Pengaruh Iklan Pokkits Terhadap Keputusan Pembelian Pada Konsumen Kentucky Fried Chicken Cabang Sun Plaza Medan
SKRIPSI
PENGARUH IKLAN POKKITS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN KENTUCKY FRIED CHICKEN
CABANG SUN PLAZA MEDAN
OLEH
STEPHANIE HAREFA 090502032
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN MANAJEMEN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
Nama : Stephanie Harefa
NIM : 090502032
Program Studi : S-1 Manajemen
Konsentrasi : Manajemen Pemasaran
Judul : “Pengaruh Iklan Pokkits Terhadap Keputusan Pembelian Pada Konsumen Kentucky Fried Chicken Cabang Sun Plaza Medan”
Tanggal……….2013
Penulis
NIM : 090502032 Stephanie Harefa
(3)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN MANAJEMEN
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Stephanie Harefa
NIM : 090502032
Program Studi : S-1 Manajemen
Konsentrasi : Manajemen Pemasaran
Judul : “Pengaruh Iklan Pokkits Terhadap Keputusan Pembelian Pada Konsumen Kentucky Fried Chicken Cabang Sun Plaza Medan”
Pembimbing Skripsi Pembaca Penilai
Fivi Rahmatus S., SE, M.Si
NIP. 19770214 200812 2 001 NIP. 19741123 200012 2 001 Dr. Yeni Absah, SE, M.Si__
Ketua Program Studi S1 Manajemen
NIP. 19620513 199203 2 001 Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si
(4)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN MANAJEMEN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
Nama : Stephanie Harefa
NIM : 090502032
Program Studi : S-1 Manajemen
Konsentrasi : Manajemen Pemasaran
Judul : “Pengaruh Iklan Pokkits Terhadap Keputusan Pembelian Pada Konsumen Kentucky Fried Chicken Cabang Sun Plaza Medan”
Tanggal………. Ketua Program Studi Manajemen
NIP. 19620513 199203 2 001
Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si
Tanggal……… Ketua Departemen Manajemen
NIP. 19671019 199303 2 002 Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME
(5)
Lembar Pernyataan
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul Pengaruh Iklan Pokkits Terhadap Keputusan Pembelian Pada Konsumen Kentucky Fried Chicken Cabang Sun Plaza Medan adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau
lembaga dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin,
dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, April 2013
NIM : 090502032 Stephanie Harefa
(6)
ABSTRAK
Pengaruh Iklan Pokkits Terhadap Keputusan Pembelian Pada Konsumen Kentucky Fried Chicken Cabang Sun Plaza Medan
Tugas pokok periklanan adalah mengkomunikasikan informasi seefesien mungkin kepada orang-orang yang beratus ribuan jumlahnya. Dalam kegiatannya, ia melakukan fungsi ekonomi yang terpenting bagi si pemasang iklan dan khalayak. Dalam banyak hal, memperkenalkan produk baru tidak akan bisa dikerjakan dengan mudah apabila periklanan tidak bisa memberitahu orang-orang tentang produk tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh iklan televisi Pokkits terhadap keputusan pembelian pada konsumen Kentucky Fried Chicken Cabang Sun Plaza Medan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengisian kuesioner. Data sekunder diperoleh dari hasil studi dokumentasi terhadap buku-buku literatur, jurnal, majalah, dan halaman internet yang relevan dengan penelitian. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan model analisis regresi sederhana. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen Kentucky Fried Chicken Cabang Sun Plaza Medan yang pernah membeli Pokkits dan berusia 12-35 tahun. Dengan menggunakan rumus interval taksiran didapatkan sampel sebesar 97 orang. Teknik penarikan sampel adalah teknik judgment sampling.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa iklan televisi Pokkits KFC berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pada konsumen KFC Cabang Sun Plaza Medan.
(7)
ABSTRACT
The Effect of Pokkits Advertising In Consumer Buying Decision Against Kentucky Fried Chicken of Sun Plaza Medan’s Branch
The main function of advertising is to communicate an information as efficient as possible to the hundreds thousands of people in number. In its activities, it does the most important economic function for the advertisers and audiences. In many cases, introducing new products will not be done easily if the advertising can not tell people about the product.
The purpose of this study was to determine and analyze the effect of Pokkits on television advertising on Consumer Buying Decision against Kentucky Fried Chicken of Sun Plaza Medan’s Branch.
Data used in this study are primary and secondary data. Primary data was obtained by using questionnaire. Secondary data was obtained from documentary studies of literature, journals, magazines, and web page relevant to the study. Data analysis method used in this study is a simple regression analysis method. Population in this study is all consumers of Kentucky Fried Chicken of Sun Plaza Medan’s Branch who ever bought Pokkits and ages between 12-35 years old. Using prediction interval formula where the total sample used in this study is rounded up to 97 people. The sampling method used in this study is judgment sampling.
The results showed that the television advertising of KFC Pokkits has positive and significant impacts on consumer purchasing decision against KFC of Sun Plaza Medan’s Branch.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria karena atas
kasih dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Pengaruh Iklan Pokkits Terhadap Keputusan Pembelian Pada Konsumen Kentucky Fried Chicken Cabang Sun Plaza Medan” dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Sumatera Utara.
Selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi ini, peneliti telah banyak
mendapatkan bimbingan, motivasi, dan doa dari berbagai pihak. Pertama sekali,
peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua
saya tercinta, Daddy Drs. Yulianus Harefa, MEd TESOL dan Mama Rahmawaty Zebua, SE atas kasih sayang, nasihat, dan dukungan yang tanpa henti diberikan kepada peneliti. Peneliti menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Arifin Lubis, MM., Ak., selaku Plt. Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Ami Dilham, SE., M.Si., selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME., selaku Ketua Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Dosen Penguji.
4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi
(9)
5. Ibu Dra. Marhayanie MSi., selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Fivi Rahmatus Sofiah SE., MSi., selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan masukan dan arahan selama pengerjaan skripsi ini.
7. Ibu Dr. Yeni Absah, SE., MSi., selaku Dosen Pembaca Nilai yang juga telah
banyak memberikan masukan dan arahan kepada peneliti selama mengerjakan
skripsi ini.
8. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
9. PT FASTFOOD INDONESIA Tbk. (Om Richard Telaumbanua, SH selaku
General Affairs Officer – RSC Medan, Bapak Charles Marbun selaku Regional Marketing Officer, dan Ibu Enny Nainggolan selaku Duty Manager KFC Cabang Sun Plaza Medan).
10. Kedua saudari peneliti, Kakak (Maris SC Harefa) dan Adik (Belinda Harefa),
atas doa, bantuan, dan dukungannya.
11. Benita, Tety, Veranita, Citrawisari, Christina, dan Grace. Kalian adalah
teman-teman terbaik di fakultas ini. Juga untuk Friska, Nurlisa, dan Nur Afni.
Terima kasih atas bantuan kalian. Hal itu sangat berarti bagi peneliti.
12. Teman-teman angkatan 2009 yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.
13. Semua responden yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner.
Medan, Maret 2013 Peneliti
Stephanie Harefa NIM. 090502032
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Promosi dan Bauran Promosi ... 10
2.2 Iklan ... 12
2.2.1 Defenisi Iklan ... 12
2.2.2 Sejarah Perkembangan Iklan ... 14
2.2.3 Ragam Iklan ... 17
2.2.4 Mengenali Khalayak Sasaran ... 19
2.2.5 Tujuan Iklan ... 20
2.2.6 Penyusunan Naskah Iklan ... 23
2.2.7 Jadwal Pemasangan Iklan ... 25
2.2.8 Pemilihan Media yang Tepat ... 27
2.2.9 Iklan Televisi ... 28
2.2.9.1 Defenisi Iklan Televisi ... 28
2.2.9.2 Kategorisasi Iklan Televisi ... 30
2.2.10 Bahasa sebagai Realitas Sosial Iklan ... 31
2.3 Perilaku Konsumen ... 33
2.3.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ... 35
2.3.2 Keputusan Pembelian ... 37
2.4 Penelitian Terdahulu ... 38
2.5 Kerangka Konseptual ... 39
2.6 Hipotesis Penelitian ... 40
BAB III METODE PENELITIAN ... 41
3.1 Jenis Penelitian ... 41
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 41
3.3 Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Penelitian ... 41
3.3.1 Variabel Penelitian ... 41
(11)
3.3.3 Skala Pengukuran Variabel ... 44
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 45
3.4.1 Populasi ... 45
3.4.2 Sampel ... 45
3.5 Jenis dan Sumber Data ... 46
3.5.1 Jenis Data ... 46
3.5.1.1 Data Primer ... 46
3.5.1.2 Data Sekunder ... 47
3.5.2 Sumber Data ... 47
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 47
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 47
3.7.1 Uji Validitas ... 47
3.7.2 Uji Reliabilitas ... 50
3.8 Analisis Statistik Deskriptif ... 51
3.9 Metode Analisis Data ... 52
3.9.1 Uji Normalitas ... 52
3.9.2 Analisis Regresi Linear Sederhana ... 53
3.9.3 Uji Hipotesis ... 53
3.9.3.1 Uji Secara Signifikansi (Uji t) ... 54
3.9.3.2 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 56
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 56
4.1.2 Strategi Pemasaran ... 59
4.1.3 Prestasi KFC ... 60
4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan ... 61
4.2 Hasil Penelitian ... 65
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 65
4.2.1.1 Deskriptif Responden ... 65
4.2.1.2 Deskriptif Variabel Penelitian ... 67
4.2.2 Metode Analisis Data ... 71
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 71
4.2.2.2 Analisis Regresi Linear Sederhana ... 75
4.2.2.3 Uji Hipotesis ... 76
4.2.2.3.1 Uji Secara Signifikansi (Uji t) ... 76
4.2.2.3.2 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 77
4.3 Pembahasan ... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 85
5.1 Kesimpulan ... 85
5.2 Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 88
(12)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Kategorisasi Usia Menurut Depkes RI ... 7
2.1 Kebaikan dan Keburukan Beberapa Media Iklan ... 28
3.1 Operasionalisasi Variabel ... 43
3.2 Item-Total Statistics ... 49
3.3 Item-Total Statistics ... 50
3.4 Reliability Statistics ... 51
4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 66
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Membeli Pokkits 67 4.4 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Iklan ... 68
4.5 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Keputusan Pembelian ... 70
4.6 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 74
4.7 Coefficientsa ... 75
4.8 Model Summaryb ... 77
(13)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
1.1 Iklan KFC versi Pokkits di Televisi ... 5
2.1 Kerangka Konseptual ... 40
4.1 Struktur Organisasi KFC Cabang Sun Plaza Medan ... 62
4.2 Histogram ... 72
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 93 Lampiran 2 Tabulasi Data Penelitian ... 96 Lampiran 3 Hasil Analisis Data ... 100
(15)
ABSTRAK
Pengaruh Iklan Pokkits Terhadap Keputusan Pembelian Pada Konsumen Kentucky Fried Chicken Cabang Sun Plaza Medan
Tugas pokok periklanan adalah mengkomunikasikan informasi seefesien mungkin kepada orang-orang yang beratus ribuan jumlahnya. Dalam kegiatannya, ia melakukan fungsi ekonomi yang terpenting bagi si pemasang iklan dan khalayak. Dalam banyak hal, memperkenalkan produk baru tidak akan bisa dikerjakan dengan mudah apabila periklanan tidak bisa memberitahu orang-orang tentang produk tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh iklan televisi Pokkits terhadap keputusan pembelian pada konsumen Kentucky Fried Chicken Cabang Sun Plaza Medan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengisian kuesioner. Data sekunder diperoleh dari hasil studi dokumentasi terhadap buku-buku literatur, jurnal, majalah, dan halaman internet yang relevan dengan penelitian. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan model analisis regresi sederhana. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen Kentucky Fried Chicken Cabang Sun Plaza Medan yang pernah membeli Pokkits dan berusia 12-35 tahun. Dengan menggunakan rumus interval taksiran didapatkan sampel sebesar 97 orang. Teknik penarikan sampel adalah teknik judgment sampling.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa iklan televisi Pokkits KFC berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pada konsumen KFC Cabang Sun Plaza Medan.
