EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) YANG DIMODIFIKASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(1)

commit to user

i

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) YANG

DIMODIFIKASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Penelitian dilakukan di SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010)

Skripsi Disusun oleh: MAYA RAHAYU

K 1304005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) YANG

DIMODIFIKASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Penelitian dilakukan di SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010)

Oleh: MAYA RAHAYU

K 1304005

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(3)

commit to user

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing skripsi untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Juni 2010

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Budi Usodo, M.Pd. NIP. 19680517 1993 03 1 002

Pembimbing II

Dyah Ratri Aryuna, S.Pd., M.Si. NIP. 19700418 200012 2 001


(4)

commit to user

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Sutopo, S.Pd., M.Pd.

Sekretaris : Ira Kurniawati, S.Si.,M.Pd.

Anggota I : Drs. Budi Usodo, M.Pd.

Anggota II : Dyah Ratri Aryuna, S.Pd., M.Si.

Disahkan Oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Maya Rahayu, EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) YANG DIMODIFIKASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Penelitian dilakukan di SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.

Tujuan Penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division yang dimodifikasi dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional khususnya pada materi himpunan. (2) Untuk mengetahui apakah ada pengaruh motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika khususnya pada materi himpunan. (3) Untuk mengetahui manakah diantara model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division yang dimodifikasi dan model pembelajaran konvensional yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada materi himpunan jika ditinjau dari motivasi belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta tahun ajaran 2009/2010, yang terdiri dari 5 kelas dengan banyaknya siswa 179 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 kelas dengan banyaknya siswa kedua kelas tersebut adalah 73 siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Uji coba instrumen dilaksanakan di SMP Negeri 16 Surakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi yang berupa data nilai matematika pada Ujian Akhir Semester I Kelas VII tahun pelajaran 2009/2010. Metode angket untuk data motivasi belajar siswa dan metode tes untuk data prestasi belajar matematika siswa pada materi himpunan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Sebagai persyaratan analisis yaitu populasi berdistribusi normal menggunakan uji Lilliefors dan populasi mempunyai variansi yang sama (homogen) menggunakan metode Bartlett.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division yang dimodifikasi menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional (Fa = 5.276> 3.986 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%). Dengan

rerata marginal model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division sebesar 65.61 lebih besar dari pada rerata marginal model pembelajaran konvensional sebesar 59.96. (2) Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan motivasi belajar tinggi, sedang maupun rendah (Fb = 1.277 < 3.136

= Ftabel pada taraf signifikansi 5%). Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi,

sedang maupun rendah mempunyai prestasi belajar yang sama. (3) Model pembelajaran kooperatif tipe Students Teams Achievement Division selalu


(6)

commit to user

vi

menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional pada setiap kategori motivasi belajar matematika(Fab =


(7)

commit to user

vii

ABSTRACT

Maya Rahayu. EXPERIMENTATION COOPERATIVE LEARNING MODEL OF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) MODIFICATION TYPE TOWARD THE MATHEMATICS LEARNING VIEWED FROM

STUDENT‟S MATHEMATICS LEARNING MOTIVATION(The Research was

conducted in 14th Government‟s Junior High School in Surakarta at Year

2009/2010). Thesis. Surakarta:Teaching dan Education Faculty, Sebelas Maret University, 2011.

This research aims are: (1) to know whether cooperative learning model of STAD modification type gives better mathematics learning achievement than conventional learning model. (2) To know whether mathematics learning motivation influences mathematics learning achievement especially in set matery. (3) To know which one gives better mathematics learning achievement between cooperative learning model of STAD modification type and conventional learning model especially in set matery viewed from mathematics learning motivation.

This research used quasi experimental method. The population of this

research was all the second years students of 14th Government‟s Junior High

School in Surakarta which consist of 5 classes with 179 students. The sample used in this research is from 2 classes with 73 students. It was taken by cluster

random sampling. While the try out was carried out in 16th government‟s Junior

High School in Surakarta. The collecting data technique was document technique to know value data of Mathematics Last Comprehensive Test(UAS) Semester 1

and test method. The questionnaire instrument was applied to know the student‟s

mathematics learning motivation while the test instrument to know mathematics learning achievement on set matery. Data analysis technique used two ways variance analysis with different cell. The analysis requirement was normality test by Lilliefors method and homogenity test by Bartlett method.

The result of this research are (1) cooperative learning models of STAD modification type gives better mathematics learning achievement than conventional learning model(Fa = 5.276> 3.986 = Ftable in 5% significant level ).

The marginal average of cooperative learning model of STAD modification type is 65.61, greater than the marginal average conventional learning model which is only 59.96. (2) There is no difference mathematics learning achievement among students with high, medium, and low mathematics learning motivation(Fb = 1.277

< 3.136 = Ftable in 5% significant level). It means that students with high, medium

and low mathematics learning motivation have the same mathematics learning achievement. (3) Cooperative learning model of STAD modification type always gives better mathematics learning achievement than conventional learning model on each motivation category(Fab = 0.531 < 3.136 = Ftable in 5% significant level).


(8)

commit to user

viii

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain

dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Qs. Al Insyirah: 6-8)

Titik air melubangi batu tidak sekaligus, tetapi dengan sering jatuh (anonim)


(9)

commit to user

ix

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya yang tersusun dengan penuh perjuangan ini, Kupersembahkan kepada:

Bapakku dan Ibuku yang telah memberikan segalanya yang terbaik dalam hidupku. Adik-adikku yang selalu mendoakanku agar cepat lulus dan cepat kerja

Pengisi relung hatiku yang selalu

memberikan kesejukan di setiap hari-hariku. Mahasiswa P. Math „04 atas doa dan dukungan.

UNS yang memberiku pengalaman hidup berharga.


(10)

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang lebih indah untuk diucapkan selain ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang mengatur setiap desah nafas setiap makhluk di bumi ini. Atas limpahan nikmat dan kemurahan-Nya skripsi yang berjudul “Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division(STAD) yang Dimodifikasi terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Matematika Siswa (Penelitian dilakukan di SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010)” dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, saran, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada segenap pihak antara lain:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, dekan FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.

2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, ketua jurusan P. MIPA FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.

3. Triyanto, S.Si, M.Si, ketua program P. Matematika FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi

4. Henny Ekana Chrisnawati, S.Si, M.Pd. sebagai koordinator skripsi P. Matematika FKIP UNS yang telah memberikan kemudahan dalam pengajuan ijin menyusun skripsi ini

5. Drs. Ponco Sujatmiko, M.Si. sebagai pembimbing akademik yang senantiasa memberikan motivasi, perhatian, semangat dan kasih sayang yang sangat berarti bagi penulis.

6. Drs. Budi Usodo, M.Pd. sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.

7. Dyah Ratri Aryuna, S.Pd., M.Si. sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.


(11)

commit to user

xi

8. Ratna Purwaningtyastuti, S.Pd., M.Pd., kepala SMP Negeri 14 Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

9. Drs. M. Amir Khusni, M.M., kepala SMP Negeri 16 Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan uji coba instrumen penelitian/try out. 10. Drs. Sri Sugiyanto, guru bidang studi matematika SMP Negeri 14 Surakarta

yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan, bimbingan, dan tularan ilmu selama melakukan penelitian .

11. Dra. Kristina Sri Rahayu, guru bidang studi Matematika SMP Negeri 8 Surakarta yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan untuk melakukan try out.

12. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa restu, kasih sayang dan dukungan yang tak terhingga.

13. Adik-adikku, terima kasih untuk doa dan kasih sayang yang tulus.

14. Kekasihku, terima kasih untuk pengertian, kasih sayang, kesetiaan, doa dan motivasi yang tak pernah terhenti.

15. Fitriasari, Muslimah, Puji, Rika, untuk semua semangat di akhir-akhir perjuangan, setiap senyum dan kerelaan mendengar keluh kesahku.

16. Teman-teman mahasiswa P. Math ‟04 atas kebersamaan dalam setiap langkah menapaki luasnya dunia matematika.

17. Windy Cutez, Tiya Tiyul, Ana, Tina, Dhian, semua mantan penghuni kos ANITA(Senja, Mb Ika, Mb Arti, Mb Lindha, D‟ Lilih, Via, Tiwik, Rumi, Ardiyani, Mari, Wulan, dan Hely) atas semua kebersamaan dan keceriaan. 18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas segala

bantuan dan kerja sama selama penyusunan skripsi ini.

Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis serta memberikan kontribusi dan masukan bagi dunia pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan.

Surakarta, Februari 2011


(12)

commit to user

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR TABEL ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Prestasi Belajar Matematika ... 11

a. Pengertian Belajar ... 11

b. Pengertian Prestasi Belajar ... 11

c. Pengertian Matematika ... 12

d. Pengertian Matematika Sekolah……….. 13

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar matematika ... 14


(13)

commit to user

xiii

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 15

a. Model Pembelajaran ………. ... 15

b. Model Pembelajaran Kooperatif... ... 17

c. Teori yang Mendasari Pembelajaran Kooperatif... 19

d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif... 21

e. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 22

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang dimodifikasi... 29

4. Model Pembelajaran Konvensional... 35

5. Metode Mengajar... 36

6. Prinsip Belajar Tuntas... 37

7. Modul... 39

8. Motivasi Belajar... 41

B. Kerangka Pemikiran ... 44

C. Hipotesis ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITAN ... 51

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

1. Tempat Penelitian ... 51

2. Waktu Penelitian ... 51

B. Jenis Penelitian ... 51

C. Populasi dan Sampel ... 52

1. Populasi Penelitian ... 52

2. Sampel Penelitian ... 52

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 52

D. Teknik Pengumpulan Data ... 53

1. Identifikasi Variabel ... 53

2. Rancangan Penelitian... 54

3. Pelaksanaan Penelitian... 55

4. Metode Pengumpulan Data... 55

a. Dokumentasi... . 56


(14)

commit to user

xiv

c. Angket ... 56

5. Instrumen Penelitian... 57

a. Tes... 57

b. Angket... 60

E. Teknik Analisis Data ... 62

1. Uji Keseimbangan ... 62

2. Uji Prasyarat Analisis... 63

a. Uji Normalitas ... 63

b. Uji Homogenitas ... 64

3. Pengujian Hipotesis... 65

4. Uji Komparasi Ganda... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 73

A. Deskripsi Data ... 73

1. Hasil Pengembangan Instrumen ... 73

a. Hasil Pengembangan Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa ... ... 73

b. Hasil Pengembangan Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa ... 75

2. Data Skor Prestasi Belajar Matematika ... ... 77

3. Data Skor Motivasi Belajar Matematika Siswa ... 78

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 78

1. Uji Keseimbangan Sebelum Eksperimen ... 78

2. Persyaratan Analisis ... 80

a. Uji Normalitas ... 80

b. Uji Homogenitas ... 80

C. Pengujian Hipotesis ... 81

1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ... 81

2. Uji Komparasi Ganda... 82

D. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 83

1. Hipotesis Pertama ... 83


(15)

commit to user

xv

3. Hipotesis Ketiga ... 85

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Implikasi ... 87

1. Implikasi Teoritis ... 87

2. Implikasi Praktis ... 89

C. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pembelajaran ... 98

Lampiran 2 Modul Pembelajaran... 129

Lampiran 3a Lembar Validitas Isi Modul Pembelajaran Validator 1... 235

Lampiran 3b Lembar Validitas Isi Modul Pembelajaran Validator 2... 239

Lampiran 3c Lembar Validitas Isi Modul Pembelajaran Validator 3... 243

Lampiran 4 Kuis dan Jawaban Kuis... 247

Lampiran 5 Daftar Kelompok Pembelajaran STAD ... 253

Lampiran 6 Tabel Perolehan Skor Kuis, Poin Kemajuan, dan Predikat Kelompok... 255

Lampiran 7 Piagam Penghargaan... 263

Lampiran 8 Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar Matematika (Try Out) …...267

Lampiran 9 Angket Motivasi Belajar Matematika (Try Out) ...…... 268

Lampiran 10 Lembar Jawab Angket (Try Out) ………. 278

Lampiran 11 Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Matematika (Try Out) ... 279

Lampiran 12 Soal Tes Prestasi Belajar (Try Out) ………... 282

Lampiran 13 Pembahasan Soal Try Out Tes Prestasi Belajar …………... 293

Lampiran 14 Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar Matematika (Try Out) ... 303

Lampiran 15a Lembar Validitas Isi Angket Aktivitas Belajar Matematika oleh validator 1 ... 305

Lampiran 15b Lembar Validitas Isi Angket Aktivitas Belajar Matematika oleh validator 2………. 307

Lampiran 16a Lembar Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Matematika oleh validator 1 ... 309

Lampiran 16b Lembar Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Matematika oleh validator 2 ... 313

Lampiran 17 Uji Validitas Butir Angket Motivasi Belajar Matematika...317

Lampiran 18 Uji Reliabilitas Angket Motivasi Belajar Matematika ... 319


(17)

commit to user

xvii

Lampiran 20 Uji Reliabilitas dan Tingkat Kesukaran Butir Soal dan

Instrumen... 322

Lampiran 21 Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar Matematika (Penelitian) ... 325

Lampiran 22 Angket Motivasi Belajar Matematika (Penelitian)... ... 326

Lampiran 23 Lembar Jawab Angket Motivasi Belajar Matematika... 334

Lampiran 24 Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Matematika (Penelitian) ...335

Lampiran 25 Soal Tes Prestasi Belajar (Penelitian) ... 338

Lampiran 26 Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar (Penelitian) ... 356

Lampiran 27 Pembahasan Soal Tes Prestasi Belajar ... 348

Lampiran 28 Nilai Ulangan Akhir Semester II tahun 2007/2008 ...358

Lampiran 29 Uji Normalitas Kelompok Kontrol (Sebelum Penelitian)... 359

Lampiran 30 Uji Normalitas Kelompok Eksperimen (Sebelum Penelitian) ... 361

Lampiran 31 Uji Keseimbangan Kelompok Kontrol dan Eksperimen ... 363

Lampiran 32 Data Induk Penelitian ... 365

Lampiran 33 Tabel Tata Letak Data Anava Dua Jalan Dengan Sel tak Sama ... 366

Lampiran 34 Uji Normalitas Baris 1 Kelompok Eksperimen (Sebelum Anava) ... 367

Lampiran 35 Uji Normalitas Baris 2 Kelompok Kontrol (Sebelum Anava) ... 369

Lampiran 36 Uji Normalitas Kolom Motivasi Kategori Tinggi ... 371

Lampiran 37 Uji Normalitas Kolom Motivasi Kategori Sedang ... 373

Lampiran 38 Uji Normalitas Kolom Motivasi Kategori Rendah ... 375

Lampiran 39 Uji Homogenitas Antar Baris ... 377

Lampiran 40 Uji Homogenitas Antar Kolom ... 379

Lampiran 41 Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ... 382

Lampiran 42 Tabel Uji Nilai Statistik... 386


(18)

commit to user

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan... 25

Tabel 2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok... 26

Tabel 2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD... 25

Tabel 2.4 Langkah-langkah Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi... 30

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian... 54

Tabel 3.2 Data Amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadrat Deviasi... 67

Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan... 68

Tabel 3.4 Rangkuman Analisis... 70

Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Uji Coba Instrumen... 78

Tabel 4.2 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Himpunan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 78

Tabel 4.3 Penentuan Kategori Motivasi Belajar Matematika Siswa... 79

Tabel 4.4 Sebaran Kategori Motivasi Belajar Matematika Siswa... 79

Tabel 4.5 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Siswa pada Motivasi Belajar Tinggi, Sedang, dan Rendah ... 79

Tabel 4.6 Rataan dan Variansi Nilai UAS Semester 1 Kelas Eksperimen(VII E) dan Kelas Kontrol(VII D)... 80

Tabel 4.7 Uji Normalitas Awal Sebelum Penelitian ... 80

Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji Normalitas... 81

Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Homogenitas... 82

Tabel 4.10 Tata Letak Data Anava Dua Jalan Sel tak Sama... 82

Tabel 4.11 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel tak Sama... 83


(19)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai satu tujuan misalnya mencerdaskan siswa, tetapi dapat pula membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan keterampilan tertentu (Depdiknas, 2005: 4). Melalui pembelajaran matematika siswa dilatih untuk berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif serta mengembangkan kerja sama yang efektif. Hal ini disebabkan oleh struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antarkonsep dalam matematika sehingga memungkinkan siswa berpikir rasional.

