PENGARUH SIKAP DAN GAYA HIDUP KONSUMEN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN EMAS PUTIH DI PUSAT KOTA SURABAYA.

(1)

i

PENGARUH SIKAP DAN GAYA HIDUP

KONSUMEN TERHADAP PENGAMBILAN

KEPUTUSAN PEMBELIAN EMAS PUTIH DI

PUSAT KOTA SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen

Oleh :

Marsal Magabe Ritonga 0512010223 /FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

“VETERAN”

JAWA TIMUR

2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(2)

v KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan berkat-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh sikap dan gaya hidup konsumen terhadap pengambilan keputusan pembelian emas putih di pusat kota Surabaya”.

Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil maupun materiil, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar,MM, MS. Selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dra.Ec.Tri Kartika.P.Msi selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan tugas skripsinya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(3)

vi 5. Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada

penulis selama menjadi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.

6. Kepada kedua orangtuaku dan Adikku tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril ataupun material.

7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Salam hormat,

Surabaya, Desember 2011

Peneliti

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(4)

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

ABSTRAKSI... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penalitisn Terdahulu ... 9

2.2 Landasan Teori... 11

2.2.1 Pengertian Pemasaran ... 11

2.2.2 Perilaku konsumen... 12

2.2.3. Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen ... 14

2.2.3.1 Faktor Budaya……... 15

2.2.3.2 Faktor Sosial ... 16

2.2.3.3 Faktor Pribadi ... 18

2.2.3.4 Faktor Psikologis………. 20

2.3 Sikap Konsumen... 22

2.3.1 Pengertian Sikap Konsumen ... 22

2.3.2 Model Sikap……… ... 23

2.4.3 Fungsi Sikap………... 25

2.5.4 Faktor Sikap Konsumen……….. ... 26

2.4. Gaya Hidup... 27

2.4.1. Pengertian Gaya Hidup ... 27

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(5)

viii

2.5. Keputusan Pembelian ... 32

2.5.1. Pengertian Keputusan Pembelian... 32

2.5.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian... 33

2.5.3. Tahap-tahap dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen……… 34

2.6. Pengaruh Sikap Terhadap Pengambilan Keputusan Membeli 39 2.7. Pengaruh Gaya Hidup Terhadap pengambilan Keputusan Pembelian... 40

2.8. Kerangka Konseptual ... 41

2.9. Hipotesis... 41

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 42

3.1.1. Pengukuran Variabel ... 44

3.2 Teknik Pengambilan Sampel ... 44

3.3 Teknik Pengumpulan data... 45

3.3.1. Jenis data ... 45

3.3.2. Sumber Data... 45

3.3.3. Teknik Pengumpulan data... 46

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 46

3.4.1 Teknik Analisis ... ... 46

3.4.2. Outliers ... 47

3.4.3. Evaluasi atas Outlier ... 48

3.4.4. Uji Validitas... 49

3.4.5. Uji Reliabilitas ... 49

3.4.6. Uji Normalitas ... 50

3.4.7. Multicollinearity dan Singularity... 50

3.4.8. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal... 51

3.4.9. Evaluasi Model ... 51

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(6)

ix BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskriptif Hasil Penelitian ... 55

4.1.1 Analisis Karakteristik Responden ... 55

4.1.2. Kognitif (X1)... 57

4.1.3 Afektif (X2)……… 58

4.1.4 Konatif (X3)………... 59

4.1.5 Gaya Hidup (Z)……….. 60

4.1.6 Keputusan Membeli (Y)………. 60

4.2. Analisis Data………. 61

4.2.1 Evaluasi Outlier ... 61

4.2.2. Evaluasi Reliabilitas... 63

4.2.3. Evaluasi Validitas... 64

4.2.4. Evaluasi Construct Reliability Dan Variance Extracted 65 4.2.5. Evaluasi Normalitas ... 67

4.2.6. Analisis Model SEM ... 68

4.2.7. Uji Kausalitas ... 72

4.2.8. Analisis Unidimensi First Order ... 74

4.2.9. Analisis Unidimensi Second Order ... 74

4.3. Pembahasan ... 75

4.3.1. Pembentuk Variabel Laten ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 82

5.2. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(7)

x DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data penjualan emas putih di Toko Mas Gajah Surabaya... 5

Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices... 51

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin... 55

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 56

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Keperluan Berbelanja ... 56

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Belanja ... 57

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Variabel Kognitif... 57

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Variabel Afektif... 58

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Konatif... 59

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Variabel Gaya Hidup... 60

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Variabel Keputusan Membeli... 61

Tabel 4.10. Outlier Data... 62

Tabel 4.11. Reliabilitas Data... 63

Tabel 4.12. Validitas Data... 65

Tabel 4.13. Construct Reliability dan Variance Extracted... 66

Tabel 4.14. Normalitas Data………. 68

Tabel 4.16. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step Approach – Modifikasi... 71

Tabel 4.17. Evaluasi kriteria Goodnes of Fit Indices……… 72

Tabel 4.18. Hasil Uji Kausalitas………... 73

Tabel 4.19. Unidimensi First order………... 74

Tabel 4.20. Unidimensi Second Order……….. 74

Tabel 4.21. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis……… 75

Tabel 4.22. Frekuensi & Faktor Loading Cognitive………. 75

Tabel 4.23. Frekuensi & Faktor Loading Affective……….. 75

Tabel 4.24. Frekuensi & Faktor Loading Connative………. 77

Tabel 4.25. Frekuensi & Faktor LoadingLife_style………... 77

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(8)

xi DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Faktor – faktor yang mempengaruhi konsumen... 15 Gambar 2.2. Hubungan antar 3 komponen sikap... 24 Gambar 2.3 Struktur konseptual ... 41 Gambar 3.1 Contoh Model Pengukuran Keputusan Membeli…………. 47 Gambar. 4.1 Goodness of Fit……… 69 Gambar. 4.2 Reliability ConsistencyInternal……… 71 Gambar 4.3 One step elimination model……….. 72

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(9)

xii

PENGARUH SIKAP DAN GAYA HIDUP KONSUMEN

TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PEMBELIAN EMAS PUTIH DI PUSAT

KOTA SURABAYA

Marsal Magabe Ritonga

Abstrak

Banyak jenis perhiasan yang ditawarkan antara lain emas putih, emas kuning, perak. Emas putih merupakan salah satu perhiasan yang memberikan banyak kelebihan bila dibandingkan dengan emas kuning dan perak. Perhiasan bagi sebagian besar perempuan memiliki makna yang berbeda selain untuk mempercantik penampilan, selain itu perhiasan memberikan kepercayaan diri sekaligus menunjukkan kelas social tertentu bagi pemakainya. Perhiasan yang ditawarkan produsen semakin beragam dan memunculkan keinginan yang juga beragam. Salah satunya perhiasan yang cukup diminati adalah emas putih. Oleh karena itu sudah saatnya barang-barang emas ditangani secara serius oleh pemerintah melalui standardisasi, guna meningkatkan daya saing baik di pasaran domestik maupun internasional

Populasi dalam penelitian ini seluruh konsumen yang berada di toko mas di pusat kota Surabaya. Sampel yang diambil adalah sebesar 112 responden. Data yang dipergunakan adalah data primer yaitu data yang berdasarkan kuisioner hasil jawaban responden. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah Structural Equation Modelling.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa : a). variabel sikap konsumen berpengaruh positif terhadap variabel pengambilan keputusan pembelian emas putih di pusat kota Surabaya, tidak dapat diterima. Hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi sikap seorang pelanggan,.b). variabel gaya hidup berpengaruh positif terhadap variabel pengambilan keputusan pembelian emas putih di pusat kota Surabaya, tidak dapat diterima. Hal ini terjadi karena gaya hidup tidak berpengaruh sama sekali terhadap pengambilan keputusan pembelian emas putih di pusat kota Surabaya

Keywords : Attitude, Lifestyle & Purchase Intention

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu industri kreatif adalah kerajinan dan termasuk di dalamnya adalah barang kerajinan emas. Emas tak sekedar perhiasan saja, perkembangan industri maupun fashion dalam mengolah logam mulia ini pun telah mengembangkan berbagai produk perhiasan emas baik untuk dipakai maupun untuk dipajangan. Oleh karena itu sudah saatnya barang-barang emas ditangani secara serius oleh pemerintah melalui standardisasi, guna meningkatkan daya saing baik di pasaran domestik maupun internasional.Indriastuti dan Rufaidah, (2010: 2).

Sudah sejak dahulu dalam perdagangan emas bahwa kadar emas dinyatakan dalam satuan karat, akan tetapi akhir-akhir ini kadar dinyatakan dalam persen. Sebagian besar dari masyarakat saat melakukan transaksi emas berpedoman pada “karat”, jarang mengenal atau menggunakan “persen” sebagai cara untuk mengetahui kandungan emas dari barang yang dibeli. Kadang di sini konsumen dimainkan oleh pedagang karena ketidaktahuan tentang perhitungan kadar. Persyaratan mutu yang telah tercantum dalam SNI 13-3487-1995 Barang- barang emas, kadarnya sudah disetarakan antara karat dengan persen dan sudah mencantumkan tingkat kemurnian namun titik beratnya masih kepada kadar emas yang dinyatakan dalam karat. Sedang persyaratan mutu pada SNI Barang-barang emas tahun 2005 hanya mencantumkan kadar (%) dan karatnya saja, belum

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(11)

2 mencantumkan tingkat kemurnian yang dipersyaratkan. Oleh karena itu diperlukan suatu kajian agar persepsi tentang persyaratan mutu yang diinginkan, sesuai dengan kualitas yang dipersyaratkan. Indriastuti dan Rufaidah,(2010: 2).