(16)
ABSTRACT
The Effect of Pokkits Advertising In Consumer Buying Decision Against Kentucky Fried Chicken of Sun Plaza Medan’s Branch
The main function of advertising is to communicate an information as efficient as possible to the hundreds thousands of people in number. In its activities, it does the most important economic function for the advertisers and audiences. In many cases, introducing new products will not be done easily if the advertising can not tell people about the product.
The purpose of this study was to determine and analyze the effect of Pokkits on television advertising on Consumer Buying Decision against Kentucky Fried Chicken of Sun Plaza Medan’s Branch.
Data used in this study are primary and secondary data. Primary data was obtained by using questionnaire. Secondary data was obtained from documentary studies of literature, journals, magazines, and web page relevant to the study. Data analysis method used in this study is a simple regression analysis method. Population in this study is all consumers of Kentucky Fried Chicken of Sun Plaza Medan’s Branch who ever bought Pokkits and ages between 12-35 years old. Using prediction interval formula where the total sample used in this study is rounded up to 97 people. The sampling method used in this study is judgment sampling.
The results showed that the television advertising of KFC Pokkits has positive and significant impacts on consumer purchasing decision against KFC of Sun Plaza Medan’s Branch.
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Periklanan adalah satu dari empat alat penting yang digunakan oleh
perusahaan untuk melancarkan komunikasi persuasif terhadap pembeli dan
masyarakat yang ditargetkan. Tugas pokok periklanan adalah
meng-komunikasikan informasi seefesien mungkin kepada orang-orang yang beratus
ribuan jumlahnya. Dalam kegiatannya, ia melakukan fungsi ekonomi yang
terpenting bagi si pemasang iklan dan khalayak. Dia menolong khalayaknya untuk
mengambil tindakan ekonomis yang lebih baik dengan memberitahu mereka
tentang barang dan jasa. Dalam banyak hal, memperkenalkan produk baru tidak
akan bisa dikerjakan dengan mudah apabila periklanan tidak bisa memberitahu
orang-orang tentang produk tersebut. Periklanan adalah komunikasi personal dan
nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang
ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat massal (Lee &
Johnson, 2007:3).
Iklan yang muncul di televisi kebanyakan adalah iklan produk yang dibuat
oleh perusahaan periklanan. Jika sudah mengetahui jenis dan kualitas produk yang
diiklankan, diharapkan masyarakat berminat membeli produk tersebut, dengan
tidak merasa terpaksa. Mengiklankan produk dengan bahasa iklan yang mudah
diingat, sederhana, dan singkat serta didukung penampilan sosok orang terkenal
(18)
dapat mencapai sasaran dalam mempengaruhi dan mengubah sikap masyarakat
sesuai keinginan pengiklan. Setelah itu, masyarakat bukan hanya tertarik,
melainkan juga dapat mengakui dan membenarkan informasi iklan suatu produk
sebagai informasi yang sangat relevan dengan kebutuhannya. Satu dari berbagai
media yang banyak dipakai untuk mengiklankan suatu produk (barang dan jasa)
adalah televisi. Pilihan ini logis, karena televisi memiliki jangkauan siaran yang
sangat luas, bisa mencapai seluruh wilayah Indonesia, bahkan sampai ke
mancanegara, sehingga penontonnya pun banyak. Melalui televisi, kita menyerap
informasi dari berbagai belahan dunia.
Menurut penelitian dari turnofftv.org yang dipublikasikan kembali pada blog kesehatan
minggunya, begitu pula dengan para remaja. Televisi mencuri banyak waktu dan
perhatian pemirsa terhadap hal yang seharusnya diutamakan. Ada dua alasan yang
mendasari kepopuleran televisi:
1. Televisi memberikan (menyediakan) informasi edukasi, ekonomi, serta
hiburan.
2. Televisi memberikan/menyediakan informasi produk dengan iklan.
Konsumen selalu membentuk gambaran atau kesan tertentu terhadap iklan
tertentu. Hal ini sering diartikan sebagai persepsi yang timbul dari konsumen
terhadap iklan. Kotler (2001:179) menerjemahkan persepsi sebagai proses di
mana kita memilih, mengatur, dan menerjemahkan masukan informasi untuk
(19)
Masing-masing orang bisa mempunyai persepsi berbeda tentang obyek
yang sama karena tiga proses pemahaman: 1). Proses atensi selektif, yaitu
menyortir sebagian besar rangsangan iklan atau komunikasi merek dalam sehari;
2). Proses distorsi selektif, yaitu kecenderungan untuk menerjemahkan informasi
dengan cara yang sesuai dengan konsepsi awal kita; 3). Proses retensi selektif,
yaitu mengingat poin bagus tentang sebuah produk yang kita sukai dan melupakan
poin bagus tentang produk pesaing. Ada pula persepsi bawah sadar dimana
konsumen tidak menyadari pesan yang disampaikan oleh pengiklan, tetapi pesan
tersebut mempengaruhi perilaku.
Saat ini, Kentucky Fried Chicken, atau yang akrab dengan sebutan KFC
telah menjadi brand hidangan cepat saji yang paling dominan, dan dikenal luas sebagai jaringan restoran cepat saji di negeri ini (www.kfcindonesia.com). Dapat
dipahami jika produk unggulan KFC berkualitas tinggi ini dapat diterima baik di
Indonesia, sebuah negara dengan konsumsi daging ayam jauh lebih tinggi
daripada daging jenis lain. Selain menyajikan produk unggulannya, KFC juga
memenuhi selera konsumen lokal dengan menawarkan menu pilihan seperti
Perkedel, Nasi, Salad dan Jagung Manis, serta produk lain-lain seperti Crispy
Strips, Twister, dan Spaghetti, yang diterima dengan sangat baik oleh pasar kita.
Untuk memberikan nilai tambah kepada konsumen, menu kombinasi hemat dan
bermutu seperti Kombo Hitlist ber-2 dan Super Besar serta Super Family
senantiasa ditawarkan. Hal ini tidak terlepas dari usaha yang dilakukan oleh pihak
KFC yang terus-menerus melakukan pengembangan brand melalui pengenalan produk-produk baru, produk lanjutan, dan promosi paket murah meriah (secara
(20)
permanen atau waktu terbatas) yang memberi kontribusi besar terhadap
pertumbuhan KFC dan meningkatkan diferensiasi brand KFC yang kompetitif.
Iklan di televisi adalah salah satu cara yang dilakukan KFC agar publik tetap
mengingat dan mengenal produk-produk mereka. Hal ini penting mengingat
derasnya arus persaingan usaha sejenis (waralaba restoran cepat saji).
McDonald’s, A&W, Pizza Hut, dan Texas merupakan nama-nama besar yang siap
‘berebut’ konsumen dengan KFC.
Melalui iklan, KFC berharap dapat membentuk persepsi konsumen yang
positif dari produk-produk mereka. Tampilan ayam goreng, aneka jenis minuman,
aneka menu hidangan, serta bahan-bahan makanan ditampilkan untuk
mendapatkan kesan lezat, segar, dan selera yang menarik perhatian konsumen.
KFC juga sering mengajak para artis maupun penyanyi sohor di tanah air sebagai
model untuk menyampaikan pesan-pesannya kepada penonton melalui iklan.
Salah satunya iklan KFC terbaru yang dibintangi oleh penyanyi dan pemain
sinetron, Cinta Laura, untuk memperkenalkan produk terbaru “Pokkits”.
Pokkits adalah sebuah produk snack atau light meal yang inovatif, yang terdiri atas potongan crispy strips, fresh lettuce, parutan cheddar dan jack cheese, mayonnaise, dan saus pineapple mango, yang dimasukkan ke dalam roti pita panggang. Pokkits ini sendiri merupakan versi mini produk mereka sebelumnya,
Twister. Sesuai dengan slogannya, “Siap isi kantongmu”, Pokkits dibuat mungil,
dan disesuaikan agar muat kantong celana. Pokkits memang sengaja dibuat kecil,
dan tidak akan mengotori tangan sehingga bisa dimakan sambil beraktivitas.
(21)
Berikut ini beberapa potongan gambar dari Iklan KFC versi Pokkits yang
dibintangi Cinta Laura:
Sumber:
Gambar 1.1
Iklan KFC versi Pokkits di Televisi
Nama Pokkits sendiri tergolong unik karena mudah diingat sekaligus
menggambarkan produk itu sendiri yang merupakan kudapan yang bisa disisipkan
di kantong (pocket). Di iklan tersebut, Cinta Laura terlihat sedang hangout bersama teman-temannya sambil mengantongi Pokkits. Kemudian menyantapnya
dengan penuh selera. Begitu juga dengan kedua orang sahabat yang menemaninya
yang ikut menikmati kudapan lezat asal KFC tersebut. Dilatarbelakangi musik
beralunan santai, dalam iklan terdengar kata-kata dari sang bintang, “Pokkits bikin hangout makin asik. Pas di kantong, praktis banget! Dengan topping fresh lettuce, crispy strips, cheddar cheese, dan mayo, dipadu dengan saus pineapple-mango. Pokkits, emang pas banget.”. Pesan ini berusaha membentuk anggapan penonton bahwa produk terbaru ini adalah sesuatu yang layak untuk dicoba sehingga
kemudian melakukan pembelian.
