secara lancar karena adanya ketersediaan aktiva dalam proses operasional perusahaan. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Adam dan Goyal (2008).

d. Investment opportunity set yang diproksikan dengan Market to Book Value of Equity ratio (MVE/BVE) terbukti berpengaruh positif secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Perusahaan dengan nilai buku yang tinggi dinilai baik oleh investor melalui harga saham yang tinggi. Hasil penelitian ini konsisten dengan Pujiati dan Widanar (2009).

2. Variabel independen yang tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan

adalah sebagai berikut:

a. Keberadaan wanita dalam anggota dewan komisaris tidak

mempengaruhi nilai perusahaan karena di Indonesia masih ada

anggapan bahwa pria yang lebih pantas menduduki jabatan penting dalam perusahaan, sehingga sangat sedikit wanita yang menempati jabatan sebagai dewan komisaris di kebanyakan perusahaan di


(3)

commit to user

73

Indonesia. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra (2007).

b. Proporsi jumlah anggota dewan komisaris independen terhadap

seluruh jumlah anggota dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pengangkatan atau penambahan dewan komisaris independen pada perusahaan di Indonesia dimungkinkan hanya sekedar memenuhi ketentuan formal di

Indonesia saja, tidak dimaksudkan untuk menegakkan corporate

governance yang baik. Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh dan Rachmawati dan Triatmoko (2007). Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Siallagan dan Machfoedz (2006).

c. Latar belakang pendidikan anggota dewan komisaris juga tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Tidak adanya pengaruh tersebut karena dalam penelitian ini mendefinisikan latar belakang pendidikan secara spesifik pada ekonomi dan bisnis. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra (2007).

d. Dalam penelitian ini, Investment Opportunity Set (IOS) yang

diproksikan dengan PER terbukti tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, artinya, ekspektasi tingkat kemahalan harga saham atau nilai saham pada masa yang akan datang pada suatu perusahaan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006).


(4)

commit to user

74

e. Kinerja keuangan yang diproksikan dengan CFROA tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan. Hal ini bisa dikarenakan pada tahun 2008 terjadi krisis keuangan global yang berdampak pada kinerja perekonomian Indonesia, akibatnya terjadi perlambatan ekonomi secara signifikan pada akhir triwulan tahun 2008. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya yaitu Yuniasih dan Wirakusuma (2007).

B. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Oleh karena keberadaan etnis Tionghoa yang mempunyai etos kerja yang

tinggi dalam anggota dewan komisaris berpengaruh terhadap nilai perusahaan, maka sebaiknya dalam mengangkat atau menunjuk dewan komisaris perlu diperhatikan sifat, karakteristik, dan etos kerja personel dewan komisaris, karena dapat mempengaruhi nilai perusahaan.

2. Dalam menunjuk anggota komisaris independen sebaiknya adalah

seseorang yang benar-benar independen, artinya tidak memiliki hubungan

kekerabatan dengan direksi perusahaan. Sehingga praktek corporate

governance di Indonesia dapat berjalan dengan baik.

3. Faktor usia juga harus diperhatikan dalam proporsi anggota dewan


(5)

commit to user

75

di atas 40 tahun, maka dimungkinkan adanya penurunan kinerja yang berdampak pada nilai perusahaan.

4. Kenaikan dan penurunan nilai buku aktiva tetap terhadap nilai buku total

aktiva terbukti berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Maka, perusahaan harus tetap menjaga dan memelihara aktiva mereka dengan baik agar proses operasional perusahaan berjalan dengan lancar.

5. Perusahaan juga harus menjaga nilai bukunya agar tetap tinggi karena

berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang menunjukan rasio MVE/BVE yang tinggi akan memiliki pertumbuhan ekuitas yang besar. Sehingga investor akan menilai baik perusahaan.

C. Keterbatasan

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dari sekian banyak proksi Investment Opportunity Set (IOS), peneliti

hanya menggunakan tiga proksi IOS.

2. Variabel kinerja keuangan perusahaan hanya menggunakan proksi

CFROA.

3. Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel independen yaitu board

diversity, Investment Opportunity Set (IOS), dan kinerja keuangan.

D. Rekomendasi

1. Variabel Investment Opportunity Set (IOS) dapat menggunakan lebih


(6)

commit to user

76

sehingga dapat memperoleh gambaran mengenai IOS secara lebih mendalam, dan untuk mendapatkan proksi-proksi IOS yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2. Variabel kinerja keuangan perusahaan dapat diganti atau ditambah dengan

proksi lainnya misalnya return saham.

3. Penelitian berikutnya dapat menambah variabel independen dalam model

penelitian sehingga dapat diperoleh hasil penelitian terkait faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara lebih mendalam. Faktor yang dapat ditambahkan seperti kebijakan utang, kebijakan pendanaan, dan karakteristik perusahaan.


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Deviden Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

2 116 92

Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow dan Investment Opportunity Set terhadap Cash Dividend dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 - 2011

1 64 141

Pengaruh Kemampulabaan Dan Invesment Opportunity Set Serta Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

1 37 96

Pengaruh Rasio Keuangan Dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Harga Saham Pada Industri Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 70 120

Pengaruh Investment Opportunity Set, Return on Investment, dan Net Profit Margin Terhadap Devidend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010

0 34 89

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Investment Opportunity Set, Free Cash Flow, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 46 91

Pengaruh Investment Opportunity Set dan Profitabilitas terhadap Return Saham dan Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 59 170

Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

5 70 119

Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Cash Dividend Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013

1 49 103

Pengaruh Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

0 7 92