Perhiasan-perhiasan yang diproduksi dan dipasarkan, terbuat dari berbagai macam bahan, seperti platinum, emas, perak, nikel dan lain-lain. Dari semua produk perhiasan yang dipasarkan perhiasan emas merupakan salah satu perhiasan yang penjualannya sangat sensitif. Dari waktu ke waktu harga emas murni terus melonjak, sehingga hal ini menjadi suatu fenomena tersendiri bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bisnis perhiasan emas. Adapun sensitifnya harga jual perhiasan emas dikarenakan harga material utamanya yaitu mas murni, sangat tergantung pada faktor-faktor lain seperti nilai minyak mentah, nilai tukar mata uang, dan lain-lain. Sikap seseorang terhadap atribut produk dapat berbeda-beda karena keyakinan atau kepercayaan konsumen serta evaluasi terhadap atribut yang dimiliki produk tersebut. Disamping itu masih ada faktor lain yang turut berpengaruh yang pada akhirnya akan menentukan minatnya membeli suatu produk.

Dalam penelitian ini sikap merupakan faktor yang mendapatkan perhatian dari peneliti, karena sikap merupakan faktor yang tepat untuk memprediksi atau meramalkan perilaku konsumen dimasa yang akan datang. Jadi dengan mempelajari sikap konsumen diharapkan dapat menentukan apa yang akan dilakukan dimasa yang akan datang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(12)

3

http://images.soemarno.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/RgBzygoKCpk

AAGD5WQA1/konsumen%20sepeda%20motor%20di%20MAlang.doc?nmid=226

34068

Sikap adalah evaluasi kognitif seseorang yang berlangsung terus menerus, perasaan emosionalnya, kecondongan bertindak kearah sasaran atau gagasan tertentu (William J Stanton 1985; 161), sedangkan menurut Kotler (2002; 200) sikap merupakan evaluasi perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan.

Gaya hidup merupakan salah satu indicator dari faktor pribadi yang turut berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Jika diartikan gaya hidup merupakan pola hidup didunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan seseorang secara keseluruhan yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas social seseorang dan menggambarkan bagaimana mereka menghabiskan waktu dan uangnya. Oleh karena itu dalam kaitannya sebagai factor yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen gaya hidup sering dikaitkan dengan produk dan jasa tertentu yang berhubungan dengan kelas sosial seseorang. Dimana dalam keputusan pembelian harga bukan menjadi pertimbangan utama namun prestise, kenyaman, dan penerimaan lingkungan menjadi pendorong kuat dalam pertimbangan pembelian. Octavia, (2010: 28).

Perhiasan bagi sebagian besar perempuan memiliki makna yang berbeda selain untuk mempercantik penampilan. Perhiasan memberikan kepercayaan diri

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(13)

4 sekaligus menunjukkan kelas social tertentu bagi pemakainya. Bahkan keinginan akan perhiasan tertentu memiliki hubungan dengan mode yang sedang berkembang dan sebagai alternative investasi. Perhiasan yang ditawarkan produsen semakin beragam dan memunculkan keinginan yang juga beragam. Salah satunya perhiasan yang cukup diminati adalah emas putih. Trend ditahun 2009 untuk jenis perhiasan perempuan, emas putih menduduki peringkat kedua setelah berlian.

Secara teori, emas putih berbeda dengan emas kuning.Emas putih adalah campuran emas dengan logam lain berwarna putih seperti nikel (Ni), perak (Ag), palladium (Pd), platinum (Pt), maupun rhodium (Rh). Campuran logam putih mampu mengubah warna emas dari kuning menjadi putih. Banyak pencinta perhiasan yang beralih membeli emas putih, disamping sebagai alternative investasi, menggunakan emas putih dianggap lebih fresh, elegan dan tidak mencolok. Perilaku pembelian emas putih tidak terlepas dari gaya hidup. Namun apakah terdapat pengaruh gaya hidup terhadap perilaku pembelian konsumen memerlukan pengkajian secara empiris.

Penelitian ini dilakukan di Pusat kota Surabaya di perbelanjaan toko emas dimana di tempat tersebut adalah pasar yang cukup strategis letaknya di tengah kota Surabaya sebagai lalu lintas perdagangan, khususnya perdagangan emas. Beberapa alasan penyebab perhiasan emas lebih diminati daripada perhiasan perak adalah disebabkan oleh beberapa motif pembelian perhiasan emas seperti dapat meningkatkan gengsi, spekulasi atau investasi. Sedangkan perhiasan perak kurang dapat mernenuhi motif tersebut, khususnya motif spekulasi dan investasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(14)

5 perhiasan perak tidak dapat dijual kembali, oleh karena itulah banyak wanita yang lebih suka membeli perhiasan emas. Emas putih adalah aloi emas dan lain lain logam yang mengandungi perak, nikel, platinum dan palladium. Seperti emas kuning, emas putih boleh jadi 18 karat, 14 karat, 8 karat atau mana mana karat yang sesuai. Emas putih 18 karat adalah campuran 75 peratus emas dan 25 peratus lain lain logam seperti perak dan palladium.

http://toyu2u.wordpress.com/2008/08/24/apakah-emas-putih/,namun akhir-akhir ini emas putih banyak yang dipalsukan sehinggan banyak konsumen yang beralih ke emas kuning, berikut adalah data tentang pembelian emas putih di Toko Mas Gajah Surabaya.

Tabel 1.1. Data penjualan emas putih di Toko Mas Gajah Surabaya (dalam rupiah) Tahun Target Penjualan Realisasi Penjualan

2007 Rp. 400.000.000,- Rp. 545.420.055,- 2008 Rp. 400.000.000,- Rp. 535.670.400,- 2009 Rp. 400.000.000,- Rp. 470.600.321,- 2010 Rp. 400.000.000,- Rp. 345.200.150,- Sumber: toko Toko Mas Gajah Surabaya /2010.

Berdasarkan gambaran data di atas menunjukkan bahwa pembelian dan penjualan emas putih yang dilakukan di pasaran mengalami penurunan hal ini dapat disebabkan kondisi masing-masing pelanggan."Pelanggan atau konsumen yang berfikir rasional dalam kehidupannya dan juga banyak yang menjual, karena kebutuhan mereka. Bukan karena emas yang lagi naik. Lagi pula naiknnya masih sedikit. Apalagi menjelang hari raya ini, banyaknya tindak kriminalitas yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(15)

6 setiap tahunnya terus meningkat, dapat dilihat pada tahun 2009 target penjualan emas putih sebesar Rp.400.000.000,- sedangkan realisasi penjualan mengalami penurunan sebesar Rp.345.200.150,-, pembelian emas putih ini tidak hanya sekedar investasi tetapi juga ada motif seperti gaya hidup masing-masing konsumen yang membelinya, serta sikap yang membentuk mereka dalam memutuskan untuk pembelian emas putih.

Jakarta - Harga emas dunia yang terus merangkak naik, membawa dampak kepada penjualan perhiasan logam mulia emas di dalam negeri. Kenaikan harga emas tercatat tipis dibawah 10%, namun terjadi penurunan pembelian atas perhiasan emas. Berdasarkan pantauan detik Finance di beberapa toko perhiasan di Jakarta, ada beberapa pengelola yang menaikkan harga jual emas. Seperti pada toko Diamond di pusat belanja Cijantung Jakarta Timur. Di sini, emas dengan kadar 23 dan 24 karat naik Rp 10 ribu per gram, dari harga minggu sebelumnya. "Harga emas kami naikan Rp 10 ribu, dari harga kemarin. Tentu ada pengaruh dari harga emas dunia yang naik. Kita mengikuti saja”.Minggu (22/11/2009).

Shiffman dan Kanuk(2000) adalah “Consumer behavior can be defined

as the behavior that customer display insearching for, purchasing, using,

evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy

they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen

dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. Dari sini kemudian muncul pemikiran akan perlunya sebuah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(16)

7 penelitian untuk mengetahui seberapa besar sikap dan gaya hidup terhadap pengambilan keputusan untuk membeli emas putih dengan demikian penulis membuat judul TA : “Pengaruh Sikap dan Gaya Hidup Konsumen Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Emas Putih Di Pusat Kota Surabaya”.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah sikap konsumen berpengaruh terhadap pengambilan keputusan membeli emas putih di Pusat Kota Surabaya?

2. Apakah gaya hidup berpengaruh terhadap pengambilan keputusan membeli emas putih di Pusat Kota Surabaya?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas dapat disusun tujuan dalam penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap pengambilan keputusan membeli emas putih di Pusat Kota Surabaya.

2. Untuk mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap pengambilan keputusan membeli emas putih di Pusat Kota Surabaya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(17)

8 1.4.Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian tersebut diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Bagi ilmu pengetahuan

Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya Manajemen Pemasaran terutama bagi akademisi yang ingin menganalisis pengaruh sikap dan gaya hidup terhadap pengambilan keputusan pembelian.

2. Bagi perusahaan

Sebagai bahan informasi tambahan untuk penyempurnaan dalam perbaikan atau peningkatan kualitas produk, memberikan ketertarikan pada suatu produk agar konsumen membelinya.