Keputusan membeli seseorang merupakan hasil suatu hubungan yang
saling mempengaruhi antara faktor-faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi.
Banyak dari faktor ini tidak banyak dipengaruhi oleh pemasar. Namun
(22)
memiliki minat terbesar terhadap suatu produk. KFC sangat jeli memanfaatkan
faktor-faktor berpengaruh ini dalam menghasilkan iklan produk terbarunya,
Pokkits. Salah satunya adalah dengan menonjolkan gaya hidup anak-anak muda
zaman sekarang yang suka jalan-jalan bersama teman-teman yang ditampilkan di
dalam iklan. Gaya hidup mencerminkan pola konsumsi yang menggambarkan
pilihan seseorang bagaimana ia menggunakan waktu dan uang. Hal ini merupakan
salah satu komponen dari faktor pribadi.
Ada dua faktor utama yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang
selanjutnya akan menentukan respon konsumen. Pertama adalah konsumen itu
sendiri. Ada dua unsur dari konsumen itu sendiri yang berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan yaitu pikiran konsumen yang meliputi kebutuhan atau
motivasi, persepsi, sikap, dan karakteristik konsumen yang meliputi demografi,
gaya hidup dan kepribadian konsumen. Faktor kedua adalah pengaruh lingkungan
yang terdiri atas nilai budaya, pengaruh sub dan lintas budaya, kelas sosial, face to face group, dan situasi lain yang menentukan.
Konsumen berusia muda dipilih karena iklan Pokkits menargetkan
konsumen yang berusia muda dilihat dari model iklan yang saat ini tengah disukai
banyak kawula muda dan situasi dalam iklan dimana Cinta dan teman-temannya
sedang hangout seperti yang biasa dilakukan kebanyakan anak muda. Ukurannya yang kecil dan kemasannya yang praktis cocok untuk dimakan sambil
beraktivitas. Selain itu, KFC juga menyelenggarakan lomba modelling catwalk dan games Poke Me yang bisa dimainkan di website KFC Indonesia. Hal ini semakin menguatkan pendapat penulis bahwa KFC Pokkits ini memang ditujukan
(23)
kepada golongan usia muda. KFC Sun Plaza dipilih karena Sun Plaza merupakan
tempat favorit banyak anak muda untuk menghabiskan waktu luang bersama
teman-temannya. Dan KFC merupakan salah satu restoran cepat saji terkemuka di
Indonesia, sehingga diprediksi KFC Sun Plaza akan menjadi salah satu pilihan
anak-anak muda untuk menghabiskan waktu. Karena iklan Pokkits ini dianggap
dekat dengan keseharian peneliti yang adalah seorang mahasiswa yang masih
tergolong berusia muda, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang iklan KFC
versi Pokkits tersebut. Adapun kategori umur menurut Departemen Kesehatan
Republik Indonesia yang menjelaskan tentang kelompok yang disebut usia muda:
Tabel 1.1
Kategori Usia Menurut Depkes RI (2009)
No. Kategori Usia
1. Masa balita 0-5 tahun
2. Masa kanak-kanak 5-11 tahun
3. Masa remaja awal 12-16 tahun
4. Masa remaja akhir 17-25 tahun
5. Masa dewasa awal 26-35 tahun
6. Masa dewasa akhir 36-45 tahun
7. Masa lansia awal 46-55 tahun
8. Masa lansia akhir 56-65 tahun
9. Masa manula 65 tahun ke atas
Sumber:ilmu-kesehatan-masyarakat.blogspot.com/2012/05/kategori-umur.html(data diolah).
Sebuah penelitian di London seperti yang dilansir detikhealth.com,
mengatakan bahwa seseorang berhenti menjadi muda di usia 35 tahun. Dari
data-data tersebut, peneliti menarik kesimpulan bahwa kelompok usia muda adalah
mereka yang berusia 12-35 tahun atau meminjam istilah dari Depkes RI, mereka
(24)
Berawal dari kesuksesan restoran KFC pertama yang dibuka pada Oktober
1979 di Jalan Melawai, Jakarta, kini restoran KFC sudah dibuka di kota-kota
besar lainnya di Indonesia. Dari fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa hampir
seluruh masyarakat di kota-kota besar di Indonesia sudah pernah mencicipi
makanan cepat saji ciptaan Kolonel Sanders (pendiri KFC) tersebut, termasuk
Kota Medan.
Berdasarkan uraian di latar belakang, maka peneliti tertarik mengambil
judul penelitian: “Pengaruh Iklan Pokkits terhadap Keputusan Pembelian Pada Konsumen Kentucky Fried Chicken (KFC) Cabang Sun Plaza Medan.”
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut: “Apakah Penayangan Iklan Pokkits di Televisi Berpengaruh
Positif dan Signifikan Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Kentucky Fried Chicken Cabang Sun Plaza Medan?”
1.3Tujuan Penelitian
Mengetahui dan menganalisis Iklan Pokkits di Televisi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian pada Konsumen Kentucky Fried Chicken Cabang Sun Plaza Medan.
(25)
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan, sebagai bahan informasi dalam rangka membangkitkan
kreativitas pembuatan iklan untuk mempengaruhi persepsi konsumen
sebagaimana yang dikehendaki perusahaan sehingga dapat meningkatkan
penjualan.
2. Bagi peneliti, menjadi sebuah kesempatan untuk mengetahui cara-cara
pemasaran yang baik sebelum memasuki dunia kerja.
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai referensi apabila ingin melakukan
(26)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Promosi dan Bauran Promosi
Promosi dipandang sebagai arus informasi atau persuasi satu-arah yang
dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang
menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Menurut Harper, “Promosi adalah
suatu program terkendali dan terpadu dari metode komunikasi material
perusahaan atau produk yang dapat memuaskan konsumen, mendorong penjualan
serta memberi kontribusi pada kinerja laba perusahaan” (2000:65). Promosi
menunjukkan adanya lalu lintas informasi dua arah meliputi informasi mengenai
produk dan segenap aspek informasi organisasi yang memerlukan pengelolaan
dalam keberadaannya. Tujuan utama dari promosi sebenarnya hampir pasti ialah
untuk meningkatkan penjualan. Hal ini terlihat dari pendapat Buchari Alma yang
juga ‘menyetujui’ pernyataan Harper di mana ia menegaskan, “Tujuan utama promosi adalah memberi informasi, menarik perhatian, dan selanjutnya memberi
pengaruh meningkatnya penjualan” (2002:137).
Dalam kondisi perekonomian yang modern seperti saat ini, perusahaanlah
yang harus memberitahukan dan mendorong masyarakat untuk membeli
produk-produknya, apakah melalui media massa atau dengan cara lain.
Tujuan promosi:
(27)
2. Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan profit.
3. Untuk mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan.
4. Untuk menjaga kestabilan penjualan ketika terjadi lesu pasar.
5. Membedakan serta mengunggulkan produk dibanding produk pesaing.
6. Membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan.
Promosi tidak hanya dilakukan oleh perusahaan/penjual saja, tetapi
pembeli juga sering menggunakannya. Misalnya mereka memasang iklan pada
sebuah suratkabar untuk mencari barang atau jasa yang diperlukan dari pihak lain.
Selain itu pembeli dan penjual dapat menggunakan perantara komunikasi seperti
biro periklanan untuk melaksanakan kegiatan promosi mereka. Jadi dapat
dikatakan bahwa pembeli, penjual, dan perantara bisa terlibat dalam promosi.
Efektifitas pengelolaan promosi melibatkan koordinasi
komponen-komponen bauran promosi. Bauran promosi didefenisikan sebagai kombinasi
strategi yang paling baik dari variabel-variabel periklanan, personal selling, dan alat promosi yang lain, yang kesemuanya direncanakan untuk mencapai tujuan
program penjualan (J. Stanton dalam Nugroho, 2003:160). Pendapat lain
mengatakan bahwa bauran promosi merupakan gabungan dari berbagai jenis
promosi yang ada untuk suatu produk yang sama agar hasil dari kegiatan promo
yang dilakukan dapat memberikan hasil yang maksimal. Seperti yang dapat
dilihat, kedua pendapat ini juga mengandung inti yang sama, yakni penggabungan
alat-alat promosi untuk mencapai tujuan penjualan. Bauran promosi terdiri dari
(28)
1. Periklanan (advertising), yaitu segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan presentasi dan promosi nonpribadi dalam bentuk gagasan,
barang, atau jasa.
2. Penjualan personal (personal selling), yaitu presentasi pribadi oleh para wiraniaga perusahaan dalam rangka mensukseskan penjualan dan membangun
hubungan dengan pelanggan.
3. Promosi penjualan (sales promotion), yaitu insentif jangka pendek untuk men-dorong pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa.
4. Hubungan masyarakat (public relation), yaitu membangun hubungan baik dengan publik terkait untuk memperoleh dukungan, membangun “citra
perusahaan” yang baik, dan menangani atau menyingkirkan gosip, cerita, dan
peristiwa yang dapat merugikan.
5. Pemasaran langsung (direct marketing), yaitu komunikasi langsung dengan sejumlah konsumen sasaran untuk memperoleh tanggapan langsung—
penggunaan surat, telepon, faks, e-mail, dan lain-lain untuk berkomunikasi
langsung dengan konsumen tertentu atau usaha untuk mendapat tanggapan
langsung.
2.2 Iklan
2.2.1 Defenisi Iklan
Iklan adalah suatu proses komunikasi massa yang melibatkan sponsor
tertentu, yakni si pemasang iklan (pengiklan), yang membayar jasa sebuah media
(29)
Indonesia, iklan merupakan berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak
ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan.
Menurut Kriyantono (2008), Iklan bisa didefinisikan sebagai “bentuk
komunikasi nonpersonal yang menjual pesan-pesan persuasif dari sponsor yang
jelas untuk mempengaruhi orang membeli produk dengan membayar sejumlah
biaya untuk media.”
Iklan adalah komunikasi komersial dan nonpersonal tentang sebuah
organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak sebagai
target melalui media yang bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah
direct mail (pengeposan langsung), reklame ruang luar, atau kendaraan umum (Lee, 2004).
