Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) mata pelajaran Ekonomi pada materi sistem dan alat pembayaran kelas X di SMA Negeri 1 Prambanan, Sleman.

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATA PELAJARAN EKONOMI PADA MATERI SISTEM DAN ALAT PEMBAYARAN

KELAS X DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN, SLEMAN

Penelitian ini bertujuan mengembangkan Lembar Kerja Siswa untuk meningkatkan kualitas belajar siswa, menggunakan pola pikir yang maksimal, menciptakan proses belajar yang aktif, proaktif dan menyenangkan pada pembelajaran Ekonomi di SMA Kelas X IPS.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (research and development). Prosedur penelitian dan pengembangan produk terdiri dari analisis kebutuhan/masalah, tahap pengembangan produk, tahap uji coba dan revisi produk serta menghasilkan produk massal, dan penyempurnaan laporan akhir. Validasi produk dilakukan oleh dua dosen Pendidikan Ekonomi dan dua pelaksana Kurikulum 2013 di SMA. Uji Coba lapangan dilakukan satu kali yaitu di Kelas X IPS 3 SMA Negeri 1 Prambanan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dilakukan dengan observasi, wawancara, kuesioner, dokumentasi dan tes. Analisis data dilakukan dengan mencari skor rata-rata dan deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS layak digunakan untuk pembelajaran Ekonomi materi Sistem dan Alat Pembayaran bagi siswa Kelas X IPS SMA. Hal tersebut ditunjukkan oleh: (1) hasil Penilaian Lembar Kerja Siswa yang sebelumnya digunakan di SMA Negeri 1 Prambanan belum memenuhi kriteria kelayakan pengembangan LKS; (2) hasil penilaian LKS Ekonomi di SMA Negeri 1 Prambanan, pada kriteria valid, yaitu “sangat valid” atau “sangat baik” dengan skor rata-rata nilai 4,342 atau 34%; (3) hasil penilaian LKS Ekonomi di SMA Negeri 1 Prambanan pada kriteria Praktis, yaitu “praktis” dengan skor rata -rata 4,08 atau 32%; (4) hasil penilaian LKS Ekonomi di SMA Negeri 1 Prambanan, pada kriteria efektif yaitu “sangat efektif” dengan skor rata-rata 4,418 atau 34%; dan (5) adanya perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan LKS yang dikembangkan oleh peneliti yaitu nilai rata-rata siswa sebelum menggunakan LKS 79,44, sedangkan setelah menggunakan LKS nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 88,48.


(2)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF STUDENT WORKING SHEETS FOR ECONOMIC SUBJECT ON THE MATERIAL SYSTEM AND THE PAYMENT OF THE TENTH CLASS IN SMA NEGERI 1 PRAMBANAN,

SLEMAN

This research aims to develop student working sheets to increase the quality of student learning in applying the maximum way of thinking, creating the active, learning process and pleasant learning process on economic subject the tenth grade students of social science class in Senior High School.

This research is a research and development. The procedure of research and development consists of need analysis/problems, the planning stages of product development, the initial product design phase and product revision, producing massal product and refinement of the final report. Validation was performed by two economic lecturers and two doers of 2013 Curriculum of Senior High School. Field trials were carried out in one that is in the tenth class of social sciences department of SMA Negeri 1 Prambanan. The techniques of data collection were observation, interviews, questionnaires, documentation and test. Data were analyzed by looking for mean and descriptive scores.

The result of research shows that student working sheets is feasible to use for economic learning material system and means of payment for the tenth class of social sciences department of Senior High School. It is represented by: (1) The result of student working sheets which are previously used in SMA Negeri 1 Prambanan, which hadn’t met the eligibility criteria for the development of student working sheets; (2) The result of student working sheets of economic in SMA Negeri 1 Prambanan is “very valid” or “very good” with the average scores is 4,342 or 34%; (3) The result of student working sheets of economic in SMA Negeri 1 Prambanan is on pratical criteria, it is “pratical” with the average scores that is 4.08 or 32%; (4) The result of student working sheets of economic in SMA Negeri 1 Prambanan, on effective criteria is “very effective” with the average scores is 4,418 or 34%; and (5) There is the difference between learning result before and after using student working sheets which was developed by researcher, that is the average score of students before using student working sheets is 79,44, while after using student working sheets raises up to 88,48.


(3)

i

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

MATA PELAJARAN EKONOMI PADA MATERI

SISTEM DAN ALAT PEMBAYARAN KELAS X

DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN, SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh: Fiberniat Lahagu NIM: 121324016

PRORAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menjaga, melindungi dan menolongku pada waktu kesesakkan.

2. Orang tuaku Elia Lahagu dan Amerina Lase yang selalu menyayangi, mendoakan dan memotivasi sepanjangan perjalanan hidupku.

3. Almamaterku Universitas Sanata Dharma.

4. Pemerintah Daerah Kabupaten Nias Barat yang sudah ambil bagian dalam membiayai kuliahku hingga selesai.

5. Kedua kakakku Aperius Lahagu dan Sotiani Lahagu yang selelu memberikan dorongan kepadaku untuk tetap maju dalam dunia pendidikan. 6. Kedua adikku Eferin Lahagu dan Yurniwati Lahagu yang sudah menjadi

semangat aku menjalani hidupku.

7. Keluarga Bapak Gembala Sidang Gereja Kemenangan Iman Indonesia Cabang Yogyakarta yang selalu membimbing aku dalam hati nurani untuk menerapkan ilmu sesuai dengan kehendak Tuhan Yesus Kristus.

8. Sahabatku Yupinter Laoli yang sudah menemani aku dan memotivasi untuk terus bertahan menyelesaikan kuliahku.


(7)

v

MOTTO

Bersyukur itu, memberi kehidupan.

Maka engkau akan berhasil, jika engkau

melakukan dengan setia ketetapan-ketetapan

dan hukum-hukum yang diperintahkan Tuhan

kepada Musa untuk orang Israel. Kuatkan dan

teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan tawar

hati.

(1 Tawarikh 22 : 13)

Tetapi orang yang rendah hati akan mewarisi

negeri dan bergembira karena kesejahteraan

yang berlimpah-limpah.

(Mazmur 37 : 11)


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATA PELAJARAN EKONOMI PADA MATERI SISTEM DAN ALAT PEMBAYARAN

KELAS X DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN, SLEMAN

Penelitian ini bertujuan mengembangkan Lembar Kerja Siswa untuk meningkatkan kualitas belajar siswa, menggunakan pola pikir yang maksimal, menciptakan proses belajar yang aktif, proaktif dan menyenangkan pada pembelajaran Ekonomi di SMA Kelas X IPS.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (research and development). Prosedur penelitian dan pengembangan produk terdiri dari analisis kebutuhan/masalah, tahap pengembangan produk, tahap uji coba dan revisi produk serta menghasilkan produk massal, dan penyempurnaan laporan akhir. Validasi produk dilakukan oleh dua dosen Pendidikan Ekonomi dan dua pelaksana Kurikulum 2013 di SMA. Uji Coba lapangan dilakukan satu kali yaitu di Kelas X IPS 3 SMA Negeri 1 Prambanan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dilakukan dengan observasi, wawancara, kuesioner, dokumentasi dan tes. Analisis data dilakukan dengan mencari skor rata-rata dan deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS layak digunakan untuk pembelajaran Ekonomi materi Sistem dan Alat Pembayaran bagi siswa Kelas X IPS SMA. Hal tersebut ditunjukkan oleh: (1) hasil Penilaian Lembar Kerja Siswa yang sebelumnya digunakan di SMA Negeri 1 Prambanan belum memenuhi kriteria kelayakan pengembangan LKS; (2) hasil penilaian LKS Ekonomi di SMA

Negeri 1 Prambanan, pada kriteria valid, yaitu “sangat valid” atau “sangat baik”

dengan skor rata-rata nilai 4,342 atau 34%; (3) hasil penilaian LKS Ekonomi di

SMA Negeri 1 Prambanan pada kriteria Praktis, yaitu “praktis” dengan skor rata

-rata 4,08 atau 32%; (4) hasil penilaian LKS Ekonomi di SMA Negeri 1 Prambanan, pada kriteria efektif yaitu “sangat efektif” dengan skor rata-rata 4,418 atau 34%; dan (5) adanya perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan LKS yang dikembangkan oleh peneliti yaitu nilai rata-rata siswa sebelum menggunakan LKS 79,44, sedangkan setelah menggunakan LKS nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 88,48.