2. Bagi peneliti sebagai referensi penelitian lebih lanjut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(18)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini telah dilakukan oleh Octavia ade, (2009) dengan judul penelitian ”Gaya Hidup Dan Perilaku Pembelian Emas Putih Di Kota Jambi Lifestyle And Purchasing Behavior Of White Gold In Jambi City”.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perilaku konsumen akan ditunjukkan dengan sejauh mana mereka melalui tahap-tahap keputusan.

Pembelian dan didorong oleh beberapa factor untuk sampai pada keputusan pembelian sebuah produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup merupakan factor yang berpengaruh terhadap perilaku pembelian. Hal ini mengandung implikasi bahwa karakteristik produk seperti perhiasan emas putih sangat dipengaruhi gaya hidup, dimana simbolisme produk menjadi kekuatan dari produk yang menyebabkan produk ini banyak disenangi oleh konsumen terutama kaum perempuan.

Terkait dengan hal tersebut, maka diperlukan strategi pemasaran yang berkualitas untuk memastikan produk perhiasan menyentuh sisi kepribadian dan psikologis konsumen untuk dapat berkemampulabaan.Temuan ini berbeda untuk karakteristik produk yang lain, oleh karena itu diperlukan lebih banyak penelitian yang terkait dengan gaya hidup, seperti menentukan segmentasi konsumen yang didasarkan pada gaya hidup


(19)

10 Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini telah dilakukan oleh, Malaihollo,(2007) dengan judul penelitian ”Perilaku konsumen Terhadap Keputusan Membeli Produk Air Minum Dalam Kemasan (Studi pada Konsumen di Kota Ambon)”. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah faktor budaya, sosial pribadi dan psikologi berpengaruh terhadap keputusan pembelian Teknik analsis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini adalah variabel budaya memiliki pengaruh yang dominan terhadap keputusan membeli dibanding faktor lainnya.

Penelitian selanjutnya Roedjinandari, (2007). Dengan judul ”Pengaruh Motivasi, Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek “Honda” di Kawasan Surabaya Barat”. Dalam penelitian ini permasalahan yang diajukan adalah sebagai berikut: (1) Motivasi, persepsi, sikap konsumen berpengaruh terhadap keputusan pembelian Kesimpulan, 2). Persepsi konsumen berpengaruh terhadap keputusan pembelian sikap konsumen berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

Untuk perhitungan statistik dalam penelitian ini digunakan program SPSS adapun teknik analisis data diuraikan sebagai berikut: Analisis Regresi Linier Berganda , Koefisien Determinasi Berganda (R2), Koefisien Korelasi Berganda ( R ), Koefisen Korelasi Parsial ( r ).

Hasil pennelitian dari penelitian ini adalah motivasi dalam diri akan mempengaruhi seseorang (konsumen) dalam melakukan pembelian karena didasarkan pada dorongan yang dimiliki misalnya penilaian terhadap kualitas,


(20)

11 harga, kenyamanan pemakaian terhadap barang yang dibutuhkan. Peran persepsi konsumen akan mempengaruhi pula terhadap keputusan pembelian, hal ini wajar karena setiap orang akan memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap suatu obyek oleh karena itu keputusan pembelian akan cepat terlaksana apabila muncul persepsi positif terhadap barang yang akan dibelinya. Persepsi tersebut dapat berupa penilaian terhadap apa saja yang melekat pada suatu produk yang dapat menimbulkan kepuasan dan kenyamanan pada konsumen. Sikap merupakan stimulus yang dapat menyebabkan konsumen tertarik membeli suatu barang, tentunya sikap yang muncul adalah yang positif misalnya: kepercayaan, emosional unuk memiliki suatu barang dengan kesadaran tinggi terhadap untung dan ruginya. Menurut Guiltinan, Paul (2001: 423) mengatakan bahwa konsumen akan menjatuhkan pilihannya terhadap barang yang dibeli didorong oleh lingkungan teknologi, budaya dan ekonomi yang terjadi\

2.2. Landasan Teori

Dalam Landasan Teori ini akan dijelaskan tentang : 2.2.1. Pengertian Pemasaran

Menurut Kotler (1997:8) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Menurut Stanton pada buku Swastha dan Irawan (1983 : 5) pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk


(21)

12 merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Menurut Pride dan Ferrel (1995 : 4) pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan rancangan, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan seluruh kegiatan usaha yang dibuat untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa dalam menciptakan hubungan pertukaran yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen.

2.2.2. Perilaku Konsumen

Terdapat beberapa definisi untuk memberikan penjelasan mengenai perilaku konsumen.Engel, Blackwell dan Miniard (1994), menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan individu yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut.

Loudon dan Bitta (1993). Menyatakan bahwa perilaku konsumen meliputi proses pengambilan keputusan dan kegiatan individu secara secara fisik pada saat mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mendapatkan barang dan jasa. Dari pendapat tersebut diperoleh dua hal penting yaitu:


(22)

13 a. Sebagai proses pengambilan keputusan

b. Kegiatan fisik dalam upaya menilai, memperoleh dan menggunakan barang dan jasa.

Perilaku konsumen disebutkan sebagai interaksi yang dinamis antara kesadaran atau pengertian, perilaku dan peristiwa lingkungan dimana manusia melakukan aspek dengan mana pertukaran tentang kehidupan mereka. Dari definisi diatas terdapat tiga hal penting yaitu :

1. Perilaku konsumen bersifat dinamis.

2. Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara perasaan dan kesadaran perilaku serta peristiwa lingkungan

3. Perilaku melibatkan pertukaran

Definisi perilaku konsumen yang dikemukakan Swastha dan Handoko (1987 : 9) adalah kegiatan – kegiatan individu secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan – kegiatan tersebut. Dari definisi tersebut terdapat dua elemen terpenting yaitu ;

a. Proses pengambilan keputusan b. Kegiatan fisik.

Kedua elemen ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa ekonomi dari beberapa pengertian perilaku konsumen tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau


(23)

14 organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa yang dapat dipengaruhi oleh lingkungannya. Dengan demikian kegiatan pembelian hanyalah merupakan salah satu tahap dari proses untuk mendapatkan barang dan jasa. Bagi pemasar memahami proses pembelian sangat penting. Karena proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada tindakan manusia untuk membeli suatu produk dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

2.2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Faktor yang mempengaruhi konsumen anatara lain adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh lingkungan

2. Perbedaan dan pengaruh individu

3. Proses psikologis (Engel,J.F,Blackwell,R.D,Miniard,P.W, 1994)

Dalam tujuan pemasaran pihak pemasar berusaha keras untuk memenuhi dan melayani kebutuhan dan belanja sasaran dengan maksimal sesuai dengan keinginan dan harapan konsumennya, Yaitu memperoleh kepuasan sehingga perusahaan harus mampu mengembangkan bauran pemasaran untuk mempengaruhi konsumen agar mau mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atas produk atau jasa yang ditawarkan.

Menurut Amstrong dan Kotler (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen meliputi budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Rangkaian dan unsur masing-masing faktor dapat digambarkan sebagai berikut:


(24)

15 Gambar 2.1. Faktor – faktor yang mempengaruhi konsumen.

Budaya - Budaya - Sub budaya - Kelas Sosial Sosial -Kelompok acuan -Keluarga - Peran &

status

Kepribadian - Umur & tahap

daur hidup - Situasi

ekonomi - Gaya hidup - Kepribadian

& konsep diri

Psikologis - Motivasi - Persepsi - Pengetahuan - Keyakinan & sikap

Sumber : Kotler and Amstrong, (1992), Dasar-Dasar Pemasaran, Penerbit : Intermedia Jakarta.

2.2.3.1 Faktor Budaya

Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial merupakan hal yang sangat penting dalam perilaku pembelian

a.Budaya

Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Anak-anak mendapatkan kumpulan nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku dari keluarganya serta lembaga-lembaga penting lain. Anak-anak yang dibesarkan di amerika serikat mendapatkan nilai-nilai berikut: prestasi dan keberhasilan, aktifitas, efisiensi dan kepraktisan, kemajuan, kenikmatan materi, individualisme, kebebasan, kenikmatan eksternal, humanisme, dan berjiwa muda.

Pembe lian


(25)

16 b.Sub-Budaya

Masing-masing budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi yang khusus bagi anggota-anggotanya. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan progam pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

c.Kelas Sosial

Pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata social. Stratifikasi tersebut kadang-kadang berbentuk sistim kasta yang berbeda dibesarkan dengan peran tertentu dan tidak dapat mengubah keanggotaan kasta mereka. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial.

2.2.3.2Faktor Sosial

Selain faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta peran dan status sosial.

a. Kelompok Acuan

Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang mempunyai pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap


(26)

17 sikap atau perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseoarang dinamakan kelompok keanggotaan.

Beberapa kelompok keanggotaan adalah kelompok primer, seperti keluarga, teman, tetangga,dan rekan kerja, yang berinteraksi dengan seseorang secara terus-menerus dan informal. Orang yang menjadi kelompok anggota sekunder, seperti kelompok keagamaan, profesional, dan asosiasi perdagangan, yang cendrung lebih formal dan membutuhkan interaksi yang tidak rutin.

Orang sangat dipengaruhi oleh kelompok acuan mereka sekurang-kurang oleh tiga jalur. Kelompok acuan manghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup baru. Kelompok acuan juga memepengarui perilaku dan konsep pribadi seseorang. Dan kelompok acuan menciptakan tekanan untuk mengikuti kebiasaan kelompok yang mungkin mempengarui pilihan produk dan merek aktual seseorang.