Menurut pakar periklanan dari Amerika Serikat, S. William Pattis
(1993), iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk
memotivasi dan mempromosikan produk dan jasa kepada seseorang atau pembeli
yang potensial.
Menurut Guinn, Allen, dan Semenik dalam buku yang berjudul
Advertising & Integrated Brand Promotion mengemukakan bahwa periklanan merupakan sebuah proses komunikasi. Ketiga tokoh tersebut menyatakan bahwa
"Communication is a fundamental aspect of human existence, and advertising is a
communication." (2003:13). “Komunikasi adalah aspek fundamental dari
(30)
2.2.2 Sejarah Perkembangan Iklan
Untuk mengetahui di mana kita berada dalam dunia periklanan kini, kita
harus ingat di mana kita berada kemarin. Selama zaman batu, barang-barang
pecah belah dan tenunan merupakan hasil kerajinan tangan di desa-desa yang
dikunjungi oleh para petani, peternak, dan pemburu yang mengembara.
Barang-barang tersebut dibeli atau dipertukarkan (barter), dan mereka selalu
membicarakan tentang keistimewaan hasil kerajinan tersebut. Karena itu praktik
periklanan yang pertama adalah “buah bibir” atau yang lebih dikenal dengan
istilah sekarang “promosi dari mulut ke mulut” (word mouth).
Para pedagang Mesir zaman dulu berteriak-teriak untuk memberitahukan
kedatangan kapal dan muatannya. Di propinsi Berry, Perancis, terdapat duabelas
tukang teriak yang diorganisasikan ke dalam sebuah perusahaan. Ditemukannya
tulisan di atas papyrus dan pena buluh pada abad keenambelas menunjukkan bahwa pada saat itu pesan perniagaan telah dapat dipelihara dan dibaca. Sebuah
tulisan di papyrus yang berusia 3000 tahun masih merupakan iklan penawaran
budak. Seiring dengan itu, dunia periklanan melangkah ke poster dinding. Pada
penggalian reruntuhan Herculaneum dan Pompell ditemukan poster dinding yang
mengumumkan pertandingan gladiator. Orang-orang Roma selalu memasang
poster dinding di Inggris, Gaul, dan Persia, serta di sepanjang jalan-jalan utama
menuju kerajaan.
Seperti kebanyakan penemuan, mesin cetak Gutenberg tidak dipedulikan
orang. Tiada seorang pun pengusaha muncul yang datang meminta dicetakkan
(31)
dan barang yang sebenarnya, tanda pada tokonya, serta tukang teriak di London
yang merupakan kota yang padat dengan lorong-lorong kecil di antara
rumah-rumah, di mana barang dagangan diangkut ke kota dengan gerobak kecil yang
dihela oleh anjing. Namun pada akhirnya, mesin cetak diterima keberadaannya.
Mesin cetak dapat memperbanyak halaman kata-kata dan ilustrasinya, serta lebih
murah ketimbang tulis tangan. Seni mencetak pun berkembang ke seluruh daratan
Eropa, dan William Caxton, seorang misionaris yang ahli cetak, membawa mesin
cetak “modern” yang pertama di Inggris. Tentu saja kita juga tidak boleh
melupakan jasa Johannes Guttenberg yang telah menciptakan mesin cetak pertama
di Eropa sekaligus menemukan tinta cetaknya.
Pada tahun 1480, William Caxton telah memperkenalkannya dengan
menempelkan iklannya di pintu-pintu gereja di London, sekaligus
memperkenalkan hasil cetakannya. Iklan tersebut berisi penawaran buku tentang
aturan kependetaan pada saat Paskah, yang Berjudul Pyes of Salisbury Use. Selanjutnya cara demikian diikuti oleh para pengusaha dengan memasang iklan
(menawarkan hasil produksinya) di mingguan The Mercuries (1622). Kiat demikian mendorong munculnya koran iklan pertama di Inggris (1625). Rupanya
perkembangan di Inggris tersebut mengilhami seorang dokter di Perancis,
Theohraste Renoudot, untuk mendirikan sebuah lembaga periklanan yang diberi
nama Bureau d’adresses, di mana setiap orang bisa memasang pengumuman tentang apa saja yang akan dijual atau dibutuhkannya, serta mereka yang mencari
(32)
menerbitkan berkala Feuille d’avis du Bureau d’adresses yang merupakan koran iklan pertama di dunia (Baschwitz dan Haversmit dalam Kustadi, 2010:17).
Sementara itu, dunia periklanan menyebar ke Amerika meniru Inggris.
Pada April 1704, The Weekly Boston Newletter pertama kali terbit dengan memuat iklan. Di negeri ini para tukang cetak kolonial mencetak iklannya dalam bentuk
selebaran dengan bermacam-macam subyek, terutama tanah untuk peternakan.
Beberapa pengembang di antaranya menawarkan tanahnya tanpa sewa selama
lima tahun sebagai pancingan. Dalam hal ini orang-orang kolonial mulai berpikir
akan efektifnya iklan pergolongan subyek, maka saat itu bermunculanlah iklan
bersambung pergolongan seperti rekan-rekan orang Inggris menawarkan plester,
posisi, pembedahan, dan pil.
Tidak dapat disangkal lagi, dunia periklanan pun berkembang pesat.
Antara tahun 1850 sampai dengan tahun 1900, proses periklanan meningkat lebih
maju lagi dengan bermunculannya poster pada dinding-dinding tembok, cerobong
asap, dalam selebaran edaran maupun dalam suratkabar. Meski pada awal abad
ke-20 periklanan sempat tidak dianggap lagi oleh para pengusaha sebagai bagian
dari strategi marketing, namun menjelang akhir tahun 1927 (Desember) Henry Ford membuktikan pengaruh iklan dalam menarik minat para konsumen. Dalam
duaribu suratkabar dengan biaya 1,3 juta dollar, dia menurunkan serial iklan yang
memperkenalkan model mobil baru. Hasilnya, satu juta penduduk New York
histeris antri di luar show-room dealer mobil tersebut di Manhattan.
Tahun 1940-an periklanan diterima kembali sebagai salah satu kiat
(33)
penerobosan teknologi dari medium baru, televisi. Maka kini sejumlah iklan
dengan beragam tema pun berlimpahan, tidak hanya melalui media cetak,
melainkan juga media elektronik, baik televisi, radio, film, maupun internet.
2.2.3 Ragam Iklan
Berkowitz dalam Kustadi (2010:45) mengatakan bahwa pada hakikatnya
periklanan dapat dilakukan untuk berbagai tujuan yang berbeda, namun tetap
didasari oleh dua tipe subyeknya: produk dan institusi. Berfokus pada penjualan barang dan jasa, iklan tipe produk ada tiga bentuk:
1. Pioneering (perintisan).
Digunakan untuk memperkenalkan produk baru dengan menceritakan tentang
produknya, dari apa produk itu bisa dibuat, dan di mana dapat diperoleh. Kunci
utama dari sasaran iklan pioneering adalah memberitahukan target pasar secara
informatif. Iklan yang bersifat informatif demikian ditemukan untuk menarik
perhatian, meyakinkan, di mana efektifitasnya tergantung pada keputusan
konsumen.
2. Competitive (persaingan).
Sebuah iklan yang mempromosikan ciri-ciri khusus dan keuntungan
penggunaannya dari barang atau jasa yang ditawarkan. Sasaran pesannya adalah
mengajak atau membujuk konsumen agar memilih jenis barang atau jasa suatu
(34)
3. Reminder (pengingatan kembali).
Iklan berbentuk reminder digunakan untuk memperkuat pengetahuan sebelumnya
akan sesuatu produk. Iklan ini tepat untuk menawarkan produk-produk atau jasa
yang telah mencapai posisi terkenal dan berada dalam tahap pemantapan
keberadaannya.
Dilihat dari segi penampilannya, ketiga bentuk iklan produk tersebut
diwujudkan dalam macam iklan yang dikenal dengan sebutan:
1. Price advertising, yaitu iklan yang tampil dengan lebih menonjolkan harga barang atau jasa yang ditawarkan.
2. Quality advertising, yaitu iklan yang tampil dengan menonjolkan mutu dari barang atau jasa yang ditawarkan.
3. Brand advertising, yaitu iklan yang tampil dengan menonjolkan merk atau logo dari barang atau jasa yang ditawarkan.
4. Prestige advertising, yaitu iklan yang tampil dengan menonjolkan prestise orang yang menggunakan barang atau jasa yang
ditawarkannya.
Iklan institusional lebih mengutamakan sasarannya pada pemberian jasa baik (goodwill) atau gambaran suatu organisasi, ketimbang mengemukakan
barang atau jasa. Iklan demikian digunakan para pengusaha untuk membentuk
kepercayaan publik terhadap (nama) perusahaannya (Selwitz dalam Kustadi,
2010:49). Tiga alternatif bentuk iklan institusional yang biasa digunakan adalah:
1. Iklan advocacy (pembelaan), memberitahukan posisi perusahaan dalam suatu persoalan.
(35)
2. Iklan pioneering institusional, seperti halnya tipe periklanan produk, digunakan untuk memberitahukan tentang perusahaan apa, apa yang dihasilkannya, dan di
mana lokasinya.
3. Iklan competitive institusional, mengemukakan kelebihan mutu dari suatu produk yang dihasilkan oleh perusahaan tertentu dibanding dengan produk
hasil perusahaan lain.
2.2.4 Mengenali Khalayak Sasaran
Langkah pertama dalam mengembangkan atau merencanakan program
pembuatan iklan adalah mengenali khalayak sasaran iklan dimaksud, yaitu
meneliti kelompok calon pembeli yang langsung akan diperlihatkan iklan tersebut.
Sejauh waktu dan dana memungkinkan, khalayak sasaran program periklanan
merupakan pasar sasaran bagi pengusaha barang dan jasa yang bisa dikenali
melalui riset pasar dan studi pemilahan pasar. Melalui penelitian dan pengkajian
tersebut, seorang pengusaha akan mengetahui tentang profil khalayak sasarannya
yang mencakup gaya hidup, sikap, dan nilai-nilai pemikirannya, sehingga lebih
memudahkan pembuatan jenis iklannya.