(11)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF STUDENT WORKING SHEETS FOR ECONOMIC SUBJECT ON THE MATERIAL SYSTEM AND THE PAYMENT OF THE TENTH CLASS IN SMA NEGERI 1 PRAMBANAN,

SLEMAN

This research aims to develop student working sheets to increase the quality of student learning in applying the maximum way of thinking, creating the active, learning process and pleasant learning process on economic subject the tenth grade students of social science class in Senior High School.

This research is a research and development. The procedure of research and development consists of need analysis/problems, the planning stages of product development, the initial product design phase and product revision, producing massal product and refinement of the final report. Validation was performed by two economic lecturers and two doers of 2013 Curriculum of Senior High School. Field trials were carried out in one that is in the tenth class of social sciences department of SMA Negeri 1 Prambanan. The techniques of data collection were observation, interviews, questionnaires, documentation and test. Data were analyzed by looking for mean and descriptive scores.

The result of research shows that student working sheets is feasible to use for economic learning material system and means of payment for the tenth class of social sciences department of Senior High School. It is represented by: (1) The result of student working sheets which are previously used in SMA Negeri 1 Prambanan, which hadn’t met the eligibility criteria for the development of student working sheets; (2) The result of student working sheets of economic in SMA Negeri 1 Prambanan is “very valid” or “very good” with the average scores is 4,342 or 34%; (3) The result of student working sheets of economic in SMA Negeri 1 Prambanan is on pratical criteria, it is “pratical” with the average scores that is 4.08 or 32%; (4) The result of student working sheets of economic in SMA

Negeri 1 Prambanan, on effective criteria is “very effective” with the average

scores is 4,418 or 34%; and (5) There is the difference between learning result before and after using student working sheets which was developed by researcher, that is the average score of students before using student working sheets is 79,44, while after using student working sheets raises up to 88,48.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerah dan pernyertaan-Nya yang sungguh luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini sebagai syarat kelulusan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari orang-orang di sekitar penulis dan beberapa pihak yang telah terlibat. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Sanata Dharma atas sumbangsih yang telah diberikan selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis menjalani proses belajar dan mengajar di bangku perkuliahan.

2. Wakil Rektor IV dan semua staff yang telah menuntun dan memberikan arahan kepada penulis untuk tetap semangat dan juga yang sudah banyak membantu penulis dalam hal keuangan.

3. Pemerintah Kabupaten Nias Barat yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi sehingga saya memperoleh gelar sarjana.

4. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Kepala Program Studi Pendidikan Ekonomi, segenap Dosen dan seluruh Staff Karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, atas sumbangsih yang telah diberikan selama penyusunan Skripsi ini dan selama penulis menjalani proses belajar dan mengajar dibangku perkuliahan.


(13)

xi

5.

Dr. Teguh C. Dalyono, M.S.

selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah sabar menuntun dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan Skripsi.

6. Segenap Dosen dan seluruh Staff Karyawan Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, atas sumbangsih yang telah diberikan selama penyusunan Skripsi ini dan selama penulis menjalani proses belajar dan mengajar dibangku perkuliahan.

7. Ayah dan Ibu (Elia Lahagu dan Amerina Lase) yang selalu mendukung penulis dalam doa, yang memberikan segenap kasih sayang, arahan dan semangat juga dukungan moral dan materi.

8. Kakak-kakak dan Adik-adik (Abang Aperius Lahagu, Kak Sontiani Lahagu, Adek Eferin Lahagu dan Adek Yurniwati Lahagu) yang telah mendukung dan memberikan semangat serta dorongan.

9. Bpk/Ibu Siahaan selaku Gembala Sidang Gereja Kemenangan Iman Indonesia (GKII) Cabang Yogyakarta, yang selalu menuntun dan membentuk penulis dalam kerohanian juga selalu mendukung dalam pelayanan.

10.Teman-teman Kelompok Sel Sanata Dharma I (Nifa, Suardi, Fangki, Heri, Risky, Gipson, Ica, Sintia, Reni dan Julvan) yang selalu mendoakan dan memberikan semangat untuk cepat selesai dan berhasil.

11.Teman-teman sepelayanan Gereja Kemenangan Iman Indonesia (GKII) yang selalu mendoakan dan mendukung saya untuk cepat selesai dan berhasil.


(14)

(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRAC... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xix

DAFTAR GAMBAR... xxi

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Batasan Masalah... 8

D. Tujuan Penelitian... 8


(16)

xiv

F. Definisi Operasional... 10

G. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Ekonomi... 14

1. Belajar... 14

2. Pembelajaran Ekonomi... 15

B. Media Pembelajaran... 15

1. Pegertian Media... 15

2. Fungsi Media Pembelajaran... 17

3. Manfaat Media Pembelajaran... 17

4. Klasifikasi Media Pembelajaran... 19

C. Lembar Kerja Siswa... 21

1. Pengertian LKS... 21

2. Fungsi, Tujuan dan Manfaat LKS... 23

3. Karakteristik LKS... 24

4. Macam-Macam LKS... 26

5. Unsur-unsur LKS Sebagai Bahan Ajar... 28

6. Langkah-Langkah Aplikatif Membuat LKS... 29

7. Langkah-Langkah Mengembangkan LKS... 31

D. Kurikulum 2013... 34

1. Pengertian Kurikulum 2013... 34


(17)

xv

3. Tujuan Kurikulum 2013... 40

4. Karakteristik Kurikulum 2013... 40

5. Pendidikan Karakter... 44

6. Pendekatan Saintifik... 51

7. Penilaian Autentik... 58

E. Kriteria Pengembangan LKS... 64

1. Kevalidan... 64

2. Kepraktisan... 65

3. Keefektifan... 65

F. Penelitian Terdahulu... 66

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 69

B. Prosedur Pengembangan Produk... 70

C. Subjek Penelitian... 77

D. Data yang dibutuhkan... 77

1. Data Kebutuhan Awal Pengembangan LKS... 77

2. Data Validasi Ahli... 79

3. Data Kevalidan LKS... 79

4. Data Kepraktisan... 79

5. Data Keefektifan LKS... 79

E. Teknik Pengumpulan Data... ... 80


(18)

xvi

2. Koesioner... 81

3. Dokumentasi... 81

4. Tes... 81

F. Instrumen Penelitian... 81

1. Lembar Pertanyaan Wawancara... 82

2. Lembar Validasi Ahli... 82

3. Lembar Validitas LKS... 82

4. Lembar Kepraktisan LKS... 83

5. Lembar Keefektifan LKS... 83

G. Analisis Data... 83

1. Analisis Kevalidan LKS Dari Validator... 84

2. Analisis Kevalidan LKS Dari Siswa ... 86

3. Analisis Kepraktisan LKS... 88

4. Analisis Keefektifan LKS... 89

H. Agenda Kegiatan ... 92

1. Waktu dan Tempat Penelitian... 92

2. Jadwal Penelitian... 92

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 94

1. Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Prambanan... 94

2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 1 Prambanan... 96


(19)

xvii

4. Sarana dan Prasarana... 97

5. Kondisi Siswa... 99

6. Kondisi Guru dan Tenaga Administrasi... 99

B. Deskripsi Hasil Analisis Kebutuhan... 100

1. Hasil Wawancara... 100

2. Hasil Analisis LKS yang Digunakan di SMA Negeri 1 Prambanan... 101

C. Deskripsi Produk Awal Yang Dikembangkan... 109

D. Validasi LKS Oleh Validator... 112

1. Validasi LKS oleh Pakar Kurikulum 2013 dan Revisi Produk... 112

2. Validasi Dari Pelaksana Kurikulum 2013dan Revisi Produk... 118

3. Pembahasan Skor Rata-Rata Validitas Dari Validator... 122

E. Pelaksanaan Uji Coba Produk LKS... 123

F. Hasil Penelitian... 125

1. Hasil Kevalidan LKS... 125

2. Hasil Kepraktisan LKS... 127

3. Hasil Keefektifan LKS... 130

BAB V PEMBAHASAN A. LKS Dengan Kriteria Valid... 139


(20)

xviii

2. LKS Yang Direvisi... 140

B. LKS Dengan Kriteria Praktis... 149

1. Pembahasan Berdasarkan Instrumen Penelitian... 149

2. LKS yang Direvisi... 149

C. LKS Dengan Kriteria Efektif... 150

1. Pembahasan Berdasarkan Data Instrumen Aktivitas Siswa... 150

2. Pembahasan Berdasarkan Data Instrumen Respon Siswa... 151

3. Pembahasan Berdasarkan Data Instrumen Hasil Belajar Siswa... 152

4. LKS Yang Direvisi dengan Kriteria Efektif... 153

D. Kajian Produk Akhir/Massal... 153

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan... 155

B. Keterbatasan Peneliti... 158

C. Saran... 158


(21)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Bahan Ajar LKS Sesuai Struktur dan Formatnya... 28