Orang juga dipengarui oleh kelompok diluar kelompok mereka. Kelompok yang ingin dimasuki seseorang dinamakan kelompok

aprirasional. Kelompok dissosiatif adalah kelompok yang nilai atau

perilakunya ditolak oleh seseorang.

b. Keluarga

Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan ia telah menjadi obyek penelitian yang luas. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh .Kita dapat membedakan antar dua keluarga dalam kehidupan


(27)

18 pembeli. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung

seseorang. Dari orang tua seseorang mendapatkan orientasi atas agama, politik, dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta. Bahkan jika pembeli tidak lagi berinteraksi secara mendalam dengan keluarganya, pengaruh keluarga terhadap perilaku pembeli dapat tetap signifikan. Di negara-negara dimana orang tua tinggal dengan anak-anak mereka yang sudah dewasa, pengaruh mereka dapat menjadi sangat besar. Pengaruh yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari-hari adalah

keluarga prokreasi yaitu, pasangan dan anak-anak seseorang.

c. Peran dan Status

Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya keluarga, club, organisasi. Kedudukan orang itu masing-masing kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilakan status. Orang-orang memilih produk yang dapat mengkomunikasikan peran dan status mereka di masyarakat. Pemasar menyadari potensi simbol status dari produk dan merek.

2.2.3.3Faktor Pribadi

Keputusan pembeli juga dipengarui oleh karakteristik pribadi, Karakteristik tersebut meliputi usia, dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep didik pembeli.


(28)

19 Orang yang memebeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya. Mereka makan makanan bayi selama tahun-tahun awal hidupnya,banyak ragam makanan selama tahun-tahun pertumbuhan dan kedewasaan, serta diet khusus selama tahun-tahun berikutnya. Selera orang terhadap perabot, pakaian, dan rekreasi juga juga berhubungan dengan usia.

Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga. Beberapa karya terbaru telah mengidentifakasikan tahap siklus hidup psikologis. Orang dewasa mengalami perjalanan dan perubahan situasi hidup bercerai, menduda/menjanda, kawin lagi dan dampak situasi itu terhadap perilaku konsumsi.

b.Pekerjaan dan Lingkungan Ekonomi

Pekerjaan seseorang juga mempengarui pola konsumsinya. Pilihan produk sangat dipengarui oleh keadaan ekonomi seseorang, penghasilan yang dapat di belanjakan (level, kesetabilan, pola waktu), tabungan dan aktiva (termasuk presentase aktiva yang lancar/likuid), utang, kemampuan untuk meminjam, dan sikap terus-menerus memperlihatkan kecendrungan penghasilan pribadi, tabungan dan tingkat suku bunga. Jika indikator ekonomi menandakan resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, melakukan penempatan ulang, dan menempatkan kembali harga produk mereka sehingga mereka dapat terus menawarkan nilai ke pelanggan sasaran.


(29)

20 Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerja yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda.Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan dari seseorang yang berinteraksi dengan lingkunganya.

d.Kepribadian dan Konsep Diri

Masing-masing orang memiliki kepribadian yang berbeda yang mempengarui perilaku pembelianya. Yang dimaksud kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkunganya.

2.2.3.4Faktor Psikologis

Pilihan pembelian seseorang dipengarui oleh empat faktor psikologis utama motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian.

a. Motivasi

Seseorang mempunyai banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis, kebutuhan tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, tidak nyaman. Kebutuhan yang bersifat Psikogenis, kebutuhan itu muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan dan pengakuan, penghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok. Suatu kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga ia mencapai


(30)

21 tingkat intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak.

b. Persepsi

Seseorang yang termotivasi siap untuk bertidak. Bagaimana seseorang yang termotivasi bertindak akan dipengarui oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh seorang individu memilih, mengorganisasi, dan mengintepretasi masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang behubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan.

c. Keyakinan dan sikap

Melalui bertindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya kemudian mempengarui perilaku pembelian mereka. Keyakinan mungkin berdasarkan pengetahuan. Pendapat, atau kepercayaan.Yang paling penting bagi para pemasar global adalah sering mempertahankan keyakinan yang mudah dilihat tentang merek atau produk berdasarkan negara mereka.

Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional, dan kecendrungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan.Jadi sebuah perusahaan sebaiknya menyesuaikan produknya dengan sikap yang telah


(31)

22 ada daripada berusaha untuk mengubah sikap orang. Tentu saja terdapat beberapa pengecuailian dimana biaya besar untuk mengubah sikap orang-orang akan memberikan hasil.

2.2.4. Sikap Konsumen

2.2.4.1. Pengertian Sikap Konsumen

Sikap memainkan peranan penting dalam pembentukan perilaku individu dalam hal pembelian terhadap suatu produk atau merek. Dalam memutuskan produk atau merek apa yang akan dibeli, atau toko mana yang akan dijadikan langganan konsumen akan secara khas melakukan pemilihan terhadap suatu merek atau produk yang dievaluasi secara menguntungkan. Sebagai akibatnya peningkatan sikap ini dapat menjadi sasaran pemasaran yang baik bagi perusahaan.

Sikap adalah evaluasi kognitif seseorang yang berlangsung terus menerus, perasaan emosionalnya, kecondongan bertindak kearah sasaran atau gagasan tertentu (William J Stanton 1985; 161), sedangkan menurut Kotler (2002; 200) sikap merupakan evaluasi perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan.

Menurut Schiffman dan Kanuk (2000) dikutip dari buku Ristianti Prasetyo dan John J.O.I Ihalauw (2005: 104) definisi sikap merupakan predisposisi yang dipelajari dalam merespons secara konsisten suatu obyek, dalam bentuk suka atau tidak suka. Jadi berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sikap mempengaruhi perasaan senang atau tidak senang terhadap obyek yang


(32)

23 dipertanyakan. Indikator-indikator yang mempengaruhi pembentukan sikap tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pengaruh Keluarga

Keluarga merupakan pengaruh yang sangat penting dalam keputusan pembelian. Keluarga adalah lingkungan dimana sebagian calon konsumen tinggal dan berinteraksi dengan anggota-anggota keluarga lainnya yang akan saling mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pembelian suatu produk.

b. Pengaruh Orang Lain

Pengaruh dari orang lain lebih memungkinkan mempengaruhi sikap dan perilaku pembelian dari iklam (Kazt dan Lazarsfel dikutip Assael 1992)

c. Pengalaman

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah laku. Pengalaman dapat diperoleh dari semua perbuatanya dimasa lalu atau dapat pula dipelajari, sebab dengan belajar seseorang dapat memperoleh pengalaman. Penafsiran dan proses belajar konsumen merupakan kunci untuk mengetahui perilaku pembeliannya (Basu Swasta, (84).


(33)

24 Menurut Setiadi (2003: 217) terdapat tiga indikator komponen sikap, yaitu komponen kognitif dari sikap adalah kepercayaan merek, komponen afektif atau perasaan, dan komponen konatif atau tindakan adalah maksud untuk membeli. Hubungan antara kepercayaan terhadap merek, evaluasi, sikap berkeinginan akan menjadi fokus utama dijelaskan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.2. Hubungan antar 3 komponen sikap

`

Menurut Kotler, (2002; 200) dengan indikator Allport menurut (Mar’at 1982) secara rinci ketiga komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kognitif

Adalah pengetahuan dan persepsi konsumen, yang diperoleh melalui pengalaman dengan suatu objek-sikap dan informasi dari berbagai sumber. Pengetahuan dan persepsi ini biasanya berbentuk kepercayaan (belief), yaitu konsumen mempercayai bahwa produk memiliki sejumlah

atribut. Kognitif ini ini sering juga disebut sebagai pengetahuan dan kepercayaan konsumen.

Komponen Kognitif Kepercayaan Terhadap Merek

Komponen afektif Evaluasi Merek

Komponen Konatif Maksud Untuk Membeli


(34)

25 2. Afektif

Afektif menggambarkan emosi dan perasaan konsumen, Schiffman dan Kanuk (1994) dalam Sumarwan (2002:147) menyebutnya sebagai “ as

primary evaluative in nature “, yaitu menunjukkan penilaian langsung dan

umum terhadap suatu produk, apakah produk itu disukai atau tidak disukai; atau apakah produk itu baik atau buruk.

3. Konatif

Konatif menunjukkan tindakan seseorang atau kecenderungan perilaku terhadap suatu objek, Engel, ( 1993 ) dalam Sumarwan ( 2002 : 147 ), konatif berkaitan dengan tindakan atau perilaku yang akan dilakukan oleh seorang konsumen terhadap pembelian dan sering juga disebut intention.

Dari tiga komponen sikap, evaluasi merek adalah pusat dari telaah sikap karena evaluasi merek merupakan ringkasan dari kecenderungan konsumen untuk menyenangi atau tidak menyenangi merek tertentu. Evaluasi merek sesuai dengan definisi dari sikap terhadap merek yaitu kecenderungan untuk mengevaluasi merek baik disenangi atau tidak disenangi.

2.2.4.3. Fungsi Sikap

Menurut Kazt dalam Setiadi (2003 : 214) mengklasifikasikan empat fungsi sikap yaitu :


(35)

26 1. Fungsi Utilitarian

Merupakan fungsi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar imbalan dan hukuman. Dalam hal ini konsumen mengembangkan beberapa sikap terhadap produk atas dasar suatu produk memberikan kepuasan atau kekecewaan.