Menyadari pentingnya peranan matematika, baik dalam penalaran dan pembentukan sikap pribadi siswa maupun dalam penguasaan, penerapan, dan keterampilan matematika, maka sudah seharusnya proses pembelajaran matematika dan peningkatan prestasi belajar matematika mendapat perhatian yang serius. Oleh karena itu, guru hendaknya mempersiapkan pembelajaran matematika yang inovatif, membangkitkan motivasi dan semangat belajar, memberikan pengalaman belajar yang bermakna, mengembangkan berbagai keterampilan seperti pemecahan masalah, keterampilan sosial dan sebagainya.

Diketahui bahwa matematika merupakan ilmu yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur yang diatur menurut aturan yang logis. Matematika berkenaan dengan konsep-konsep abstrak yang diberi simbol-simbol yang dibentuk dari beberapa unsur yang tidak didefininisikan menurut sistem deduktif. Objek yang dipelajari dalam matematika bersifat abstrak. Karakteristik matematika inilah yang mungkin menyebabkan matematika menjadi suatu pelajaran yang sulit dan momok bagi siswa. Hal ini sesuai dengan Darmiyati (2009: 534) yang menyatakan bahwa “Siswa merasa kesulitan belajar matematika karena menganggap konsep matematika sangat sulit dibandingkan dengan pengajaran lain”. Kurangnya penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika berakibat pada prestasi belajar matematika yang kurang memuaskan baik di tingkat nasional maupun internasional.


(20)

commit to user

Selama ini proses pembelajaran matematika di sekolah masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran. Guru secara aktif menerangkan materi, memberi contoh soal dan latihan soal sedangkan siswa mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan yang diberikan guru (Sahat Saragih, 2006: 551). Diskusi kelompok jarang dilaksanakan sehingga pembelajaran di dalam kelas kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk menggali, mengkonstruksi dan mendiskusikan informasi maupun pengetahuan yang diperolehnya. Guru juga kurang memperhatikan aspek-aspek lain yang perlu dikembangkan pada siswa seperti kerja sama dan saling berbagi yang penting bagi kehidupan sosial siswa.

Dalam suatu proses pembelajaran, suatu pengetahuan tidak dapat langsung dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Menurut Nurhadi dalam I Ketut Darma (2007: 110) disebutkan bahwa “Menurut paham konstruktivisme manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi arti pengetahuan sesuai dengan pengalamannya”. Hal ini berarti siswa harus aktif membangun struktur pengetahuannya berdasarkan struktur kognitif yang dimiliki. Dengan demikian, perubahan proses pembelajaran yang semula berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa perlu dilakukan demi meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

Keberhasilan suatu proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Pada dasarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, salah satunya adalah ketepatan guru dalam memilih metode mengajar. Dengan pemilihan metode mengajar yang tepat diharapkan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran serta memperoleh berbagai kemampuan melalui serangkaian kegiatan belajar. Penggunaan metode mengajar ini dapat diperluas pada sebuah model pembelajaran. Suatu model pembelajaran berisi perencanaan pembelajaran di kelas agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penggunaan model pembelajaran melibatkan suatu metode mengajar sebagai sarana menyampaikan materi


(21)

commit to user

pelajaran. Dengan demikian suatu model pembelajaran juga menjadi faktor penentu keberhasilan proses belajar mengajar.

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, salah satunya adalah motivasi belajar siswa. Motivasi menjadi daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong dan pencapaian prestasi (Sardiman A. M., 2001: 83). Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi maka kualitas belajar siswa dimungkinkan meningkat dan prestasi belajar yang diharapkan tercapai. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan motivasi siswa di setiap kegiatan belajar mengajar.

Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memperhatikan motivasi belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif.

Dasar pemikiran dari model pembelajaran ini yaitu “getting better together

melalui pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dalam suasana kondusif kepada siswa untuk memperoleh serta mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan sosial (Indriasih, 2009: 79). Model pembelajaran kooperatif dilakukan dengan menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat sampai enam orang. Setiap kelompok terdiri dari empat sampai enam siswa dengan tingkat kemampuan dan latar belakang yang heterogen. Melalui situasi pembelajaran kooperatif siswa belajar dengan mendiskusikan tugas-tugas yang diberikan guru, saling membantu, dan bekerja sama menyelesaikan tugas maupun memecahkan masalah serta memahami materi yang diajarkan. Belajar belum selesai jika salah satu teman belum menguasai pelajaran.

Arends dalam Masnur Muslich (2007: 229) menyatakan bahwa “Terdapat enam langkah utama dalam pembelajaran kooperatif”. Enam langkah tersebut yaitu penyampaian tujuan pembelajaran dan motivasi, penyajian informasi, pengelompokan siswa dalam tim-tim belajar, pemberian bantuan kerja kelompok dalam belajar, evaluasi materi, dan pemberian penghargaan. Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda dalam pembelajaran kooperatif dan sedikit bervariasi tergantung pada pendekatan yang digunakan.


(22)

commit to user

Situasi pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa untuk berargumentasi dengan teman sekelas dalam menemukan suatu konsep tertentu. Mereka saling berbagi strategi, berpikir kritis dalam membangun konsep dan menerapkan konsep tersebut untuk menyelesaikan masalah. Dengan demikian, mereka dapat memperbanyak peluang untuk berbagi penemuan dan dialog untuk membangun pengetahuan baru serta mengembangkan ketrampilan sosial dan berpikir.

Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah Student Teams Achievement Division(STAD). Gagasan utama dari pembelajaran tipe STAD ini adalah memotivasi siswa supaya saling mendukung satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru (Slavin, 2008: 12). Pembelajaran diawali dengan penyampaian materi oleh guru lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis tentang materi itu. Pada saat mengerjakan kuis ini mereka tidak boleh saling membantu. Jika skor kuis yang diperoleh suatu tim mencapai kriteria tertentu maka tim tersebut akan mendapat penghargaan.

Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa bekerja sama setelah guru menyampaikan materi. Peran guru dalam pembelajaran masih tampak sebagai pemberi informasi. Hal ini mungkin akan mengurangi kemandirian siswa dalam belajar. Mereka beranggapan tidak perlu mempersiapkan materi sebelum pembelajaran sebab guru akan menjelaskan. Tentunya sikap seperti ini hendaknya dikurangi dengan menyajikan pembelajaran yang memacu siswa untuk mempelajari materi sebelum pelajaran sehingga mereka mempunyai pengetahuan untuk didiskusikan dengan teman sekelompoknya dan mampu mengkonstruksi pengetahuan baru. Guru hendaknya menempatkan diri sebagai fasilitator yang memberikan dukungan dan kesempatan bagi siswa dalam mengembangkan ide-ide mereka sendiri. Dengan demikian perlu dirancang pembelajaran STAD yang tidak hanya melatih kemampuan siswa menerapkan pengetahuan dari penjelasan guru semata.

Untuk menunjang kegiatan pembelajaran ini guru dapat memberikan tuntunan berpikir melalui pertanyaan ataupun tugas-tugas dalam suatu Lembar


(23)

commit to user

Kegiatan Siswa(LKS). Lembar kegiatan siswa ini digunakan sebagai sarana berdiskusi bagi siswa dalam tim. Dengan tuntunan berpikir dalam LKS, siswa diharapkan mampu membangun konsep dan menentukan hubungan antarkonsep, serta menerapkan konsep yang diperoleh dalam menyelesaikan persoalan matematika.

Sehubungan dengan upaya untuk memperbaiki pembelajaran dengan metode STAD yang masih menunjukkan adanya dominasi guru sebagai penyampai informasi dan upaya peningkatan prestasi belajar matematika maka penulis mencoba melakukan penelitian penggunaan model pembelajaran koooperatif dengan tipe STAD yang dimodifikasi. Sebelum menggunakan model pembelajaran ini, guru memberitahukan terlebih dahulu model pembelajaran yang akan digunakan pada siswa. Guru memberitahu bahwa guru tidak akan menjelaskan materi. Guru akan memberikan modul yang dapat digunakan sebagai bahan bacaan sebelum siswa mengikuti pembelajaran. Penggunaan modul tersebut memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan awal yang dapat digunakan sebagai bekal untuk diskusi. Dengan membaca modul tersebut memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang berbeda yang selanjutnya dapat didiskusikan dalam kelompok guna mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Melalui modul tersebut siswa juga dapat mengukur tingkat pemahaman mereka setelah mempelajari modul. Apabila ada hal-hal yang kurang jelas atau belum paham akan menjadi bahan diskusi dengan teman sekelompok maupun diskusi kelas.

Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi ini, siswa terlebih dahulu diberi modul untuk dipelajari dirumah. Siswa juga diharapkan mengerjakan lembar penilaian untuk dikumpulkan pada setiap awal pembelajaran sebagai bentuk pertanggungjawaban bahwa mereka telah belajar modul. Adapun langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi ini diawali dengan pemberian motivasi dan apersepsi dari guru selanjutnya guru bertanya kepada siswa apakah ada hal-hal yang belum jelas saat mempelajari modul. Selanjutnya guru meminta siswa mempersiapkan modul dan mulai bekerja dalam tim. Kegiatan yang dilakukan dalam tim tersebut meliputi pengerjaan lembar kegiatan siswa dan lembar kerja siswa yang sudah


(24)

commit to user

tersedia di dalam modul. Dalam diskusi tersebut guru mendorong siswa untuk membangun pengetahuan baru sesuai dengan pemahaman yang dimiliki. Melalui diskusi ini diharapkan siswa saling bekerja sama, mengoreksi kesalahan, menyampaikan gagasan demi pemahaman siswa dalam tim.

Ketika suatu kelompok telah menyelesaikan diskusi dan tugas mereka, guru memberikan kunci jawaban dari lembar kegiatan siswa dan lembar kerja siswa. Setelah semua kelompok menyelesaikan tugas dan mengoreksi kesalahan mereka, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas. Apabila sudah tidak ada lagi siswa yang bertanya, guru memberikan penekanan konsep dari apa yang telah dipelajari serta membimbing siswa merangkum materi. Selanjutnya pembelajaran diakhiri dengan pemberian kuis, dan penghargaan bagi tim yang berprestasi.

Meskipun para siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan kuis. Tiap siswa harus tahu materinya. Tanggung jawab individual seperti ini dimungkinkan dapat memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama lain, karena satu-satunya cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan membuat semua anggota tim menguasai materi yang diajarkan. Kesulitan siswa dalam memahami materi dapat didiskusikan bersama dalam kelompok. Siswa yang kurang paham akan lebih leluasa untuk bertanya kepada temannya yang sudah paham sehingga dimungkinkan kesulitan siswa dapat teratasi.

Penggunaan modul dalam pembelajaran ini tidak sepenuhnya menggantikan guru sebagai pengelola pembelajaran. Modul digunakan pada langkah kedua dan ketiga dalam pembelajaran STAD yang dimodifikasi. Langkah kedua yang semula penyampaian materi oleh guru diganti dengan penyelesaian lembar kegiatan siswa pada modul secara kelompok. Sebelumnya guru menanyakan apakah ada yang kurang jelas dari apa yang telah dipelajari dalam modul. Guru kemudian memberikan keterangan terkait pertanyaan siswa tersebut. Selanjutnya siswa diarahkan untuk lebih memahami materi melalui diskusi kelompok dengan menyelesaikan lembar kegiatan siswa. Langkah ketiga adalah kegiatan kelompok dimana tiap kelompok mengerjakan lembar kerja siswa dalam modul. Pada


(25)

commit to user

langkah ini mereka menyelesaikan tugas yang telah disusun dalam lembar kerja tersebut secara berkelompok. Langkah selanjutnya sama seperti pada pembelajaran STAD yaitu pemberian kuis sebagai bentuk evaluasi serta pemberian penghargaan. Peran guru di sini sebagai fasilitator pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran model kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi ini berupaya menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan, menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kejujuran, memperhatikan perbedaan individu, dan mengetahui sejak awal tingkat pemahaman siswa terhadap materi sebelum pembelajaran melalui lembar penilaian dalam modul. Keunggulan lain yang tidak kalah penting adalah menghargai hasil kerja siswa sehingga memungkinkan dapat memotivasi siswa untuk belajar. Sebagaimana telah disampaikan di awal bahwa motivasi merupakan salah satu faktor internal yang berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar sebab motivasi dapat menimbulkan gairah, rasa senang, dan semangat untuk belajar.

Motivasi belajar yang dimiliki siswa sangat bervariasi. Ada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2001: 73). Ini berarti motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar siswa. Semakin tinggi motivasi belajar siswa berarti semakin tinggi pula usaha belajarnya. Usaha belajar yang baik memungkinkan prestasi yang diraih optimal.

Mengingat pentingnya motivasi belajar dalam proses belajar mengajar, guru diharapkan dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih banyak mengaktifkan siswa. Serta dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Jika siswa termotivasi maka kemungkinan besar prestasi belajar yang dicapai akan optimal.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya prestasi belajar matematika mungkin dipengaruhi oleh pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat. Oleh karena itu, akan diteliti apakah


(26)

commit to user

model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi dapat meningkatkan prestasi belajar matematika.

2. Keberhasilan proses belajar juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu motivasi. Dengan adanya motivasi belajar dalam diri siswa akan timbul dorongan mental untuk melakukan aktivitas belajar matematika sehingga siswa aktif berusaha memahami materi matematika. Apabila motivasi yang dimiliki siswa rendah mungkin akan mengakibatkan rendahnya prestasi belajar matematika.

3. Dalam kegiatan belajar mengajar guru lebih menekankan ketrampilan kognitif semata dan kurang mengembangkan ketrampilan lain yang mendukung kehidupan siswa kelak. Hal ini mungkin disebabkan model pembelajaran yang digunakan guru lebih menekankan guru sebagai pusat pembelajaran dan mengabaikan siswa sebagai subjek belajar.

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan yang dikaji dapat lebih terarah dan mendalam maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan dibatasi pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional dalam hal ini model pembelajaran langsung dengan menggunakan metode ceramah, demonstrasi, ekspositori, dan pemberian tugas pada kelas kontrol.

2. Motivasi belajar siswa dalam penelitian ini dibatasi pada motivasi belajar matematika siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 14 Surakarta tahun ajaran 2009/2010.

3. Modifikasi dilakukan pada langkah kedua model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Langkah kedua yang semula penyampaian materi oleh guru diganti dengan penyelesaian lembar kegiatan siswa pada modul secara berkelompok. Sebelumnya guru menanyakan kepada siswa apakah ada hal-hal yang belum jelas saat mempelajari modul. Jika tidak ada yang bertanya, guru


(27)

commit to user

mengarahkan siswa untuk berkelompok menyelesaikan lembar kegiatan siswa.

4. Lembar kegiatan dan lembar kerja siswa yang digunakan pada langkah kedua dan ketiga adalah lembar kegiatan dan lembar kerja yang sudah tersedia dalam modul. Dengan demikian, penulis tidak menyusun secara terpisah lembar kegiatan dan lembar kerja tersebut.

5. Prestasi belajar matematika siswa yang dimaksud adalah hasil belajar siswa yang dicapai setelah melalui proses pembelajaran matematika pada materi Himpunan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada penggunaan model pembelajaran konvensional pada materi Himpunan?

2. Apakah siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar matematika sedang dan rendah sedangkan siswa dengan motivasi belajar matematika sedang memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar matematika rendah pada materi Himpunan?

3. Manakah diantara dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi dan model pembelajaran konvensional yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik jika ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa?


(28)

commit to user

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada penggunaan model pembelajaran konvensional pada materi Himpunan.

2. Mengetahui apakah siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar matematika sedang dan rendah sedangkan siswa dengan motivasi belajar matematika sedang memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar matematika rendah pada materi Himpunan?

3. Mengetahui manakah diantara dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi dan model pembelajaran konvensional yang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik pada materi himpunan jika ditinjau dari motivasi belajar siswa.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk:

1. Memberikan acuan dan alternatif bagi guru khususnya guru SMP tentang model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika dengan memperhatikan motivasi belajar siswa.