Tabel 3.1 Kriteria Pengaktegorian Validitas Menurut Validator... 85

Tabel 3.2 Kriteria Pengkategorian Validitas LKSdari Perspektif Siswa... 87

Tabel 3.3 Kriteria Pengkategorian Kepraktisan LKS... 88

Tabel 3.4 Konversi Nilai Hasil Belajar... 90

Tabel 3.5 Kriteria Pengkategorian Keefektifan LKS... 91

Tabel 3.6 Jadwal Penelitian... 92

Tabel 4.1 Jumlah Siswa Laki-laki dan Perempuan... 99

Tabel 4.2 Tenaga Kependidikan... 99

Tabel 4.3 Hasil Analisis Kevalidan LKS yang Digunakan di SMA Negeri 1 Prambanan... 102

Tabel 4.4 Hasil Analisis Kepraktisan LKS yang digunakan di SMA Negeri 1 Prambanan... 103

Tabel 4.5 Nilai siswa kelas X IPS 3 pada materi Sistem dan Alat Pembayaran... 104


(22)

xx

Tabel 4.7 Hasil Validitas Oleh Pakar B... 114

Tabel 4.8 Komentar Pakar A Kurikulum 2013... 117

Tabel 4.9 Komentar Pakar B Kurikulum 2013... 118

Tabel 4.10 Data Validasi Pelaksana Kurikulum 2013 (Bapak Yono)... 118

Tabel 4.11 Data Validasi Pelaksana Kurikulum 2013 (Bapak Rochmat)... 120

Tabel 4.12 Komentar Pelaksana Kurikulum 2013 (Bapak Yono)... 122

Tabel 4.13 Data Skor Total Oleh Semua Validator... 122

Tabel 4.14 Data Penilaian LKS Dengan Kriteria Valid Menurut

Persepsi Siswa... 126

Tabel 4.15 Hasil Penilaian Siswa Pada Kriteria Praktis... 128

Tabel 4.16 Data Penilaian LKS Dengan Kriteria Efektif Tentang

Aktivitas siswa... 130

Tabel 4.17 Data penilaian LKS dengan Kriteria efektif tentang respon

Siswa... 132

Tabel 4.18 Data Hasil Belajar Siswa Dalam Hal Tugas... 134


(23)

xxi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Langkah-Langkah Penyusunan LKS... 29

Gambar 3.1 Bagan Langkah-Langkah Prosedur Pengembangan Produk... 71

Gambar 4.1 Hasil Penelitian Dalam Bentuk Diagram Pie... 137

Gambar 5.1 Tampilan Penomoran LKS Sebelum Direvisi... 140

Gambar 5.2 Tampilan Penomoran LKS Setelah Direvisi... 141

Gambar 5.3 Tampilan Perintah Latihan Soal teka-teki silang Sebelum

Direvisi... 142

Gambar 5.4 Tampilan Perintah Latihan Soal teka-teki silang Setelah

Direvisi... 142

Gambar 5.5 Tampilan Perintah Latihan Soal Mengelompokkan Gambar

Sebelum Direvisi... 143

Gambar 5.6 Tampilan Perintah Latihan Soal Mengelompokkan Gambar

Setelah Direvisi... 143

Gambar 5.7 Tampilan penggunaan tanda baca pada LKS sebelum


(24)

xxii

Gambar 5.8 Tampilan penggunaan tanda baca pada LKS sebelum

Direvisi... 145

Gambar 5.9 Tampilan Gambar Pada LKS sebelumdirevisi... 146


(25)

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian... 164

Lampiran 2 : Kuesioner... 167

Lampiran 3 : Hasil Wawancara... 176

Lampiran 4 : Contoh LKS Yang Digunakan di Sekolah... 179

Lampiran 5 : Hasil Penilaian LKS Yang Digunakan di Sekolah... 180

Lampiran 6 : Tabel Daftar Nilai Siswa... 190

Lampiran 7 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 192

Lampiran 8 : Lembar Validasi Oleh Validator... 212

Lampiran 9 : Transkrip Penilaian Instrumen Oleh Siswa... 229

Lampiran 10 : Foto-Foto Pelaksanaan Penelitian... 234

Lampiran 11 : Data TranskripJumlah Jawaban Siswa Pada Instrumen... 238


(26)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar (Syah, 2009:1). Sebagai warga negara Indonesia pendidikan formal yang wajib ditempuh adalah wajib belajar tahun dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar hingga pendidikan Sekolah Menengah untuk menjawab kebutuhan dan tantangan zaman. Pengalaman dan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari merupakan pendidikan bagi individu tersebut.

Pendidikan tentu harus ada yang namanya kurikulum dan mengikuti perkembangan zaman kurikulum diubah dan dikembangkan. Kurikulum pendidikan saat ini adalah diterapkan yang namanya Kurikulum 2013. Berdasarkan pengamatan peneliti mulai dari tahun 2013 sampai sekarang ini, beberapa sekolah bahkan hampir semua sekolah yang ada di Yogyakarta, telah menerapkan Kurikulum 2013. Bahkan pada saat ini banyak guru-guru mengikuti pelatihan Kurikulum 2013 untuk mengembangkan potensi dalam mengajar dan melaksanakan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah dimana guru tersebut mengajar. Dalam Kurikulum 2013, pemerintah menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik (scientific approach). Pendekatan saintifik juga mengasah keterampilan siswa dalam mengamati,


(27)

menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring atau dapat menghubungkan keterkaitan pada semua mata pelajaran.

Penerapan pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013, menuntut pendidik dapat mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan. Salah satu kegiatan belajar yang menyenangkan dengan menciptakan media/bahan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu bentuk alat yang digunakan dalam proses pembelajaran dan dapat membangkitkan minat belajar siswa. Salah satu bahan/media pembelajaran yang digunakan adalah media LKS.

Kebanyakan pendidik menyamakan LKS dengan buku siswa, namun pada kenyataannya tidak demikian. Media LKS berbeda dengan buku siswa. Buku siswa merupakan buku panduan siswa atau sumber belajar siswa yang terkait dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari oleh siswa tersebut. Salah satu buku siswa mata pelajaran yaitu Mandiri Ekonomi untuk SMA Kelas X Kurikulum 2013 yang ditulis oleh Alam S.. Di dalam buku siswa tersebut terdapat beberapa komponen-komponen yang dimuatkan oleh penulis, diantaranya: 1) identitas buku siswa; 2) kata pengantar; 3) daftar isi; 4) kompetensi inti; 5) kompetensi dasar; 6) materi pembelajaran; 7) soal-soal evaluasi setiap bab; dan 8) daftar pustaka. Buku siswa masih terlihat sangat umum, karena tidak mencatumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan penilaian setiap tugas yang diberikan kepada siswa. Di dalam buku siswa juga tidak mencantumkan langkah-langkah pelaksanaan tugas yang lebih kontekstual dikarenakan tugas-tugas yang ada masih terkait dengan materi


(28)

pelajaran yang dipelajari disetiap bab. Sementara Lembar Kerja Siswa berisi sarana untuk melatih, mengembangkan keterampilan siswa dalam menemukan konsep dalam suatu tema dan tidak terstruktur. LKS merupakan media pembelajaran yang lebih cenderung dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran, petunjuk pelaksanaan tugas yang membantu siswa untuk lebih cepat memahami materi pembelajaran. LKS dapat menciptakan suasana belajar lebih produktif, menyenangkan, menarik minat siswa dan memberikan motivasi kepada siswa. Dengan demikian, LKS penting dimiliki oleh siswa karena LKS merupakan pelengkap dari pada buku siswa tersebut.