2. Fungsi Ekspresi Nilai

Konsumen mengembangkan sikap terhadap suatu merek produk bukan didasarkan atas manfaat produk itu, tetapi lebih didasarkan atas kemampuan merek produk itu mengekspresikan nilai-nilai yang ada pada dirinya.

3. Fungsi Mempertahankan Ego

Sikap yang dikembangkan oleh konsumen cenderung untuk melindunginya dari tantangan eksternal maupun perasaan internal, sehingga membentuk fungsi mempertahankan ego.

4. Fungsi Pengetahuan

Sikap membantu konsumen mengorganisasikan informasi yang begitu banyak setiap hari dipaparkan pada dirinya. Fungsi pengetahuan dapat membantu konsumen mengurangi ketidakpastian dan kebingungan dalam memilah informasi yang relevan dengan kebutuhannya.

2.2.4.4. Faktor Sikap Konsumen

Menurut Sutisna (2003: 101), faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah:


(36)

27 a. Pengaruh keluarga, keluarga mempunyai pengaruh penting dalam dalam keputusan pembelian.

b. Pengaruh kelompok kawan sebaya (peer group influence). Kawan atau teman sejawat mampu mempengaruhi dalam perilaku pembelian. Peer group lebih cenderung memungkinkan mempengaruhi sikap dan perilaku pembelian daripada iklan.

c. Pengalaman, pengalaman masa lalu mempengaruhi sikap terhadap merek. Pengalaman menggunakan suatu merek produk pada masa lalu akan memberikan evaluasi atas merek tersebut. bila pengalaman itu kurang menyenangkan maka konsumen akan cenderung mempunyai sikap negatif terhadap merek tersebut, demikian sebaliknya

2.4. Gaya Hidup

Berikut tentang gaya hidup : 2.4.1. Pengertian Gaya Hidup

Selanjutnya psychographics (Shiffman & Kanuk, 1994: 59 dan Pride & Ferrel, 1989: 102) juga sering disebut sebagai AIOs (Activities, Interests, Opinions), sebab sebagian penelitian psychographics difokuskan pada pengukuran Aktifitas, minat, serta pendapat. AIOs ini juga digunakan untuk mengukur gaya hidup konsumen. Gaya hidup (Engel, Blackwell, Miniard, 1990: 342) adalah "Lifestyles are defined as patlerns in which people live and spend time and

money.". Konsep gaya hidup didefinisikan sebagai pola manusia menghabiskan


(37)

28 Sedangkan definisi gaya hidup lainnya (Kotler, 1991: 171) adalah: "...pattern of living in the world as expressed in the person's activilies, interests,

and opinions.” Gaya hidup merupakan pola hidup manusia di dunia yang

dinyatakan dalam aktifitas, minat, dan opini atau pendapat seseorang. Secara sederhana consumer lifestyles digunakan untuk menggambarkan seseorang,

sekelompok orang yang saling berinteraksi dan kelompok orang yang lebih besar. Lebih lanjut dikatakan bahwa lifestyle berkaitan dengan bagaimana kehidupan seseorang, bagaimana seseorang tersebut membelanjakan uangnya dan mengalokasikan waktunya (Mowen, 1995: 258).

Gaya hidup seseorang adalah sebuah pola hidup yang ditunjukkan melalui bagaimana seseorang menghabiskan waktunya (activities), apa yang mereka nggap penting dalam lingkungan mereka (interests), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitarnya (opinions). Gaya hidup ini merupakan bentuk kompensasi terhadap kekurangsempurnaan sesuatu. Faktor gaya hidup ini dianggap penting, karena para produsen melihat bahwa trend-trend yang ada telah mengubah kebiasaan, selera dan perilaku pembelian dari konsumen.

Oleh karena itu produsen perlu mengetahui gaya hidup sekelompok konsumen tertentu, untuk dapat menciptakan barang yang sesuai untuk pasar tujuannya dengan lebih spesifik (Assael, 1992: 294). Dari gaya hidup inilah kemudian diciptakan segmen pasar berdasarkan Values and Lifestyle (VALS), yang pertama diperkenalkan pada tahun 1978. VALS ini mengkategorikan konsumen ke dalam 9 kelompok gaya hidup. Kemudian dikembangkan lagi


(38)

29 menjadi VALS 2, yang mengelompokkan orang berdasarkan kecenderungan konsumsi mereka, bagaimana mereka menggunakan waktu dan uangnya. Konsumen dibagi dalam 2 segmen utama (Kotler, Bowen & Makens, 1996: 190-191):

a. Self Orientation.

Dalam segmen ini terdapat 3 perilaku pembelian : 1) Principle oriented (orientasi prinsip).

Konsumen melakukan pembelian berdasarkan pandangan mereka sendiri, di mana mereka akan membeli suatu produk atau jasa menurut pendapat atau pikiran mereka sendiri tanpa dipengaruhi oleh pandangan dari luar atau orang lain.

2) Status oriented (orientasi status).

Konsumen melakukan pembelian berdasarkan pada tindakan dan opini dari orang lainnya. Pembelian akan dilakukan karena adanya masukan dari orang lain yang telah menggunakan atau mencoba suatu produk atau jasa tersebut.

3) Action oriented (orientasi tindakan).

Konsumen terdorong oleh keinginan untuk berkegiatan, bervariasi, dan mengambil resiko. Konsumen ingin mencoba produk atau jasa yang belum pernah digunakan sebelumnya baik oleh konsumen itu sendiri atau orang lain, dan mereka ingin mengetahui baik buruknya produk atau jasa tersebut melalui pengalaman sendiri. Sedangkan kelompok konsumen


(39)

30 yang termasuk dalam segmen ini adalah: fullfilled, believers, achievers,

strivers, experiencers, dan makers.

b. Resources (Sumber daya).

Konsumen dikelompokkan berdasarkan tingkat pendapatan, pendidikan, kesehatan, kepercayaan diri, dan energi. Yang termasuk dalam segmen ini adalah kelompok : actualizers dan strugglers. Kelompok-kelompok konsumen yang telah disebutkan akan dijelaskan kemudian secara lebih terperinci pada bagian 8 kelompok konsumen. Berikut ini adalah 8 kelompok konsumen berdasarkan gaya hidup VALS 2 :

1) Fullfilleds (pemenuhan).

Konsumen yang memiliki gaya hidup mandiri, bertanggung jawab, dan tingkat pendidikan yang baik. Selain itu ia juga terbuka untuk ide-ide baru dan perubahan sosial, juga memiliki pendapatan tinggi, praktikal, dan merupakan konsumen yang value oriented.

2) Believers (pengikut).

Konsumen yang tingkat pendapatannya menengah ke atas, konservatif dan mudah ditebak, menyukai produk Amerika dan merek terkenal.

3) Achievers (pencapai).

Konsumen yang cukup sukses dan berorientasi pada pekerjaan, konservatif, dan menyukai produk dan jasa yang terkenal dan dapat menunjukkan kesuksesan mereka.


(40)

31 4) Strivers (pekerja keras).

Konsumen dengan nilai yang mirip dengan achievers, namun memiliki tingkat ekonomi, sosial, dan psikologis yang lebih rendah.

5) Experiencers (pencoba).

Konsumen yang ingin mempengaruhi lingkungan mereka, dan juga kelompok yang termuda dari kelompok lainnya. Konsumen ini banyak mengkonsumsi produk yang disukai oleh kalangan anak muda.

6) Makers (pembuat).

Kelompok konsumen ini suka mempengaruhi lingkungannya melalui pengalaman dan penemuan mereka akan kegunaan dan kepraktisan suatu produk atau jasa. Oleh karena itu, produk yang praktis dan memiliki kegunaan amat menarik perhatian konsumen macam ini.

7) Actualizers (pewujud).

Konsumen dengan tingkat pendapatan yang tertinggi dan memiliki banyak sumber, sehingga dapat menuruti keinginan dirinya sendiri. Citra atau pandangan amat penting bagi mereka, sehingga cenderung membeli produk yang lebih baik dalam hidup.

8) Struzzlers (pejuang).

Konsumen dengan tingkat pendapatan terendah dan sumber yang sedikit untuk diikutkan pada orientasi konsumen. Karena sarana yang terbatas, mereka cenderung menjadi konsumen yang setia pada merek..

Gaya hidup pada prinsipnya adalah pola seseorang dalam mengelola waktu dan uangnya. Gayahidup mempengaruhi perilaku seseorang yang pada


(41)

32 akhirnya menentukan pola konsumsi seseorang. Menurut Kasali, (1998), para peneliti pasar yang menganut pendekatan gaya hidup cenderung mengklasifikasikan konsumen berikut adalah indikator dari gaya hidup, Plumer, (1974) sebagai berikut:

1. Pola seseorang dalam menghabiskan waktunya. 2. Minat seseorang

3. Pandangan nseseorang terhadap diri sendiri dan orang lain. 4. Karakter-karakter dasar seperti tahap yang dilalui seseorang

dalam kehidupan (lifecycle), penghasilan, pendidikan, dan dimana mereka tinggal.

2.5. Keputusan Pembelian

Berikut akan dijelaskan tentang keputusan : 2.5.1. Pengertian Keputusan Pembelian

Menurut Kotler (1994; 257) pengambilan keputusan oleh konsumen adalah tahap penilaian yang menyebakan konsumen membentuk suatu pilihan yang mengakibatkan konsumen tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan.

Sedangkan definisi keputusan pembelian menurut Setiadi (2004:415) adalah suatu proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternative, dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan (choice) yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berprilaku.