Apabila perusahaan itu ingin menjangkau audiens dengan menggunakan
iklannya, ia perlu mengetahui acara apa yang biasa ditonton di televisi dan apa
yang biasa dibaca dari majalah. Setiap perusahaan pun mengetahui bahwa para
konsumen banyak menerima informasi, gagasan, dan penawaran barang-barang
pada saat yang berbeda dengan cara yang berbeda pula. Maka untuk
(36)
yang berbeda dari yang lain serta sangat menarik perhatian khalayaknya. Iklannya
hendaknya lebih menarik daripada iklan pengusaha lainnya, serta waktu dan
tempatnya pun dipilih setepat mungkin.
Banyak cara dapat dilakukan untuk melakukan penelitian dimaksud. Bisa
menggunakan observasi tidak langsung, atau bisa juga menggunakan survey.
Demikian pula alat penelitiannya bisa menggunkan wawancara atau angket
tergantung berapa besar populasi atau sampel yang menjadi sasaran iklan tersebut.
Dari hasil penelitian itu bisa diambil kesimpulan untuk menentukan teknik dan
strategi pembuatan iklannya, terutama dalam menetapkan tujuan iklannya. Data
yang diperoleh dari penelitian itu bisa dijadikan dasar pertimbangan dalam
menetapkan tujuan yang ingin dicapai oleh pemasangan (pembuatan) iklan
tersebut.
2.2.5 Tujuan Iklan
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan periklanan adalah untuk
meningkatkan penjualan yang menguntungkan. Adapun beberapa tujuan lain dari
periklanan adalah (Basu Swastha, 1996:252):
1. Mendukung program personal selling dan kegiatan promosi yang lain.
2. Mencapai orang-orang yang tidak dapat dicapai oleh tenaga
penjualan/salesman dalam jangka waktu tertentu.
3. Mengadakan hubungan dengan para penyalur, misalnya dengan
mencantumkan nama dan alamatnya.
(37)
5. Memperkenalkan produk baru.
6. Menambah penjualan industri.
7. Mencegah timbulnya barang-barang tiruan.
8. Memperbaiki reputasi perusahaan dengan memberikan pelayanan umum
melalui periklanan.
Suhandang (2010:60) mengemukakan banyak manajer bisnis, bila
diminta identifikasi tujuan mereka, segera akan berkata untuk memperoleh laba
sebanyak mungkin. Sudah tentu laba yang banyak diperlukan sebagai hasil akhir,
namun pernyataan itu tidak begitu operasional bagi penetapan suatu tujuan.
Tujuan yang berorientasikan pemasaran harus melukiskan segmen mana saja yang dituju untuk melayani keinginan dan keperluan utama orang-orang. Jadi,
perusahaan atau petugas pemasaran harus mempertimbangkan penetapan tujuan berdasarkan sikap dan pemikiran konsumen dalam hal memenuhi keinginan dan
keperluannya pada saat dihadapkan kepada barang atau jasa yang ditawarkan
lewat iklan. Setelah khalayak sasaran dikenali, langkah selanjutnya yang harus
diambil adalah menentukan kegiatan kampanye yang sempurna sehingga
konsumen (khalayak dimaksud tadi) dapat dikatakan akan menanggapinya melalui
suatu hirarki efek. Hirarki yang dimaksud adalah sikap khalayak yang merupakan rangkaian tingkat kesiapan calon pembeli, dari awal mengetahui adanya barang
atau jasa yang ditawarkan sampai dengan melakukan tindakan akhir terhadap
barang atau jasa tersebut, baik mencoba maupun menggunakan atau memilikinya
(38)
Adapun hirarki efek dimaksud terdiri atas:
1. Awareness (mengetahui/menyadari), yaitu tahap di mana konsumen bisa mengenal dan mengingat barang atau jasa yang ditawarkan, minimal
merknya;
2. Interest (perhatian/minat), ialah tahap di mana terjadi peningkatan keinginan konsumen untuk mempelajari beberapa keistimewaan barang
atau jasa dari merk yang ditawarkan itu;
3. Evaluation (penilaian), yakni tahap penilaian konsumen terhadap barang atau jasa dari merk yang ditawarkan itu, sesuai dengan perasaan yang
diharapkannya;
4. Trial (percobaan), yaitu tahap di mana timbul kesungguhan konsumen untuk mengawali pembelian dalam rangka mencoba memakai barang
atau jasa dari merk yang ditawarkan tersebut;
5. Adoption (pengadopsian), ialah tahap di mana konsumen merasakan perlunya membeli kembali dan menggunakan atau seterusnya memakai
barang atau jasa dari merk tersebut, setelah memperoleh pengalaman
yang menyenangkan pada awal pembelian (percobaan) tadi.
Pembuatan iklan dengan format yang baru perlu dilakukan dari waktu ke
waktu untuk menjaga agar para pembaca, pendengar, dan pemirsa tidak bosan.
Sehingga iklan tersebut benar-benar dapat mempengaruhi calon konsumen, dan di
benak calon konsumen tersebut menempel erat persepsi yang baik terhadap
(39)
Perlu diperhatikan bahwa periklanan pada dasarnya merupakan
komunikasi yang beresensi persuasi. Jadi tujuan akhir yang hakiki dari
penyusunan iklan adalah kegiatan komunikasi untuk menjangkau khalayak
tertentu, agar mereka dapat membantu memperluas serta menyebarluaskan
informasinya, dan mempergunakannya selama mungkin. Para konsumen tidak
selalu bisa mengubah dirinya secara tiba-tiba dari insan yang tidak tertarik
menjadi pembeli yang berkeyakinan. Umumnya mereka bergerak dari keadaan
tidak tahu tentang barang atau jasa yang dilihat menjadi tahu dan kemudian
mengenalinya, menyukainya, memilihnya, menerima, dan akhirnya membeli
barang atau jasa dimaksud.
Langkah-langkah atas komunikasi persuasif tersebut menunjukkan
adanya tiga tujuan utama dari pemasangan iklan, yaitu:
1. Membentuk kesadaran khalayak untuk mengetahui segala sesuatunya
tentang barang atau jasa tertentu (yang ditawarkan);
2. Menciptakan perasaan khalayak sedemikian rupa sehingga menyukai dan
memilih barang atau jasa yang ditawarkan tersebut;
3. Mendorong khalayak agar berpikir dan bertindak (membeli) serta
menggunakan barang atau jasa yang ditawarkan itu.
2.2.6 Penyusunan Naskah Iklan
Unsur sentral dalam rencana penyusunan program periklanan adalah
naskah iklan, berupa pesan iklan yang diharapkan dapat dilihat atau ditonton
(40)
(dari radio). Hal tersebut mencakup pesan untuk memperkenalkan keistimewaan
barang atau jasa yang dianggap penting bagi para calon pembeli dalam membuat
keputusannya untuk mencoba dan membelinya guna dimiliki atau dipakainya.
Orang-orang kreatif di agen atau biro-biro iklan bertanggungjawab dalam
mengolah keistimewaan-keistimewaan dimaksud, seperti kualitas, model, hal-hal
yang bisa dipercaya, sifat ekonomisnya, dan manfaatnya, untuk dikemas menjadi
naskah iklan yang bisa menumbuhkan perhatian dan minat, serta dapat dipercaya.
Kiat demikian sering mengandalkan teknik-teknik persuasi yang melibatkan daya
cipta humor, kekhawatiran, kedukaan, keindahan, latar belakang suara, dan
ilustrasi dalam visualisasi. Kiat-kiat penyusunan naskah iklan dapat dilakukan
melalui tiga langkah utama:
1. Message generation (Penurunan Pesan)
Para petugas periklanan yang kreatif biasanya menggunakan berbagai
metode yang berbeda untuk mencurahkan ide-idenya dalam naskah atau
pesannya guna meraih tujuannya.
2. Message Evaluation and Selection (Penilaian dan Pemilihan Pesan)
Para pembuat iklan perlu menilai naskah pesan-pesan iklannya yang
mungkin bisa dipergunakan.
3. Message Execution (Penentuan/Pengabsahan Pesan)
Pengaruh pesan tidak hanya tergantung pada apa yang diutarakannya saja,
(41)
2.2.7 Jadwal Pemasangan Iklan
Penyusunan tujuan merupakan awal dari penentuan proses pembuatan
iklan dan penentuan kapan mengemukakan pesannya merupakan langkah
berikutnya. Tahap-tahap tersebut melibatkan cara bagaimana suatu iklan bisa
diulang penyajiannya dan menentukan berapa banyak orang (konsumen) yang
harus diraihnya. Dengan kata lain, tahapan-tahapan dimaksud tercakup dalam
bentuk jadwal pemasangan iklan. Dalam hal ini harus melibatkan usaha mencapai
keseimbangan antara jangkauan dan frekuensi penyajian iklannya (Lockenby
dalam Suhandang, 2010:82). Jangkauan terkait dengan beragam orang yang bisa
diraih oleh pesan iklannya, sedangkan frekuensi pemasangan iklan merupakan hal
yang sangat penting dalam upaya memperoleh konsumen yang ingat akan pesan
iklannya.
Penyajian iklan melalui satu medium saja biasanya tidak cukup untuk
dapat menyadarkan atau menarik perhatian khalayak, walaupun penyajiannya
berulang-ulang. Namun demikian walaupun hal itu terjadi, mungkin hanya bisa
untuk mengkhususkan daya tarik suatu produk atau merek yang telah dikenal
khalayak. Apabila ingin menarik perhatian mereka yang belum mengenal produk
atau merek yang disodorkan, maka frekuensi penyajian serta penggunaan berbagai
medium merupakan hal yang amat penting. Namun demikian, hendaknya dijaga
agar frekuensi pengulangan tidak mengakibatkan terjadinya rasa bosan atau
tercapainya point of diminishing return (titik atau masa dimana orang merasa jemu terhadap suatu pesan) pada khalayak.
(42)
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam menyusun jadwal
pemasangan iklan adalah waktu, kapan tepatnya iklan itu disuguhkan kepada
khalayak. Dalam hal ini bukan hanya pengaturan waktu yang didasarkan pada jam
dan hari saja, melainkan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi khalayak
yang berkesempatan bisa melihat atau menikmati iklan yang disajikan.
Menyusun jadwal pemasangan iklan memerlukan pula suatu pengertian
tentang bagaimana pasar bereaksi. Kebanyakan perusahaan cenderung mengikuti
salah satu dari enam pendekatan berikut (Longman dalam Suhandang, 2010:84):
1. Ikatan Tetap (Steady Pulse)
Iklan disajikan sebagai selingan atau sisipan pada acara dan waktu tertentu
sehingga selalu menetap dalam ingatan khalayak atau mengikat diri mereka
sepanjang tahun.