Belajar merupakan bentuk pengembangan diri dengan menggunakan fasilitas yang memadai. Belajar merupakan bentuk perubahan pengetahuan individu kearah yang lebih baik. Berbagai cara guru-guru lakukan untuk mengajarkan peserta didik agar bisa menguasai semua materi pembelajaran. Namun, disana juga ada berbagai kesulitan yang harus ditempuh dan dijalani. Terkadang materi pembelajaran atau buku pembelajaran yang dipakai oleh guru untuk mengajar, kurang bisa di ikuti oleh peserta didik dikarenakan pemahaman peserta didik satu persatu berbeda-beda. Dalam hal itu seharusnya sekolah atau guru-guru memberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang praktis dan mudah untuk dipahami oleh peserta didik. Sebagai tambahan panduan peserta didik, yaitu LKS untuk memahami dan memperkuat pemahaman siswa tentang mata pelajaran Ekonomi khususnya materi Sistem dan Alat Pembayaran.


(29)

Selama ini beberapa sekolah membeli LKS dari penerbit yang diperjual-belikan cenderung tidak menarik dan tidak inovatif sehingga tidak mampu mendorong siswa untuk tertarik mempelajarinya. Pengalaman peneliti pada saat praktek lapangan guru yang ada di sekolah, dimana sekolah tempat peneliti praktek belum menggunakan LKS. Khususnya mata pelajaran Ekonomi belum menggunakan media LKS yang diberikan kepada siswa sebagai tempat kegiatan siswa belajar dan memudahkan untuk mempelajari berbagai materi dalam pelajaran Ekonomi. Pendidik diharapkan kreatif untuk mengkreasi LKS yang sesuai, menarik dan menambah pengetahuan siswa mempelajarinya.

Penggunaan LKS oleh pendidik diharapkan dapat meminimalkan perannya dalam hal mengajar, tetapi lebih mengaktifkan peserta didik, dan memudahkan peserta didik memahami materi yang disampaikan. Media LKS dapat memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengerjakan tugas-tugas dan latihan-latihan berdasarkan materi yang diajarkan. Dalam hal ini, peserta didik diharapkan dapat melatih kemandiriannya dalam belajar. Namun, beberapa hal yang diharapkan tersebut, selama ini masih belum tercapai. Pada saat peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada Ibu Dra. Kristina S.S., sebagai guru Ekonomi di SMA Negeri 1 Prambanan terkait dengan penggunaan LKS sebagai media pembelajaran. LKS yang selama ini digunakan sebagai media pembelajaran sangat sederhana bahkan hanya berupa soal-soal evaluasi pembelajaran. Di SMA Negeri 1 Prambanan telah menerapkan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dalam penerapannya peran


(30)

pendidik lebih sedikit daripada peran siswa atau guru hanya sebagai fasilitator saja. Harapan dari penerapan Kurikulum 2013 tersebut di SMA Negeri 1 Prambanan masih belum tercapai, maka dengan itu pengembangan LKS diharapkan dapat menjawab harapan Kurikulum 2013 untuk meningkatkan kualitas belajar siswa.

Langkah-langkah pembelajaran dalam Kurikulum 2013 yaitu pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah menuntut siswa untuk mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas sesuai dengan prosedur atau langkah-langkah yang sudah ditetapkan. Langkah-langkah pembelajaran pendekatan saintifik dikenal dengan mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jejaring atau berkomukasi di dalam kelas. Untuk mencapai semua prosedur pembelajaran tersebut dibutuhkan salah satu media pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan adalah salah satunya LKS. Dengan menggunakan LKS, tujuan pembelajaran dari pendekatan saintifik akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Peneliti mencoba memberikan gambaran karakteristik tentang Lembar Kerja Siswa yang baik yaitu : 1) LKS mampu mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran baik dalam desain, meringkas materi maupun menyusun langkah-langkah pelaksanaan tugas; 2) LKS mampu mengembangkan konsep pembelajaran; 3) LKS mampu melatih siswa dalam menemukan konsep pembelajaran dan mengembangkan keterampilan; 4) LKS mampu menarik minat siswa untuk aktif dan produktif dalam mengikuti proses pembelajaran;


(31)

dan 5) LKS mampu memberikan pemahaman tentang pembelajaran kepada siswa. Media pembelajaran LKS yang baik jika diterapkan akan memberikan hasil yang baik kepada siswa dalam hal pembelajaran.

Peneliti ketika melakukan wawancara, peneliti sempat menanyakan tekait pembelajaran Ekonomi. Pembelajaran Ekonomi biasanya dikenal dengan abstraktif, penjelasan yang menggunakan kata-kata yang menuntut peserta didik harus benar-benar memahami pelajaran agar dapat dimengerti. Berbeda dengan pelajaran yang cenderung hitung-hitungan atau belajar angka-angka, yang hasilnya tetap dan pasti, tetapi pembelajaran ekonomi lebih kepenyusunan dan merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat sesuai dengan pemahaman-pemahaman konsep yang peserta didik lakukan dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini tingkat kesulitan memahami materi pembelajaran Ekonomi lebih tinggi dari pada pembelajaran yang cenderung angka-angka.

Mengatasi masalah-masalah di atas, dapat diatasi dengan mengembangkan media pembelajaran salah satunya adalah LKS. Pentingnya pengembangan LKS pada Kurikulum 2013 yang sekarang ini sedang dikembangkan dan dilaksanakan di sekolah-sekolah seluruh pelosok tanah air, menjadikan siswa lebih cepat menemukan konsep pembelajaran dan menggunakan pola pikir dengan maksimal dalam mengembangkan pengetahuan yang dimiliki dan dipelajari lewat lembaga pendidikan. Oleh karena itu, peneliti ingin memberikan sesuatu masukan yang bermanfaat dalam perangkat pembelajaran yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dapat


(32)

digunakan untuk pemahaman siswa dan pengayaan materi. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul Pengembangan LKS Mata Pelajaran Ekonomi pada Materi Sistem Pembayaran dan Alat Pembayaran Kelas X di SMA Negeri 1 Prambanan, Sleman.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah LKS mata pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1 Prambanan, sudah memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif?

2. Apakah hasil pengembangan LKS mata pelajaran Ekonomi pada materi Sistem Pembayaran dan Alat Pembayaran di SMA Negeri 1 Prambanan, sudah memenuhi kriteria valid?

3. Apakah hasil pengembangan LKS mata pelajaran Ekonomi pada materi Sistem Pembayaran dan Alat Pembayaran di SMA Negeri 1 Prambanan, sudah memenuhi kriteria praktis?

4. Apakah hasil pengembangan LKS mata pelajaran Ekonomi pada materi Sistem Pembayaran dan Alat Pembayaran di SMA Negeri 1 Prambanan, sudah memenuhi kriteria efektif?

5. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan LKS mata pelajaran Ekonomi pada materi Sistem Pembayaran dan Alat Pembayaran di SMA Negeri 1 Prambanan?


(33)

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan masalah yaitu:

1. Mata Pelajaran Ekonomi di kelas X SMA memiliki banyak materi yang terbagi dalam beberapa kompetensi dasar. Peneliti memilih salah satu topik materi pembelajaran dengan kompetensi dasar yaitu

“mendeskripsikan sistem pembayaran dan alat pembayaran”.

2. Pengembangan Lembar Kerja Siswa mengacu pada Kurikulum 2013. 3. Pemilihan tempat penelitian oleh peneliti yaitu: SMA Negeri 1

Prambanan, karena SMA Negeri 1 Prambanan sudah menerapkan Kurikulum 2013.

4. Lembar Kerja Siswa dikembangkan dengan tiga (3) Kriteria kelayakan penggunaan media pembelajaran LKS yaitu valid, praktis dan efektif yang akan dijelaskan pada definisi operasional.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah LKS mata pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1 Prambanan sudah memenuhi kriteria valid, paraktis dan efektif.

2. Untuk mengetahui apakah hasil pengembangan LKS mata pelajaran Ekonomi pada materi Sistem Pembayaran dan Alat Pembayaran sudah memenuhi kriteria valid.