(42)

33 2.5.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Dengan meningkatnya kebutuhan dan keinginan konsumen serta bertambah banyaknya produk atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen menyebabkan keputusan seseorang dapat berubah-ubah setiap saat. Dimana proses persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan yang menunjang keputusan pembelian tersebut adapun indikator dari keputusan pembelian adalah sebagai berikut: Bayas’ud dan Kurniawan, (2006:7-24)

1. Keputusan Tentang jenis produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain.

2. Keputusan Konsumen Tentang Penjual

Konsumen harus dapat mengambil keputusan dimana akan melakukan pembelian produk tersebut.

3. Keptusan Konsumen Tentang Waktu Pembelian

Konsumen harus mengambil keputusan tentang kapan dan dimana ketika hendak membeli suatu produk atau digunakan alternative lainnya. 4. Keputusan Konsumen Tentang Cara Pembayaran

Konsumen harus dapat mengambil keputusan tentang bagaimana cara pembayaran yang mudah dan flexibel tanpa harus bersusah payah membayar barang yang akan dibelinya.


(43)

34 Konsumen dapat mengambil keputusan tentang produk yang akan dibeli sesuai dengan kuantitas produk tersebut yang diharapkan.

2.5.3. Tahap-tahap dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen

Menurut Swasta (2000:120) proses keputusan konsumen untuk membeli dalam mengambil keputusan merupakan suatu pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan manusia untuk membeli suatu barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Tahap dalam proses pengambilan keputusan oleh konsumen untuk membeli suatu produk sebagai berikut:

a. Menganalisa kebutuhan dan keinginan.

Analisa untuk mengetahui adanya kebutuhan dan keinginan yang belum dapat terpenuhi atau terpuaskan. Jika kebutuhan tersebut diketahui, maka konsumen akan segera memahami adanya kebutuhan yang belum terpenuhi atau masih ditunda pemenuhannya serta kebutuhan yang harus segera dipenuhi.

b. Menilai sumber-sumber

Tahap ini sangat berkaitan dengan pencarian informasi tentang sumber-sumber dan menilainya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang dirasakan.

c. Menetapkan tujuan pembelian.

Pada tahap ini konsumen akan menetapkan tujuan pembelian dalam membeli suatu produk atau jasa serta mengadakan seleksi terhadap alternative pembelian berdasarkan tujuan pembeliannya.


(44)

35 d. Keputusan untuk membeli.

Adalah proses dalam pembelian yang nyata jadi selain konsumen harus mengambil keputusan apakah membeli atau tidak terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.

e. Perilaku setelah pembelian.

Adalah tahap bersifat operatif selain penting bagi konsumen juga merupakan hal yang penting bagi perusahaan sebab perilaku perusahaan dapat mempengaruhi penjualan dan juga mempengaruhi ucapan konsumen kepada pihak lain tentang produk perusahaan atau memberikan gambaran yang buruk mengenai produk perusahaan tersebut. Untuk memperhatikan hal tersebut hendaknya perusahaan dapat bertindak dengan menekan kepada segi-segi tertentu atau pelayanan tertentu dari produknya.

Sedangkan menurut Kotler (2004; 205) proses perilaku konsumen dalam mengambil keputusan membeli mempergunakan lima tahap yang dilalui konsumen yaitu: pengenalan masalah, mencari informasi, evaluasi alternative, membuat keputusan membeli dan perilaku setelah membeli. Adapun proses dari tahap-tahap tersebut adalah:

a. Pengenalan masalah

Pengenalan masalah adalah tahap ketika konsumen mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan sebenarnya dengan keadaan yang diinginkan. Kebutuhan dapat dipicu oleh


(45)

36 rangsangan internal seperti halnya kebutuhan normal seseorang seperti lapar, haus, seks akan muncul ketingkat lebih tinggi untuk mencapai dorongan. Kebutuhan juga timbul karena rangsangan eksternal seperti halnya rasa kagum, ketertarikan sebuah tayangan iklan. Pada tahap ini para pemasar perlu meneliti konsumen untuk mengetahui kebutuhan atau masalah apa yang muncul, apa yang menarik mereka dan bagaimana menarik itu membawa konsumen pada produk tertentu.

b. Pencarian Informasi

Adalah tahap dari proses keputusan membeli yang merangsang untuk menbcari informasi yang lebih banyak. Seorang konsumen yang sudah tertarik mungkin mencari lebih banyak Informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan konsumen miungkin akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi lebih lanjut yang berhubungan dengan kebutuhan tersebut. Dalam memperoleh informasi, konsu men dapat melalui beberapa sumber seperti:

1. Sumber pribadi : keluarga,

teman, tetangga, kenalan

2. Sumber Komersial: iklan,

wiraniaga, agen, pameran

3. Sumber Publik: media massa,


(46)

37

4. Sumber Pengalaman:

penggunaan produk, menguji

Mengenai sumber informasi yang digunakan oleh konsumen, pemasar perlu mengidentifikasi sumber-sumber itu dengan cermat dan menilai pentingnya sumber-sumber informasi itu. Konsumen perlu diminta keterangannya tentang nagaimana mereka pertama kali mendengar merek, apakah informasi yang masuk selanjutnya, dan pentingnya beberapa sumber informasi lainnya yang berbeda secara selektif. Pemasar akan memperoleh kesimpulan bahwa informasi ini penting dan mempunyai pengaruh dalam mempersiapkan komunikasi yang efektif terhadap pasar sasaran.

c. Evaluasi alternative

Pemasar perlu mengetahui tentang penilaian alternative, bagaimana konsumen untuk memperoleh informasi unrtuk sampai pada pilihan mereka. Beberapa konsep dasar akan membantu untuk memperjelas proses penilaian konsumen.

1. Sifat-sifat produk, yaitu bahwa setiap konsumen memandang suatu produk sebagai himpunan dari sifat-sifat atau cirri-ciri tertentu.

2. Pemasar perlu memperhatikan ciri produk daripada penonjolan ciri-ciri. Konsumen mungkin mengaitkan pentingnya bobot pentingnya ciri-ciri yang berbeda itu dengan ciri-ciri yang sesuai, sehingga suatu perbedaan dapat dibuat antara pentingnya suatu cirri dengan penonjolanya.


(47)

38 3. Seperangkat kepercayaan dimana konsumen berbeda-beda terhadap

cirri-ciri produk yang sebenarnya sesuai dengan pengalamannya, dana dampak dari persepsi selektif, perubahan makna informasi secara selektif, dan kemempuan mengingat kembali secara selektif.

4. Fungsi kemanfaatan untuk setiap cirri-ciri yaitu menggambarkan bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan yang diperoleh dari produk dengan tingkat alternative yang berbeda-beda dari setiap cirri.

5. Prosedur penilaian, yaitu konsumen terbentuk terhadap beberapa pilihan dari sekian banyak cirri-ciri obyek.

d. Keputusan Membeli

Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan serta membentuk niat pembelian. Konsumen biasanya akan cenderung membeli merek yang paling disukai, namun demikian ada dua factor yang dapat mencampuri maksud membeli dan keputusan membeli yaitu:

1. Pendirian atau sikap orang lain 2. faktor situasi yang tidak terantisipasi

Keputusan konsumen untuk mengubah, menangguhkan, atau membatalkan keputusan membeli dipengaruhi oleh pandangan resiko seseorang. Pemasar harus memehami faktor-faktor yang menimbulkan rasa adanya resiko dalam diri konsumen serta memberikan informasi dan dukungan untuk mengurangi resiko yang dirasakan.


(48)

39 Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca pembelian, tindakan pasca pembelian dan pemakaian serta pembuangan pasca pembelian.

Konsumen yang puas akan terus melakukan pembelian sampai menjadi pelanggan. Konsumen yang tidak puas akan menghentikan pembelian produk bersangkutan dan kemungkinan akan menyebarkan berita tersebut pada teman-teman mereka. Karena itu, perusahaan harus berusaha memastikan kepuasan konsumen pada semua tingkat dalam proses pembelian.

Adapun indikator dari keputusan pembelian adalah sebagai berikut (Delgado, 2004) dalam Ferrinadewi,(2008)

1 Frekuensi pembelian 2. Kuantitas pembelian

2.6. Pengaruh Sikap Terhadap Pengambilan Keputusan Membeli

Sikap terhadap merek menurut Assael (2001: 282) adalah kecenderungan yang dipelajari oleh konsumen untuk mengevaluasi merek dengan cara mendukung (positif) atau tidak mendukung (negatif) secara konsisten. Evaluasi

konsumen terhadap merek tertentu ini di mulai dari sangat jelek sampai sangat bagus. Sikap terhadap merek didasarkan pada skema tentang merek tersebut yang telah tertanam dibenak konsumen.

Rossiter dan Percy (1998: 126) mengemukakan bahwa Sikap itu memberikan identifikasi mengenai minat beli merupakan diri konsumen untuk


(49)

40 melakukan pembelian atas suatu produk, melakukan perencanaan, mengambil tindakan-tindakan yang relevan seperti mengusulkan (pemrakarsa) merekomendasikan (influencer), memilih, dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan pembelian.

Berdasarkan uraian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa apa yang menjadi keyakinan konsumen atas suatu produk dalam mengambil keputusan pembelian akan apat mempengaruhi frekuensi dan intensitas membeliya sehingga menjadi berkelanjutan untuk menjadi kebutuhannya.