2. Ikatan Musiman (Seasonal Pulse)
Iklan disajikan pada musim diperlukannya produk dimaksud dalam musim
tertentu.
3. Ikatan Berkala (Periodic Pulse)
Iklan disajikan secara berkala (tetap) setiap waktu tertentu.
4. Ikatan Tak Menentu (Erratic Pulse)
Secara tidak langsung, suatu perusahaan menyajikan iklannya tidak mengikuti
suatu aturan tertentu dimana keadaannya sedang ramai atau sepi pembeli. Ia
memasang iklannya kapan saja, yang penting bisa dilihat atau ditonton dan
(43)
5. Ikatan Awal (Start-Up Pulse)
Umumnya dilakukan untuk mengkampanyekan suatu produk baru.
6. Ikatan Promosional (Promotional Pulse)
Penyajian iklan dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan metode
peningkatan penjualan (kegiatan sales promotion) yang dilakukan Public Relations suatu perusahaan.
2.2.8 Pemilihan Media yang Tepat
Dalam menentukan di mana menempatkan iklannya, suatu perusahaan
harus memilih beberapa media yang bisa digunakan secara tunggal atau
bersama-sama (dipadukan) untuk memperoleh hasil (pengaruh) yang maksimal. Dalam hal
ini para pemasang iklan ataupun pengusaha harus bisa memilih media yang efektif
bagi pencapaian tujuan iklannya.
Untuk memperluas khalayak sasaran, tentunya, media yang perlu
digunakan adalah media massa. Media massa terbagi dalam tiga golongan
(menurut sifatnya), yaitu yang bersifat auditif (lisan) atau juga disebut the spoken word; yang bersifat visual (tertulis) atau the printed word; dan yang bersifat audio visual (perpaduan gambar/tulisan dengan suara). Namun kini orang banyak mengenalnya sebagai media cetak (seperti surat kabar, majalah, dan barang-barang cetakan lainnya) dan media elektronik (seperti radio, televisi, film, dan internet). Berikut ini beberapa pertimbangan dalam pemilihan media dilihat dari
(44)
Tabel 2.1
Kebaikan dan Keburukan Beberapa Media Iklan
No Media Kebaikan Keburukan
1. Suratkabar - Biasanya relatif tidak mahal - Sangat fleksibel
- Dapat dinikmati lebih lama
- Mudah diabaikan - Cepat basi
2. Majalah -Dapat dinikmati lebih lama -Pembacanya lebih selektif -Dapat mengemukakan gambar yang menarik
-Biayanya relatif tinggi -Fleksibilitasnya rendah
3. Televisi - Dapat dinikmati oleh siapa saja
- Waktu dan acara siarannya sudah tertentu
- Dapat memberikan kombinasi antara suara dengan gambar yang bergerak
- Biayanya relatif tinggi
-Hanya dapat dinikmati sebentar - Kurang fleksibel
4. Radio - Biayanya relatif rendah -Dapat diterima oleh siapa saja -Dapat menjangkau daerah yang luas
-Waktunya terbatas
-Tidak dapat mengemukakan gambar
-Pendengar sering kurang mendengarkan secara penuh karena sambil melakukan pekerjaan lain
Sumber: Swastha (1996:255)
2.2.9 Iklan Televisi
2.2.9.1 Defenisi Iklan Televisi
Sebagaimana diketahui, iklan televisi adalah wacana publik dalam ruang
sosiologis yang telah menghidupkan diskusi-diskusi tanpa henti di kalangan
anggota masyarakat. Dalam pandangan konstruksi sosial, iklan televisi adalah cara
bagaimana pengetahuan itu dibangun dalam dunia intersubjektif serta proses
(45)
Raymon Williams dalam bukunya yang berjudul The Magic System (1993:320) menerangkan bahwa iklan bagaikan sebuah dunia magis yang dapat
mengubah komoditas ke dalam gemerlapan yang memikat dan mempesona.
Sebuah sistem yang keluar dari imajinasi dan muncul ke dalam dunia nyata
melalui media.
Dalam Advertising Exellence, Bovee (1995:14) mendeskripsikan iklan sebagai sebuah proses komunikasi, di mana terdapat: pertama, orang yang disebut
sebagai sumber munculnya ide iklan; kedua, media sebagai medium; dan ketiga,
adalah audiens.
Dalam proses menuangkan ide ke dalam pesan, terjadi proses encoding di
mana ide itu dituangkan dalam bahasa iklan yang meyakinkan orang. Media
kemudian mengambil alih ide itu dan kemudian dikonstruksi menjadi bahasa
media. Pada tahap ini terjadi decoding karena audiens menangkap bahasa media
itu dan membentuk pengetahuan-pengetahuan atau realitas, dan pengetahuan itu
bisa mendorong respons balik kepada iklan tersebut. Respons ada dua macam,
yaitu pemirsa merespons materi iklan atau merespons pesan media. Merespons
materi iklan bisa berbentuk reaksi terhadap iklan tersebut, karena merugikan
pihak-pihak tertentu. Sedangkan merespons pesan media, bisa merupakan
bersikap untuk membeli atau tidak membeli produk.
Siaran televisi turut mempengaruhi efektivitas iklan. Ada dua kategori
utama siaran televisi yang penting dalam periklanan, yakni televisi jaringan dan
kabel. Dalam televisi jaringan, sebuah bisnis independen yang disebut jaringan,
(46)
program-program dan periklanannya. Para pelanggan kabel membayar iuran bulanan untuk
tiga puluh atau lebih saluran yang mereka terima, termasuk afiliasi jaringan di
tingkat lokal dan stasiun-stasiun independen, berbagai jaringan kabel,
superstasiun-superstasiun, serta saluran-saluran sistem kabel lokal.
2.2.9.2 Kategorisasi Iklan Televisi
Iklan televisi berkembang dengan berbagai kategori di samping karena
iklan televisi perlu kreativitas dan selalu menghasilkan produk-produk iklan baru,
namun juga karena daya beli masyarakat terhadap sebuah iklan televisi yang
selalu bervariasi karena tekanan ekonomi. Bila dibandingkan dengan media lain,
iklan televisi memiliki kategorisasi yang jauh berbeda karena sifat media yang
juga berbeda. Kategori besar dari sebuah iklan televisi adalah berdasarkan sifat
media ini, di mana iklan televisi dibangun dari kekuatan visualisasi objek dan
kekuatan audio (Burhan Bungin, 2008:111).
Iklan televisi adalah salah satu dari iklan lini atas (above-the-line).
Umumnya iklan televisi terdiri atas iklan sponsorship, iklan layanan masyarakat,
iklan spot (Bovee, 1995:405), Promo Ad, dan iklan politik.
Iklan sponsorship atau juga yang dimaksudkan dengan iklan konsumen
merupakan dominasi utama dalam iklan televisi. Iklan ini perkembangannya lebih
pesat karena didukung oleh dana yang besar dan kreativitas yang menakjubkan
serta sarat dengan harapan-harapan konsumtif.
Iklan layanan masyarakat lebih dimaksudkan untuk memberi informasi
(47)
kerjasama dengan pihak-pihak lembaga nonkomersial atau divisi nonkomersial
dari sebuah perusahaan komersial. Contohnya iklan bahaya merokok, iklan
bahaya narkotika, iklan anti kekerasan, dan sebagainya.
Iklan spot ialah iklan yang hanya menampilkan gambar-gambar yang
tidak bergerak dengan latar suara tertentu sebagai dukungan utama terhadap
gambar tersebut. Iklan ini disebut juga ‘Iklan Kecil’.
Promo Ad merupakan bentuk iklan yang menayangkan cuplikan acara
tertentu. Promo Ad memandu para audiens untuk memilih acara-acara mana yang
perlu, harus ditonton, dan bukan harus tertarik pada iklan itu sendiri. Target utama
promo Ad bukan menjual sebuah produk atau jasa, namun jumlah pemirsa yang
menonton sebuah acara di televisi tersebut. Dengan meningkatnya jumlah pemirsa
terhadap acara tersebut, maka akan meningkat pula rating acara tersebut. Kondisi
ini akan sangat menguntungkan untuk meraih sebanyak-banyaknya sponsor untuk
acara tersebut.
Iklan politik hampir sama dengan iklan konsumen, hanya saja berbeda
pada ‘produk’ yang dijual dan penyelesaian akhir tujuan iklan. Iklan politik tidak
menjual barang, namun menjual program partai, dan tidak mengarahkan pemirsa
kepada perilaku membeli, namun mengarahkan perilaku pemirsa kepada sikap
menerima sebuah partai dan memilihnya di saat pemilihan umum.
2.2.10 Bahasa sebagai Realitas Sosial Iklan
Ferdinand de Sausure menunjukkan hakikat bahasa adalah sistem tanda.
(48)
yang kita baca dan tulis serta tertanda atau makna (Fridolin, 1993:28, Sudjiman
dan Zoest, 1992:9). Sistem tanda bahasa ini digunakan secara maksimal dalam
iklan televisi.
Vestergaard dan Schroder menjelaskan, dalam bahasa komunikasi ada
pesan verbal dan pesan visual. Pesan verbal berhubungan dengan situasi saat
berkomunikasi dan situasi ini ditentukan oleh konteks sosial kedua pihak
(addresser dan addressee) yang melakukan komunikasi. Sedangkan dalam pesan visual hubungan kedua belah pihak sepenuhnya tidak ditentukan situasi, namun
bagaimana addressee menafsirkan teks dan gambar (Vestergaard dan Schroder dalam Kustadi 2010:128).
Sebagai bagian dari dunia komunikasi, maka iklan menggunakan bahasa
sebagai alat utama untuk melakukan penggambaran tentang sebuah realitas.
Demikian pentingnya bahasa sebagai alat iklan, maka di dalam iklan bahasa
digunakan untuk semua kepentingan iklan. Bahasa juga dipahami sebagai wacana
di mana iklan dilihat sebagai seni. Artinya, iklan merupakan seni bagaimana orang
menggunakan bahasa untuk menjual. Ada dua unsur iklan: pertama, iklan itu
berbisnis dan kedua, iklan itu seni. Sebagai seni, maka iklan itu sebuah karya
kreativitas yang menjadi cerminan suatu masyarakat di mana iklan itu berada dan
itu sangat bermanfaat bagi nuansa pengembangan seni masyarakat dan bagus bagi
kesetaraan gender.
Sebagai media komunikasi, maka iklan bersifat informatif sedangkan
sebagai wacana penciptaan realitas, maka iklan adalah sebuah seni di mana orang
(49)
2.3. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung dilakukan konsumen dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk
proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut (Engel,
Blackwell, dan Miniard dalam Suryani, 2008: 5). Di dalam mempelajari perilaku
konsumen ini pemasar tidak hanya berhenti pada perilaku konsumen semata
namun juga perlu mengaitkannya dengan strategi pemasaran yang akan
disusunnya.
Strategi pemasaran yang baik pada hakekatnya didasarkan pada apa yang
diinginkan dan dibutuhkan konsumennya. Perusahaan yang mampu memahami
perilaku konsumen akan mendapatkan keuntungan yang cukup besar karena dapat
menyusun strategi pemasaran yang tepat yang dapat memberikan kepuasan yang
lebih baik dibandingkan pesaing. Dalam pasar yang semakin intensif tingkat
persaingannya, tuntutan konsumen yang semakin tinggi dan sangat ingin
diperlakukan secara khusus, pemahaman akan konsumen menjadi semakin tinggi.
Akan tetapi, strategi pemasaran bukan hanya disesuaikan dengan
konsumen, tetapi juga mengubah apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh
konsumen tentang diri mereka sendiri, tentang berbagai macam tawaran pasar,
serta tentang situasi yang tepat untuk pembelian dan penggunaan produk.
(50)
1. Faktor-faktor kebudayaan
a. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan
perilaku seseorang.
b. Sub-budaya
Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang
memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para
anggotanya.
c. Kelas Sosial
Merupakan kelompok-kelompok yang relatif homogen yang mempunyai nilai,
minat, dan perilaku yang serupa.
2. Faktor-faktor sosial
a. Kelompok Referensi
Terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun
tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang.
b. Keluarga
Terdiri dari keluarga orientasi dan keluarga prokreasi. Keluarga orientasi
merupakan orang tua seseorang, sedangkan keluarga prokreasi yaitu pasangan
hidup anak-anak seseorang keluarga.
c. Peran dan Status
Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran
dan status.
(51)
a. Umur dan Tahapan dalam Siklus Hidup
Konsumsi seseorang dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga.
b. Pekerjaan
Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang
memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu.
c. Keadaan Ekonomi
Terdiri dari pendapatan yang dibelanjakan, tabungan dan hartanya, serta
kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap mengeluarkan lawan
menabung.
d. Gaya Hidup
Merupakan pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat, dan
pendapat seseorang.
e. Kepribadian dan Konsep Diri
Jenis-jenis kepribadian dapat diklasifikasikan dan memiliki korelasi yang
kuat antara jenis-jenis kepribadian tersebut dengan berbagai pilihan produk
atau merek.
2.3.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian barang/ jasa seringkali melibatkan dua pihak atau
lebih. Umumnya ada lima peranan yang terlibat. Kelima peran tersebut meliputi:
a. Pemrakarsa (initiator), yaitu orang yang pertama kali menyarankan ide untuk membeli suatu barang/ jasa.
(52)
b. Pembawa pengaruh (influencer), yaitu orang yang memiliki pandangan atau nasihat yang mempengaruhi keputusan pembelian.
c. Pengambil keputusan (decider), yaitu orang yang menentukan keputusan pembelian.
d. Pembeli (buyer), yaitu orang yang melakukan pembelian secara nyata.
e. Pemakai (user), yaitu orang yang mengkonsumsi dan menggunakan barang/ jasa yang dibeli.
Dilihat dari proses pengambilan keputusan, proses keputusan pembelian
sangat bervariasi. Ada yang sederhana dan ada pula yang kompleks. Assael
(dalam Suryani, 2008:13-15) membagi dalam dua dimensi yaitu tingkat
pengambilan keputusan dan derajat keterlibatan saat membeli.
Pada dimensi pertama, konsumen dibedakan berdasarkan tingkat
pengambilan keputusan. Konsumen sering melakukan pencarian informasi dan
evaluasi terhadap merek yang lain sebelum keputusan diambil. Dilain pihak ada
pula konsumen yang jarang mencari informasi tambahan, karena konsumen ini
telah terbiasa membeli merek tersebut. Pada dimensi kedua, konsumen dibedakan
berdasarkan tingkat keterlibatan saat pemilihan suatu merek. Pada saat itu
konsumen tidak jarang terlibat terlalu dalam, hal ini dapat terjadi karena:
a. Produk amat penting bagi konsumen sebab image pribadi dari konsumen
terkait dengan produk.
b. Adanya keterkaitan secara terus-menerus dengan konsumen.
(53)
d. Pertimbangan emosional.
e. Pengaruh dari norma grup.
Keterlibatan yang tinggi digolongkan sebagai high involvement purchase decision, sedangkan keterlibatan rendah digolongkan low involvement purchase decision. Pengambilan keputusan sebagai proses penting yang mempengaruhi perilaku konsumen sangat penting untuk dipahami pemasar.
2.3.2 Keputusan Pembelian
Menurut Philip Kotler (2007:223), Keputusan Pembelian yaitu beberapa
tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian
suatu produk. Adapun tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian itu meliputi
pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi berbagai alternatif, keputusan
pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Penjelasan singkat dari tahap-tahap itu
adalah:
1. Pengenalan masalah, adalah tahap dimana konsumen mengenali adanya
suatu masalah atau kebutuhan.
2. Pencarian informasi, adalah tahap dimana konsumen telah tertarik untuk
mencari lebih banyak informasi, dilakukan dengan cara meningkatkan
perhatian atau aktif mencari informasi.
3. Evaluasi berbagai alternatif, adalah tahap dimana konsumen menggunakan
(54)
4. Keputusan pembelian, adalah tahap dimana konsumen benar-benar
melakukan pembelian.
5. Perilaku pasca pembelian, adalah tindakan lebih lanjut setelah melakukan
pembelian berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan.
2.4 Penelitian Terdahulu
1. Hilda (2011) telah melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Iklan
Tarif Hemat Terhadap Keputusan Pembelian Kartu Simpati Pada
Mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh iklan tarif
hemat Simpati terhadap keputusan untuk membeli kartu Simpati pada
Mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi USU Medan. Hasil dari analisis
data deskriptif dan data kualitatif menunjukkan bahwa Iklan Tarif Hemat
Simpati (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan
Pembelian Kartu Simpati (Y) pada Mahasiswa Manajemen Fakultas
Ekonomi USU.
2. Masrina (2011) telah melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Iklan
Televisi Molto Ultra Sekali Bilas Terhadap Keputusan Pembelian Pada
Mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi USU”. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif. Dari hasil penelitian
analisis regresi linear sederhana diketahui bahwa iklan televisi
(55)
Mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi USU di Medan dan 58,2%
dipengaruhi oleh variabel lain.
3. Sari (2010) telah melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Iklan
Bersambung Televisi Pond’s Flawless White Terhadap Keputusan
Pembelian Mahasiswi Politeknik Negeri Medan”. Penelitian ini
menggunakan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Dari penelitian
dengan menggunakan analisis regresi linear berganda tersebut diketahui
bahwa secara simultan video (X1), variabel audio (X2), variabel talent (X3), variabel props (X4), variabel setting (X5), variabel lightning (X6), variabel pacing (X7), dan variabel kontinuitas (X8) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian (Y) Mahasiswi Politeknik Negeri
Medan.
2.5 Kerangka Konseptual
Dalam melakukan kegiatan pemasaran, terlebih melalui iklan di televisi,
dibutuhkan ide-ide kreatif dari pihak perusahaan agar sukses menarik perhatian
dari penonton. Melalui iklan, perusahaan harus sebisa mungkin menampilkan
produk mereka dengan menonjolkan segala kebaikan dan keunggulan
dibandingkan produk pesaing agar dapat membentuk persepsi konsumen bahwa
produk merekalah yang terbaik.
Menurut Kotler (2007:223), keputusan pembelian yaitu beberapa tahapan
yang dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian suatu
(56)
pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi berbagai alternatif, keputusan
pembelian, dan perilaku pasca pembelian.
Pengaruh iklan Pokkits terhadap keputusan pembelian konsumen yaitu
munculnya ketertarikan dan rasa penasaran tentang produk yang diiklankan
sehingga konsumen membeli produk sebagai hasil akhirnya. Dengan iklan yang
dikemas semenarik mungkin, diharapkan dapat menimbulkan tanggapan yang
positif pada benak konsumen.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat digambarkan kerangka
konseptual sebagai berikut:
Sumber: Kotler (2007: 223) (data diolah, Maret 2013)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan
penelitian yang mana kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Berdasarkan
perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis
penelitian ini adalah iklan Pokkits berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian pada konsumen Kentucky Fried Chicken Cabang
Sun Plaza Medan.
Keputusan Pembelian (Y)
IklanTelevisi (X)
(57)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanasi
(penjelasan), yaitu dapat dikaji menurut tingkatnya yang didasarkan kepada tujuan
dan objeknya. Pada tingkat eksplanasi penelitian termasuk ke dalam penelitian
asosiatif, yakni penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih untuk
melihat pengaruh, yakni iklan (X) berpengaruh terhadap keputusan pembelian
(Y).
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan bulan Januari sampai Maret 2013. Lokasi
penelitian di KFC Sun Plaza, Food Court Bl C Unit 18 Jalan Zainul Arifin No. 7,
Medan.
3.3 Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Penelitian 3.3.1 Variabel Penelitian
Jenis-jenis variabel yang diteliti adalah :
1. Variabel independen (bebas) adalah iklan Pokkits. 2. Variabel dependen (terikat) adalah keputusan pembelian.
(58)
3.3.2 Operasionalisasi Variabel
1. Iklan televisi Pokkits (variabel bebas)
Adalah bentuk komunikasi tidak langsung memalui media TV yang
didasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan Pokkits yang
disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa yang menyenangkan yang
akan mengubah pemikiran konsumen untuk melakukan pembelian (Tjiptono,
2003:81), yang meliputi :
1. Gaya iklan yaitu cara Cinta Laura memperagakan gerakan menyantap Pokkits
dalam iklan (gaya visualisasi iklan).
2. Bahasa yaitu kata-kata yang dirangkai dalam kalimat yang diucapkan oleh
Cinta dalam iklan. Bahasa yang digunakan harus mudah dipahami, sehingga pesan
dapat tersampaikan sesuai dengan keinginan pemberi pesan.
3. Narasi iklan yaitu rangkaian bahasa yang disampaikan dalam iklan oleh seorang
narator. Kata-kata yang disampaikan oleh narator dalam iklan yang akan
menguatkan persepsi audiens yang sesuai dengan keinginan si pemberi pesan.
Dalam hal ini Cinta Laura merangkap menjadi model iklan sekaligus narator.
4. Model iklan yaitu orang yang menjadi icon dalam iklan tersebut yakni Cinta Laura.
5. Pesan iklan yaitu informasi tentang produk yang ingin disampaikan oleh KFC
(59)
2. Keputusan Pembelian Konsumen KFC Cabang Sun Plaza Medan (variabel terikat)
Keputusan pembelian yaitu kegiatan konsumen memilih suatu
produk/jasa dalam melakukan keputusan pembelian Pokkits. Indikatornya adalah:
1. Keputusan berdasarkan kebutuhan, yaitu kemampuan konsumen didalam
menentukan apa yang akan dibeli dan bagaimana memutuskan pembelian
akan Pokkits.
2. Keputusan berdasarkan informasi, yaitu proses pencarian informasi
mengenai Pokkits dari iklan Pokkits di televisi.
3. Lebih memilih Pokkits daripada merek lain, yaitu lebih memilih Pokkits
daripada makanan ringan dari merek lain.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Defenisi Variabel Indikator Skala Pengukuran Iklan
(X)
Bentuk komunikasi tidak langsung melalui media TV yang berisi informasi tentang Pokkits untuk melakukan pembelian
1. Gaya Iklan 2. Bahasa 3. Narasi Iklan 4. Model Iklan 5. Pesan Iklan
Skala Likert
Keputusan Pembelian
(Y)
Kegiatan konsumen memilih Pokkits dalam melakukan keputusan pembelian Pokkits 1. Keputusan berdasarkan kebutuhan 2. Keputusan berdasarkan informasi 3. Lebih memilih
Pokkits
daripada merek lain
Skala Likert
(60)
3.3.3 Skala Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan Skala Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur tanggapan atau respons seseorang tentang obyek sosial. Apabila
item bernilai positif maka angka terbesar diletakkan pada “sangat setuju”,
sedangkan jika item bernilai negatif maka angka terkecil diletakkan pada “sangat
tidak setuju”. Responden dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban yang
positif sampai dengan negatif. Hal ini tergantung pada persepsi responden kepada
yang dinilai. Responden yang memberi penilaian pada kolom SS, berarti persepsi
responden terhadap objek itu sangat setuju, sedangkan bila memberi jawaban pada
kolom terakhir, maka persepsi responden terhadap objek adalah sangat tidak
setuju. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data dengan
kuesioner kepada konsumen KFC Sun Plaza Medan sebagai responden yang akan
menjawab semua item pertanyaan. Untuk keperluan analisis penelitian, maka
peneliti memberikan lima alternatif pilihan kepada responden dengan
menggunakan skala 1 sampai 5 yang dapat dilihat dengan lebih jelas di bawah ini:
5 = Sangat Setuju (SS)
4 = Setuju (S)
3 = Kurang Setuju (KS)
2= Tidak Setuju (TS)
(61)
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi
Menurut Kuncoro (2009:123) populasi adalah suatu kelompok dari
elemen penelitian, di mana elemen adalah unit terkecil yang merupakan sumber
dari data yang diperlukan. Menurut situs Kamus Besar Bahasa Indonesia
orang atau pribadi yang mempunyai ciri-ciri yang sama.
Arti lain dari populasi, masih menurut situs KBBI, adalah sekelompok
orang, benda, atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel; suatu kumpulan
yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah konsumen KFC Sun Plaza Medan yang sudah
pernah membeli Pokkits dan berusia 12-35 tahun.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil secara metodologis dari
teknik tertentu (scribd.com). Metode penarikan sampel yang dipakai adalah
Metode Purposive Sampling. Metode Purposive Sampling adalah teknik mengambil sampel dengan menyesuaikan diri berdasar kriteria atau tujuan tertentu
(disengaja). Dalam hal ini, jenis yang digunakan adalah judgment sampling (pengambilan sampel keputusan), yaitu jenis pengambilan sampel dimana sampel
dipercaya mempunyai posisi terbaik dalam memberikan informasi yang
dibutuhkan (Sumarni dan Wahyuni, 2006:77). Sampel adalah mereka yang sudah
(62)
Ukuran sampel adalah banyaknya individu, subyek atau elemen dari
populasi yang diambil sebagai sampel. Tentang berapa ukuran ideal untuk sampel
penelitian sampai saat ini belum ada kesepakatan atau ketentuan yang bisa
diterima secara umum. Yang jelas, sampel yang baik adalah sampel yang
memberikan pencerminan optimal terhadap populasinya. Peneliti menggunakan
penentuan sampel dengan interval taksiran (Suliyanto, 2006:103), dimana rumus
yang digunakan:
� = �� 2� 4�2�
� = � 1, 96 2 4(0, 10)2�
= 96, 04 atau 97 orang.
Keterangan:
n = jumlah sampel minimal
Z� = nilai standar normal yang besarnya tergantung �
Karena � yang digunakan adalah 95% atau 0, 05, maka Z = 1,96 e = tingkat kesalahan yang mungkin terjadi
3.5 Jenis dan Sumber Data 3.5.1 Jenis Data
3.5.1.1Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan dari sumber-sumber asli,
yakni para responden secara langsung di lokasi penelitian melalui kuesioner yang
(63)
3.5.1.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain
yang kemudian digunakan untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Penulis
mendapat data sekunder dari buku-buku dan situs-situs di internet mengenai
periklanan produk dan keputusan pembelian konsumen.
3.5.2 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian bersumber dari data eksternal dan
data internal. Data internal berasal dari studi dokumentasi terhadap KFC Cabang
Sun Plaza Medan. Data eksternal merupakan hasil pembagian kuesioner kepada
konsumen KFC yang pernah membeli Pokkits dan berusia 12-35 tahun.
3.6 Metode Pengumpulan Data
1. Kuesioner, yang merupakan salah satu cara berkomunikasi dengan responden
dimana para responden diharapkan untuk memberikan jawaban dari sejumlah
pernyataan tertulis.
2. Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan dari buku-buku, internet, maupun
sumber data lain yang berhubungan dengan penelitian.
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.7.1 Uji Validitas
Uji validitas terhadap kuesioner dilakukan terlebih dahulu untuk
(64)
paket program statistik SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 17.00. Uji validitas digunakan oleh peneliti untuk mengukur kelayakan butir-butir dalam
daftar pertanyaan yang mendefinisikan suatu variabel (Sugiyono, 2006:114).
Pengujian validitas dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
a) Jika r hitung positif dan r hitung ≥ r tabel maka pertanyaan dinyatakan valid b) Jika r hitung negatif dan r hitung < r tabel maka pertanyaan dinyatakan tidak
valid.
c) R hitung dapat dilihat pada kolom corrected item – total correlation
d) Nilai r tabel dengan responden awal berjumlah 30 orang dan alpha 5% adalah
0,361.
Penyebaran kuesioner dapat dilihat dalam uji validitas dan reliabilitas
diberikan kepada 30 orang di luar responden penelitian. Nilai tabel r dengan
ketentuan df = jumlah kasus = 30 dan tingkat signifikansi sebesar 5%, angka
(1)
4 5 5 5 5 4 5 4 5 5
4 3 3 4 3 4 4 2 3 3
3 4 3 4 3 3 4 4 3 3
4 4 5 4 4 4 4 4 4 4
4 3 3 4 4 4 3 3 4 4
3 3 4 3 4 3 4 4 3 3
2 4 4 3 3 4 4 4 2 4
4 3 4 4 4 5 4 4 3 2
4 4 3 4 4 4 4 4 2 3
4 3 4 4 4 4 4 4 3 3
4 5 4 5 3 4 5 3 3 4
4 3 4 4 4 3 3 3 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
5 5 5 5 4 4 4 4 4 4
4 5 4 4 4 4 5 4 3 3
5 3 5 5 5 5 5 4 4 3
4 4 5 5 4 5 4 5 3 4
5 2 3 4 5 4 5 5 4 4
4 4 4 3 3 4 4 4 2 3
4 5 4 2 3 4 4 3 1 4
3 4 4 4 4 4 5 4 2 4
4 4 4 3 2 3 4 4 1 4
3 3 3 4 4 4 4 3 3 4
4 3 4 5 5 4 4 4 3 4
4 4 4 3 3 4 4 5 3 4
4 3 4 3 4 4 4 4 2 4
4 3 4 3 4 4 4 4 3 3
4 3 3 3 4 4 4 3 2 3
4 3 4 4 4 4 4 4 3 4
4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
4 3 4 4 4 3 3 3 3 3
4 5 4 5 4 5 4 5 5 5
4 4 4 5 3 4 4 4 3 3
4 3 5 5 4 4 5 4 2 4
3 3 3 3 3 4 4 3 4 4
5 4 4 4 4 4 3 4 4 3
4 3 4 5 5 4 4 4 2 3
4 4 4 4 3 4 4 3 3 3
(2)
1 5 2 4 1 1 1 4 3 4
4 4 4 3 1 3 4 4 3 4
4 4 5 5 5 4 4 4 2 2
4 4 5 4 4 4 5 4 2 5
4 3 4 5 5 4 4 5 3 4
5 4 4 5 5 4 4 4 3 4
4 4 4 5 5 5 4 4 3 4
5 4 5 4 5 4 5 4 3 2
3 2 3 4 4 4 4 3 3 3
3 3 3 4 4 4 4 4 3 3
3 4 4 3 3 4 4 4 3 4
3 4 4 3 4 4 4 5 3 4
4 4 4 2 2 2 3 4 3 2
3 4 3 2 1 4 3 3 2 2
4 3 5 4 5 5 5 5 4 2
3 4 4 4 3 4 4 4 3 3
4 3 5 4 5 5 5 5 4 2
4 4 4 4 4 4 4 4 2 2
(3)
LAMPIRAN 3
(4)
1. Uji Normalitas a. Grafik Histogram
(5)
b. Normal Probability Plots
c. Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 97
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.48508023
Most Extreme Differences Absolute .057
Positive .057
Negative -.050
Kolmogorov-Smirnov Z .564
Asymp. Sig. (2-tailed) .908
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(6)
2. Analisis Regresi Linear Sederhana Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.159 1.289 2.451 .016
Iklan .267 .048 .499 5.619 .000
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
3. Uji Hipotesis
3.1 Uji Secara Signifikan (Uji t)
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.159 1.289 2.451 .016
Iklan .267 .048 .499 5.619 .000
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
3.2 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .499a .249 .242 1.49288
a. Predictors: (Constant), Iklan