3. Untuk mengetahui apakah hasil pengembangan LKS mata pelajaran Ekonomi pada materi Sistem Pembayaran dan Alat Pembayaran sudah memenuhi kriteria praktis.


(34)

4. Untuk mengetahui apakah hasil pengembangan LKS mata pelajaran Ekonomi pada materi Sistem Pembayaran dan Alat Pembayaran sudah memenuhi kriteria efektif.

5. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan LKS mata pelajaran Ekonomi pada materi sistem pembayaran dan alat pembayaran.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat terhadap pembelajaran Ekonomi. Manfaat tersebut adalah:

1. Bagi siswa

a. Meningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa terkhusus dalam pembelajaran ekonomi.

b. Memudahkan siswa memahami konsep ekonomi dan mampu bekerja sama atau berkolaborasi dengan siswa yang lain.

2. Bagi peneliti

a. Menambah wawasan mengenai pembuatan perangkat pembelajaran yaitu LKS yang relevan dengan metode yang diterapkan.

b. Sebagai langkah awal dan pengalaman peneliti untuk memberikan pelayanan kepada siswa apabila peneliti mengajar sebagai pendidik di masa depan.


(35)

3. Bagi guru

a. Lembar Kerja Siswa yang dihasilkan dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru dalam pembelajaran ekonomi.

b. Dapat memotivasi guru untuk menciptakan Lembar Kerja Siswa lainnya untuk diterapkan pada materi pembelajaran yang lain.

4. Bagi sekolah

a. Memberikan sumbangan yang baik kepada sekolah dalam meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran ekonomi.

b. Sebagai modal melakukan pembelajaran ekonomi di kelas.

F. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah:

1. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas baik secara teoretis maupun secara praktis yang mengacu pada kompetensi dasar pembelajaran dasar yang harus dicapai oleh siswa dengan bergantung pada bahan ajar yang dilakukan.

2. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah serangkaian proses untuk menghasilkan bahan ajar yang bermanfaat berupa Lembar Kerja Siswa (LKS).

3. LKS dengan kriteria valid adalah lembar kerja siswa yang memenuhi beberapa kriteria yaitu:


(36)

b. Kedalaman isi yang kontekstual;

c. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan konsep; dan d. Memiliki bahasa yang jelas, mudah dimengerti dan sistematis.

4. LKS dengan kriteria praktis adalah lembar kerja siswa yang sudah memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Dapat diterapkan dan digunakan di lapangan dengan sedikit revisi atau tanpa revisi dari para ahli atau validator;

b. Dapat diterapkan dalam proses pembelajaran;

c. Ukuran besar kecilnya LKS harus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa; dan

d. LKS memudahkan siswa menemukan konsep pembelajaran.

5. LKS dengan kriteria efektif adalah lembar kerja siswa sudah memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa;

b. Dapat direspon oleh siswa dengan respon positif; c. Dapat meningkatkan kreativitas siswa; dan

d. Dapat mejadikan siswa lebih proaktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

6. Subtema “Sistem Pambayaran dan Alat Pembayaran” adalah subtema

yang memuat tentang Kompetensi Dasar dan topik pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa yang dimuatkan dalam LKS.


(37)

G. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan

Produk yang akan dikembangkan memiliki spesifikasi sebagai berikut: 1. Unsur-unsur LKS disusun lengkap yang terdiri dari:

a. Identitas LKS terdiri dari: 1) Satuan pendidikan; 2) Kolom Nama Siswa; 3) Kelas/Semester; 4) Tema/Subtema; dan 5) Mata pelajaran terkait. b. Petunjuk umum terdiri dari:

1) Petunjuk penggunaan LKS; dan 2) Alokasi waktu pengerjaan LKS.

c. Tujuan pembelajaran atau indikator dari kompetensi dasar materi yang ada dalam LKS pada mata pelajaran terkait.

d. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri dari kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan yang dilengkapi dengan tugas dan langkah-langkah kerja.

e. Kegiatan melakukan penilaian dan refleksi.

2. LKS disusun dengan menggunakan bahasa yang singkat, padat, jelas dan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.


(38)

4. LKS disusun mengintegrasikan hanya satu mata pelajaran yaitu mata pelajaran Ekonomi untuk SMA.

5. LKS disusun berdasarkan Kurikulum 2013.

6. LKS disusun dengan tampilan yang menarik, dan kreatif agar menciptakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan produktif.


(39)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Ekonomi

1. Belajar

Syah (2009:68) berpendapat bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Selanjutnya Reber dalam Syah (2009:66) mengemukakan dua defenisi belajar. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil yang diperkuat. Sedangkan Sardiman (2010:21) berpendapat bahwa belajar adalah usaha mengubah tingkah laku. Belajar akan membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, watak, dan penyesuaian diri. Dengan demikian belajar merupakan rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Beberapa para ahli di atas tentang pengertian belajar, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah tahapan proses perolehan pengetahuan dan perubahan perilaku bagi siswa untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.


(40)

2. Pembelajaran Ekonomi

Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Kemudian disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang dilakukan pendidik untuk membelajarkan peserta didik (Kunandar, 2011:293). Mata pelajaran ekonomi adalah bagian dari mata pelajaran di sekolah yang mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya yang tak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas jumlahnya.

Pelajaran ekonomi juga sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dengan itu menggunakan LKS dapat memudahkan peserta didik menemukan konsep dan memahami materi tersebut, sehingga tidak terjadi kesalahan saat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran Ekonomi adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam setiap kali pembelajaran berakhir.

B. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media

Secara harfiah, kata media berasal dari bahasa latin medium yang

memiliki arti “perantara” atau “pengantar”. Menurut Asosiasi Teknologi

dan Komunikasi Guruan (Association for Education and Communication technology/AECT) mendefinisikan media sebagai benda yang dapat


(41)

dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional (Asnawir dan Usman, 2002:11).

Gerlach & Ely dalam Arsyad (2002:3), mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Gagne dalam Sadiman (2003:6) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar, sementara itu Briggs dalam Sadiman (2003:6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Adapun media pengajaran menurut Ibrahim dan Syaodih (2003:112) diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar. Dari berbagai definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah segala benda yang dapat menyalurkan pesan atau isi pelajaran sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar.


(42)

2. Fungsi Media Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran dapat membantu meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari. Berikut ini fungsi-fungsi dari penggunaan media pembelajaran menurut Asnawir dan Usman (2002:24):

1) Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru.

2) Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi lebih konkrit).

3) Menarik perhatian siswa lebih besar (kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih menyenangkan dan tidak membosankan).

4) Semua indra siswa dapat diaktifkan.

5) Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar. 3. Manfaat Media Pembelajaran

Beberapa manfaat media pembelajaran menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1991:3) adalah:

1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik.

3) Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga


(43)

siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.

4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti pengamatan, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Encyclopedia of Education Research dalam Hamalik (1994:15) merinci manfaat media pembelajaran sebagai berikut:

1) Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.

2) Memperbesar perhatian siswa.

3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar siswa, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.

4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.

5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup.

6) Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa siswa.

7) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

Maka dapat diambil kesimpulan manfaat dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar dapat mengarahkan


(44)

perhatian siswa sehingga menimbulkan motivasi untuk belajar dan materi yang diajarkan akan lebih jelas, cepat dipahami sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa.

4. Klasifikasi Media Pembelajaran

Gagne & Briggs dalam Arsyad (2002:4) mengemukakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran yang terdiri dari, antara lain: buku, tape-recorder , kaset, video kamera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Berikut ini akan diuraikan klasifikasi Media Pembelajaran menurut taksonomi Leshin, dkk., dalam (Arsyad, 2008: 81-101), yaitu:

1) Media berbasis manusia

Media berbasis manusia merupakan media yang digunakan untuk mengirimkan dan mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media ini bermanfaat khususnya bila tujuan kita adalah mengubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dengan pemantauan pembelajaran.

2) Media berbasis cetakan

Media pembelajaran berbasis cetakan yang paling umun dikenal adalah buku teks, buku penuntun, buku kerja/latihan/Lembar Kerja Siswa, jurnal, majalah, dan lembar lepas.


(45)

3) Media berbasis visual

Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.