2.7. Pengaruh Gaya Hidup Terhadap pengambilan Keputusan Pembelian Latar belakang konsumen akan mempengaruhi pola konsumen untuk melakukan suatu pengambialn keputusan. Seperti yang telah dijelaskan bahwa kelompok referensi, kelas sosial, kepribadian gaya hidup. Motivasi dan persepsi mempengaruhi perilaku konsumen untuk menentukan pengambilan keputusan, termasuk juga pengambilan keputusan pembelian makanan khas Jawa Timur. Perilaku konsumen dapat membentuk minat konsumen terhadap suatu tindakannya karena dalam perilaku konsumen terdapat proses penyesuaian diri seseorang berkenaan dengan lingkungan pemsahaan. Roedjinandari,(2006).

Faktor pribadi mempengaruhi keputusan seorang pembeli melalui usia dan tahap daur hidup, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri pembeli. Husein Umar (2003: 96 ) selanjutnya dapat dijelaskan bahwa perilaku konsumen terbagi dua bagian, yang pertama adalah perilaku yang tampak dimana variable yang termasuk didalamnya adalah jumlah pembelian, waktu ,


(50)

41 karena siapa, dengan siapa, dan bagaimana konsumen melakukan pembelian. Yang kedua adalah perilaku yang tidak tampak, variabelnya antara lain persepsi, ingatan terhadap informasi dan perasaan kepemilikan oleh konsumen. Husein Umar, (2003) juga menjelaskan tentang kepuasan konsumen yang diartikan sebagai tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan dengan harapannya.

2.8. Kerangka Konseptual Berikut struktur konseptual

Gambar 2.3 struktur konseptual

2.9. Hipotesis

3. Bahwa sikap konsumen berpengaruh positif terhadap keputusan membeli emas putih di pusat kota Surabaya.

4. Bahwa gaya hidup berpengaruh positif terhadap keputusan membeli emas putih di pusat kota Surabaya.

Sikap (X)

Gaya Hidup (Z)

Keputusan Membeli (Y)


(51)

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabelnya, adalah sebagai berikut:

1. Sikap (X)

Adalah sikap merupakan evaluasi perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan. Kotler, (2002; 200) dengan indikator Allport menurut (Mar’at 1982) a. Kognitif (X1) adalah pengetahuan dan persepsi konsumen,

- Pengalaman dengan suatu objek-sikap dan informasi dari berbagai sumber.

- Pengetahuan akan produk - Keyakinan terhadap produk

b. Afektif (X2) menggambarkan emosi dan perasaan konsumen, - Penilaian langsung dan umum terhadap suatu produk - Reaksi emosional

- Perasaan suka atau tidak suka

c. Konatif (X3) menunjukkan tindakan seseorang atau kecenderungan perilaku terhadap suatu objek,


(52)

43 - Berkaitan dengan tindakan atau perilaku yang akan dilakukan

oleh seorang konsumen terhadap pembelian dan sering juga disebut intention.

- Kebal terhadap perubahan

- Sikap dapat berubah secara perlahan-lahan 2. Gaya Hidup (Z)

Yaitu pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut: Plumer, (1974) dalam Octavia, (2009)

a. Pola seseorang dalam menghabiskan waktunya. b. Minat seseorang dalam kehidupan

c. Pandangan seseorang terhadap diri sendiri dan orang lain. 3. Keputusan Membeli (Y)

Adalah pengambilan keputusan oleh konsumen adalah tahap penilaian yang menyebakan konsumen membentuk suatu pilihan yang mengakibatkan konsumen tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan. Kotler (1997; 257). Adapun indikatornya adalah sebagai berikut: dalam Ferrinadewi,(2008)

a. Frekuensi pembelian b. Kuantitas pembelian


(53)

44 3.1.1. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval dengan menggunakan teknik pembobotan skala (semantic

differential scale). Analisis ini dilakukan dengan meminta responden

untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi. Dalam penelitian ini, setiap pertanyaan masing-masing diukur dalam 7 skala dan ujung-ujung ditetapkan dengan kata sifat yang tidak secara kontras berlawanan. sebagai berikut:

Sangat Jelek Sangat Bagus

3.2. Teknik Pengambilan Sampel a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang membeli emas putih di Pusat Kota Surabaya

b. Sampel

Untuk penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Non

Probability sampling yaitu dengan purposive Sampling yaitu penarikan

sampel berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh sampel. Ciri-ciri sampel tersebut adalah: (1) konsumen yang berada di toko mas Pusat Kota Surabaya 2). Berusia minimal 25 tahun (3) pernah membeli emas putih. Menurut Ferdinand (2002: 48).

7 1


(54)

45 - Ukuran sampel yang harus terpenuhi dalam model ini adalah 100-200

sampel untuk teknik (Maximum Likelihood Estimation).

- Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi

- Karena terdapat 14 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah (14X8 = 112) maka sampel yang digunakan adalah minimal sebesar 112 responden.

3.3.Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada konsumen yang membeli emas putih di Pusat Kota Surabaya

b. Data Sekunder

Adalah data pendukung yang diperoleh dari perusahaan yang bersangkutan. Data ini antara lain berupa data perusahaan dan gambaran umum tentang perusahaan.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil langsung pelanggan yang membeli emas putih di Pusat Kota Surabaya dengan cara menyebarkan kuesioner


(55)

46 3.3.3. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan beberapa cara berikut:

a. Observasi

Merupakan pengamatan langsung pada perusahaan untuk mendapatkan bukti - bukti yang berkaitan dengan obyek penelitian.

b. Kuisioner

Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada konsumen yang membeli emas putih di Pusat Kota Surabaya.

c. Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan data, menggali data dokumen atau arsip-arsip aturan yang disepakati, misalnya keberadaan perusahaan dan struktur manajemen perusahaan.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling [SEM]. Merupakan teknik statistik yang

memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit. Model pengukuran sikap dan gaya hidup terhadap keputusan membeli menggunakan

confirmatory factor analyses. Penaksiran pengaruh masing-masing variable bebas


(56)

47 analisis SEM model pengukuran dengan contoh faktor variable loyalitas pelanggan dilakukan sebagai berikut : Persamaan Dimensi variabel keputusan membeli

Z1 = 1keputusan membeli + er_1 Z2 = 2 keputusan membeli + er_2

Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model

pengukuran dengan contoh variabel keputusan membeli akan nampak sebagai berikut:

Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Keputusan Membeli

Keterangan :

Y1 = pertanyaan tentang frekuensi membeli Y2 = pertanyaan tentang kuantitas pembelian er_j = error term X1j

3.4.2. Outliers

Outlier adalah obsevasi yang muncul dengan nilai-nilai eksterim baik secara univariat maupun multivariate yang muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi lainya. Dapat diadakan treatment khusus pada outliers ini asal diketahui

keputusan membeli (Y)

(Y1) (Y3)

Er 1


(57)

48 munculnya outlier itu. Outliers pada dasarnya dapat muncul dalam empat kategori.

 Pertama, Outlier muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam memasukkan data atau kesalahan dalam mengkoding data. Misalnya 8 diketik 80 sehingga jauh berbeda dengan nilai-nilai lainnya dalam rentang jawaban responden antara 1-10 jika hal semacam ini lolos maka akan menjadi sebuah nilai ekstrim.

 Kedua, outlier dapat muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain daripada tetapi peneliti mempunyai penjelasan mengenai penyebab munculnya nilai ekstrim itu.

 Ketiga, outlier dapat muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti tidak dapat mengetahui apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan mengenai nilai ekstrim itu.

 Keempat, outlier dapat muncul dalam range nilai yang ada, tetapi bila dikombinasi dengan varibel lainnya, kombinasinya menjadi tidak lazim atau sangat ekstrim. Inilah yang disebut multivariate outlier.

3.4.3. Evaluasi atas outliers

Mengamati atas z-score variabel: ketentuan diantara +_ 3,0 non outlier

Multivariate outlier diukur dengan kriteria jarak mahalanobis pada tingkat p <

0,001.Jarak diuji dengan Chi-Square (X2) pada df (


(58)

49 jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : Mahalanobis > dari nilai X2 adalah multivariate outlier.

3.4.4. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi sebenarnya yang diukur. Analisis validitas item bertujuan untuk menguji apakah tiap butir pertanyaan benar-benar sudah sahih, paling tidak kita dapat menetapkan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang diyakini dalam pengukuran. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan antar skor item denga skor total item. Dalam hal ini koefisien korelasi yang nilai signifikasinya lebih kecil dari 5 % (level of significance) menunjukkan bahwa item-item tersebut sudah sahih sebagai pembentukan indikator.

3.4.5. Uji Reliabilitas

Yang dimaksud dengan realiabilitas ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat sampai dimana masing-masing indicator itu menghasilakan sebuah konstruk/faktor laten yang umum. Secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0,70 dan variance extracted≥ 0,5 Hair et. al., (1998).


(59)

50 3.4.6. Uji Normalitas

Untuk menguji normalitas distribusi data-data yang digunakan dalam analisis, peneliti dapat menggunakan uji-uji statistik. Uji yang paling mudah adalah dengan mengamati skewness value dari data yang digunakan, yang biasanya disajikan dalam statistik diskriptif dari hampir semua program statistik. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut z-value yang dihasilkan melalui rumus berikut ini :

Bila nilai z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifiukasi yag dikehendaki. Misalnya, bila nilai yang dihitung lebih besar dari

2,58 berarti kita dapat menolak asumsi mengenai normalitas dari distribusi pada tingkat 0,01 (1%). Nilai kritis lainnya yang umum digunakan adalah nilai kritis sebesar 1,96 yang berarti bahwa asumsi normalitas ditolak pada tingkat signifikasi 0.05 (5%). Augusty (2002: 95 )

3.4.7. Multicollinearity dan Singularity

Untuk melihat apakah pada data penelitian terdapat multikolinieritas dan singularitas dalam kombinasi-komninasi variabel, maka perlu mengamati determinan dari variable kovarian sampelnya. Determinan yang benar-benar kecil mengindikasikan adanya multikolinieritas dan singularitas, sehingga data tidak dapat digunakan untuk analisis yang sedang dilakukan. Augusty, (2002 : 108).


(60)

51 3.4.8 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p

[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar

daripada t table berarti pengujian hipotesis kausal berarti signifikan.

3.4.9. Evaluasi Model

Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan

prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang

diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model

“good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam

penggunaan structural equation modelling.

Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices

GOODNESS OF

FIT INDEX RANGAN CUT-OFF VALUE

X2 - Chi-square Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama

dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data].

Diharapkan Kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2.

Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace data dan

matriks covariance yang diestimasi.

Minimum 0,1 atau 0,2, atau  0,05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample besar.  0,08

GFI

Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi

[analog dengan R2 dalam regresi berganda]. 

0,90

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF.  0,90

CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model  2,00

TLI Pembandingan antara model yang diuji terhadap baseline model.  0,95

CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya

sample dan kerumitan model.  0,95


(61)

52 1.X² CHI SQUARE STATISTIK

Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood

ratio chi-square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang

digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih dari 200), statistik chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X² yang kecil dan signifikan. X² bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar.

2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR Of APPROXIMATION RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi alam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya degress of freedom.

3. GFI – GOODNES of FIT INDEKS

GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians


(62)

53 sampel yang dijelaskan oleh kovarians matriks populasi yang terestimasi. GFI adalah sebuah ukuran non- statistika yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor

fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini

menunjukkan sebuah “better fit”.

4. AGFI – ADJUST GOODNES of FIT INDEX

AGFI = GFI/df Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai niali yang sama dengan atau lebih besar dari 0.90. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians alam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterprestasikan sebagai tingkatan yang baik (good overall model fit) sedangkan besaran nilai antara 0,90-0,95 menunjukkan tingkatan cukup (adequate fit)

.

5. CMIN/DF

Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMNI/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X² dibagi Dfnya sehingga disebut X² relatif. Nilai X² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X² relatif

yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang diobservasikan dan diestimasi.


(63)

54 6. TLI – TUCKER LEWIS INDEKS

TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan ≥0,95 nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a verry good fit.

7. CFI – COMPERATIF FIT INDEX

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1, mendidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi ( a very good fit).

Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0.95. Keunggulan dari indeks ini besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan


(64)

55

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskriptif Hasil Penelitian

4.1.1. Analisis Karakteristik Responden

Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kedalam kuesioner yang telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui hal-hal seperti dibawah ini.

a. Jenis Kelamin

Dari 112 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan semuanya adalah wanita.

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Pria 0 0%

2 Wanita 112 100%

Sumber : Data kuesioner diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengunjung wanita lebih banyak berbelanja di toko mas pusat kota Surabaya.

b. Usia

Dari 112 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui usia para responden yaitu pada table dibawah ini.


(65)

56 Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.

No Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)

1 25-27 33 29,5%

2 28-30 25 22,3%

3 31-33 27 24%

4 34-36 11 9,9%

5 >37 16 14,3% Total 112 100% Sumber : Data kuesioner diolah

Tabel karakteristik responden berdasarkan tingkat usia menunjukkan bahwa para konsumen emas putih di pusat kota Surabaya adalah kalangan yang berusia dewasa, hal ini lebih dikarenakan mereka sudah banyak yg bekerja untuk membeli emas putih dan tingkat emosional masih tinggi. c. Keperluan Responden Berbelanja.

Pada table 4.3. menunjukkan bahwa keperluan responden berbelanja terbanyak adalah untuk keperluan sendiri 95%, selanjutnya responden yang keperluan berbelanja untuk keperluan orang lain sebanyak 5%.

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Keperluan Berbelanja No Keperluan Belanja Jumlah Persentase (%)

1 Untuk pribadi 95 84,8%

2 Untuk orang lain 7 15,2%

Total 112 100%

Sumber : Data kuesioner diolah

Menunjukkan bahwa keperluan responden berbelanja adalah untuk keperluan sendiri dan pelengkap untuk accesoris sebagai seorang wanita. d. Frekuensi Belanja Responden

Dari 112 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui frekuensi belanja responden yaitu pada table dibawah ini.


(1)

80 keluarga, atau orang lain untuk melakukan pembelian yang sama, selalu membicarakan kebaikan produk atau perusahaan yang memuaskannya. Dampak tersebut dapat dilihat bagaimana perilaku pelanggan dalam melakukan pembelian kembali, bagaimana pelanggan dalam mengekspresikan produk yang dipakainya dan jasa yang diperolehnya, serta perilaku lain yang menggambarkan reaksi pelanggan atas produk dan jasa yang telah dirasakan. (Lupiyoadi ; 2001 : 160) dalam Susanti (2009).

Pada umumnya dalam berbelanja atau melakukan pembelian selain dari segi lingkungan, pelanggan juga memperhatikan dari segi lokasi, yang terpenting harga produk dipasaran. Hal –hal lain yang perlu ditingkatkan dalam permasalahan tersebut antara lain adalah perusahaan harus lebih peka atau sensitive terhadap produk lainnya. Artinya apabila perusahaan tidak mengetahui apa yang dibutuhkan serta diinginkan pelanggan maka pelanggan akan pindah ke produk lain. Hal ini sesuai dengan penelitian Bendapudi dan Paliati (2004), jika ketidakpuasan terus bertambah, maka dampak negatifnya adalah konsumen tidak akan merekomendasikan dan menceritakan hal-hal positif (membantu mempromosikan perusahaan) kepada orang lain, serta konsumen tidak akan melakukan pembelian kembali. Hal ini didukung oleh penelitian dari Baker (1994) dalam Paliati (2004) yang mengemukakan bahwa konsekuensi penurunan kesetiaan tersebut difokuskan pada maksud atau niat untuk pembelian ulang.


(2)

81 Untuk itu, kualitas perhiasan emas putih baik desain, ukuran dan lain sebagainya sebaiknya lebih diperhatikan agar konsumen khususnya wanita tertarik untuk membeli perhiasan emas putih.


(3)

82

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil jawaban responden dan pengolahan data dengan menggunakan metode Structural Equation Modelling menyimpulkan bahwa:

1. Sikap konsumen memberikan kontribusi negatif terhadap keputusan membeli emas putih di Pusat Kota Surabaya, hal ini menunjukkan bahwa keyakinan konsumen akan produk emas putih, sangatmengkhawatirkan nilai jual emas putih yang menyebabkan keputusan konsumen untuk membeli emas putih cenderung turun.

2. Gaya hidup memberikan kontribusi negatif terhadap keputusan membeli emas putih di Pusat Kota Surabaya,karena para konsumen cenderung lebih berfikir irasional dalam gaya hidupnya.


(4)

83

5.2. Saran

Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan atau dimanfaatkan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan:

1. Bagi produsen perhiasan emas putih sebaiknya meningkatkan kualitas perhiasan emas putih baik desain, ukuran dan lain sebagainya sebaiknya lebih diperhatikan agar konsumen khususnya wanita tertarik untuk membeli perhiasan emas putih.

2. Bagi penelitian yang akan datang, hendaknya memperluas sampel penelitian, tidak hanya di pusat kota Surabaya, serta menambah variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap keputusan membeli selain sikap dan gaya hidup.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ghozali, Imam, (2002). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit UNDIP.

2. Handoko, Hani, T (1987). Manajemen. Penerbit : BPFE Yogyakarta. 3. Hansen dan Mowen (1997), Akuntansi Manajemen, jilid I, Penerbit :

Erlangga

4. Horngen, T Charles, (1993), Akuntansi Manajemen, Jilid 1, Alih bahasa : Marianus Sinorga, Penerbit : Erlangga

5. Jackson, John dan Mathis, Robert (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerjemah, Jimmy sadeli dan Bayu Prawira, Penerbit : PT. Salemba Empat

6. Kotler, P. 2002. When to use CRM and When to forget it! Paper presented at the Academy of Marketing Science, Sanibel Harbour Resort and Spa, 30 May.

7. Kotler, P. 1997. Marketing management: analysis, planning, implementation, and control. New Jersey: Prentice Hall International.

8. Kotler and Amstrong, (1992), Dasar-Dasar Pemasaran, Penerbit : Intermedia Jakarta.

9. Robbins, Stephen (1996), Perilaku Organisasi, alih bahasa : Dr. Hadyana, Pujaatmaka. Penerbit : PT. Prenhalinndo, Jakarta.

10. Santoso, Singgih. (2002), SPSS Multivariate. Penerbit : PT. Elex media Komputindo, Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta


(6)

11. Soemarso, (1994). Akuntansi Suatu Pengantar. Penerbit : PT.Rineka Cipta, Jakarta Anggota IKAPI

12. Siegel, Gary And H.R. Marconi, (1989), Behavioural Accounting, Cincinnati Ohio, South Western Publishing Co.

13. Simmamora, Henry. (2001), Akuntansi Manajemen, Penerbit : Salemba Empat

14. Stoner dan Wankel, (1986), Manajemen, Edisi ketiga, Penerbit : CV.Intermedia