MODEL PEMBELAJARAN MENYIMAK AKTIF INTEGRATIF MELALUI MULTIMEDIA INTERAKTIF SEBAGAI DETERMINAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK KRITIS MAHASISWA : Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran Menyimak Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

(1)

MODEL PEMBELAJARAN MENYIMAK AKTIF INTEGRATIF MELALUI MULTIMEDIA INTERAKTIF SEBAGAI DETERMINAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK KRITIS MAHASISWA

(Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran Menyimak pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Bengkulu)

D I S E R T A S I

diajukan kepada Panitia Disertasi Universitas Pendidikan Indonesia

untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar doktor ilmu kependidikan dalam bidang pendidikan bahasa Indonesia

Promovendus

A r o n o

NPM

1007108

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

2013

P E R N Y A T A A N

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul “Model Pembelajaran Menyimak Aktif Integratif melalui Multimedia Interaktif sebagai Determinan Peningkatan Keterampilan Menyimak Kritis Mahasiswa (Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran Menyimak Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Bengkulu)”. Disertasi ini adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 4 Maret 2013 Yang membuat pernyataan,


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING UNTUK UJIAN TAHAP II

Promotor,

Prof. Dr. H. Syihabuddin, M.Pd. NIP 196001201987031001

Kopromotor,

Prof. Dr. H. Iskandarwassid, M.Pd. NIP 130176762

Anggota,


(4)

NIP 19670415 1992032001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,

Dr. Sumiyadi, M.Hum. NIP 196603201991031004


(5)

HALAMAN PENGESAHAN TIM RIVIEWER SPs UPI

... Dr. Sumiyadi, M.Hum. NIP 19660320 1991031004

... Dr. Ilfiandra, M.Pd. NIP 197211241999031003


(6)

Model Pembelajaran Menyimak Aktif Integratif melalui Multimedia

Interaktif sebagai Determinan Peningkatan Keterampilan Menyimak Kritis

Mahasiswa

(Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran Menyimak Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Bengkulu)

Oleh Arono

S.Pd. di Universitas Negeri Padang, 1999 M.Pd. di PPs Universitas Negeri Padang, 1997

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

© Arono 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2013


(7)

Disertasi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis


(8)

i ABSTRAK

Arono. 2013. “Model Pembelajaran Menyimak Aktif Integratif melalui Multimedia Interaktif sebagai Determinan Peningkatan Keterampilan Menyimak Kritis Mahasiswa (Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran Menyimak Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Bengkulu)”. Disertasi, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Penelitian ini diawali oleh kebutuhan untuk meningkatkan keterampilan menyimak mahasiswa dengan memanfaatkan media pembelajaran multimedia interaktif. Kenyataan menunjukkan bahwa pembelajaran menyimak kurang mendapatkan perhatian yang serius oleh dosen. Dosen masih terfokus pada pembelajaran menyimak yang bersifat teoretis, berpusat pada dosen, kurang mengaitkan antara pengetahuan menyimak dengan kegiatan menyimak mekanik, dan kurang memanfaatkan media dalam pembelajaran menyimak. Padahal, pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan keterampilan menyimak kritis mahasiswa. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif yang dapat meningkatkan keterampilan menyimak kritis mahasiswa, baik dari segi desain multimedia maupun dari keefektifan model yang dikembangkan.

Penelitian ini menerapkan metode penelitian dan pengembangan (R & D) dengan tiga tahapan proses penelitian dan pengembangan, yakni studi pendahuluan, pengembangan model, dan validiasi model. Validasi model digunakan dengan uji keefektifan secara terbatas dan luas dalam bentuk The Matching-Only Pratest-Posttest Control Group Design. Sampel penelitian ini ditentukan secara sampel bertujuan yang berjumlah 79 mahasiswa dan lima orang dosen untuk kelas eksperimen pada mahasiswa Semester I Universitas Bengkulu. Untuk kelas kontrol, sampelnya berjumlah 126 mahasiswa pada mahasiswa Semester I Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Untuk menjaring data yang diperlukan, peneliti menggunakan tes, angket, wawancara, dan pengamatan. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.

Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan: (1) Desain multimedia interaktif pembelajaran menyimak, yaitu desain yang didasarkan pada desain instruksional dengan menggabungkan model pembelajaran menyimak aktif integratif dan desain perangkat lunak. (2) Model PMAIMI merupakan model yang efektif untuk meningkatkan keterampilan menyimak kritis mahasiswa. Hal ini didasarkan pada nilai gain (d) uji terbatas pada kelompok ekperimen (Model PMAIMI) sebesar 24,36 lebih besar dari gain (d) yang diperoleh pada kelompok kontrol sebesar 3,99. Begitu juga pada uji luas bahwa nilai gain (d) pada kelompok eksperimen (Model PMAIMI) sebesar 19,69 lebih besar dari gain (d) yang diperoleh pada kelompok kontrol sebesar 1,49. (3) Efektivitas Model PMAIMI dalam peningkatan kemampuan menyimak kritis uji terbatas kelas eksperimen sebesar 42,98%, sedangkan kelas kontrol hanya mengalami kenaikan sebesar 7,36%. Untuk uji luas, peningkatan kemampuan menyimak kritis kelas eksperimen 33,88%, sedangkan kelas kontrol hanya mengalami kenaikan sebesar 2,62%. (4) Kinerja strategi menyimak kritis dalam Model PMAI mampu meningkatkan kemampuan menyimak kritis mahasiswa sehingga model ini baik digunakan sebagai acuan implementasi model pembelajaran menyimak. (5) Media pembelajaran dengan multimedia interaktif lebih mampu meningkatkan keterampilan menyimak kritis mahasiswa dibandingkan dengan media pembelajaran audio


(9)

ii

karena menyimak tidak sebatas aspek aural, tetapi juga aspek visual yang terintegrasi dalam multimedia.

ABSTRACT

Arono. 2013. “Learning Model of Active Integrative Listening through Interactive Multimedia as

a Determinant in Improving Students’ Critical Listening Skill (Research and

Development of Listening Learning Model for Students of Indonesian Literature and Language Education Program FKIP Bengkulu University)”. Dissertation, Indonesian Education Program, Indonesia University of Education Postgraduate, Bandung.

This research was done to fulfill a need in improving students’ listening skill by using learning media of interactive multimedia. It was showed in the field that listening was lack attention seriously from the lecturers. They focused on learning listening theoritically, lecturers center, less of connection between listening knowledge and listening activities, and lack of using media in learning listening. However, learning listening through interactive multimedia would

improve learning quality and students’ critical listening skill. Based on those problems, the goal of this research was to produce listening learning model through interactive multimedia that can

impove students’ critical listening skill both in mutimedia design and model of effectiveness

developed.

This research applied research and development method (R & D) by using three steps of research and development process: preliminary study, model development, and model validity. Model validity was used with the effectiveness of limited and extensive tests in form of The Matching-Only Pratest-Posttest Control Group Design. Sample of this research used purposive sampling that consisted of 79 students and 5 lecturers for experiment class at first semester in Bengkulu University. Meanwhile, sample for control class was 126 students at first semester of Muhammadiyah University Bengkulu. To get the data, the researcher used test, questioner, interview, and observation. The data was analyzed by using quantitative and qualitative.

Based on the data analysis, it could be concluded that: (1) listening learning interactive multimedia design was designed based on instructional design by combining integrative active listening learning model and software design. (2) PMAIMI model was effective model to improve

students’ critical listening skill. This was based on gain value (d) limited test in experiment group (PMAIMI Model) at 24,36 which was bigger than gain (d) gotten from control group at 3,99. Moreover, in extensive test, gain value (d) at experiment group (PMAIMI Model) was at 19,69 bigger than gain (d) obtained from control group at 1,49. (3) PMAIMI Model effectiveness in improving critical listening ability in limited test at experiment class was 42,98%, whereas at control class the rise was only 7,36%. In extensive test, improving critical listening ability at experiment class was 33,88%, while at control class was only 2,62%. (4) Critical listening

strategy performance in PMAI Model could improve students’ critical listening ability so that

this model is better to be applied as an implimentation of reference in listening learning model. (5) Learning media with interactive multimedia could improve students’ critical listening skill than audio learning media because listening was not only aural aspect but also visual aspect integrated with multimedia.


(10)

x

D A F T A R I S I

halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xxii

DAFTAR SINGKATAN ... xxiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ... 8

1.3 Rumusan Masalah Penelitian ... 9

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

1.6 Paradigma Penelitian ... 11

1.7 Definisi Operasional ... 14

BAB II MODEL PEMBELAJARAN MENYIMAK AKTIF INTEGRATIF, MULTIMEDIA INTERAKTIF, DAN KETERAMPILAN MENYIMAK KRITIS ... 212117

2.1 Hakikat Menyimak ... 17

2.1.1 Pengertian Menyimak ... 18

2.1.2 Ragam Menyimak Intensif ... 20

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Menyimak ... 21

2.1.4 Penilaian Pembelajaran Menyimak ... 25

2.2 Model Pembelajaran Menyimak Aktif Integratif ... 29


(11)

xi

2.2.2 Karakteristik Model Pembelajaran Menyimak Aktif Integratif ... 32

2.2.3 Strategi dan Metode dalam Penerapan Model Pembelajaran Menyimak Aktif Integratif ... 33

2.3 Pengembangan Media Teknologi dalam Pembelajaran Menyimak... 44

2.3.1. Pembelajaran Multimedia Interaktif ... 46

2.3.1.1 Teks ... 48

2.3.1.2 Animasi ... 50

2.3.1.3 Video ... 51

2.3.1.4 Gambar ... 53

2.3.1.5 Suara ... 55

2.3.2 Kedudukan Media dalam Pembelajaran ... 58

2.3.3 Fungsi, Manfaat, dan Prosedur Pemilihan Media ... 60

2.3.4 Mengevaluasi Media Pembelajaran Menyimak ... 62

2.4 Keterampilan Menyimak Kritis ... 65

2.5 Draf Model PMAI ... 71

2.6 Penelitian yang Relevan ... 73

2.7 Aplikasi Teoretis ... 79

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 87

3.1 Metode dan Prosedur Penelitian ... 87

3.2 Latar Penelitian ... 92

3.3 Pengembangan Instrumen ... 94

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 100

3.5 Teknik Analisis Data... 102

3.6 Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 104

3.7 Hasil Uji Normalitas ... 115


(12)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 120

4.1 Hasil Studi Pendahuluan ... 120

4.1.1 Kegiatan dan Pendapat Mahasiswa terhadap Pembelajaran Menyimak ... 121

4.1.2 Kegiatan dan Pendapat Dosen terhadap Pembelajaran Menyimak ... 139

4.1.3 Kinerja Strategi Menyimak Mahasiswa ... 150

4.2 Desain Model PMAIMI ... 155

4.2.1 Rancangan Perkuliahan ... 159

4.2.2 Bahan Ajar atau Meteri. ... 164

4.2.3 Metode. ... 165

4.2.4 Multimedia Interaktif ... 166

4.2.5 Penilaian Hasil Belajar ... 175

4.3 Uji Coba Model... 176

4.3.1 Uji Coba Terbatas dan Perbaikan ... 177

4.3.2 Uji Coba Meluas dan Perbaikan ... 185

4.3.4 Evaluasi Model ... 197

4.3.4.1 Evaluasi oleh Mahasiswa ... 197

4.3.4.2 Evaluasi oleh Dosen ... 210

4.3.4.3 Evaluasi Implementasi ... 222

4.3.4.4 Evaluasi Hasil Belajar ... 227

4.4 Faktor Pendukung dan Penghambat... 237

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 240

5.1 Kondisi Pembelajaran Menyimak ... 240

5.2 Uji Model PMAIMI secara Terbatas ... 245


(13)