4) Media berbasis Audio-visual

Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audio-visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan, dan penelitian. Contoh media yang berbasis audio-visual adalah video, film, slide bersama tape, televisi.

5) Media berbasis komputer

Dewasa ini komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan latihan. Komputer berperan sebagai manajer dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan nama Computer-Managed Instruction (CMI). Adapula peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar; pemanfaatannya meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya. Modus ini dikenal sebagai Computer-Assisted


(46)

Instruction (CAI). CAI mendukung pembelajaran dan pelatihan akan tetapi ia bukanlah penyampai utama materi pelajaran. Komputer dapat menyajikan informasi dan tahapan pembelajaran lainnya disampaikan bukan dengan media komputer.

C. Lembar Kerja Siswa 1. Pengertian LKS

Menurut Melawati dalam Prastowo (2011:204) LKS bukanlah singkatan dari Lembar Kegiatan Siswa melainkan Lembar Kerja Siswa, yaitu materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari bahan ajar tersebut secara mandiri. Sementara, Majid (2009:176) mengungkapkan bahwa lembar kerja siswa (student work sheet) merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kerja ini berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa tugas teori dan atau tugas praktek. Tugas teoretis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat rangkuman yang selanjutnya dipresentasikan, sedangkan tugas praktek dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survei tentang harga bawang merah dan bawang putih dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat atau dapat berupa menyelesaikan suatu permasalahan.


(47)

Tim Penyusun Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas (2004:23) menjelaskan bahwa lembar kerja siswa merupakan lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan siswa. Jadi, dari kedua pendapat ahli di atas, ditemukan kesamaan bahwa lembar kerja siswa merupakan lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.

Trianto (2010:212) mengatakan bahwa “lembar kegiatan siswa

merupakan lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan

kegiatan terprogram”. Depdikbud dalam Trianto (2010:212) menjelaskan

bahwa lembar kegiatan siswa merupakan alat belajar siswa yang memuat berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa secara aktif. Kegiatan yang diberikan dapat berupa pengamatan, eksperimen, dan pengajuan pertanyaan. Belawati (2003:322) mengemukakan bahwa LKS bukan

merupakan “Lembar Kegiatan Siswa”, akan tetapi Lembar Kerja Siswa”.

LKS merupakan media pembelajaran yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi pembelajaran yang terdapat dalam LKS tersebut secara mandiri. Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, dalam LKS, siswa dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan.

Berdasarkan beberapa uraian beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan


(48)

petunjuk-petunjuk/panduan pelaksanaan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik untuk memahami materi yang dipelajari dan memecahkan masalah tersebut dengan yang mengacu pada kompetensi yang harus dicapai. Dengan adanya upaya seorang guru membuat LKS sendiri maka LKS yang diciptakan dapat menarik, efektif, sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu, maka perlu ada pengembangan LKS untuk meningkatkan hasil belajar, memberi kemudahan dalam belajar, meminimalisir terjadinya resiko-resiko tersebut, sehingga menjadi LKS yang valid, praktis dan efektif.

2. Fungsi, Tujuan dan Manfaat LKS

Sesuai dengan penjelasan mengenai kajian tersebut di atas maka ada beberapa yang menjadi fungsi, tujuan dan manfaat LKS (Prastowo, 2011:205-207), berikut:

a. Fungsi LKS

1) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan siswa, namun lebih mengaktifkan siswa;

2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang disampaikan;

3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; dan


(49)

b. Tujuan LKS

1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk memberi interaksi dengan materi yang diberikan;

2) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan;

3) Melatih kemandirian belajar siswa; dan

4) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.

c. Manfaat LKS

1) Memancing siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran;

2) Membantu siswa dalam mengembangkan konsep;

3) Melatih siswa dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses;

4) Melatih siswa untuk memecahkan masalah dan berpikir kritis; 5) Mempercepat proses pembelajaran; dan

6) Bagi guru menghemat waktu mengajar. 3. Karakteristik Lembar Kerja Siswa

Trianto (2010:212) menjelaskan bahwa lembar kegiatan siswa dibagi dalam dua karakteristik, yaitu:

a. Lembar kegiatan yang berisi sarana untuk melatih, mengembangkan keterampilan siswa dalam menemukan konsep dalam suatu tema, dan lembar kegiatan ini tidak terstruktur;


(50)

b. Lembar kegiatan siswa yang dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu proses pembelajaran tanpa bimbingan guru dan lembar kegiatannya terstruktur.

Dalam menyusun lembar kegiatan siswa, ada beberapa kriteria yang harus ditentukan yaitu:

a. Mengacu pada kurikulum;

b. Mendorong siswa untuk belajar dan bekerja;

c. Bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh siswa; dan

d. Tidak dikembangkan untuk menguji konsep-konsep yang sudah di ujikan guru dengan cara duplikasi.

Ibrahim dalam Trianto (2010:213) mengungkapkan bahwa dalam mengembangkan LKS harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: persyaratan pedagogik, konstruksi, dan teknis. Pertama, persyaratan pedagogik adalah lembar kegiatan siswa yang dibuat harus berdasarkan asas-asas pembelajaran yang efektif, seperti memberi proses menemukan konsep dan petunjuk mencari tahu. Kedua, persyaratan konstruksi adalah dalam mengembangkan LKS, harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami yang sesuai dengan usianya, menggunakan struktur kalimat yang sederhana dan pendek, serta jelas. Ketiga, persyaratan teknis adalah dalam mengembangkan Lembar Kerja Siswa, harus mencakup tulisan, gambar, dan tampilan.


(51)

4. Macam-macam Lembar Kerja Siswa

Setiap LKS disusun dengan materi dan tugas-tugas tertentu yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Prastowo (2014:272) mengemukakan 5 jenis LKS yaitu sebagai berikut:

a. LKS yang Penemuan (membuat siswa menemukan konsep materi pembelajaran)

Sesuai dengan prinsip konstruktivisme, seseorang akan belajar jika seseorang tersebut aktif mengkonstruksi pengetahuan didalam otaknya. Ini merupakan salah satu karakteristik pembelajaran teori. LKS jenis ini memuat apa yang harus dilakukan siswa, meliputi: melakukan, mengamati, dan menganalisis. Rumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa kemudian mintalah siswa untuk mengamati fenomena hasil kegiatannya, dan berilah pertanyaan analisis yang membantu siswa mengaitkan fenomena yang diamati dengan konsep yang akan dibangun siswa dalam benaknya.

b. LKS yang Aplikatif-Integratif (membuat siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan)

Suatu pembelajaran, setelah siswa berhasil menemukan konsep, siswa selanjutnya kita latih untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini contoh LKS yang membantu siswa menerapkan cara mengatur keuangan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Caranya dengan


(52)

memberikan tugas kepada mereka untuk bertanya dan menonton video, kemudian meminta mereka berlatih melakukan transaksi pembelian kepada sesama teman sekelas, misal tentang keperluan sekolah. Dengan siswa dilatih untuk bertransaksi dari yang paling penting kepada yang kurang penting. Kemudian bagaimana sistemnya, uang apa yang dipakai, dan dapat membuat siswa mengerti menggunakan uang yang ada dengan baik dan benar. c. LKS yang Penuntun (berfungsi sebagai penuntun belajar)

LKS penuntun berisi pertanyaan atau jawabannya ada di dalam buku. Siswa dapat mengerjakan LKS tersebut jika siswa tersebut membaca buku, sehingga fungsi utama LKS ini ialah membantu siswa mencari, menghafal, dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku.

d. LKS yang Penguatan (berfungsi sebagai penguatan)

LKS penguatan diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas di dalam LKS penguatan lebih menekankan dan mengarahkan kepada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku ajar.

e. LKS yang Praktikum (berfungsi sebagai petunjuk praktikum) Petunjuk pratikum dapat digabungkan dalam kumpulan LKS. Dengan demikian, dalam bentuk LKS ini petunjuk praktikum merupakan salah satu konten dari LKS.


(53)

Jenis lembar kerja siswa yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah jenis lembar kerja siswa yang penemuan (membuat siswa menemukan suatu konsep) dan lembar kerja siswa yang Aplikatif-Integratif (membuat siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan).

5. Unsur-unsur LKS sebagai bahan ajar

Dilihat dari strukturnya, LKS merupakan bahan ajar yang lebih sederhana daripada modul, namun lebih kompleks daripada buku. Berikut unsur LKS dipandang dari struktur dan formatnya.