2. Memberikan masukan untuk pengembangan model pembelajaran yang inovatif yang tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif semata. 3. Memberikan informasi dan bahan kajian kepada peneliti dan akademisi dalam


(29)

commit to user

11

BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Prestasi Belajar Matematika

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaran setiap jenis dan jenjang pendidikan. Pemahaman yang benar mengenai arti belajar mutlak diperlukan oleh para pendidik. Sebagian orang berpandangan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan fakta yang tersaji dalam bentuk informasi maupun materi pelajaran. Di samping itu ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Untuk menghindari ketidaklengkapan persepsi tersebut berikut ini disajikan beberapa definisi belajar.

Menurut Gagne dalam Dimyati (2002: 10) belajar merupakan kegiatan yang komplek. Hasil belajar berupa kemampuan yang berasal dari stimulasi lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Setelah belajar seseorang akan memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Chaplin dalam Muhibbin Syah (2005: 65) membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama yaitu belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua yaitu belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.

Berdasarkan definisi di atas secara umum dalam penelitian ini disimpulkan bahwa belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

b. Pengertian Prestasi Belajar

Setiap kegiatan atau usaha yang telah dilakukan perlu diadakan penilaian untuk mengetahui sejauh mana tujuan kegiatan tersebut telah tercapai atau belum. Hasil usaha yang dicapai dari apa yang dikerjakan atau diusahakan disebut prestasi (http://id.wiktionary.org/wiki/prestasi). Seseorang dianggap berprestasi


(30)

commit to user

jika dia telah meraih sesuatu hasil dari apa yang diusahakannya, baik karena hasil belajar, bekerja, atau berlatih ketrampilan dalam bidang tertentu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 700), prestasi belajar diartikan sebagai pengusaan pemahaman dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru. Angka tersebut mencerminkan tingkat keberhasilan siswa dalam hal sejauh mana ia menguasai pengetahuan, ketrampilan yang diperoleh dalam setiap mata pelajaran. Prestasi belajar memberikan informasi seberapa banyak siswa dapat menguasai pelajaran yang diberikan selama proses belajar mengajar berlangsung. Informasi dapat diketahui melalui alat ukur yang berupa tes dan nontes dalam proses evaluasi. Dengan alat ukur ini dapat diketahui seberapa jauh penguasaan konsep pelajaran yang telah diserap siswa.

Berdasarkan uraian diatas dalam penelitian ini disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar yang dinyatakan dalam suatu nilai tes yang menunjukkan penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajari.

c. Pengertian Matematika

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 566), matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian dari masalah mengenai bilangan. Ada beberapa definisi mengenai matematika, salah satunya adalah yang dikemukakan oleh Purwoto (2003: 12) bahwa “Matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan, pengetahuan tentang struktur yang terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil”.

Matematika memiliki karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum. Beberapa karakteristik itu adalah memiliki objek abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan, dan konsisten dalam sistemnya (Depdiknas, 2005: 9).


(31)

commit to user

Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian ini disimpulkan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun hierarkis dan penalarannya deduktif.

d. Pengertian Matematika Sekolah

Pada bagian sebelumnya telah disampaikan pengertian dan karakteristik matematika sebagai ilmu. Dalam dunia pendidikan terutama di sekolah dasar dan menengah matematika yang diajarkan tidaklah sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu. Menurut R. Soedjadi (2000: 37) matematika sekolah diartikan sebagai unsur-unsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi kepada kepentingan pendidikan dan perkembangan iptek. Hal ini merupakan upaya menghadapi tantangan global dengan cara membentuk sumber daya yang handal dan mampu berkompetisi secara global serta memiliki pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan bekerja sama yang efektif. Hal ini sangat dimungkinkan karena matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan yang lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten.

Menurut R. Soedjadi (2000:37) perbedaan antara matematika sekolah dan matematika sebagai ilmu terlihat pada penyajian, pola pikir, keterbatasan semesta, dan tingkat keabstrakan. Penyajian atau pengungkapan butir-butir matematika yang disampaikan di sekolah disesuaikan dengan perkiraan perkembangan intelektual siswa misalnya dengan mengaitkan dengan realitas di sekitar siswa. Dengan demikian, sajian matematika tidak selalu diawali dengan teorema atau definisi. Pola pikir yang digunakan dalam matematika sekolah adalah deduktif maupun induktif sesuai dengan topik yang akan disampaikan. Meskipun siswa tetap diharapkan mampu berpikir deduktif, namun dalam proses pembelajarannya dapat digunakan pola pikir induktif. Pola pikir induktif digunakan untuk menyesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa.

Semesta pembicaraan dalam matematika sekolah dipersempit kemudian meluas seiring dengan tahap perkembangan siswa. Hal ini sebagai akibat dari penyederhanaan konsep matematika yang kompleks. Adapun sifat abstrak objek matematika tetap ada pada matematika sekolah. Akan tetapi, tingkat keabstrakan


(32)

commit to user

itu meningkat seiring dengan jenjang sekolah. Jadi, di awal pendidikan tingkat keabstrakan cukup rendah lalu semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula tingkat abstraksinya. Dengan demikian, dalam penelitian ini disimpulkan bahwa matematika sekolah merupakan unsur-unsur dan bagian-bagian dalam matematika yang berorientasi pada pengembangan kemampuan dan kepribadian peserta didik serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Matematika

Belajar sebagai proses aktifitas dipengaruhi oleh tiga macam faktor yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar (Muhibbin Syah, 2003: 144). Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi dua aspek yakni

1) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) yaitu kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya.

2) Aspek psikologis yaitu intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa.

Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa. Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal terdiri atas dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial meliputi kondisi lingkungan sekolah, masyarakat, tetangga, orang tua, dan keluarga siswa itu sendiri. Adapun yang termasuk lingkungan nonsosial yaitu letak dan bangunan sekolah, rumah tempat tinggal, peralatan belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar siswa.

Faktor pendekatan belajar siswa yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi tertentu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali dalam rangka membantu siswa mencapai prestasi belajar yang tinggi.

Dapat disimpulkan faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar diatas juga mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Dalam penelitian ini faktor internal yang dibahas adalah motivasi siswa karena peneliti melaksanakan berbagai kegiatan untuk menimbulkan motivasi siswa dalam


(33)

commit to user

mengikuti aktivitas belajar. Kegiatan belajar difokuskan pada siswa. Dengan demikian, perlu diperhatikan motivasi siswa pada setiap rangkaian kegiatan agar mereka selalu terlibat dalam kegiatan belajar. Faktor eksternal dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran karena faktor ini merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana merancang kegiatan belajar yang bisa memotivasi dan mengaktifkan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

a. Model Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Menurut Corey dalam Syaiful Sagala (2007:61) pembelajaran diartikan sebagai

“Suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola agar ia ikut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu”. Ia juga menambahkan pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.

Knirk dan Gustatson dalam Syaiful Sagala (2007:64) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Artinya, pembelajaran tidak terjadi seketika melainkan sudah melalui tahap perancangan pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran merupakan kegiatan yang direncanakan oleh guru untuk membantu peserta didik mempelajari suatu kemampuan dalam proses yang sistematis dalam konteks kegiatan belajar mengajar.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, seorang guru haruslah menentukan model pembelajaran, strategi, metode dan teknik mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. Guru hendaknya menguasai beberapa model pembelajaran agar proses belajar mengajar di kelas lebih bervariasi. Apabila guru menguasai beberapa model pembelajaran maka mereka akan merasakan kemudahan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai yang diharapkan (Trianto, 2007: 10).


(34)

commit to user

Menurut Joyce dalam Triyanto (2007: 5) model pembelajaran diartikan sebagai suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran di kelas dan untuk menentukan perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Joyce juga menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Adapun Soekamto dalam Nurulwati dalam Trianto (2007: 5) mengemukakan pengertian model pembelajaran sebagai berikut: “Kerangka konseptual yang melakukan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam

merencanakan aktifitas belajar mengajar”. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.

Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dipunyai strategi atau metode tertentu yaitu:

1) Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya. 2) Tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar metode tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil dan

4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

(Depdiknas, 2005: 5) Menurut Arends dalam Trianto (2007: 9) model mengajar yang praktis dan sering digunakan guru dalam mengajar yaitu presentasi, pembelajaran langsung, pengajaran konsep, pengajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah dan diskusi kelas. Ia menambahkan bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasakan apabila telah diujicobakan untuk mengajar materi pelajaran tertentu (Arends dalam Trianto, 2007: 9). Oleh karena itu beberapa model pembelajaran perlu diseleksi, model pembelajaran manakah yang paling baik untuk mengajarkan suatu materi tertentu. Akibatnya, dalam mengajarkan suatu topik


(35)

commit to user

tertentu dalam matematika haruslah dipilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pertimbangan mengenai materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif, siswa dan sarana yang tersedia sangatlah penting dalam pemilihan model pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

b. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dilandasi oleh teori konstruktivis. Pembelajaran kooperatif muncul dari ide bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Menurut Wina Sanjaya (2006: 240) Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Adapun tujuan dibentuknya kelompok adalah memberi kesempatan kepada semua siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Dalam pembelajaran kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, berdiskusi, memberi penjelasan kepada teman sekelompok dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selanjutnya setiap anggota kelompok bekerja sama dan membantu memahami suatu materi, memeriksa dan memperbaiki pekerjaan teman untuk mencapai tujuan hasil belajar yang tinggi. Guru perlu menanamkan pemahaman kepada siswa bahwa tugas belum selesai apabila salah satu anggota kelompok belum menguasai dan memahami materi pelajaran.

Pembelajaran kooperatif akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Menurut Slavin dalam Wina Sanjaya


(36)

commit to user

(2007: 240) hal ini berkaitan dengan dua alasan yaitu banyak penelitian membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar sekaligus meningkatkan kemampuan hubungan sosial dan harga diri. Selain itu pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan.

Hal yang sama juga disampaikan Johnson and Johnson dalam Zakaria (2010:273) sebagai berikut ”To achieve success in learning mathematics students should be given the opportunity to communicate mathematically, reasoning mathematically, develop self confidence to solve mathematics problem. One of the ways this can be done is through cooperative learning”. Ia juga menambahkan

“In cooperative learning, students study in small groups to achieve the same goals using social skills. Many studies show that cooperative learning can improve performance, long term memory and positive attitudes towards mathematics, self

concept and social skills”. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif dapat

menjadi alternatif upaya memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini dilakukan di sekolah-sekolah terutama dalam pembelajaran matematika.

Pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok, karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang efektif di antara anggota kelompok(Sanjaya, Wina, 2007:241). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur dorongan kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Melalui struktur dorongan yang bersifat kooperatif setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran sehingga mencapai tujuan kelompok.

Model pembelajaran kooperatif menuntut guru agar berperan sebagai motivator, fasilitator dan moderator. Guru hendaknya mengurangi perannya sebagai sumber informasi. Kemampuan mengelola kelas sangat dibutuhkan agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Ketika siswa sedang belajar dan bekerja


(37)

commit to user

dalam kelompok, guru berkeliling diantara kelompok, memberikan pujian bagi kelompok yang sedang bekerja dengan baik serta mengamati kerja masing-masing.

Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagi berikut:

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif dalam menuntaskan materi belajar.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

3) Bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, suku, jenis kelamin yang beragam.

4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu. (Arends dalam Trianto, 2007: 47) Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok dimana keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan positif dalam belajar kelompok.

c. Teori yang mendasari pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif termasuk model pembelajaran yang didasarkan pada paham konstruktivisme. Dalam teori konstruktivisme, kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Guru tidak dapat begitu saja memberikan pengetahuannya kepada siswa. Agar pengetahuan siswa bermakna, maka siswa harus memproses sendiri informasi yang diperolehnya, menstrukturnya kembali dan mengintegrasikan dengan pengetahuan yang dimilikinya. Dalam hal ini guru membantu sebagai mediator dalam proses pembentukan pengetahuan tersebut.

Prinsip-prinsip dalam pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivisme dikemukakan oleh Suparno (1997: 49) adalah sebagai berikut:

1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun secara sosial.

2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.

3) Murid aktif mengkonstruksi terus menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah.

4) Guru hanya sekadar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.


(38)

commit to user

Prinsip-prinsip konstruktivisme telah banyak digunakan dalam bidang matematika. Suparno (1997: 73) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip yang sering digunakan adalah (1) pengetahuan dibangun siswa secara aktif, (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa, (3) mengajar adalah membantu siswa, (4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses belajar bukan pada hasil akhir, (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan (6) guru adalah fasilitator.

Teori–teori yang mendasari konstruktivisme dan mendukung pembelajaran kooperatif antara lain:

1)Teori Vigotsky

Kontribusi yang paling penting dari teori Vigotsky adalah penekanan pada kerjasama, saling tukar pendapat antarsesama siswa dalam pembelajaran. Menurut teori ini siswa belajar konsep paling baik apabila konsep tersebut berada dalam zona perkembangan terdekat mereka. Daerah perkembangan terdekat adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini.

Ide lain dari teori Vigotsky adalah scaffolding, yaitu pemberian bantuan dan keleluasaan kepada siswa pada tahap awal belajar kemudian mengurangi bantuan tersebut serta memberikan kesempatan kepada siswa mengambil tanggung jawab sendiri ketika mereka siap. Implikasi teori Vigotsky adalah adanya setting pembelajaran yang menekankan hakikat sosial dalam belajar dan penggunaan kelompok sejawat untuk memodelkan cara berfikir yang sesuai dan saling mengemukakan dan menantang miskonsepsi-miskonsepsi di antara mereka (Pontecorvo dalam Nur, 1999: 7).

2)Teori Piaget

Pembentukan pengetahuan menurut Piaget adalah suatu proses asimilasi dan akomodasi informasi ke dalam struktur mental anak. Asimilasi artinya adalah penyerapan pengalaman dan informasi baru, sedangkan akomodasi adalah hasil penyusunan kembali dari pikiran sebagai akibat masuknya pengalaman dan informasi baru. Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Sementara itu interaksi sosial dengan teman sebaya khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat


(39)

commit to user

pemikiran itu menjadi lebih logis. Berikut ini adalah implikasi penting dalam model pembelajaran dari teori Piaget (Trianto, 2007: 16).

(a) Memusatkan perhatian kepada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.

(b) Memperhatikan perencanaan pelik dari inisiatif anak sendiri, keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa didorong untuk menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksi spontan dengan lingkungannya. Oleh karena itu guru dituntut untuk mempersiapkan beraneka ragam kegiatan yang memungkinkan anak melakukan kegiatan secara langsung dengan dunia fisik

(c) Memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak tumbuh melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu, guru harus melakukan upaya khusus untuk mengatur kegiatan kelas dalam bentuk individu-individu dan kelompok kecil siswa dari pada bentuk klasikal.

d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki tiga tujuan penting (Depdiknas, 2005: 15) yaitu:

1) Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model kooperatif lebih baik dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.

2) Penerimaan terhadap keragaman

Model kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima keragaman yang ada berupa perbedaan ras, budaya, tingkat sosial, dan kemampuan akademik.

3) Pengembangan ketrampilan sosial

Model pembelajaran kooperatif berupaya mengembangkan ketrampilan sosial siswa meliputi berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain dan sebagainya.


(40)

commit to user e. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Terdapat lima tipe pembelajaran kooperatif yaitu Student Teams

Achievement Division(STAD), Team-Games Tournament(TGT), Jigsaw,

Cooperative Integrated Reading and Composition(CIRC), dan Team Accelerate Instruction(TAI). Kelima tipe ini melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual dan kesempatan sukses yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda. Dalam skripsi ini pembahasan dibatasi hanya pada tipe STAD.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok empat sampai lima orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan diakhiri dengan penghargaan kelompok. Slavin (2008: 11) menyatakan bahwa dalam STAD para siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat sampai enam orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etnik. Guru menyampaikan pelajaran lalu siswa bekerja dalam tim mereka, memastikan bahwa seluruh anggota tim seluruhnya telah menguasai pelajaran. Selanjutnya seluruh siswa mengerjakan kuis di mana mereka tidak diperbolehkan saling membantu.

Para siswa bekerja sama setelah guru menyampaikan materi pelajaran. Mereka dapat bekerja sama membandingkan jawaban masing-masing, mendiskusikan setiap ketidaksesuaian dan saling membantu jika ada yang salah dalam memahami. Mereka saling menilai kekuatan dan kelemahan mereka agar berhasil dalam kuis. Meskipun demikian, mereka tidak boleh saling membantu mengerjakan kuis. Tiap siswa harus tahu materinya. Tanggung jawab individual seperti ini akan memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama lain (Slavin, 2008: 12). Hal ini berkaitan agar semua anggota tim menguasai informasi atau kemampuan yang diajarkan.

Kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya dan tiap tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih anggotanya. Poin dari tiap anggota kelompok dijumlahkan untuk memperoleh skor tim. Tim yang memenuhi kriteria tertentu akan mendapat


(41)

commit to user

sertifikat atau penghargaan. Penghargaan inilah yang dapat memotivasi siswa supaya saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang diajarkan guru.

Sebagaimana model pembelajaran lainnya, model pembelajaran kooperatif tipe STAD memerlukan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain:

1) Perangkat pembelajaran

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu dipersiapkan Rencana Pembelajaran(RP), Lembar Kerja Siswa(LKS), beserta lembar jawabannya.

2) Membentuk kelompok kooperatif

Pembentukan kelompok diupayakan terdiri dari siswa dengan beragam kemampuan dan latar belakang serta kemampuan setiap kelompok relatif homogen. Apabila dalam kelas terdiri dari ras dan latar belakang yang relatif sama pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik.

3) Menentukan skor awal

Skor awal yang digunakan adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis. Hasil tes dari kuis dapat jadikan skor awal pada pembelajaran selanjutnya.

4) Pengaturan tempat duduk

Tempat duduk perlu diatur dengan baik agar pembelajaran dapat berhasil serta mengurangi kekacauan yang akan menyebabkan kegagalan pembelajaran.

5) Kerja kelompok

Untuk mengurangi hambatan pembelajaran kooperatif tipe STAD terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok agar setiap individu saling mengenal lebih jauh dalam kelompok.

Menurut Slavin (2008: 143) STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individu, dan rekognisi tim. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:


(42)

commit to user 1) Presentasi Kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Presentasi ini haruslah mencakup pembukaan, pengembangan, dan pengarahan praktis tiap komponen dari keseluruhan pelajaran.

Pembukaan berisi penyampaian tujuan pembelajaran serta upaya menumbuhkan motivasi dan rasa ingin tahu dalam diri siswa. Disamping itu perlu dapat pula diupayakan siswa bekerja dalam tim mereka untuk menemukan konsep-konsep atau membangkitkan minat mereka terhadap pelajaran. Mengulangi setiap persyaratan atau informasi secara singkat.

Pengembangan berisi penekanan bahwa guru haruslah fokus pada hal-hal yang ingin disampaikan pada siswa dengan cara memahami maknanya bukan dengan cara menghafal. Pengembangan juga berisi demonstrasi konsep atau keterampilan dengan menggunakan alat bantu. Selanjutnya guru dapat melakukan penilaian melalui pertanyaan yang dilontarkan kepada siswa. Guru lalu berpindah ke konsep berikutnya jika siswa telah menangkap gagasan utama.

Dalam pedoman pelaksanaan ini menyarankan guru untuk membuat siswa mengerjakan tiap persoalan atau contoh soal atau menyisipkan jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan. Guru dapat memanggil siswa secara acak ini akan membuat mereka mempersiapkan diri untuk menjawab. Pada saat ini guru jangan memberikan tugas kelas yang memakan waktu yang lama lalu guru memberikan umpan balik.

2) Tim

Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan siswa atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan masalah bersama, membandingkan jawaban dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang melakukan kesalahan. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan


(43)

commit to user

bahwa semua anggota tim telah benar-benar belajar dan lebih khususnya adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. 3) Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.

4) Skor Kemajuan Individual

Tujuan diperhitungkannya skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dari pada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dengan sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannnya tanpa usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberi skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa sebelumnya dalam menjalankan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

Menurut Slavin dalam Ibrahim dalam Triyanto (2007: 55) untuk memberikan skor perkembangan individu(poin kemajuan) dihitung seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan

Skor Kuis Poin Kemajuan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 0 10 poin dibawah sampai 1 poin dibawah

skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin di atas skor

awal 20

Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30 Nilai sempurna(tanpa memperhatikan


(44)

commit to user 5) Rekognisi Tim

Tim akan mendapat sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor dihitung berdasarkan rata-rata skor perkembangan yang disumbangkan anggota kelompok. Berdasarkan rata-rata perkembangan kelompok, ditetapkan tiga kategori skor kelompok (Ratumanan dalam Triyanto, 2007: 55).

Tabel 2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok Rata-rata Tim Predikat

0 ≤ x 5 -

5 ≤ x 15 Tim Baik(Good Team)

15 ≤ x 25 Tim Hebat(Great Team)

25 ≤ x ≤ 30 Tim Super(Super Team)

Dari kelima komponen diatas apabila langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD disusun dalam tabel adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Langkah Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Langkah1 Menyampaikan tujuan

pembelajaran dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Guru menumbuhkan rasa ingin tahu siswa agar siswa termotivasi untuk belajar misalnya dengan membuat mengajukan pertanyaan

Siswa mendengarkan dan memperhatikan guru.

Siswa menjawab pertanyaan guru.

Langkah 2 Menyajikan informasi

Guru memberikan penjelasan kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Siswa mengikuti penjelasan guru dengan baik.


(45)

commit to user Guru dapat pula mengadakan diskusi kelas yang dipimpin oleh guru tersebut.

Guru menjelaskan konsep satu per satu agar siswa mengerti gagasan utamanya.

Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

Siswa dapat bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas.

Langkah 3 Tim

Guru mengorganisasikan siswa ke dalam tim. Guru menekankan bahwa setiap kesulitan harus didiskusikan dalam tim sebelum menanyakannya pada guru.

Guru memberikan lembar kegiatan siswa untuk dikerjakan dan didiskusikan bersama dalam tim.

Guru membimbing dan mengawasi setiap kelompok memastikan bahwa diskusi berjalan dengan baik.

Guru membantu kelompok yang mengalami kesulitan.

Siswa mulai bekerja dan belajar dalam kelompok.

Siswa berdiskusi memecahkan setiap persoalan dalam lembar kegiatan siswa.

Siswa saling membantu agar setiap anggota memahami materi dan dapat menyelesaikan lembar kegitan siswa. Siswa menanyakan hal-hal yang belum jelas atau mengalami kesulitan. Langkah 4

Kuis

Guru memberikan kuis sebagai bentuk evaluasi

Siswa mengerjakan kuis secara individu.


(46)

commit to user atas pembelajaran yang telah dilakukan.

Guru mengawasi siswa dan meminta siswa bekerja sendiri.

Guru meminta siswa mengumpulkan kuis apabila waktu pengerjaan telah berakhir.

Siswa mengumpulkan kuis yang telah dikerjakan.

Langkah 5 Memberikan Penghargaan

Guru mengumumkan hasil kuis dan memberikan

penghargaan kepada kelompok sesuai dengan kriteria yang dicapai.

Siswa memperhatikan penjelasan guru.

Siswa menerima penghargaan sesuai dengan hasil kerja mereka.

Dari tinjauan tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD cukup sederhana. Bentuk pembelajaran yang dilakukan hampir sama dengan pembelajaran konvensional. Hal ini tampak pada fase kedua yaitu penyajian materi atau informasi pelajaran dari guru ke siswa. Hal ini tentu saja kurang sesuai dengan teori konstruktivisme bahwa suatu ilmu pengetahuan tidak dapat ditransfer dari guru ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa sendiri. Dampak lain dari pemberian materi ini adalah berkurangnya kemandirian siswa dalam belajar. Siswa beranggapan tidak perlu mempelajari materi sebab guru akan menjelaskan materi. Akibat lebih jauh adalah siswa tidak dapat menuangkan ide-ide yang berbeda dalam diskusi sehingga kegiatan diskusi kurang berjalan efektif dan efisien.

Untuk itu model pembelajaran STAD perlu diperbaiki dengan merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan teori konstruktivisme dengan mengurangi peran guru sebagai pemberi informasi. Kegiatan pembelajaran seperti


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

ditingkatkan agar kelompok mereka selalu meraih predikat yang terbaik. Dengan demikian, melalui usaha belajar yang lebih tinggi maka tingkat pemahaman dan kemampuan awal siswa dengan motivasi tinggi menjadi lebih baik saat mereka diberi model pembejaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi. Hal ini selanjutnya berpengaruh pada prestasi yang mereka peroleh menjadi lebih meningkat dari pada ketika mereka diberi model pembelajaran konvensional.


(2)

commit to user

87 BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan didukung hasil analisis penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:

1. Prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi lebih baik dari pada prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional khususnya pada materi himpunan di kelas VII semester II SMP Negeri 14 Surakarta tahun ajaran 2009/2010.

2. Tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan motivasi

belajar tinggi, sedang maupun rendah pada materi himpunan.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi menghasilkan

prestasi belajar yang lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional pada setiap kategori motivasi belajar matematika tinggi, sedang dan rendah.

B. Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori serta hasil penelitian ini, penulis akan menyampaikan implikasi yang berguna secara teoritis maupun praktis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

1. Implikasi Teoretis

Berdasarkan kajian teori, model pembelajaran kooperatif STAD yang dimodifikasi mempunyai karakteristik dapat mengaktifkan siswa serta menuntut kemandirian siswa untuk membangun pengetahuan sendiri dan mengalami proses belajar melalui diskusi kelompok berbekal pengetahuan awal yang diperoleh dari modul. Dengan membaca modul sebelum pembelajaran dan mengerjakan lembar penilaian siswa dapat mencoba membentuk pengetahuan awal dan mengukur sejauh mana pemahaman mereka terhadap materi. Selanjutnya dengan pengetahuan awal tersebut mereka mencoba mendiskusikan setiap perbedaan pemahaman dalam langkah kedua model pembelajaran STAD yang dimodifikasi. Jadi, selama diskusi mereka akan lebih siap dan dapat saling bertukar pikiran


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

untuk menemukan konsep yang benar sehingga pengetahuan yang mereka peroleh dapat diterapkan bersama untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam lembar kerja siswa. Inilah yang menjadi keunggulan dalam model pembelajaran tipe STAD yang dimodifikasi dibandingkan model pembelajaran konvensional.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi ini menekankan bahwa belajar adalah memahami makna atau konsep bukan sekedar menghafal serta mengurangi paradigma bahwa guru adalah satu-satunya sumber belajar sebagaimana dalam model pembelajaran konvensional. Guru di sini tidak menjadi pemberi informasi yang utama, melainkan sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan dan bantuan tertentu bagi siswa selama pembelajaran. Siswa lebih banyak bekerja untuk membangun pengetahuan dan mengalami sendiri proses belajar dengan didampingi oleh guru. Mereka memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi belajarnya guna menuntaskan materi pelajaran.

Adanya sistem penilaian individu dan kelompok menuntut siswa untuk bertanggung jawab dalam belajarnya. Skor yang mereka peroleh tidak saja penting bagi diri mereka sendiri, tetapi juga penting bagi kelompok mereka. Tanggung jawab inilah selanjutnya akan berpengaruh dalam proses belajar sehingga rasa kebersamaan, kerja sama serta kemampuan sosial dapat dilatih dalam pembelajaran. Hal ini dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih baik dan saling menguatkan demi kesuksesan bersama. Bagi guru sistem penilaian ini dapat menjadi tolok ukur perkembangan dan kemajuan belajar siswa secara individu maupun kelompok. Bentuk lain dari pemberian motivasi belajar adalah pemberian penghargaan di akhir setiap evaluasi. Dengan upaya ini siswa akan merasa termotivasi sekaligus bangga karena hasil belajar mereka selalu dihargai sesuai dengan apa yang mereka raih.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat motivasi belajar matematika siswa tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hal ini dimungkinkan karena adanya pemahaman yang sama antara siswa dengan motivasi belajar tinggi, sedang maupun rendah sebagai hasil diskusi siswa. Di samping itu mungkin disebabkan oleh kurangnya kedisiplinan siswa dalam mengikuti setiap langkah


(4)

commit to user

pembelajaran. Mereka juga kurang serius dalam diskusi terutama pada pertemuan ketiga dan keempat. Meskipun dalam penelitian ini motivasi belajar memberikan hasil belajar yang sama, guru dalam setiap pembelajaran tetap berupaya menumbuhkan motivasi belajar. Harus diakui bahwa motivasi belajar adalah salah satu faktor penting dalam pencapaian prestasi belajar. Dengan adanya motivasi belajar siswa akan mau melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran. Namun, perlu pula diperhatikan tingkat kedisiplinan agar mereka melakukan kegiatan belajar dengan baik dan benar.

2. Implikasi Praktis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran tipe STAD yang dimodifikasi menghasilkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional khususnya pada materi himpunan. Dengan demikian model pembelajaran ini dapat digunakan oleh guru maupun calon guru dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar di kelas. Tentu saja dalam pelaksanaannya harus mempertimbangkan kesesuaian materi, kemampuan guru, karakteristik siswa, lingkungan serta fasilitas belajar yang tersedia.

C. Saran 1. Bagi Guru

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional sehingga model pembelajaran ini dapat menjadi alternatif pembelajaran untuk melaksanakan kegiatan belajar yang berpusat pada siswa. Dengan diterapkannya model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Tentu saja penerapannya harus memperhatikan kecocokan materi serta karakteristik siswa agar hasil belajar yang diperoleh dapat optimal.

2. Bagi Peneliti

a. Dalam penelitian ini model pembelajaran tipe STAD dimodifikasi pada

langkah menyajikan informasi dan modifikasi melalui pemberian modul di awal pembelajaran. Selain itu lembar kegiatan dan lembar kerja yang digunakan adalah yang sudah tersedia dalam modul. Untuk itu penulis


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

menyarankan kepada peneliti lain untuk mencoba menyusun sendiri modul dan lembar kegiatan yang digunakan dalam langkah kegiatan kelompok(tim) model pembelajaran STAD yang dimodifikasi. Hal ini bertujuan agar siswa dapat lebih menerapkan pengetahuan dari modul ke dalam bentuk soal lain sehingga akan menambah variasi soal yang dapat memperdalam pemahaman materi.

b. Dalam penelitian ini penulis meninjau pelaksanaan dua model pembelajaran

dari motivasi belajar siswa sebab pada dasarnya untuk dapat melaksanakan model pembelajaran kooperatif khususnya tipe STAD yang dimodifikasi menuntut motivasi siswa untuk melakukan serangkaian aktifitas belajar. Setiap langkah dalam model pembelajaran ini membutuhkan tanggung jawab dan kemauan siswa melaksanakan semua tugas dan prosedur pembelajaran. Dengan demikian, selain motivasi belajar, faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan model pembelajaran ini adalah aktifitas serta kedisiplinan siswa. Oleh karena itu, penulis menyarankan peneliti lain untuk meninjau dari segi kedisiplinan belajar maupun aktivitas siswa

3. Bagi Siswa

Siswa hendaknya membangun semangat dalam diri atau memotivasi diri untuk berprestasi terutama dalam pembelajaran matematika. Dengan semangat dan motivasi tersebut maka siswa akan terpacu dalam belajar. Siswa akan merasa senang dan mau melakukan serangkaian kegiatan belajar sehingga dapat lebih memahami materi. Dengan pemahaman materi yang baik tentunya prestasi yang diraih akan optimal. Semangat maupun motivasi ini dapat diperoleh ketika siswa mau memberikan respon positif dari apa yang guru berikan baik dalam bentuk penghargaan, persaingan melalui nilai yang diberikan guru ataupun upaya guru dalam membuat pembelajaran menjadi menarik.

Untuk itu siswa hendaknya jangan takut mencoba dan memulai sesuatu yang baru sebab hal tersebut dapat memotivasi diri untuk menjadi lebih tahu dan memahami ilmu terutama memahami materi dalam matematika. Mulailah bersikap mandiri tidak bergantung pada orang lain dalam belajar sebab dengan mengalami sendiri kegiatan belajar dan mencoba membangun pengetahuan dari


(6)

commit to user

awal kemudian belajar menghubungan setiap konsep materi maka akan diperoleh hasil belajar yang lebih bermakna. Tentunya jika mengalami kesulitan siswa dapat mendiskusikan dengan guru maupun teman belajar.


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PESERTA

0 6 154

Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Strategi Student Teams Achievement Division (STAD) ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STA

0 2 10

Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ditinjau dari

0 2 17

EKSPERIMEN PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN Eksperimen Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Model Student Teams Achievement Division (STAD) dan Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari

0 2 23

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) POKOK BAHASAN LINGKARAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL.

0 0 11