xiii

5.2.2 Analisis Keterampilan Kemampuan Pemahaman Menyimak Kritis

Mahasiswa... 248

5.2.3 Hubungan antara Kinerja Strategi Menyimak dengan Hasil Belajar Menyimak ... 249

5.2.4 Peningkatan Hasil Pembelajaran Menyimak Kritis ... 254

5.3 Uji Model PMAIMI secara Luas ... 255

5.3.1 Unjuk Kerja Keterampilan Menyimak Kritis Mahasiswa ... 255

5.3.2 Analisis Keterampilan Kemampuan Pemahaman Menyimak Kritis Mahasiswa... 259

5.3.3 Hubungan antara Kinerja Strategi Menyimak dengan Hasil Belajar Menyimak ... 263

5.3.4 Peningkatan Hasil Pembelajaran Menyimak Kritis ... 270

5.4 Orientasi Model ... 271

5.5 Model Akhir PMAIMI ... 274

5.5.1 Struktur Pengajaran ... 275

5.5.2 Sistem Sosial ... 278

5.5.3 Prinsip-prinsip Reaksi ... 279

5.5.4 Sistem Pendukung ... 279

5.5.5 Dampak Instruksional dan Pengiring ... 280

5.6 Keterbatasan Penelitian ... 285

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 287

6.1 Simpulan ... 287

6.2 Implikasi ... 294


(14)

xiv

DAFTAR PUSTAKA ... 297 LAMPIRAN... 311


(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab I ini dibahas mengenai latar belakang masalah meliputi perkembangan teknologi dalam pembelajaran bahasa, kondisi pembelajaran menyimak, keterkaitan pembelajaran menyimak dengan menyimak kritis, dan kemampuan menyimak yang dimiliki. Sesudah itu, pembahasan difokuskan untuk melihat identifikasi dan perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, paradigma penelitian, metode penelitian, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan teknologi informasi menyebabkan terjadinya proses perubahan dramatis dalam segala aspek kehidupan. Perubahan tersebut akan memberikan solusi beragam khususnya dalam masalah pendidikan karena akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan keterampilan dalam bidang bahasa dan teknologi. Sebaliknya, pendidikan yang tidak memanfaatkannya akan menjadi kadaluarsa dan kehilangan kredibilitasnya. Apalagi pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu subsistem yang tidak luput dari arus perubahan yang disebabkan oleh kehadiran teknologi yang intrustif, terutama pada pembelajaran menyimak. Oleh karena itu, desentralisasi kebijakan pendidikan nasional saat ini terhadap daerah dapat dilakukan dengan mengembangkan potensi wilayahnya sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Salah satu kebijakan yang dapat dikembangkan adalah memanfaatkan media teknologi dalam bidang pembelajaran. Akan tetapi, dalam kenyataannya masih terdapat guru yang kurang bisa memanfaatkan teknologi dengan baik. Hal itu disebabkan secara kompetensi guru dalam bidang teknologi masih kurang, sarana terbatas, dan kondisi sekolah yang kurang memungkinkan. Sebanyak 75% guru belum menggunakan media pembelajaran dalam mengajar (Kompas, 2013).

Pembelajaran menyimak telah mengalami perkembangan dan kemajuan terutama dari segi media dan bahan simakan yang digunakan di kota-kota. Saat ini


(16)

2 ada berbagai pilihan bahan menyimak dan ketersediaan CD yang menyertainya serta DVD atau video yang digunakan di kelas. Namun demikian, masih ada bukti bahwa menyimak kurang menjadi perhatian guru (Field, 2009:1). Ketika guru menerapkan berbagai kompetensi pembelajarann di kelas, sesi menyimak sering dipercepat atau dikurangi. Siswa jarang dinilai pada keterampilan menyimak sehingga siswa belum mampu menyimak. Metodologi menyimak pelajaran sedikit dibahas, diteliti, dan ada kecenderungan bagi guru menganggap bahwa menyimak merupakan suatu aktivitas biasa dalam kehidupan. Selain itu, komitmen guru yang kurang baik untuk sebuah pendekatan dalam menyimak dengan 'keterampilan terintegrasi' yang dapat mengakibatkan menyimak hanya dijadikan sebagai indikator dalam pembelajaran bahkan diajarkan tergesa-gesa. Membaca dan menulis sebagai keterampilan yang lebih diutamakan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa.

Dalam kegiatan sehari-hari, baik di dalam kegiatan pembelajaran maupun di luar, mahasiswa lebih banyak berurusan dengan kegiatan menyimak dibandingkan dengan kegiatan berbahasa lainnya terutama dalam menyimak aktif reseptif. Dapat dikatakan mulai bangun tidur sampai menjelang tidur, kegiatan manusia termasuk mahasiswa itu berhubungan dengan menyimak. Segala informasi baik berupa ilmu maupun ide yang diterima mahasiswa pada umumnya melalui proses menyimak ini. Seperti yang dikatakan Wilt (Tarigan, 2008:12) 42% waktu penggunaan bahasa tertuju pada menyimak, 25% pada keterampilan berbicara, 15 % pada keterampilan membaca, dan 18% pada keterampilan menulis. Aktivitas tersebut dilakukan oleh mahasiswa perguruan tinggi dalam mengikuti perkuliahan. Proporsi persentase tersebut menunjukkan bahwa keterampilan menyimak lebih dominan dilakukan oleh mahasiswa jika dibandingkan dengan keterampilan bahasa yang lain. Dengan demikian, sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, aktivitas menyimak hendaknya juga lebih dominan diterapkan dalam aktivitasnya sehingga kemampuan menyimak mahasiswa akan lebih baik dan memiliki kekritisan dalam menyimak oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Bengkulu.


(17)

3 Kemampuan menyimak manusia sangat terbatas. Manusia yang sudah terlatih baik dan sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima, hanya dapat menangkap isi simakan maksimal 50% (Tarigan, 2008:13). Padahal diharapkan mahasiswa sebagai calon guru memiliki bekal dalam menyerap ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, di samping kemampuan berbicara, membaca, dan menulis, kemampuan menyimak pun sangat penting dimiliki dalam upaya mereka menyerap informasi (Chamadiah dkk., 1987:5). Sejalan dengan itu, kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia menyebutkan salah satu tujuan pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek menyimak adalah siswa mampu memahami, mendalami, menghayati, dan meyerap informasi dari kegiatan menyimak (Depdiknas, 2006:2). Hal itu akan menjadi sia-sia jika mahasiswa sebagai calon guru tidak membekali dan mengalami bagaimana upaya meningkatkan kemampuan menyimak itu sendiri pada diri mahasiswa tersebut.

Keterkaitan menyimak kritis dalam pembelajaran menyimak adalah perlunya mempersiapkan mahasiswa agar menjadi pemecah masalah yang tangguh, pembuat keputusan yang matang, dan orang yang tak pernah berhenti belajar. Penting bagi mahasiswa untuk menjadi seorang pemikir mandiri sejalan dengan meningkatnya jenis pekerjaan di masa yang akan datang yang membutuhkan para pekerja andal yang memiliki kemampuan menyimak kritis. Selama ini, kemampuan menyimak kritis kurang dikuasai mahasiswa sehingga kurang berfungsi maksimal di masyarakat yang serba praktis saat ini. Padahal, pembelajaran kognisi tingkat tinggi membantu mahasiswa untuk menjadi pebelajar mandiri dan mengembangkan kemampuan bernalar dan berpikir reflektif untuk memutuskan hal-hal yang meyakinkan (Ennis dalam Costa, 1985). Saat ini mahasiswa kurang mampu dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan di kampus ke permasalahan yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa kurang mampu memberikan bukti, tidak lebih dari pemahaman yang dangkal tentang konsep dan hubungan yang mendasar bagi ilmu yang telah mereka pelajari, ketidakmampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah mereka peroleh ke dalam permasalahan di dunia nyata.


(18)

4 Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya (Tarigan, 2008:2-3). Sebagaimana yang dinyatakan oleh Alwasilah (2010:162) bahwa pengajaran keterampilan berbahasa berkontribusi terhadap pengembangan kemampuan berpikir kritis dalam drajat yang berbeda, yaitu menyimak (25%), menulis (42%), dan membaca (54%).

Selama ini, mata kuliah Menyimak masih disampaikan secara tradisional. Artinya, pembelajaran lebih banyak memuat kegiatan mengkaji teori dan belum menyentuh praktik keterampilan menyimak. Padahal, keterampilan menyimak merupakan suatu proses dalam keterampilan berbahasa yang memerlukan latihan, salah satunya dengan memanfaatkan audio/teknologi, seperti penelitian yang dilakukan Embi dan Latiff (2004) dalam penggunaan pembelajaran melalui elektronik sebagai alat untuk belajar ESL. Setelah pelatihan, siswa setuju bahwa kemampuan menyimak pemahaman telah meningkat secara signifikan. Di Hong Kong, Chapple dan Curtis (2000), diadopsi strip film sebagai bahan mengajar ESL untuk 31 siswa EFL dan memperoleh jawaban siswa 67,8% mengatakan bahwa mereka mengalami perbaikan positif dalam keterampilan mereka menyimak selama periode belajar 13 minggu. Oleh karena itu, pengajaran multimedia intensif dan memberikan tambahan positif karena dapat meningkatkan pemahaman EFL/ESL menyimak siswa. Seperti yang bisa dilihat, banyak mahasiswa yang dalam status 'terbelakang' atau 'cacat' pada keterampilan menyimak bahasa Inggris menerapkan alat-alat internet, komputer atau multimedia dapat memulihkan kerusakan di EFL/ESL siswa (Chapelle, 2000). Beberapa kegiatan menyimak memang sudah menerapkan praktik keterampilan menyimak, tetapi masih menyimak bahan simakan dari kaset atau rekaman serta tayangan televisi dan radio. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran menyimak masih sangat jarang. Hal tersebut disebabkan intensitas penggunaan pada pemanfaatan media menyimak masih kurang dan perangkat lunak (software) media pembelajaran menyimak yang menjadi model pembelajaran belum ada (Arono, 2008). Beberapa kegiatan pembelajaran pernah dilakukan dengan pembuatan media kaset untuk pembelajaran menyimak, tetapi kondisi ini belum dapat menunjang


(19)

5 keterampilan mahasiswa dalam memanfaatkan media teknologi interaktif. Hal tersebut ditunjang juga dengan pernyataan mahasiswa bahwa 83% dosen sudah memanfaatkan media pembelajaran menyimak VCD/DVD dan powerpoint (Hasil obeservasi, 2011).

Untuk mendukung hal tersebut, Jurusan Bahasa dan Seni FKIP Unib telah memiliki Laboroatorium Bahasa Multimedia yang bisa dimanfaatkan sebagai pengembangan media pembelajaran. Selain itu, internet yang tersedia bagi mahasiswa yang bisa diakses kapan saja untuk pemanfaatan media pembelajaran. Kombinasi pemanfaatan media tersebut dapat menciptakan sebuah produk media pembelajaran menyimak yang mutakhir. Kegiatan ini sudah dilakukan pada beberapa aktivitas pembelajaran dalam bentuk hiperlink powerpoint, tetapi hanya sebatas pengaksesan sebagai sumber media internet dan multimedia yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran. Akan tetapi, upaya tersebut belum ada produk media atau multimedia yang diinginkan (2009). Menurut Meskill (1996), multimedia dapat meningkatkan keterampilan menyimak dalam berbahasa dengan menekankan: (a) peran teks dan visual sebagai alat bantu untuk pengolahan bahasa saat tampil dalam hubungannya dengan teks aural; (b) aspek motivasi video sebagai keuntungan bagi pengajaran bahasa; (c) fakta bahwa gabungan media memperkaya target pengolahan bahasa sehingga memberikan masukan lebih langsung dan penting untuk proses pemerolehan bahasa; (d) lingkungan kondusif untuk mempromosikan bagan dan bagian strategi wacana bagi peserta didik.

Pembelajaran bahasa Indonesia di setiap jenjang pendidikan saat ini kurang mendapat respons dari siswa atau mahasiswa. Salah satu faktor yang menyebabkan hal itu adalah pemanfaatan media yang belum maksimal sehingga menimbulkan kebosanan pada peserta didik. Selain itu, pembelajaran menyimak belum dilaksanakan sebagaimana mestinya. Pembelajaran menyimak lebih kepada mengukur kemampuan menyimak atau hasil dengan mengabaikan proses pembelajaran menyimak. Begitu juga dengan kompetensi pembelajaran agar siswa mampu menyimak, tetapi masih dilaksanakan pada keterampilan membaca. Kegiatan


(20)

6 yang betul-betul menyimak sebagai suatu keterampilan jarang dilakukan. Oleh karena itu, model pembelajaran beserta software ini akan menjadikan media pembelajaran menyimak yang menarik pada setiap pembelajaran menyimak bagi mahasiswa dan sekaligus nantinya sebagai calon guru.

Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa yang pernah mengikuti mata kuliah Media Pembelajaran Bahasa Indonesia menunjukkan bahwa hampir 75% mahasiswa kurang puas dengan pembelajaran yang dilakukan pada mata kuliah Menyimak karena praktik pemanfaatan media masih kurang. Pembelajaran menyimak lebih dominan pada teoretis, sedangkan pada kegiatan praktik menyimak masih kurang dilakukan (Hasil obeservasi, 2011). Padahal, kalau hal itu diterapkan dengan baik, media pembelajaran akan membantu mahasiswa dalam meningkatkan keterampilan menyimak serta terampil dalam penggunaan media. Penggunaan media terbukti hasil praktik powerpoint yang dilakukan pada Semester I Tahaun Akademik 2011/2012 dari 31 mahasiswa hanya tujuh orang yang mendapatkan nilai A, sepuluh orang mendapatkan nilai B, dua puluh satu orang nilai C, dan sembilan orang nilai D. Rendahnya kemampuan menyimak ini merupakan indikator bagi mahasiswa terhadap kemampuan menyimak dengan media powerpoint melalui komputer.

Berbeda pada kenyataannya bahwa nilai rata-rata hasil belajar mahasiswa 80% berhasil baik. Penilaian tersebut memang ironis karena secara praktik memang kurang, tetapi secara teoretis sudah cukup baik keberhasilan mata kuliah Menyimak. Hal tersebut disebabkan oleh pembelajaran yang belum terintegrtif dan kondisi keterampilan dalam pengembangan media pembelajaran yang belum terstruktur begitu juga dalam keterampilan menyimak masih sangat minim atau belum ada keseimbangan teoretis dengan praktik. Padahal, pemanfaatan media dapat mendukung pembelajaran yang tidak dibatasi oleh waktu, memberi beragam cara penyampaian informasi, memilih peluang kepada pengguna memilih kecepatan belajar, materi belajar, gaya penyampaian materi serta saran pemberi balikan segera dan penyimpanan nilai. Selain itu, multimedia dapat dimanfaatkan untuk


(21)

7 pembelajaran individual, klasikal, belajar bersama, penilaian terpadu, strategi belajar aktif, simulasi realistik, dan akses cepat yang tersimpan dalam CD-ROM.

Dalam kaitan dengan kemampuan menyimak ini, Chamdiah dkk. (1987:3) menyatakan bahwa siswa harus mampu mengingat fakta-fakta sederhana, mampu menghubungkan serangkaian fakta dari pesan yang didengarnya, dan menafsirkan makna yang terkandung dalam pesan lisan yang didengarnya. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Tarigan (2008:63-64) menyimak bukan hanya sebatas mendengar (hearing), melainkan memerlukan kegiatan lainnya, yakni memahami (understanding) isi pembicaraan yang disampaikan oleh si pembicara. Lebih jauh lagi diharapkan dalam menafsirkan (interpreting) butir-butir pendapat yang disimaknya baik tersurat maupun yang tersirat. Kegiatan selanjutnya dalam proses menyimak adalah kegiatan mengevaluasi (evaluating). Pada kegiatan ini si penyimak menilai gagasan baik dari segi keunggulan maupun dari segi kelemahannya. Kegiatan akhir, yakni menanggapi (responding). Pada tahap akhir ini penyimak menyambut, mencamkan, menyerap, serta menerima gagasan yang dikemukakan oleh si pembicara.

Menurut Kencono (dikutip Chamadiah dkk. 1987:3) pembelajaran menyimak di perguruan tinggi ataupun di sekolah sering “dianaktirikan” atau sedikit sekali mendapat perhatian. Padahal, kemampuan meyimak sangat penting sebagai dasar penguasaan suatu bahasa. Oleh sebab itu, kemampuan menyimak barulah dapat dikuasai setelah yang bersangkutan mengalamai latihan-latihan menyimak yang terarah, berencana, dan berkesinambungan. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan menyimak mahasiswa tersebut ialah melalui proses pembelajaran menyimak. Proses tersebut melalui sebuah model pembelajaran menyimak aktif integratif melalui multimedia interaktif. Melalui model ini pembelajaran tidak disajikan secara parsial, melaikan secara integratif, baik pada sebelum menyimak, saat menyimak, maupun setelah menyimak yang diintegrasikan dalam sebuah multimedia interaktif. Dengan hal itu diharapkan kemampuan menyimak kritis mahasiswa akan meningkat.


(22)

8 Berdasarkan fakta tersebut, meskipun penelitian di bidang menyimak proses dan strategi semakin meningkat, masih tetap yang paling sedikit dipahami dan paling sedikit diteliti dari empat keterampilan (Vandergrift, 2007) wajar saja bahwa kemampuan menyimak mahasiswa tahun 2007 masih cukup dengan nilai rata-rata 6,1 (Arono, 2008:99) dan 6,99 (Suarcaya, 2009). Hal senada berdasarkan penelitian terhadap kemampuan menyimak mahasiswa di DKI Jakarta oleh Chamadiah dkk. (1987) juga masih kurang yaitu nilai rata-rata 5,8. Dilihat dari penelitian siswa yang pernah dilakukan, tampaknya tidak terlalu jauh nilai rata-rata kemampuannya. Begitu juga penelitian yang dilakukan Nurhayati (2004) terhadap siswa SLTPN 1 Inderalaya dalam tes awalnya nilai rata-rata hanya 5,4 (kemampuan menyimak siswa cukup). Beberapa hasil kemampuan menyimak yang masih cukup rendah tersebut diperlukan pembelajaran yang inovatif dan efektif dalam pembelajaran menyimak, seperti salah satunya pengembangan model pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif dalam peningkatan keterampilan menyimak kritis mahasiswa pada mata kuliah Menyimak Prodi PBSID FKIP Unib. Hal tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan menyimak lebih baik lagi. Ketidakmampuan menyimak siswa dapat disebabkan ketidaktahuan makna simakan, ketidakjelasan petunjuk dalam simakan, kesulitan dalam program bahan simakan, dan bahan siamakan yang terlalu cepat sehingga kemampuan menyimak program radio internet pada kategori rendah, yaitu 6,57 (Ulusoy, 2010). Kekritisan mahasiswa dalam berpikir juga tergolong kurang kritis karena pengaruh budaya tradisional, guru dan dosen tidak tahu cara mengajarkan berpikir kritis, dan rendahnya kualitas dosen dan mahasiswa sehingga dalam sepuluh tahun terakhir ini pendidikan bahasa tidak menunjukkan perbaikan (Alwasilah, 2010:145-146).

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian

Seseorang yang dikatakan penyimak efektif apabila ia mampu memahami isi pembicaraan dengan baik. Untuk memahami isi pembicaraan dengan baik, penyimak memerlukan unsur-unsur dasar yang secara fundamental terwujudnya peristiwa


(23)

9 menyimak, yaitu pembicara, sebagai sumber pesan; bahan pembicara, sebagai unsur konsep; penyimak, sebagai penerima pesan; bahasa lisan, sebagai media. Bahasa lisan sebagai media penyampai pesan merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran menyimak yang berhubungan dengan situasi dalam penyampaian bahasa tersebut, seperti ruangan, waktu, dan peralatan dengan tidak mengabaikan unsur dasar yang lain. Bahasa lisan sebagai media penyampaian menyimak yang abstrak memerlukan suatau peralatan agar kegiatan menyimak lebih konkret, salah satunya media pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran menyimak saat ini sangat mengutamakan pendengaran atau audio, tetapi dengan kompleksitas pembelajaran menyimak, proses pemerolehan bahasa, dan kemajuan teknologi saat ini, pembelajaran menyimak sudah mengalami perkembangan dan kemajuan dengan melibatkan aural dan visual. Oleh karena itu, guru sangat memungkinkan untuk mengambangkan media pembelajaran menyimak yang menarik, efektif, dan menyenangkan dalam pembelajaran sehingga diperlukan suatu media yang memadai untuk itu, yaitu salah satu media yang dikembangkan adalah multimedia interaktif yang megutamakan suara, video, gambar, dan animasi. Begitu juga dengan metode pembelajaran yang diterapkan guru sangat berpengaruh terhadap media yang akan digunakan dalam penyajiannnya secara terintegrasi, seperti model pembelajaran menyimak aktif integratif. Keaktifan siswa selain didukung oleh kreativitas dan variasi pembelajaran yang inovatif oleh guru juga media pembelajaran interaktif sangat memungkinkan siswa akan lebih mandiri dan menyenangkan dalam belajar meyimak kritis.

1.3 Rumusan Masalah Penelitian

Bedasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, rumusan utama dalam penelitian ini, yaitu model pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif yang bagaimana yang dapat meningkatkan keterampilan menyimak kritis mahasiswa dalam pembelajaran menyimak? Adapun fokus penelitian ini dituangkan dalam bentuk pertanyaan, yaitu (1) Bagaimanakah


(24)

10 kondisi pembelajaran menyimak yang berlangsung selama ini terkait dengan peningkatan keterampilan menyimak kritis mahasiswa? (2) Bagaimana efektifitas model pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif dalam meningkatkan keterampilan menyimak kritis mahasiswa? (3) Bagaimana kemampuan menyimak kritis mahasiswa setelah menggunakan model pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif? (4) Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan model pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif?

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, secara umum tujuan penelitian ini untuk menghasilkan model pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif yang dapat meningkatkan keterampilan menyimak kritis mahasiswa. Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan kondisi pembelajaran menyimak yang berlangsung selama ini terkait dengan peningkatan keterampilan menyimak kritis mahasiswa; (2) menghasilkan model pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif yang dapat meningkatkan keterampilan menyimak kritis mahasiswa; (3) memperoleh gambaran kemampuan menyimak kritis mahasiswa setelah menggunakan model pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif; (4) memperoleh gambaran mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan model pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara umum bermanfaat untuk menghasilkan model pembelajaran menyimak aktif intergratif melalui multimedia interaktif dalam peningkatan keterampilan menyimak kritis sesuai dengan karakteristik mahasiswa, kondisi akademik dan lingkungan kampus, serta kurikulum yang berlaku. Selain itu, penelitian ini bermanfaan bagi dosen dan mahsiswa untuk peningkatan keterampilan menyimak mahasiswa. Secara paraktis hasil penelitian ini bermanfaat bagi: (1) Mahasiswa, untuk menggali dan melatih keterampilan menyimak mahasiswa yang


(25)

11 lebih menarik, menyenangkan, dan memungkinkan bagi dirinya untuk memperoleh nilai-nilai yang sangat berguna bagi mahasiswa atau sebagai media pembelajaran menyimak ketika mahasiswa saat praktik lapangan atau ketika melaksanakan tugas mengajar sebagai guru nantinya. (2) Dosen, sebagai pencerahan/wahana baru serta upaya untuk mengembangkan kualitas pembelajaran dan dapat membantu dosen dalam mengatasi permasalahan pembelajaran menyimak. (3) Lembaga, sebagai wahana untuk meningkatkan mutu lulusan melalui kualitas kurikulum dan pembelajaran. (4) Peneliti, sebagai khasana media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan dalam mengimplementasikan mata kuliah Menyimak serta mengembangkan dan menerapkan konsep pembelajaran dan konsep media melalui penelitian di program studi.

Selain itu, manfaat penelitian dalam pembelajaran menyimak, yaitu melatih keterampilan menyimak dan keterampilan menyimak kritis mahasiswa dalam pengembangan media pembelajaran bahasa Indonesia, mengintegrasikan dan menyinergikan antara teoretis dengan praktik tanpa mengabaikan kompetensi sebagai mahasiswa serta sebagai calon guru, memberikan salah satu model media pembelajaran sederhana bagi mahasiswa/calon guru dan juga siswa serta guru yang ada di sekolah Kota Bengkulu, sebagai dokumentasi untuk menguji kompetensi menyimak, serta pengembangan media pembelajaran dengan media interaktif akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan lulusan yang berkarakter dalam kompetensi menyimak mahasiswa.

1.6 Paradigma Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan atas suatu permasalahan dalam pembelajaran menyimak saat ini jika dihubungkan dengan kemajuan teknologi. Berbagai data emperik menunjukkan bahwa pembelajaran menyimak saat ini kurang mendapat perhatian oleh kalangan pendidik maupun dalam pelaksanaan pembelajarannya sehingga berpengaruh terhadap kemampuan menyimak peserta didik. Selain itu, pembelajaran menyimak lebih pada teori menyimak, pembelajaran


(26)

12 masih disajikan secara parsial, kurangnya latihan menyimak, kurangnya kemampuan menyimak mahasiswa, dan keterbatasan bahan simakan. Kondisi demikian perlu mendapatkan suatu pemecahan dalam permasalahan pembelajaran, baik kegiatan dan pendapat dosen-mahasiswa terhadap pembelajaran menyimak, kinerja strategi pembelajaran menyimak, maupun faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran menyimak. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian dan pengembangan terhadap permasalahan pembelajaran menyimak agar didapatkan suatu model pembelajaran menyimak yang efektif.

Kebutuhan dalam pembelajaran menyimak diperlukan suatu metode dan media pembelajaran yang inovatif, aktif, dan efektif. Berdasarkan teori yang dikembangkan dalam kinerja strategi pembelajaran menyimak, multimedia interaktif, dan keterampilan menyimak kritis didapatkan suatu draf model pembelajaran menyimak yang peneliti singkat dengan Model PMAIMI (Pembelajaran Menyimak Aktif Integratif melalui Multimedia Interaktif). Model pembelajaran menyimak aktif integratif menekankan pada pembelajaran menyimak yang bersifat dinamis dan aktif integratif di dalam penyajian pembelajarannya berpusat pada mahasiswa. Integratif menekankan pada kesatuan dalam pelaksanaan pembelajaran menyimak kritis baik pada tahap sebelum menyimak, saat menyimak (proses), maupun setelah menyimak (reflektif). Dalam aktivitas pembelajaran menyimak mahasiswa menerapkan strategi kinerja menyimak yang efektif.

Model ini sangat memungkinkan mahasiswa melakukan aktivitas pembelajaran secara mandiri dan aktif agar keterampilan menyimak kritisnya meningkat karena dilengkapi dengan multimedia interaktif. Mahasiswa dapat mengamati, menilai, dan melatih keterampilan menyimak kritis secara maksimal. Selain itu, mahasiwa dapat melakukan aktivitas pembelajaran menyimak sesuai dengan tahapan dalam pembelajaran menyimak yang dilengkapi dengan penyajian materi, aspek multimedia, tahapan pembelajaran, evaluasi, latihan, dan bahan simakan yang memadai. Untuk itu, dalam penelitian ini digunakan paradigma


(27)

13 penelitian untuk mempermudah pengkajian dan penelitian. Paradigma penelitian ini sebagai berikut.

Bagan 1.1 Paradigma Penelitian

Draf Model PMAI dirancang berdasarkan kajian studi pendahuluan dan teoretis. Setelah itu, daraf Model PMAI diintegrasikan dalam sutau multimedia interaktif sehingga menjadi draf Model PMAIMI. Draf Model PMAIMI yang dirancang secara konseptual tersebut dilakukan validasi model konseptual dengan melibatkan ahli dan praktisi. Setelah dilakukan validasi draf Model PMAIMI, draf Model PMAIMI dilakukan uji coba terbatas. Hasil dari uji coba terbatas akan diperoleh Model PMAIMI hasil revisi berdasarkan penilaian ahli dan hasil belajar mahasiswa. Model PMAIMI hasil revisi kemudian dilakukan implementasi uji coba

75% guru belum menggunakan media; 42% menyimak; 67,8% meningkat signifikan dengan teknologi; kemampuan menyimak dalam kategori rendah

Empiris

Masalah: Perkembangan

Teknologi ; Pembelajaran Menyimak Kurang Menjadi Perhatian; Keterbatasan Kemampuan Menyimak; Menyimak Kritis dalam Pembelajaran Menyimak; Perkembangan Pembelajaran Menyimak Teoretis Keterampilan Menyimak Model Pembelajaran Menyimak Strategi Kinerja Menyimak Multimedia Interaktif Menyimak Kritis Studi Pendahuluan: Analisis Kebutuhan Model PMAIMI Prasimak: Memfokuskan ; Konsentrasi Perhatian ; Menebak; Mengemukakan teks relevan; Mengemukakan kata-kata relevan; Proses:

Tulis ←Simak → Bicara Mengoperasikan multimedia interaktif;

Mengggunakan pengetahuan, konteks,

dan struktur bahan simakan; Menuliskan dan mengungkapkan ide kritis

dalam bahasa sendiri; Memahami, menafsirkan, mengevaluasi, dan menanggapi bahan simakan Pascasimak: Menilai dan menentukan ketepatan simakan; Memberikan umpan balik; Memeriksa pemahaman; Merefleksikan tujuan menyimak; Menetapkan tujuan baru menyimak; Mempertimban-kan seberapa baik tujuan

Kinerja Strategi Menyimak

MMK


(28)

14 luas melalui metode The Matching-Only Pratest-Posttest Control Group Design kemudian diperoleh Model PMAIMI hipotetik. Setelah dilakukan uji Model PMAIMI hipotetik, Model PMAIMI dilakukan revisi akhir sehingga diperoleh Model PMAIMI final.

Bagan 1.2 Model PMAIMI Hipotetik

1.7 Definisi Operasional

1.7.1 Model Pembelajaran Menyimak Aktif Integratif melalui Multimedia Interaktif Model pembelajaran menyimak aktif integratif adalah pembelajaran menyimak yang menekankan sifat dinamis dan aktif integratif di dalam penyajian pembelajarannya berpusat pada mahasiswa. Integratif menekankan pada kesatuan dalam pelaksanaan pembelajaran menyimak kritis baik pada tahap sebelum menyimak, saat menyimak, maupun setelah menyimak, yaitu 1) persiapan menyimak dengan memperhatikan dan merefleksikan kata kunci; 2) proses menyimak dengan


(29)

15 mengklasifikasi makna dan maksud serta efektivitas kinerja menyimak kritis; 3) merefleksi tujuan menyimak dengan menyatakan keberhasilan menyimak kritis. Ketiga hal itulah yang dijadikan peneliti dalam melihat dan mengukur kinerja strategi menyimak mahasiswa. Menyimak merupakan proses keterlibatan mental, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, pemahaman dan penafsiran, serta penyimpanan hasil pemahaman dan penafsiran bunyi yang diterima dari luar. Itu artinya, menyimak merupakan kemampuan, kesanggupan, kecakapan, siswa menerima dan memahami apa yang diucapkan atau dibaca orang lain baik secara audio maupun visual, sedangkan pembelajaran menyimak adalah proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh pengertian, pemahaman, dan apresiasi serta informasi, menangkap isi dan memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan dan visual. Kegiatan menyimak yang baik menyangkut sikap, ingatan, persepsi, kemampuan membedakan, intelegensi, perhatian, dan motivasi yang harus dikerjakan secara integral dalam tindakan yang optimal pada saat kegiatan menyimak berlangsung.

Multimedia interaktif merupakan alat bantu alternatif pembelajaran menyimak kritis yang bisa diterapkan oleh dosen dengan memanfaatkan teknologi pendidikan dalam pembelajaran. Pembelajaran multimedia interaktif adalah bentuk program pembelajaran yang memanfaatkan program komputer yang bersifat interaktif dalam penggunanya. Dalam pembelajarannya teknologi multimedia interaktif menyajikan berbagai jenis media seperti teks, suara, grafik, animasi, video, serta menambahkan unsur interaktif. Dengan menambahkan aspek interaktif, pengguna bertindak aktif memilih adegan serta menggali informasi dalam urutan dan bentuk yang sesuai dengan masing-masing individu. Penggunaan media pembelajaran multimedia interaktif bisa dilakukan dengan menggunakan komputer yang disajikan secara langsung ataupun melalui proyektor di dalam pembelajarannya. Siswa bisa mengamati, mempelajari, dan menanyakan pada dosen tentang apa yang ditampilkan secara langsung dari materi pelajaran yang disajikan melalui proyektor. Penggunaan media pembelajaran multimedia interaktif diintegrasikan dalam tujuan dan isi


(30)

16 pembelajaran yang dituangkan dalam program untuk mempertinggi kualitas pembelajaran.

1.7.2 Keterampilan Menyimak Kritis

Keterampilan menyimak kritis adalah keterampilan melibatkan cara menyimak interpretatif, introspektif, responsif, produktif, dan evaluatif terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Pengembangan keterampilan menyimak kritis dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan rangsangan kepada mahasiswa untuk menyimak kritis melalui pengondisian dalam pembelajaran yang melibatkan proses kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa. Keterampilan menyimak kritis sebagai upaya pemahaman mahasiswa dalam memfokuskan pertanyaan (memahami aneka makna petunjuk konteks; mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan; membuat keputusan), menganalisis argumen (menarik dan mengidentifikasi kesimpulan; mencari persamaan dan perbedaan; merangkum), menanyakan dan menjawab pertanyaan klarifikasi serta pertanyaan yang menantang (menemukan jawaban bagi masalah tertentu; menemukan mana informasi baru atau informasi tambahan bagi suatu topik), mendifinisikan istilah (memperhatikan kebiasaan ujaran yang tepat; menafsirkan dan menginterpretasikan ungkapan), membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi (membuat generalisasi dan hipotesis), membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan (membedakan fakta dan opini), dan memutuskan suatu tindakan (menentukan secara objektif dan evaluatif dalam sebuah informasi; mengidentifikasi masalah).


(31)

87 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III ini dibahas metodologi penelitian mengenai metode dan prosedur penelitian, latar penelitian, pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, uji validitas dan reabilitas instrumen, serta uji normalitas.

3.1 Metode dan Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R & D) karena sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, yaitu menghasilkan produk berupa model pembelajaran menyimak aktif integratif dan media pembelajaran multimedia interaktif pada mata kuliah Menyimak di perguruan tingggi. Sebagaimana Borg & Gall (1989:624) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangkan pendidikan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Istilah produk meliputi tidak hanya benda-benda, seperti buku teks, desain pembelajaran, model evaluasi, tetapi juga dimaksudkan untuk merujuk pada prosedur dan proses, seperti metode pembelajaran dan metode pelatihan.

Prosedur pengembangan diterapkan dengan menyederhanakan beberapa langkah Borg & Gall (1989: 626) dan Sugiyono (2012:298-311). Kesepuluh langkah prosedur penelitian dan pengembangan tersebut: 1) penelitian dan pengumpulan informasi termasuk tinjauan pustaka, observasi kelas, dan persiapan laporan; 2) perencanaan termasuk mendefinisikan keahlian, menyatakanakan obyektif yang menentukan susunan rangkaian, dan uji kelayakan skala kecil; 3) pengembangan bentuk model awal termasuk menyiapkan bahan pengajaran, buku panduan, dan alat evaluasi; 4) melakukan uji coba terbatas dari sekolah 1 sampai sekolah 3, dengan menggunakan 6 sampai dengan 12 subjek. Data wawancara, observasi, dan kuesioner dikumpulkan dan dianalisis; 5) merevisi model awal seperti yang disarankan oleh hasil tes lapangan terdahulu; 6) melakukan pengujian model dalam 5 sampai dengan


(32)

88 15 sekolah dengan 30 sampai dengan 100 subjek. Data kuantitatif pada pelaksanaan rangkaian subyek sebelum dan sesudah dikumpulkan. Hasil dievaluasi sehubungan dengan tujuan dan dibandingkan dengan data kelompok kontrol, bila cocok; 7) revisi produk operasional revisi produk sebagaimana disarankan oleh hasil utama tes lapangan; 8) melakukan uji coba lapangan dengan melibatkan subjek yang lebih banyak dari langkah ke-6 dengan 10 sampai dengan 30 sekolah termasuk 40 sampai 200 subjek. Wawancara, data observasi dan questionnaire dikumpulkan dan dianalisis; 9) revisi produk akhir_revisi produk sebagaimana disarankan oleh operasional hasil tes lapangan; 10) diseminasi dan penyebaran kepada berbagai pihak pada pertemuan ilmiah dan jurnal.

Implementasi 10 langkah penelitian yang dikemukakan Borg dan Gall (2003:570─572) di atas, dalam penelitian ini dimodifikasi dalam tiga tahapan proses penelitian dan pengembangan, yakni (1) studi pendahuluan: kajian teoretik, identifikasi kebutuhan, dan penyusunan draf awal produk; (2) pengembangan model: prinsip penyusunan model, silabus, bahan ajar, dan media; (3) validasi model: evaluasi model pembelajaran dengan media yang digunakan (Sukmadinata, 2010:184). Bagan di bawah ini menyajikan prosedur penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan.

MODEL AKHIR Studi

Pendahuluan:

Pengembangan Model

Uji Coba Model

Studi Literatur: a) Hakikat menyimak, media

pembelajaran multimedia interaktif, penilaian media, model pembelajaran MAI, dan keterampilan menyimak kritis b) Hasil penelitian yang relevan

Survei Lapangan: Kondisi pembelajaran menyimak

berdasarkan tanggapan dan kegiatan dosen dan mahasiswa terhadap pembelajaran menyimak.

Hasil kajian teoretis dan survei lapangan

Perencanaan model: a) pengembangan RAP/silabus,

SAP, bahan ajar, dan media pembelajran ( Flowchart dan Story board)

Pengembangan model: bahan ajar, metode

pembelajaran, multimedia interaktif, langkah-langkah, dan penilaian

Implementasi Model

Draf awal model yang siap diuji coba


(33)

89 Langkah-langkah di atas dapat diuraikan menjadi beberapa tahapan prosedur penelitian dan pengembangan model pembelajaran sebagai berikut.

3.1.1 Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan merupakan studi awal yang dilakukan untuk mengidentifikasi proses pembelajaran menyimak yang digunakan di perguruan tinggi sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan model pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif pada mata kuliah Menyimak di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia JPBS FKIP Universitas Bengkulu. Langkah ini merupakan bagian yang penting dalam penelitian dan pengembangan karena pada langkah terdapat kajian literatur, survei, dan observasi. Kajian literatur bertujuan untuk menentukan dasar-dasar pengetahuan yang mendukung penelitian yang dilaksanakan. Sedangkan survei bertujuan untuk mengetahui data empiris di lapangan tentang bagaimana keterlaksanan proses pembelajaran menyimak dengan menggunakan media pembelajaran.

Pada studi pendahuluan dilakukan penelitian yaang bersifat deskriptif. Baik melalui wawancara maupun dengan angket. Ada beberapa data kualitatif dikuantifikasikan dalam bentuk persentase. Pada langkah ini ditekankan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran menyimak menggunakan media pembelajaran. Selanjutnya hasil studi awal ini digunakan sebagai bahan pertimbangan model pembelajaran dalam pengembangan multimedia aktif integratif pada mata kuliah Menyimak.

Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan studi pendahuluan ini meliputi: a) Studi dokumentasi untuk mengkaji: 1) teori-teori yang berkaitan dengan model pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif; 2) Kajian teoretis berhubungan dengan keterampilan menyimak kritis sebagai acuan dalam pengembangan dan indikator keterampilan menyimak kritis mahasiswa; 3) Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengembangan model dengan multimedia interaktif pada pembelajaran menyimak; b) melakukan studi lapangan untuk melihat


(34)

90 bagaimana kegiatan dan tanggapan dosen dan mahasiswa dalam persiapan mengajar, penggunaan strategi/metode, penggunaan dan ketersediaan media, minat mahasiswa, proses pembelajaran, pemahaman materi, serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran menyimak. Hasil studi pendahuluan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan model pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif.

3.1.2 Pengembangan Model Pembelajaran Menyimak melalui Multimedia Interaktif

Pengembangan model pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif ini berlandaskan pada prinsip pelaksanaan kurikulum yang dilaksanakan dengan multimedia serta disesuaikan dengan karakter mahasiswa sebagai calon guru. Perencanaan terdiri atas a) analisis pengembangan silabus, bahan ajar, rencana pembelajaran, dan evaluasi serta skor. b) Flowchart view penyajian bahan ajar digital. c) Storyboard multimedia interaktif. Pengembangan multimedia interaktif, yaitu: a) Menyiapkan elemen-elemen dengan menggunakan beberapa program. b) Pengisian audio untuk memberikan penjelasan berkaitan dengan ucapan selamat datang pada tampilan pembuka, penggunaan multimedia interaktif, isi materi, ketentuan uji kompetensi, dan skor yang diperoleh. c) Pengembilan video/gambar melalui internet sesuai kebutuhan. d) Pengemasan dalam bentuk CD dengan proses burning file sebagai CD multimedia interaktif yang kemudia dilanjutkan dengan instalasi program CD ke dalam komputer yang dipergunakan dalam proses pembelajaran.

Dalam pengembangan model pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif ini menggunakan model tutorial. Langkah-langkah memproduksi model tutorial meliputi perencanaan produksi dan proses produksi model program program CAI model tutorial (Rusman, 2008:231-232), yaitu: 1) Mengambil keputusan. Tahap ini dipengaruhi oleh ketersediaan hardware, software, waktu, dan biaya. Setelah berbagai variabel telah terpenuhi, penulis membutuhkan pemikiran keefektifan media yang dikembangkan dan pertimbangan lainnya. 2) Perencanaan produksi model


(35)

91 program CAI model tutorial berupa satuan pelajaran, perencanaan program CAI tutorial, dan flowchart program pembelajaran CAI tutorial. 3) Proses produksi program CAI model tutorial. Setelah membuat perencanaan pengembangan program CAI tutorial langkah selanjutnya yang harus ditempuh adalah proses produksi. Pada tahap ini harus mengerahkan seluruh kemampuan untuk menghasilkan program yang layak dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Pada tahap proses produksi program CAI (Computer Assisted Instruction) harus memperhatikan tahapan model tutorial yang terdiri atas: a) Pengenalan meliputi judul program, objektifitas penyajian, petunjuk, stimulus prioritas pengetahuan, dan inisial kontrol. b) Penyajian informasi meliputi metode penyajian, panjang teks penyajian, grafik dan animasi, warna dan penggunaannya, serta penyajian. c) Pertanyaan dalam hal ini soal-soal atau latihan yang disajikan serta bagaimana pengguna/mahasiswa menggunakannya atau menjawabnya. d) Penilaian respons dalam hal ini pengguna/mahasiswa bisa mengukur kemampuan menyimak kritis sendiri. e) Pemberian balikan respons dalam hal ini media yang dikembangkan mampu memberikan informasi penilaian yang tepat bagi pengguna/mahasiswa. f) pengulangan dalam hal ini pengguna mampu mendalami atau mengulang kembali setiap materi yang belum dipahami. g) Penutup. 4) Proses yang terakhir, yaitu evaluasi multimedia. Evaluasi pengembangan multimedia meliputi evaluasi terhadap content, flowchart view, story board, dan produk multimedia yang dikembangkan.

3.1.3 Uji Coba

Uji coba dalam pengembangan model pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif untuk pembelajaran mata kuliah Menyimak dilakukan dalam dua tahap, yaitu uji coba terbatas dan uji coba lebih luas. Uji coba terbatas dilakukan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra JPBS FKIP Universitas Bengkulu dengan sampel satu kelas, yaitu Kelas A Semeset I. Setiap kelas rata-rata berjumlah 20 mahasiswa. Uji coba terbatas dilakukan dalam empat kali perlakuan. Hasil


(36)

92 evaluasi proses dan hasil pembelajaran dugunakan sebagai bahan refleksi untuk memperbaiki model sehingga diperoleh model yang terbaik.

Uji coba lebih luas dilakukan pada tiga kelas yang berbeda, yaitu Kelas B, C, dan D. Kelas B berkategori tinggi berjumlah 20 mahasiswa , kelas C berjumlah 20 mahasiswa berkategori sedang, dan kelas D berjumlah 19 mahasiswa berkategori rendah. Pengelompokkan tinggi, sedang, dan rendah ini berdasarkan nilai tes penempatan (placement test) kemampuan menyimak sebagai kelas eksperemennya. Untuk kelas kontor, penelitian dilakukan di Prodi PBSI FKIP Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Namun, untuk uji terbatas ini, kondisi kelas A lebih bervariasi kemampuannya. Evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil belajar serta implementasi model. Evaluasi tersebut dibagi menjadi empat, yaitu evaluasi oleh mahasiswa, evaluasi oleh dosen, evaluasi oleh ahli pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar mahasiswa untuk melihat efektivitas model yang telah dikembangkan.

Sistem evaluasi yang terdapat dalam media pembelajaran disajikan secara sistematis dan terstruktur berdasarkan uraian masing-masing materi dari yang paling mudah/sederhana sampai ke yang paling sulit serta mengacu pada model pembelajaran menyimak. Bentuk evaluasinya adalah pilihan ganda dan soal uraian sederhana dari pidato yang disajikan. Pentingnya uji coba media pembelajaran untuk melihat, Apakah media dapat digunakan atau tidak? Apakah tujuan pemelajaran telah terpenuhi? Apakah sudah memenuhi harapan mahasiswa? Apakah dapat meningkatkan keberhasilan pemelajaran dan peningkatan daya simak mahasiswa?

3.2 Latar Penelitian

Hasil pengembangan model pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif diproyeksikan menjadi alternatif bagi pembelajaran menyimak. Dengan demikian agar hasil yang diperoleh representatif sehingga dapat digunakan di program studi manapun, serta mengingat ketersediaan sarana dan prasarana serta program studi yang ada, lokasi penelitian berdasarkan kedua hal tersebut. Dengan memperhatikan karakteristik, homogenitas, dan heterogenitas, termasuk


(37)

93 memperhatikan keterbatasan yang ada, penelitian ini difokuskan pada mahasiswa yang diteliti pada uji lapangan terbatas dan uji lapangan luas pada penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Semester I JPBS FKIP Universitas Bengkulu Tahun Akademik 2012/2013 berjumlah 79 orang. Jumlah mahasiswa tersebut dibagi empat sehingga didapatkan setiap kelasnya rata-rata 20 mahasiswa. Pengambilan sampel ini dilakukan secara purposive sampling, yakni teknik pengambilan sampel berdasarkan tujuan penelitian. Purposive sampling merupakan strategi pengambilan sampel dalam penelitian kuantitatif yang termasuk dalam nonprobability sampling. Nonprobability sampling merupakan teknik sampel yang diteliti didasarkan pada penilaian peneliti.Teknik ini dipakai karena peneliti memiliki pertimbangan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga, waktu, media, dan biaya yang ada. Adapun tipe yang proposive sampling dalam penelitian ini adalah tipe maxsimum variation sampling (sampel variasi maksimum) atau dikenal dengan sampel heterogen, yaitu teknik purposive sampling digunakan untuk menangkap berbagai perspektif yang berkaitan dengan hal yang menarik bagi peneliti. Sampel variasi maksimum adalah mencari variasi dalam perspektif, mulai dari kondisi-kondisi pembelajaran menyimak di kelas rendah, sedang, dan tinggi. Perbedaan antarkelompok itu akan menunjukkan berbagai atribut, perilaku, pengalaman, insiden, kualitas, dan situasi sehingga dapat mengidentifikasi tema umum yang jelas di seluruh sampel. (Sukmadinata, 2010:254; Creswell, 2012:207-208). Setelah sampel tersebut ditentukan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, sampel penelitian dikelompokkan berdasarkan kualifikasi dari tes awal kemampuan menyimak mahasiswa. Adapun sampel penelitian ini seperti pada tabel berikut ini.


(38)

94 Tabel 3.1

Daftar Sampel Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No. Kelas Jumlah Kualifikasi Keterangan

Kelas Eksperimen

1. A 20 Variatif Uji Terbatas Unib

2. B 20 Tinggi Uji Luas Unib

3. C 20 Sedang Uji Luas Unib

4. D 19 Rendah Uji Luas Unib

Kelas Kontrol

5. A 32 Variatif Uji Terbatas UMB

6. B 31 Tinggi Uji Luas UMB

7. C 31 Sedang Uji Luas UMB

8. D 32 Rendah Uji Luas UMB

3.3 Pengembangan Instrumen Penelitian Model Pembelajaran Menyimak Aktif Integratif melalui Multimedia Interaktif dalam Peningkatan Keterampilan Menyimak Kritis Mahasiswa

Instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitian ini menggunakan desain pembelajaran, tes kemampuan menyimak kritis, kuesioner, observasi, dan wawancara. Untuk menjaring data yang diperlukan, peneliti menggunakan tes, angket, observasi dan wawancara. Data yang menggunakan angket terdiri atas dua variabel, yaitu kondisi pembelajaran menyimak dan kualitas model yang dikembangkan. Butir-butir angket yang dibuat berdasarkan indikator-indikator variabel tersebut pengukurannya menggunakan skala likert. Setiap pernyataan disediakan empat alternatif jawaban. Alternatif jawaban yang disediakan meniadakan pilihat netral/ragu-ragu. Hal itu dilakukan untuk menghindari pilihan/sikap subjek penelitian yang tidak jelas (Nasution, 1982:75). Instrumen tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang keterampilan menyimak kritis mahasiswa, baik berupa ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ranah afektif dan psikomotor dilaksanakan dengan tes unjuk kerja/esai (simak-tulis; simak-ucapkan), seperti pada tabel di bawah ini (Nurgiyantoro, 2012:366-367). Wawancara digunakan untuk


(39)

95 menggali informasi dan konfirmasi terhadap jawaban angket dari informan, baik mahasiswa maupun dosen.

Ranah kognitif dan afektif dilaksanakan dengan pilihan ganda. Tes pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban digunakan untuk menguji keterampilan menyimak kritis mahasiswa. Instrumen dikembangkan oleh peneliti bersama pembimbing dan teman sejawat. Instrumen tes ini dikembangkan dengan memperhatikan indikator dalam keterampilan menyimak kritis. Berikut ini dipaparkan masing-masing instrumen, kisi, dan pengujian kualitas instrumen.

3.3.1 Pengembangan Instrumen Kondisi Pembelajaran Menyimak

Instrumen kondisi pembelajaran pembelajaran menyimak berbentuk angket yang terdiri atas persepsi dosen dalam pembelajaran menyimak dan persepsi mahasiswa dalam pembelajaran menyimak. Instrumen persepsi dosen dalam pembelajaran menyimak terdiri atas tiga indikator, yaitu persiapan pembelajaran, penyajian materi pembelajaran, dan penutup pembelajaran dengan memperhatikan kekritisan mahasiswa dalam pembelajaran menyimak (Samana, 1994:123; Hamalik, 1991:43; Brown, 2001:432-434; Anderson, 1987:1925). Instrumen persepsi mahasiswa dalam pembelajaran menyimak mencakup minat, proses, penggunaan media, pemahaman, strategi, dan faktor pendukung atau pengambat dalam pembelajaran menyimak (Mayer, 2001:270-271; Sudjana dan Rivai, 2001:21; Sutari, 1997:42-43). Instrumen kinerja stategi menyimak mahasiswa mencakup persiapan menyimak, menerapkan proses menyimak, menilai efektivitas kinerja menyimak, dan merefleksikan tujuan menyimak (Thomson et.al., 2010: 268-271; Vandergrift, 1999 and Harris, 2007). Berikut ini disajikan indikator dan kisi-kisi tanggapan dosen dan mahasiswa serta kinerja strategi menyimak mahasiswa dalam pembelajaran menyimak.


(40)

96 Tabel 3.2

Indikator dan Kisi-kisi Pendapat Dosen dalam Pembelajaran Menyimak

No. Indikator Kisi-kisi Nomor

Instrumen 1 Persiapan Mengajar 1. Membuat RAP dan SAP

2. Merencanakan media pembelajaran 3. Menyiapkan alat ukur kemampuan Menyimak

1;2;3;4; 5;6;7; 8;9;10;

2 Penggunaan Metode/Strategi

4. Upaya dosen agar mahasiswa memahami dan terampil dalam menyimak

5. Metode/ strategi pembelajaran yang digunakan

11;12;13;14; 15;16;17;18; 19;20;21;22;23 24;25;26;27;

3 Penggunaan dan Ketersediaan Media

6. Penggunaan media oleh dosen 7. Jenis media yang digunakan 8. Penggunaan komputer untuk Pembelajaran

28;29;30;31;32; 33;34;35; 36;37

4 Faktor

Pendukung/Penghambat

9. Kemampuan dosen menggunakan komputer

10. Akses dosen terhadap internet 11. Bahan simakan yang memadai

38;39;40; 41;42; 43;44.

Tabel 3.3

Indikator dan Kisi-kisi Pendapat Mahasiswa dalam Pembelajaran Menyimak

No. Indikator Kisi-kisi Nomor

1 Minat Mahasiswa 1. Minat mahasiswa terhadap pembelajaran

2. Kesesuaian materi pembelajaran

1;2;3;4; 5;6;7;8;9 2 Metode Pembelajaran 3. Penggunaan metode pembelajaran

4. Kegiatan mahasiswa dalam Pembelajaran

10;11;12;15; 14;13; 3 Penggunaan Media 5. Penggunaan media oleh mahasiswa

6. Ketersediaan komputer di kampus 7. Penggunaan multimedia

16;17; 18; 19;20; 21; 22;23; 24;25;26;


(41)

97

No. Indikator Kisi-kisi Nomor

4. Pemahaman terhadap Materi Pembelajaran

8. Pemahaman mahasiswa terhadap materi

9. Upaya mahasiswa memahami materi Pembelajaran

27;28; 29;30;31; 5 Faktor

Pendukung/Penghambat

10. Kemampuan mahasiswa menggunakan komputer

11. Akses mahasiswa terhadap internet 12. Bahan simakan yang memadai

32;33; 34;35; 36;37. Tabel 3.4

Indikator dan Kisi-kisi Kinerja Strategi Menyimak Mahasiswa

No. Indikator Kisi-kisi Nomor

1 Mempersiapan Menyimak

1. Memfokuskan perhatianmenyimak 2. Merefleksikan kata kunci

3. Menekankan perhatian menyimak

1; 2; 3; 4; 5; 6; 2 Menerapkan

Proses Menyimak

4.Mengklarifikasi makna dan maksud 5.Menjelaskan makna dan maksud 6.Menilai Efektivitas Kinerja Menyimak

7;8;9;10;11;12;13; 14;15;16;17;18 19;20;21;22;23 3. Merefleksikan

tujuan menyimak

7. Memberikan umpan balik simakan 8. Memeriksa pemahaman

9. Mempertimbangkan seberapa baik tujuan menyimak telah dicapai

24;25; 26;27; 28;29.

3.3.2 Pengembangan Instrumen Media Pembelajaran Multimedia Interaktif Instrumen dan kisi-kisi media pembelajaran interaktif dalam peningkatan keterampilan menyimak kritis mengacu pada perencanaan model dan pengembangan model media pembelajaran menyimak. Perencanaan model mencakup otline content, flowchart, dan storyboard, sedangkan pengembangn model mencakup content, technical, design, dan presentasi (Ivers dan Barron, 2002; Flowerdew & Miller, 2005:180). Untuk menguji validitas dari dari media pembelajaran multimedia interaktif yang digunakan, peneliti melakukan analisis dari ahli media/judgment. Adapun indikatior dan kisi-kisi yang dikembangkan peneliti sebagai acuan penilaian multimedia pembelajaran menyimak aktif integratif sebagai berikut.


(42)

98 Tabel 3.5

Indikator dan Kisi-kisi Media Pembelajaran Multimedia Interaktif

No. Indikator Kisi-kisi/Aspek yang Dinilai

1. Outline

Content

1) Mendeskripsikan tujuan dengan jelas.

2) Menganalisis konsep sesuai dengan struktur keilmuan dan karakteristik peserta didik.

3) Menyajikan materi sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator.

4) Memiliki tata tulis sesuai dengan ketentuan.

5) Menyajikan pertanyaan yang diajukan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Flowcart View

1) Menyajikan struktur sesuai dengan model tutorial. 2) Menampilkan branching komplit dan jelas. 3) mempunyai label yang jelas dan

mudah dimengerti pada masing-masing elemen . 4) Memakai semua simbol yang benar.

5) Memudahkan untuk diikuti dan dimengerti. 3. Storyboard 1) Memiliki seluruh layer yang dibutuhkan.

2) Mempunyai tujuan yang jelas pada semua link. 3) Memiliki konten yang lengkap, menarik, dan mudah dimengerti.

4) Memiliki desain yang konsisten dan jelas.

4. Teknik 1) Memiliki sistem navigation link yang bekerja dengan baik. 2) Memiliki menu link yang bekerja dengan baik.

3) Memiliki elemen media yang beroperasi dengan tepat tersedia tools yang dibutuhkan.

5. Desain 1) Memiliki flowchart dan storyboard dengan benar. 2) Memiliki layout yang jelas/konsisten.

3) Memiliki semua elemen media yang bermanfaat.

4) Semua teks mudah dibaca dan kontras dengan background. 5) Memiliki botton navigasi yang jelas dan teridentifikasi. 6) Memiliki feedback yang konsisten dan memuaskan. 7) Memiliki bagian penutup yang menarik.


(43)

99

No. Indikator Kisi-kisi/Aspek yang Dinilai

6. Penyajian 1) Mempunyai artikulasi yang jelas dan volume yang memadai.

2) Memiliki tampilan yang profesional.

3) Memiliki tampilan yang menarik minat audien. 4) Memiliki tampilan yang terorganisasi dengan baik. 5) Memiliki tampilan yang tidak membosankan. 6) Memiliki narator sesuai dengan tema.

7) Memiliki tampilan yang mudah dipahami. 8) Memiliki kontrol kecepatan audiovisual. 9) Memiliki hasil kerja dapat diamati/dicetak. 10) Memiliki waktu dalam setiap kegiatan. 3.3.3 Pengembangan Instrumen Keterampilan Menyimak Kritis

Instrumen keterampilan menyimak kritis ini dikembangkan dari teori berpikir kritis dan menyimak kritis, yaitu dua belas subketerampilan berpikir kritis dan sepuluh kegiatan menyimak kritis. Adapun indikator yang dapat dilakukan adalah memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi serta pertanyaan yang menantang, membuat induksi dan mempertimbangkan hasil keputusan induksi, membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan, mendifinisikan istilah, dan memutuskan suatu tindakan (Anderson, 1972:70; Costa, 1985; Santrock, 2010:359-360). Berdasarkan subketerampilan berpikir kritis dan menyimak kritis tersebut, indikator keterampilan menyimak kritis beserta kisi-kisinya dapat dirumuskan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.6

Indikator dan Kisi-kisi Keterampilan Menyimak Kritis Keterampilan

Menyimak Kritis

Indikator Nomor

Evaluasi Menyimak Kritis

1. Memberikan Penjelasan Sederhana

1. Memfokuskan pertanyaan 1;2; 3;15;16;17 2. Menganalisis argumen 4; 12;14;18;26;

28;29;30;35 3. Menentukan pertanyaan dan

menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang


(44)

100 Keterampilan

Menyimak Kritis

Indikator Nomor

Evaluasi Menyimak Kritis

2. Membuat Penjelasan Lebih Lanjut

4. Menentukan ketepatan ujaran dan unsur kalimat

7;21 5. Menentukan

ungkapan dan definisi

8;22 3. Membuat

Kesimpulan (inference)

6. Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi

11;25;32;

7. Membuat dan mempertimbnagkan nilai keputusan

13;27;34;

4. Menentukan Strategi dan Taktik

8. Menentukan

informasi secara objektif dan evaluastif

9;23

9. Mengidentifikasi masalah 10;24;31

Berdasarkan kisi-kisi tersebut, keterampilan menyimak kritis mahasiswa dikembangkan dalam bentuk soal pilihan ganda terutama dalam mengukur keterampilan menyimak kritis mahasiswa pada aspek kognitif, sedangkan aspek afektif dan psikomotornya dengan soal esai/unjuk kerja. Pengujian validasi tes keterampilan menyimak kritis dilakukan dengan menggunakan teknik pearson product moment (r), sedangkan uji reliabilitas menggunakan Metode Belah Dua (Split Half) dengan SPSS Statistics 20.0.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan di dalam penelitian ini dengan cara: a) Dokumentasi: Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai penyusunan desain pembelajaran dan alat tes kemampuan menyimak yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan menyimak kritis mahasiswa. b) Kuesioner dan observasi: Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran menyimak dengan menggunakan model menyimak aktif intergratif melalui multimedia interaktif dalam peningkatan keterampilan menyimak kritis mahasiswa. Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan


(45)

101 pembelajaran menyimak dengan menggunakan multimedia interaktif. c) Skala penilaian: Skala penilaian digunakan untuk memperoleh data tentang hasil evaluasi ananlisis landasan dan konsep flowchart view, storyboard, dan pengembangan multimedia interaktif (evaluasi di atas meja) yang dilakukan para ahli, sekaligus untuk mengetahui keterpakaian produk dalam pembelajaran. d) Wawancara: Wawancara dilakukan untuk menggali informasi dan konfirmasi terhadap pandangan mahasiswa dan dosen berkaitan dengan pelaksanaan Model PMAIMI. e) Tes hasil belajar: Tes hasil belajar digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan multimedai interaktif. Tes adalah alat bantu atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2007:53).

Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini adalah data mengenai hasil tes awal mahasiswa sebelum diberi perlakuan pembelajaran dan data hasil belajar mahasiswa setelah diberikan perlakuan. Kemampuan awal mahasiswa didapat dengan memberikan tes awal sebelum pelaksanaan pembelajaran. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan menyimak dalam peningkatan keterampilan menyimak kritis. Instrumen yang digunakan berupa butir soal pilihan ganda, uraian/tulis, dan lisan/berbicara (simak – bicara kritis dan simak tulis kritis). Pemberian tes awal ini dimaksudkan untuk megetahui kemampuan awal mahasiswa sebagai titik tolak pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan tes karena diharapkan melalui penggunaan multimedia interaktif untuk pembelajaran menyimak hasil belajar mahasiswa cenderung meningkat. Validitas terhadap tes hasil belajar dilakukan dengan validitas konstruksi oleh dosen. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek, seperti pada tujuan pembelajaran (Arikunto, 2007 :67).

Dalam analisis data kualitatif ini, data kuantitatif yang diperoleh melalui instrumen evaluasi dikonversikan ke dalam kualitatif dengan skala empat, kemudian


(1)

306

MacWilliam, I. 1986 “Video and Language Comprehension”. English Language Teaching Journal, 40(2), 131-135.

Maley, A. 1998. Listening. New York: Oxpord University Press. Maria, A. 998. “Teaching Listening”.

http://www.nclrc.org/essentials/listening/goalslisten.htm. 28 Mei 2011.

Mayer, R. E. 2001. Multimedia Learning (terj. Teguh Wahyu Otomo) . New York: Cambridge University Press.

Markham, P. 1989. “The Effects of Captioned Television Videotapes on The Listening Comprehension of Beginning, Intermediate, and Advanced ESL Students”. Educational Technology, 29, 38-41.

Martin, J. R. 1984. Language, Register and Genre. In F. Christie (Ed.) Children

Writing –Course Readings, Geelong: Deakin University Press.

Mayer , R E., & P. Chandler. 2001. When Learning is Just a Click Away: Does

Simple Interaction Foster Deeper Understanding of Multimedia Messages.

Journal of Educational Psychology, 93, 390-397.

McNabb, M. L. 2006. Literacy Learning in Networked Classrooms: Using the

Internet With Middle Level Students. Newark, DE: International Reading

Association.

Meskill, C. 1996. “Listening Skills Development Through Multimedia”. Jurnal of Educational Multimedia and Hypermedia. (1996) 5 (2), 179-201. Department of Educational Theory and Practice, University at Albany, State University of New York, Albany, USA.

Michael, J. 2006. “Where’s The Evidence that Active Learning Works?’ Advances in Physiology Education, 30: 159–167, Available online at http://advan.physiology.org/cgi/reprint/30/4/159. Last accessed 10 Mei 2012.

Morris, Anton C. et. al. 1969. College English. New York: Harcourt Boace & Word, Inc.

Mueller, G. 1980. “Visual Contextual Cues and Listening Comprehension: An experiment”. Modern Language Journal, 64(3), 335-340.


(2)

307

Munadi, Yudhi. 2010. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.

Muslimin, I. et al. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Nasution. 1982. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Jemars.

Natawidjaja, R. 1988. Pengeloalaan Data Secara Statistik. Bandung: FPS.

Nunan, D. 1991. Languange Teaching Methodology a Textbook for Teacher. Great Britain: Prentice Hall International (UK) Ltd.

Nunan, David. 1992. Designing Tasks for the Communicative Classroom. Cambridge: CUP.

Nunan, D. 1995. Language Teaching Methodology. Hertfordshire: Phoenix ELT. Nunan, D. 1999. Second language teaching and learning. Boston: Heinle & Heinle

Publishers.

Nurgiyantoro, B. 2009. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPFE

Nurgiyantoro, B. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE

Nurhayati. 2004. “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak dengan Model

Dictoglos.” Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 5, Nomor 2, Juni 2004. Ockey, G.J. 2007. “Constuct Implikations of Including Still Image or Video in Computer Based Listening Test”. Language Testing, 24 (4), 517-537. Omaggio, A. 1979. “Pictures and Second Language Comprehension: Do They Help?

Foreign Language Annals”, 12, 107-16.

O’Malley, J. et.al. 1989. “Listening Comprehension Strategies in Second Language Acquisition”. Applied Linguistics, 10(4), 418-437.

Orr, K. L. et.al. 1998. “Storyboard Development for Interactive Multimedia Training”. Journal of Interactive Instruction Development, 18(3), 18-27. Pavio, A. 1965. “Abstractions, Imagery, and Meaningfulness in Paired Associated


(3)

308

Pederson, K. 1988. Modern Media in Foreign Language Education: Theory and

Implementation. Lincolnwood. IL: National Textbook.

Persulessy, G. H. 1988. Listening Improvement Exercies for Students of English as a

Foreign Language. Jakarta: Depdikbud.

Prabath, K. & Andleigh. 1996. Multimedia System Design. New Jersey: Prentice Hall PTR.

Price, K. 1983. “Closed-Captioned TV: An Untapped Resource”. MATSOL Newsletter, 12(2) 1-8.

Purwanto, M. N. 1998. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Karya.

Rahmatian, Rouhollah & Novid Armiun. 2011. “The Effectiveness of Audio and Video Documents in Developing Listening Comprehension Skill in a Foreign Language”. www.ccsenet.org/ijel, International Journal of English Linguistics, Vol. 1, No. 1; March 2011.

Rose, Colin & M. J. Nicholl. 2012. Cara Belajar Cepat Abad XXI. Bandung: Nuansa. Rusman. 2008. Manajemen Kurikulum. Bandung: Mulia Mandiri Press.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sadiman, A., et. al. 2009. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Samana, A. 1994. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Ssitem Pembelajaran. Jakarta: Fajar Interprtama.

Santrock, John W. 2010. Educational Psychologi (Terj. Tri Wibowo B.S.). New York: McGraw-Hill.

Secules, T. et.al. 1992. The Effect of Video Context on Foreign Language Learning. The Modern Language Journal, 76(iv), 480-490.


(4)

309

Schmitz, T. 2000. “Tools of Innovation”. Industry Week, 248, 57-66.

Shepherd, A. 2003. Film, Video, and Multimedia Technology. Los Angeles, CA: Muska and Lipman Publishing

Siswosumarto, S. 1994. Proses dalam Mendesain Pesan dan Memvisualisasikan Ide. Jakarta: Depdikbud.

Smaldino, at. al. 2005. Introduction Technology and Media for Learning. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Sponder, B., & R. Hilgenfeld. 1998. “Cognitive Guidelines for Teachers Developing Computer Assisted Instruction”. The Computer Teacher, 22(8), 9-15.

Stemler, L. K. 1997. “Educational Characteristics of Multimedia: a Literature review”. Journal of Educational Multimedia and Hypermedia, 6, 339-359. Sudjana, N. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, N. & A. Rivai. 2007. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Suarcaya, Putu. 2009. “Web-Based Audio Materials for EFL Listening Class”. TEFLIN Journal, Volume 20, Number 2, August 2009

Sukmadinata, N. S.. 2010. Metode Penelitian Pengajaran. Bandung: Rosda. Sulistio, D. 2001. Keterampilan Menyimak. Bengkulu: FKIP Unib Press. Sutari, I. et. al. 1997. Menyimak. Jakarta: Depdikbud.

Suyanto, M. 2005. Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing. Yogyakarta: Andi.

Syihabuddin. 2009. Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: UPI. Synder, H., & I. Colon. 1988. “Foreign Language Acquisition and Audio-Visual


(5)

310

Tarigan, D. 1986. Keterampilan Menyimak Modul 4-6. Jakarta: Karunika.

Tarigan, H. G. 2008. Menyimak Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Thompson, K. et al. 2009. “Integrating Listening Model : An Approach to Teaching and Learning Listening”. The Journal of General Education. Vol. 53, No.

3–4, 2004.

Thompson, K. et. al. 2010. The Integrative Listening Model: An Approach to

Teaching and Learning Listening (in the Listening and Human

Comunication by Andrew D. Wolvin). United Kingdom: Blackwell Publishing Ltd

Tversky, B. et.al. 2002. “Animation: Can it Facilitate?” International Journal of Human Computer Studies, 57, 247-262.

Ulusoy, Mustafa. 2010. “Assessing the Listening Ability Levels of Internet Radio Programs”. Jurnal New Educational Review, hlm. 306-324.

Underwood, M. 1989. Teaching Listening. England: Longman Group UK Limited. Tudor, I. 1987. “Video as a Means of Cultural Familiarization”. System, 15(2),

203-207

Ur, P. 1984. Teaching Listening Comprehension. Cambridge: Cambridge University Press.

Vandergrift, L. 1999. Facilitating Second Language Listening Comprehension:

Acquiring Successful Strategies. ELT Journal, 53(3), 168-176.

Vanderplank, R. 1990. Paying Attention to The Words: Practical and Theoretical

Problems in Watching Television Programmes With Uni-Lingual

(CEEFAX) sub-titles. System, 18(2), 221-234.

Van Duzer, Carol. 1997. “Improving ESL Learners' Listening Skills: At the Workplace and Beyond”.

http://www.cal.org/caela/esl_resources/digests/LISTENQA.html. Bandung, 4 Februari 2013.

Vasiljevic, Zorana. 2010. “Dictogloss as an Interactive Method of Teaching Listening Comprehension to L2 Learners”. Jurnal English Language Teaching Vol. 3, No. 1 March 2010.


(6)

311

Voogt, J. & Susan McKenney. 2008. “Using ICT to Foster (Pre) Reading and Writing Skills in Young Children “, Computers in the Schools, 24:3-4, 83-94.

http://dx.doi.org/10.1300/J025v24n03_06. Bengkulu, 20 April 2012.

Yusup, P.M. 1990. Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu. et.al. 1992. Psikologi Pendidikan. Bandung: Andira Bandung.

Wahono, W. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas PLP.

Waller, M. 2002. Delivering Learning on The Net. London, UK: Kogan Page. Warschauer, M., & Healey, D. 1998. Computers and Language Learning: An

Overview. Language Teaching 31: 57–71.

Wenden, A. 1998. “Metacognitive Knowledge and Language Learning. Applied Linguistics, 19 (4), 515537.

Wert , B. Y. 2003. “Effects of Video Self-Modeling on Spontaneous Requesting in Children”. Journal of Positive Behavior Interventions, 5(1), 30-34.

White, G. 1998. Listening. Oxford : Oxford University Press.

Wickens, C. 1984. “Engineering Psychology and Human Performance”. Columbus,OH: Merrill.

Zettersten, A. 1986. New Technologies in Language Learning. Canada: Pergamon Press. Inc.