Tabel 2.1

Bahan Ajar LKS Sesuai Struktur dan Formatnya No Struktur LKS Format LKS

1 Judul Judul

2 Petunjuk belajar, Kompetensi dasar yang akan dicapai

3 Kompetensi dasar dan Indikator atau materi pokok,

Waktu penyelesaian

4 Informasi pendukung, Bahan/peralatan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas 5 Tugas atau

langkah-langkah kerja,

Informasi singkat 6 Penilaian Langkah kerja

7 - Tugas yang harus dilakukan 8 - Laporan yang harus dikerjakan Sumber: (Prastowo, 2011:207-208)

Dengan memahami struktur dan format LKS di atas sudah sangat jelas bahwa seorang guru tidak cukup hanya mengajar dan membuat bahan ajar, namun diperlukan juga yang namanya LKS yang membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran. Namun dalam membuat LKS sendiri masih membutuhkan langkah-langkah yang


(54)

khusus untuk menjadikan LKS itu menarik dan bisa mendukung siswa dalam pembelajaran.

6. Langkah-langkah Aplikatif Membuat LKS

Lembar Kerja Siswa kreatif dan inovatif akan menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan harapan semua peserta didik. Peserta didik akan lebih tertantang untuk membuka lembar demi lembar halamannya. Menurut Diknas dalam Prastowo (2011:212) langkah-langkah penyusunan LKS adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 langkah-langkah penyusunan LKS (Prastowo, 2011:212)

Analisis Kurikulum

Menyusun Peta Kebutuhan Kebutuhan

LKS Menentukan

Judul-Judul LKS

Menulis LKS

Menurumuskan KD

Memperhatikan stuktur bahan

ajar Menyusun

Materi Menentukan Alat Penilaian


(55)

a. Melakukan Analisis Kurikulum

Sebelum membuat LKS langkah awal yang dilakukan adalah menganalisa kurikulum. Analisa kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi yang akan dibuat bahan ajar LKS. Analisis ini dilakukan dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang akan diajarkan. Selanjutnya memperhatikan kompetensi yang mesti dimiliki oleh siswa.

b. Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Peta LKS sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis serta melihat sekuensi atau urutan LKS-nya. Sekuensi ini dibutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan.

c. Menentukan Judul-Judul LKS

Judul LKS ditentukan atas dasar kompetensi-kompetensi dasar, materi-materi pokok, pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetesi dasar bisa dijadikan satu judul jika cakupan kompetensi tersebut tidak terlalu besar. Bila kompetensi dasar itu terlalu besar dan bisa diuraikan menjadi beberapa materi pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 MP, namun jika lebih dari 4 MP maka harus dipikirkan kembali apakah kompetensi dasar itu perlu dipecah, kemudian dijadikan kedalam beberapa judul LKS. d. Penulisan LKS

Untuk menulis LKS ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Pertama, merumuskan kompetensi dasar. Untuk merumuskan


(56)

kompetensi dasar, kita dapat melakukan rumusan langsung dari kurikulum yang berlaku, seperti kompetensi inti diturunkan dari Kurikulum 2013. Kedua, menentukan alat penilaian. pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, dimana penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat penilaian yang cocok dan sesuai adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Pokok (PAP) atau Criterion Referenced Assessment. Ketiga, menyusun materi. Penyusunan materi LKS perlu memperhatikan:1) kompetensi dasar yang akan dicapai, 2) informasi pendukung, 3) sumber materi, dan 4) pemilihan kalimat yang jelas dan tidak ambigu. Keempat, memperhatikan struktur LKS. Struktur LKS meliputi enam komponen, yakni judul, petunjuk belajar (petunjuk siswa), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, serta penilaian.

7. Langkah-langkah Mengembangkan LKS

LKS yang baik adalah LKS yang kaya manfaat. LKS tersebut hendaknya mampu menjadi sebagai bahan ajar yang menarik bagi peserta didik sehingga peserta didik terdorong untuk untuk belajar keras dan belajar cerdas. Untuk membuat LKS tersebut kita perlu memperhatikan desain pengembangan dan langkah-langkah pengembangannya.


(57)

a. Menentukan Desain Pengembangan LKS

Menurut Belawati dalam Prastowo, (2011:216) ada 2 faktor yang perlu diperhatikan pada saat mendesain LKS, yaitu tingkat kemampuan membaca peserta didik dan pengetahuan peserta didik. Batasan mendesain LKS hanyalah imajinasi seorang pendidik. Sedangkan menurut Prastowo (2011:216) batasan umum yang dijadikan pedoman saat mendesain LKS adalah sebagai berikut: 1) Ukuran

Ukuran yang digunakan dapat mengakomodasi kebutuhan pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa. Contohnya, jika ingin membuat bagan maka kertas A4 lebih baik dari pada kertas A5.

2) Kepadatan

Halaman pendidik harus mengusahakan agar halaman tidak terlalu dipadati dengan tulisan. Sebab, halaman yang terlalu padat akan mengakibatkan siswa sulit memfokuskan perhatian. 3) Penomoran

Pemberian nomor akan mencegah timbulnya kesulitan bagi siswa untuk memahami materi secara keseluruhan. Dengan adanya penomoran, siswa akan mampu mengatasi kesulitan untuk menentukan judul, subjudul, dan anak subjudul dari materi LKS.


(58)

4) Kejelasan

Hasil cetakan tulisan LKS yang memuat materi dan intruksi yang dihasilkan haruslah jelas dibaca siswa untuk membuat kenyamanan dalam membacanya.

b. Pengembangan Isi LKS

Untuk mengembangkan LKS yang menarik dan dapat digunakan secara maksimal oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, perlu menempuh empat langkah, yaitu:

1) Menentukan tujuan pembelajaran yang akan diuraikan dalam LKS di tahap ini, desain LKS ditentukan mengacu pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Perhatikan ukuran, kepadatan halaman, penomoran halaman, dan kejelasan.

2) Pengumpulan materi, didalamnya terdapat ringkasan materi dan tugas yang ditentukan harus sejalan dengan tujuan pembelajaran. Bahan yang dimuat dalam LKS dapat dikembangkan sendiri atau dengan memanfaatkan materi yang sudah ada. Selain itu, perlu ditambahkan pula ilustrasi atau bagan yang dapat memperjelas penjelasan naratif yang disajikan.

3) Penyusunan elemen atau unsur-unsur langkah ini adalah tahap untuk mengintegrasikan desain (hasil dari tahap pertama) dengan tugas (hasil tahap kedua).


(59)

4) Pemeriksaaan dan penyempurnaan setelah melakukan tiga langkah tersebut, LKS yang dihasilkan belum bisa diberikan kepada siswa namun hal yang terakhir yang dilakukan adalah pemeriksaan dan penyempurnaan LKS. Ada empat variabel yang harus dicermati pada langkah ini, yaitu:

a) Kesesuaian desain dengan tujuan pembelajaran yang berangkat dari kompetensi dasar.

b) Kesesuaian materi dan tujuan pembelajaran.

c) Kesesuaian elemen atau unsur-unsur dengan tujuan pembelajaran

d) Kejelasan penyampaian.

Untuk menyempurnakan LKS yang dihasilkan dapat dilakukan dengan mengevaluasi sebelum dan sesudah diberikan kepada siswa. Sebelum LKS dicetak diperlukan evaluasi dari para ahli, kemudian dilakukan revisi, dan LKS bisa diberikan kepada siswa untuk diujicobakan. Komentar dari siswa setelah mengerjakan LKS dijadikan masukan untuk mengembangkan LKS yang dihasilkan agar lebih baik.

D. Kurikulum 2013

1. Pengertian Kurikulum 2013

Kunandar (2014:15) menjelaskan bahwa Indonesia sebagai bangsa dan negara akan terus menjalani sejarahnya. Ibarat sebuah


(60)

organisme, negara Indonesia lahir, tumbuh, berkembang, dan mempertahankan kehidupannya untuk mencapai apa yang dicita-citakan di awal kelahirannya. Cita-cita luhur tersebut tercantum dalam UUD 1945 alinea ke empat, yakni melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Dalam rangka mewujudkan kondisi di atas pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan terus melakukan pembaruan dan inovasi dalam bidang pendidikan. Salah satunya adalah pembaruan dan inovasi dalam bidang kurikulum, yakni lahirnya Kurikulum 2013. Hidayat (2013:113) mengemukakan bahwa orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam Permendikbud) tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman


(61)

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013-2014 memenuhi kedua dimensi tersebut.

2. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah


(62)

penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

b. Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA).

Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia didalam studi International Trends in International Economic and Science Study (TIESS) dan Program for


(63)

International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIESS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIESS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.

c. Penyempurnaan Pola Pikir

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:

1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada siswa. siswa harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;

2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-siswa) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-siswa-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya);

3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (siswa dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);

4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains);


(64)

5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim); 6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis

alat multimedia;

7) Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap siswa;

8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan

9) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. d. Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar matapelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut: 1) Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata

kerja yang bersifat kolaboratif;

2) Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan

3) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.


(65)

e. Penguatan Materi

Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.

3. Tujuan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

4. Karakteristik kurikulum 2013

Kunandar (2014:24) menjelaskan bahwa Kurikulum 2013 dirancang dengan karateristik sebagai berikut:

a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.

b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.

c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan


(66)

e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran

f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran yang dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.

g. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horisontal dan vertikal).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013, kompetensi yang harus dicapai pada tiap akhir jenjang kelas dinamakan kompetensi inti. Kompetensi inti merupakan anak tangga yang harus ditapak peserta didik untuk sampai pada kompetensi lulusan jenjang Perguruan Tinggi. Kompetensi inti bukan untuk diajarkan melainkan untuk dibentuk melalui pembelajaran berbagai kompetensi dasar dari sejumlah mata pelajaran yang relevan. Kompetensi inti menyatakan kebutuhan kompetensi peserta didik, sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi. Dengan demikian, kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi kompetensi dasar.

Kemendikbud (dalam Kunandar, 2014:27) memaparkan bahwa pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:


(67)

a. Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar mata pelajaran. Atas dasar prinsip tersebut kurikulum sebagai rencana merupakan rancangan untuk konten pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikannya disatu satuan atau jenjang pendidikan tertentu.

b. Standar kompetensi kelulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan fungsi dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta fungsi dan tujuan dari masing-masing satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan maka pengembangan kurikulum didasarkan pula atas standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta standar kompetensi satuan pendidikan.

c. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.

d. Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk kemampuan dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaidah kurikulum berbasis kompetensi.


(68)

e. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. Atas dasar prinsip perbedaan kemampuan individual perserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan di atas standar yang telah ditentukan. Oleh karena itu, beragam program dan pengalaman belajar disediakan sesuai dengan minat dan kemampuan awal peserta didik

f. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.

g. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan budaya, teknologi dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu konten kurikulum harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, dan seni; membangun rasa ingin tahu dan kemampuan bagi peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat hasil-hasil ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

h. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak boleh memisahkan siswa dari lingkungannya dan pengembangan kurikulum didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan hidup.


(69)

i. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan siswa yang berlangsung sepanjang hayat. Pemberdayaan siswa untuk belajar sepanjang hayat dirumuskan dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan dasar yang dapat digunakan untuk mengembangkan budaya belajar.

j. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dikembangkan melalui penentuan struktur kurikulum, standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) serta silabus.

k. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap siswa atau sekelompok siswa.

5. Pendidikan karakter

Dalam kamus Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang. Dumadi dalam Adisusilo (2012:76) menjelaskan bahwa karakter

berasal dari bahasa Yunani “charassein” yang berarti barang atau alat

untuk menggores, yang kemudian dipahami sebagai stempel atau “cap”, berarti sifat-sifat yang melekat pada seseorang. Kertajaya dalam Hidayatullah (2010:13) menjelaskan karakter merupakan ciri khas yang


(70)

mengemukakan bahwa karakter merupakan keadaan asli dari dalam diri individu yang membedakannya dengan orang lain.

Berdasarkan pendapat ketiga ahli tersebut yakni Dumadi yang mengatakan karakter merupakan sifat-sifat yang melekat pada seseorang sedangkan Kertajaya berpendapat bahwa karakter ciri khas yang dimiliki oleh individu. Gunawan (2012:3) berpendapat karakter merupakan keadaan asli yang membedakan individual. Dapat disimpulkan dari ketiga pendapat tersebut bahwa karakter merupakan sifat-sifat atau budi pekerti yang menjadi ciri khas dari setiap individu yang membedakannya dengan orang lain. Ciri khas disini dapat diartikan sebuah keutuhan kepribadian yang melekat dalam diri individu sebagai kekuatan moral dalam dirinya dan bertingkah laku sesuai dengan nilai yang terdapat di masyarakat.

Koesuma dalam Muslich (2013:70) memaparkan bahwa karakter sama dengan kepribadian. Dimana kepribadian merupakan ciri atau karakteristik dari diri seseorang yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga dari masa kecil. Suyanto dalam Muslich (2013:70) juga menyatakan bahwa karakter adalah sebuah cara berpikir tiap individu untuk bekerjasama dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini dipahami oleh Muslich (2013:71) bahwa karakter

berkaitan dengan moral, berkonotasi “positif” bukan netral.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan ciri khas atau karakteristik tiap individu yang diperoleh dari


(71)

lingkungan keluarga sehingga individu tersebut terbentuk kepribadian yang bermoral sehingga individu dapat bekerjasama dengan masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Samani dalam Maksudin (2013:7) pendidikan karakter berpatok pada sikap jujur, cerdas, punya cita-cita dan olahraga. Pendidikan karakter juga diperluas dengan budi pekerti luhur, kerja keras, dan disiplin. Menurut Lincona dalam Salahudin dan Alkrienchie-chie (2013:45) pendidikan karakter diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan akan membuat anak cerdas dalam emosinya. Adapun pendidikan karakter menurut Salahudin dan Alkrienchiechie (2013:45) adalah pendidikan budi pekerti yaitu, melibatkan aspek pengetahuan, perasaan dan tindakan.

Hill dalam Muslich (2013:38) mengatakan bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan berperilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara serta membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Salahudin dan Alkrienchiechie (2013:45) menambahkan bahwa peran sekolah sangat penting dalam usaha pembentukan karakter. Dimana pendidikan karakter diartikan sebagai usaha sekolah yang dilakukan secara bersama oleh guru, pimpinan sekolah dan seluruh warga sekolah melalui semua kegiatan sekolah


(72)

untuk membentuk akhlak, watak melalui berbagai kebaikan yang terdapat dalam ajaran agama.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti yang mengembangkan kecerdasan emosional dan membantu membentuk kepribadian yang berakhlak dan berwatak sehingga dapat bekerjasama dengan masyarakat, sehingga mampu bertanggungjawab atas segala keputusan yang dibuatnya. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, sekolah berperan penting dalam menanamkan pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam semua kegiatan yang dilakukan. Peran penting sekolah dalam penanaman pendidikan karakter dapat membantu siswa untuk menjadi pribadi yang berwatak dan mengaplikasikannya dalam kehidupannya.

Pendidikan karakter diselenggarakan untuk mewujudkan manusia yang berakhlak mulia dan bermoral baik sehingga kelangsungan hidup manusia dapat terpelihara (Maksudin, 2013:58). Salahudin dan Alkrienchichi mengatakan bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk mengembangkan karakter siswa agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila. Sejalan dengan pendapat tersebut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan


(73)

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.

Muslich (2013:81) mengatakan tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu dan seimbang. Ellen G. White dalam Hidayatullah (2010:17-18) mengemukan bahwa pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Santosa dalam Hidayatullah (2010:18) menambahkan dalam membentuk harga diri yang kukuh dalam jiwa pelajar merupakan tujuan tiap pendidikan yang murni.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter telah tercantum dalam sistem pendidikan nasional (sisdiknas). Dimana tujuan dari pendidikan karakter dapat mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bukan hanya cakap dalam pengetahuan namun memiliki kepribadian yang kukuh menjadi manusia yang berakhlak mulia.

Pendidikan karakter merupakan pendidikan penanaman nilai kepada siswa untuk memfasilitasi siswa agar menjadi manusia yang


(1)

287 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

288 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

289 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

290 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

291 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

292 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI